Anda di halaman 1dari 22

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi dan Fisiologi Plasenta


Plasenta adalah struktur yang berfungsi sebagai media
penyambung/penghubung antara organ fetus dan jaringan maternal agar
pertukaran fisiologi dapat terjadi.1,2 Pada persalinan aterm, plasenta yang
dilahirkan berbentuk cakram dengan ukurannya dapat mencapai diameter 22
cm, tebal 2,5 cm, dan berat sekitar 450-500 gram 2,3
Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu bagian maternal dan fetal.
Pada bagian maternal, permukaan plasenta lebih kasar dan agak lunak, dan
mempunyai struktur poligonal yang disebut sebagai kotiledon. Setiap
kotiledon terbentuk berdasarkan penyebaran cabang dari pembuluh darah
fetal yang akan menvaskularisasi stem vili dan cabang-cabangnya.
Permukaan plasenta bagian maternal berwarna merah tua dan terdapat sisa
dari desidua basalis yang ikut tertempel keluar.3

BAGIAN
FETAL

BAGIAN

Struktur plasenta hampir keseluruhannya dibentuk oleh vili korion


yang memanjang dan menyebar didalam rongga intervili yang berisi darah.
Oleh itu plasenta sebagai organ yang mempunyai fungsi sebenarnya adalah
rongga yang beisi darah ibu, yang pada sisi maternal tertempel pada plat

1
desidua, dan pada sisi fetal ditutupi oleh plat korion dengan vili-vili korion
yang bercabang ke dalam takungan darah ibu.3
Rongga intervili adalah kolam yang berisi takungan darah ibu yang
keluar dari pembuluh darah yang ada pada lapisan desidua. Terdapat sinus-
sinus arteri dan vena yang tersebar pada plat desidua yang berfungsi untuk
mensuplai dan aliran keluar darah dari rongga ini.3

PERKEMBANGAN PLASENTA2
Hari setelah Korelasi antara morfologi-fungsi
ovulasi
6-7 Implantasi blastosis
7-8 Proliferasi dan invasi blastosis. Terbentuknya sintiotrofoblas
9-11 Periode Lakunar. Pembuluh darah endomertrium diinvasi.
13-18 Pembentukan vili pimer dan sekunder, body stalk, dan
amnion
18-21 Vili tertier terbentuk. Mesoblas menginvasi vili membentuk
dasar. Pembentukan sirkulasi fetoplasenta.
21-40 Korion frondosum, pembentukan plat korion
40-50 Pembentukan kotiledon
80-225 Plasenta terus berkembang sehingga matur. Kotiledon yang
terbentuk sekitar 10-12 biji, dengan tekanan darah maternal
pada ruang intervili mencapai 40-60mmHg. Plat basal ditaik
oleh vili ankor untuk membentuk septa
225-267 (aterm) Proliferasi seluler berkurang, tetapi hipertrofi seluler tetap
lanjut.

Fungsi plasenta antara lain adalah untuk respirasi, nutrisi, obat serta
sebagai organ endokrin. Secara garis besar, fungsi plasenta melibatkan proses
transfer molekul dari ibu ke anak, dan proses ini adalah proses difusi, yaitu
pepindahan molekul dari larutan yang berkosentrasi tinggi ke larutan yang
berkosentrasi rendah melalui membran semi-permeabel. Proses difusi yang
telibat adalah difusi pasif, yaitu difusi sederhana dan difusi terfasilitasi, dan
difusi aktif, tansfer yang menggunakan ATP sebagai sumber tenaga.3,4
1.2 Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (prae = di
depan, vias = jalan), dimana keadaan plasenta berimplantasi rendah pada
segmen bawah rahim, meutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum
pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu.5

