TINJAUAN PUSTAKA
BAGIAN
FETAL
BAGIAN
1
desidua, dan pada sisi fetal ditutupi oleh plat korion dengan vili-vili korion
yang bercabang ke dalam takungan darah ibu.3
Rongga intervili adalah kolam yang berisi takungan darah ibu yang
keluar dari pembuluh darah yang ada pada lapisan desidua. Terdapat sinus-
sinus arteri dan vena yang tersebar pada plat desidua yang berfungsi untuk
mensuplai dan aliran keluar darah dari rongga ini.3
PERKEMBANGAN PLASENTA2
Hari setelah Korelasi antara morfologi-fungsi
ovulasi
6-7 Implantasi blastosis
7-8 Proliferasi dan invasi blastosis. Terbentuknya sintiotrofoblas
9-11 Periode Lakunar. Pembuluh darah endomertrium diinvasi.
13-18 Pembentukan vili pimer dan sekunder, body stalk, dan
amnion
18-21 Vili tertier terbentuk. Mesoblas menginvasi vili membentuk
dasar. Pembentukan sirkulasi fetoplasenta.
21-40 Korion frondosum, pembentukan plat korion
40-50 Pembentukan kotiledon
80-225 Plasenta terus berkembang sehingga matur. Kotiledon yang
terbentuk sekitar 10-12 biji, dengan tekanan darah maternal
pada ruang intervili mencapai 40-60mmHg. Plat basal ditaik
oleh vili ankor untuk membentuk septa
225-267 (aterm) Proliferasi seluler berkurang, tetapi hipertrofi seluler tetap
lanjut.
Fungsi plasenta antara lain adalah untuk respirasi, nutrisi, obat serta
sebagai organ endokrin. Secara garis besar, fungsi plasenta melibatkan proses
transfer molekul dari ibu ke anak, dan proses ini adalah proses difusi, yaitu
pepindahan molekul dari larutan yang berkosentrasi tinggi ke larutan yang
berkosentrasi rendah melalui membran semi-permeabel. Proses difusi yang
telibat adalah difusi pasif, yaitu difusi sederhana dan difusi terfasilitasi, dan
difusi aktif, tansfer yang menggunakan ATP sebagai sumber tenaga.3,4
1.2 Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (prae = di
depan, vias = jalan), dimana keadaan plasenta berimplantasi rendah pada
segmen bawah rahim, meutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum
pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu.5
2
1.3 Epidemiologi Plasenta Previa
3
luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang
adekuat.
1.5 Klasifikasi Plasenta Previa
4
c. Menurut Browne:
a. Tingkat I, Lateral plasenta previa :
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim,
namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
b. Tingkat II, Marginal plasenta previa:
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (Ostea).
5
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa
umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus
lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan.
Menurut Manuaba (2008) Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat
disebabkan : 9
6
perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III
dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin
dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa
totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin
baru berdarah setelah persalinan mulai.
7
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,
darah beku dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak maka ibu kelihatan
anemis.
Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah, sering
dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun, apabila
letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau
mengolak di atas pintu atas panggul.
Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa
harus dicurigai
c. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi
8
ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95%. Dengan USG dapat
ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium.
Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta letak rendah. Bila
tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk
melihat sumber perdarahan lain
1.9 Manajemen
1) Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan
klinis dilakukan secara ketat dan baik. Syarat-syarat terapi ekspektatif :
- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
- Belum ada tanda-tanda in partu.
- Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
- Janin masih hidup.
Pasien bisa dipulangkan jika keadaannya sudah stabil, akan lebih
baik jika didukung beberapa keadaan seperti penuhnya dukungan
keluarga terhadap pasien, akomodasi yang dekat dengan fasilitas
kesehatan, dan memiliki transportasi yang siaga bisa dipakai pada
keadaan darurat. 7
2) Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan
plasenta previa :
- Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya
harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
- Melahirkan pervaginam
9
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis
dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah
ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan
oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah,
akselerasi dengan infus oksitosin
b. Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan
tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup
c. Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri
beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang
efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan
pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif.
10
Mortalitas perinatal kurang dari 50 per 1000, kematian janin
disebabkan karena hipoksia. Setelah lahir dapat terjadi perdarahan
postpartum karena trofoblas menginvasi segmen bawah uteri. Bila
perdarahan tidak dapat dihentikan maka dilakukan histerektomi. Mortalitas
ibu rendah dengan pelayanan obstetri yang baik dan tidak dilakukan
pemeriksan sebelum masuk rumah sakit. 5
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. LK
Umur : 24 tahun
Alamat : Sungai Lamak, Jorong Sungai Cubadak, Kel. Tabek
11
Panjang, Kec. Baso, Kab Agam
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswi
II. ANAMNESIS
II.1 Keluhan Utama
Seorang pasien perempuan umur 24 tahun kiriman poli dengan diagnosa
G1P0A0H0 dan plasenta previa pada tanggal 12 Januari 2016.
II.2 Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak ada
- Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada.
- Keluar air yang banyak dari kemaluan tidak ada.
- Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu.
- HPHT tanggal 7 April 2015
- Gerak anak dirasakan sejak 4 bulan yang lalu
- Riwayat Hamil Muda
o Mual (-)
o Muntah (-)
o Pendarahan (-)
- Riwayat Hamil Tua :
Mual (-)
Muntah (-)
Perdarahan pervaginam (-)
- Riwayat ANC
- Kontrol ke ke bidan dan puskesmas satu kali per bulan selama kehamilan,
pada awal kunjungan kehamilan dikatakan baik.
- Riwayat menstruasi
Umur menarche : 13 tahun
Lama Haid : 6 hari
Siklus Haid : 28 hari
Ketika haid pasien mengganti pembalut 2-3 kali sehari.
Nyeri (-)
- Riwayat kehamilan / abortus/ persalinan : 1/0/0
- BAK dan BAB normal
12
II.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit jantung, paru-paru, ginjal, dan
hati.
13
Thorax
Pulmo : Inspeksi : simetris, permukaan rata
Palpasi : retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-),
fremitus (N/N)
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-)
ronkhi (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba
Perkusi : batas jantung normal, tidak membesar
Auskultasi : bunyi jantung 1-2 reguler, bising usus (-)
Abdomen : status obstetri
Ekstremitas : edema - /- , akral hangat, waktu pengisian kapiler <2
detik.
2. Pemeriksaan Obstetri
a. Pemeriksaan Luar (12 Januari 2016)
Inspeksi : perut tampak membuncit, striae (+), Linea mediana
hiperpigmentasi (+),sikatrik - ,striae gravidarum (+).
Palpasi :
L1 : Teraba massa bulat, keras, melenting
TFU = 33 cm, TBBA = 3100 gram
L2 : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, dan bagian-bagian kecil
disebelah kanan
L3 : teraba massa besar, lunak, noduler
L4 : -
HIS (-), Nyeri Tekan (+), Nyeri Lepas (-), Defans Muskular (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
DJJ 140-150 kali per menit
Genitalia :
Inspeksi : I V/U tenang, PPV (-)
USG :