2
1.3 Epidemiologi Plasenta Previa

Insiden plasenta previa secara global sekitar 5.2/1000 kehamilan, 6


kejadian di Amerika sekitar 2.8/1000 kehamilan tunggal atau 3.9/1000
kehamilan dengan janin kembar.7 Kejadian lebih tinggi yaitu pada ibu hamil
di Asia, yaitu sekitar 12.3/1000 kehamilan.6 Plasenta previa bisa
menimbulkan masalah kesehatan yang signifikan, karena penderita mungkin
akan dirawat di rumah sakit untuk observasi dimana penderita mungkin
akan membutuhkan transfusi darah, dan beresiko tinggi untuk melahirkan
secara prematur.6
1.4 Etiologi dan Faktor Predisposisi Plasenta Previa
Beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta
previa, diantaranya:
a. Ovum yang dibuahi tertanam sangat rendah di dalam rahim,
menyebabkan plasenta terbentuk dekat dengan atau di atas pembukaan
serviks.
b. Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti fibroid atau
jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah caesar atau
aborsi).
c. Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda.
d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
e. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
f.Plasenta terbentuk secara tidak normal.
g. Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara
daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan
vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat
persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan
memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir
h. Ibu merokok atau menggunakan kokain.
i.Ibu dengan usia lebih tua. Risiko plasenta previa berkembang 3 kali lebih
besar pada perempuan di atas usia 35 tahun karena peningkatan umur ibu
merupakan faktor risiko plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah
arteli kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan

3
luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang
adekuat.
1.5 Klasifikasi Plasenta Previa

Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik


melainkan fisiologik. Sehingga klasifikasinya akan berubah setiap waktu.
Umpamanya, plasenta previa total pada pembukaan 4 cm mungkin akan
berubah menjadi plasenta previa pada pembukaan 8 cm.
Beberapa klasifikasi plasenta previa:
a. Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm 12
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostea.
2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :
- Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian
belakang.
- Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian
depan.
- Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea
yang ditutupi plasenta.

b. Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat :


1. Plasenta previa totalis ; seluruh ostea ditutupi uri.
2. Plasenta previa partialis ; sebagian ditutupi uri.
3. Plasenta letak rendah, pinggir plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan Pada periksa dalam tak teraba.

4
c. Menurut Browne:
a. Tingkat I, Lateral plasenta previa :
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim,
namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
b. Tingkat II, Marginal plasenta previa:
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (Ostea).

1.6 Patofisiologi Plasenta Previa

Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding


uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat
untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta
terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada
pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas
untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu
yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit
pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40
minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama
kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili
tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan
hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi
lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya
lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast. 8

5
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa
umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus
lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan.
Menurut Manuaba (2008) Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat
disebabkan : 9

a. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi


b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta
untuk mampu memberikan nutrisi janin
c. Villi korealis pada korion leave yang persisten

Menurut Davood (2008) Sebuah penyebab utama perdarahan trimester


ketiga, plasenta previa memiliki tanda yang khas, yaitu pendarahan tanpa rasa
sakit. Pendarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan
perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga. 10
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih
melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada
segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan
serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya
sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saai itu mulailah terjadi
perdarahan. Darahnya berwarna merah segar berlainan dengan darah yang
disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber

6
perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III
dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin
dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa
totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin
baru berdarah setelah persalinan mulai.

1.7 Gejala Klinis Plasenta Previa


Gejala plasenta previa mencakup satu atau kedua hal berikut: 8
a. Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari ringan
sampai berat. Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan dapat
terjadi pada awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling umum
selama trimester ketiga.
b. Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda
plasenta previa juga memiliki kontraksi rahim.
Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti untuk
sementara. Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu kemudian.
Beberapa wanita dengan plasenta previa tidak memiliki gejala apapun. Dalam
kasus ini, plasenta previa hanya dapat didiagnosis oleh USG dilakukan untuk
8
alasan lain.
Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan belum
masuk ke dalam pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta previa
sentralis; mengolak ke samping karena plasenta previa posterior; atau bagian
terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang
terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.

1.8 Diagnosis Plasenta Previa

7
a. Anamnesa

Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan


perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya perdarahan,
apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan, frekuensi
serta banyaknya perdarahan. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22
minggu berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan, terutama pada
multigravida.

b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,
darah beku dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak maka ibu kelihatan
anemis.
Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah, sering
dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun, apabila
letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau
mengolak di atas pintu atas panggul.
Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa
harus dicurigai
c. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi

Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukkan


dengan pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan letak plasenta dengan cara
ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan
janinnya, dan tidak rasa nyeri.11

USG abdomen selama trimester kedua menunjukkan penempatan


plasenta previa. Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat
mencapai 100% identifikasi plasenta previa. Transabdominal

8
ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95%. Dengan USG dapat
ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium.

Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta letak rendah. Bila
tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk
melihat sumber perdarahan lain

1.9 Manajemen
1) Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan
klinis dilakukan secara ketat dan baik. Syarat-syarat terapi ekspektatif :
- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
- Belum ada tanda-tanda in partu.
- Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
- Janin masih hidup.
Pasien bisa dipulangkan jika keadaannya sudah stabil, akan lebih
baik jika didukung beberapa keadaan seperti penuhnya dukungan
keluarga terhadap pasien, akomodasi yang dekat dengan fasilitas
kesehatan, dan memiliki transportasi yang siaga bisa dipakai pada
keadaan darurat. 7
2) Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan
plasenta previa :
- Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya
harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
- Melahirkan pervaginam

9
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis
dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah
ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan
oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah,
akselerasi dengan infus oksitosin
b. Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan
tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup
c. Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri
beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang
efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan
pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif.

1.10 Komplikasi Plasenta Previa


Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa:
- Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak
mencukupi
- Anemia janin
- Janin yang tertekan akibat rendahnya pasokan oksigen
- Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan
- Infeksi dan pembentukan bekuan darah
- Kehilangan darah yang membutuhkan transfusi
- Prematur, pengiriman sebelum minggu ke-37 kehamilan, yang
biasanya menimbulkan risiko terbesar pada janin.
- Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan
yang dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan tidak
terpengaruh. Penyebab saat ini tidak diketahui. 5
1.11 Prognosis Plasenta Previa

10
Mortalitas perinatal kurang dari 50 per 1000, kematian janin
disebabkan karena hipoksia. Setelah lahir dapat terjadi perdarahan
postpartum karena trofoblas menginvasi segmen bawah uteri. Bila
perdarahan tidak dapat dihentikan maka dilakukan histerektomi. Mortalitas
ibu rendah dengan pelayanan obstetri yang baik dan tidak dilakukan
pemeriksan sebelum masuk rumah sakit. 5

BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. LK
Umur : 24 tahun
Alamat : Sungai Lamak, Jorong Sungai Cubadak, Kel. Tabek

11
Panjang, Kec. Baso, Kab Agam
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswi

II. ANAMNESIS
II.1 Keluhan Utama
Seorang pasien perempuan umur 24 tahun kiriman poli dengan diagnosa
G1P0A0H0 dan plasenta previa pada tanggal 12 Januari 2016.
II.2 Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak ada
- Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada.
- Keluar air yang banyak dari kemaluan tidak ada.
- Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu.
- HPHT tanggal 7 April 2015
- Gerak anak dirasakan sejak 4 bulan yang lalu
- Riwayat Hamil Muda
o Mual (-)
o Muntah (-)
o Pendarahan (-)
- Riwayat Hamil Tua :
Mual (-)
Muntah (-)
Perdarahan pervaginam (-)
- Riwayat ANC
- Kontrol ke ke bidan dan puskesmas satu kali per bulan selama kehamilan,
pada awal kunjungan kehamilan dikatakan baik.
- Riwayat menstruasi
Umur menarche : 13 tahun
Lama Haid : 6 hari
Siklus Haid : 28 hari
Ketika haid pasien mengganti pembalut 2-3 kali sehari.
Nyeri (-)
- Riwayat kehamilan / abortus/ persalinan : 1/0/0
- BAK dan BAB normal

12
II.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit jantung, paru-paru, ginjal, dan
hati.

II.4. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan,
penyakit menular dan penyakit kejiwaan.

II.5 Riwayat Perkawinan


- Menikah 1 kali.
II.7 Riwayat Kontrasepsi
- Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi.
II.10 Riwayat kehamilan resiko tinggi
- Pasien tidak pernah menderita penyakit lain dalam hamil yang
sekarang.
- Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat saat ini.
- Tidak pernah menderita kelainan plasenta sebelumnya.
- Tidak pernah menderita kejadian perdarahan sebelum atau sesudah
persalinan sebelumnya.
- Tidak pernah menderita kelainan gizi kurang atau buruk sebelumnya.

II.11 Riwayat Kebiasaan :


- Riwayat merokok selama hamil disangkal.
- Riwayat merokok pada anggota keluarga pasien disangkal.
- Riwayat konsumsi alkohol selama hamil tidak ada.
- Riwayat konsumsi kopi selama hamil tidak ada.
- Riwayat penggunaan obat terlarang selama hamil tidak ada.

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif
Vital Sign :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88 x/men
Frekuensi Nafas : 23 x/menit
Suhu : 37 C
Berat badan : 55 kg
Tinggi Badan : 150 cm
BMI : 24,44
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-/-)

13
Thorax
Pulmo : Inspeksi : simetris, permukaan rata
Palpasi : retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-),
fremitus (N/N)
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-)
ronkhi (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba
Perkusi : batas jantung normal, tidak membesar
Auskultasi : bunyi jantung 1-2 reguler, bising usus (-)
Abdomen : status obstetri
Ekstremitas : edema - /- , akral hangat, waktu pengisian kapiler <2
detik.

2. Pemeriksaan Obstetri
a. Pemeriksaan Luar (12 Januari 2016)
Inspeksi : perut tampak membuncit, striae (+), Linea mediana
hiperpigmentasi (+),sikatrik - ,striae gravidarum (+).
Palpasi :
L1 : Teraba massa bulat, keras, melenting
TFU = 33 cm, TBBA = 3100 gram
L2 : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, dan bagian-bagian kecil
disebelah kanan
L3 : teraba massa besar, lunak, noduler
L4 : -
HIS (-), Nyeri Tekan (+), Nyeri Lepas (-), Defans Muskular (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
DJJ 140-150 kali per menit
Genitalia :
Inspeksi : I V/U tenang, PPV (-)

IV. Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium (12 Januari 2016) :
- Hb : 11,5 gr/dl (N 12 14)
- Leukosit : 14.360 mm3 (N 5.000 10.000)
- Hematokrit : 34,4 gr/dl (N 37 43 gr/dl)
- Trombosit : 368.000 mm3 (N 150.000 400.000)
- HbsAg :-
- Ag HIV : - Non Reaktif
Kesan : Anemia ringan, Leukositosis

USG :

14
- Diameter Biparietal (BPD) : 8,26 cm; Taksiran usia gestasi: 33 mg 1 hari
- Lingkar Abdomen (AC) : 28,90cm; Taksiran usia gestasi: 33 mg 6 hari
- Janin hidup tunggal, gerak aktivitas janin baik.
- Plasenta dikorpus meluas kebawah menutupi ostium uteri internum,
ketuban cukup.

V. DIAGNOSIS

15
G1P0A0H0 gravidarum aterm 37 38 minggu dengan plasenta previa +
leukositosis dan anemia ringan.

VI. Sikap
- Kontrol keadaan umum, tanda-tanda vital, his, dan DJJ
- IVFD RL 20 gtt/i
-
VII. Rencana :
Sectio Cesarea

FOLLOW UP

Tanggal Keadaan Pasien Rencana


12 Januari 2016 S/ Tanda-tanda impartu (-) - IVFD RL 20 gtt/i
O/ Keadaan Umum : Sakit sedang - Persiapkan SC
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Nafas : 23 kali per menit
Suhu : 36,7 C
Mata : Konjungtiva Anemis -/-
Abdomen:
HIS (-), DJJ 140-150
Genitalia:
Vulva dan uretra tenang
Perdarahan per vaginam (-)

A/ G1P0A0H0 gravid aterm + plasenta


previa
R/ SC
13 Januari 2016 Dilakukan SCTPP, lahir bayi laki-laki, - Pantau KU, VS, PPV
- Cefepim Inj. 2x1
plasenta lahir lengkap, jumlah 1 buah,
perdarahan 250 cc

S/ Pasien dalam keadaan sadar


O/ Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Nafas : 21 kali per menit
Suhu : 36,2 C

16
Mata : Konjungtiva Anemis -/-
Abdomen:
- Perut tampak sedikit
membuncit
- TFU 2 jari di bawah pusat
- Kontraksi baik
Genitalia:
Vulva dan uretra tenang
Perdarahan per vaginam (-)

A/ P1A0H1 post SCTPP a.i plasenta


previa
Ibu dan anak dalam perawatan
14 Januari 2016 S/ Nyeri luka operasi (+) P/ pantau KU, VS, PPV
Demam (-) Cefepim Inj. 2x1
PPV (-) Asam mefenamat 3x1 (po)
ASI (+/+) Vit C 2x1 (po)
BAK : terpasang kateter SF 1x1 (po)
BAB : tidak ada
O/ KU : sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah: 110/70 mmHg
Nadi : 90x/i
Nafas : 20x/i
Suhu : 36,9

Mata:
Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Abdomen
I: perut tidak tampak membuncit
Luka operasi tertutup verban,
darah (-), pus (-)
Pa : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi
Baik
Pe : timpani
Au : Bising usus (+) normal
Genitalia
V/U tenang, PPV (-)
A/ P1A0H1 post SCTPP a.i plasenta
previa NH 1
15 Januari 2016 S/ Nyeri luka operasi (+) P/ pantau KU, VS, PPV
Demam (-) Cefixim 3x1 (po)
PPV (-) Asam mefenamat 3x1 (po)
BAK + Vit C 2x1 (po)
BAB : tidak ada SF 1x1 (po)

17
O/ KU : sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah: 120/70 mmHg
Nadi : 92x/i
Nafas : 23x/i
Suhu : 36,5

Mata:
Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Abdomen
I: perut tidak tampak membuncit
Luka operasi tertutup verban,
darah (-), pus (-)
Pa : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi
Baik
Pe : timpani
Au : Bising usus (+) normal
Genitalia
V/U tenang, PPV (-)

A/ P1A0H1 post SCTPP a.i plasenta


previa NH 2
16 Januari 2016 S/ Nyeri luka operasi (+) P/ pantau KU, VS, PPV
Demam (-) Cefixim 3x1 (po)
PPV (-) Asam mefenamat 3x1 (po)
BAK + Vit C 2x1 (po)
O/ KU : sedang SF 1x1 (po)
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah: 110/80 mmHg Ganti Verban
Nadi : 93x/i Pasien boleh pulang
Nafas : 20x/i
Suhu : 36,9

Mata:
Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Abdomen
I: perut tidak tampak membuncit
Luka operasi tertutup verban,
darah (-), pus (-)
Pa : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi
Baik
Pe : timpani
Au : Bising usus (+) normal
Genitalia
V/U tenang, PPV (-)

18
A/ P1A0H1 post SCTPP a.i plasenta
previa NH 3

BAB III
DISKUSI
Seorang pasien perempuan usia 24 tahun, masuk ke PONEK RSUD
Achmad Muchtar tanggal 12 Januari 2016 atas kiriman dari poli RSAM dengan
diagnosa G1P0A0H0 dan plasenta previa.
Berdasarkan anamnesis, didapatkan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak
ada, keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada, keluar air yang
banyak dari kemaluan tidak ada. Riwayat trauma, riwayat diurut, dan koitus
sebelumnya tidak ada.
Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (prae = di
depan, vias = jalan), dimana keadaan plasenta berimplantasi rendah pada segmen
bawah rahim, meutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada usia

19
kehamilan lebih dari 20 minggu.5 Perdarahan pada plasenta previa mempunyai ciri
khas perdarahan tanpa sebab yang jelas, darah yang keluar berwarna merah segar
dan tidak nyeri. Hal ini tidak sesuai dengan anamnesis pada pasien ini. Pada
pasien ini tidak mengeluh perdarahan tanpa sebab yang jelas berwarna merah
segar. Pasien didiagnosa plasenta previa melalui pemeriksaan penunjang berupa
USG, yang terlihat plasenta menutupi ostium uteri.

Salah satu faktor resiko terjadinya plasenta previa adalah abortus. Pada
pasien tidak ditemukan riwayat abortus sebelumnya. Adanya riwayat abortus pada
kehamilan sebelumnya ditemukan tinggi pada pasien plasenta previa. Risiko
plasenta previa akan semakin meningkat sebanding dengan jumlah aborsi pada
kehamilan sebelumnya. Mekanisme bagaimana riwayat aborsi pada kehamilan
sebelumnya berpengaruh pada plasenta previa diperkirakan karena adanya
kerusakan endometrial pada aborsi khususnya aborsi berulang yang akan
mengganggu implantasi plasenta pada fundus.6

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang,


kesadaran composmentis cooperative, tekanan darah 120/70, nadi 83 kali / menit,
nafas 23 kali / menit, suhu 370c. Pada mata didapatkan konjungtiva tidak anemis
dan skera tidak ikterik. Pemeriksaan thorak dalam batas normal.
Pemeriksaan abdomen didapatkan: perut tampak membuncit, striae (+),
Linea mediana hiperpigmentasi (+),tinggi fundus uteri = 33 cm, janin presentasi
kepala, pada perkusi didapatkan timpani, pada auskultasi DJJ 140 150 kali per
menit,. Pada pemeriksaan genitalia eksterna didapatkan vulva dan uretra tenang,
perdarahan per vaginam (-).
Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat dilakukan dengan pemeriksaan
ultrasonografi. Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat,
tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak rasa nyeri. 11
USG abdomen selama trimester kedua menunjukkan penempatan plasenta previa.
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta
terhadap ostium. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan USG dimana didapatkan
janin hidup tunggal, gerak aktivitas janin baik, plasenta dikorpus meluas kebawah

20
menutupi ostium uteri internum, ketuban cukup, kesan : gravid 33-34 minggu,
janin hidup tunggal presentasi kepala.5
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan HB 11,4 dan leukosit 14.360
yang menunjukan terdapat anemia ringan dan leukositosis pada pasien.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
diatas maka diagnosis pasien G1P0A0H0 gravidarum aterm + plasenta previa dan
anemia ringan dan leukositosis. Pada pasien ini dilakukan tindakan terminasi
kehamilan dengan sectio saecaria. Tindakan ini dilakukan karena kehamilan sudah
aterm (>37 minggu) dan berat janin sudah mencapai 3100 gram.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Huppertz B., Kingdom J., Dewhursts Textbook of Obstetrics &


Gynaecology: The Placenta and Fetal Membranes, 7th ed, 2007, India,
Blackwell Publishing, pg 19-26
2. Aghajanian P., Ainbinder SW., Akhter MW., Andrew DE., Anti D., Archie
CL., eds.- LANGE: Current Diagnosis & Treatment Obstetrics &
Gynecology: Maternal-Placental-Fetal Unit; Fetal & Early Neonatal
Physiology, 10th ed, 2007, McGraw-Hill Companies, USA, pg 1-11
3. Chamberlain G., Obstetrics by Ten Teachers: Anatomy & Physiology of
The Placenta, cord, & membranes, 16th ed, 1995, Edward Arnold, London,
pg 7-12
4. Hanretty K., Ramsden I., Callender R., Obstetrics Illustrated: Placental
Development and Physiology, 6th ed, Churchill-Livingstone Elsevier,
China, pg 9-13
5. Cunninghsm FG, et al. Obstetri Williams 22nd. USA: The McGraw-Hill
Companies, Inc. 2010.
6. Rowe Timothy. 2014. Journal Obstetry and Gynekology Canada : Placenta
Previa. August JOGC ed 36(8) : pg 667-668.
7. SOGC Clinical Practice and Guideline. 2007. Diagnosis and Management
of Placenta Previa. MARCH SOGC MARS 2007.
8. Kay HH .2003. Placenta previa and abruption. In JR Scott et al. (eds).
Danforth's Obstetrics and Gynecology, 9th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins, pp: 365-379.
9. Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
10. Davood S, Parviar K and Ebrahimi S. 2008. Selected pregnancy variables
in women with placenta previa. Res. J. Obstet. Gynecol. 1: 1-5.
11. Wiknjosastro. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
12. Mochtar. R, Sinopsis Obstetri I, Ed. II, Jakarta, EGG, 1989,hal.300-311.
13. Tsatsaris V, Papatsonis D, Goffinent F, Dekker G, Carbonne B. Tocolysis
with nifedipin or Beta Adrenergic agonists : A meta analysis. Obstetrics
and Gynecology 2001 ;97 : 840-7.

22

Anda mungkin juga menyukai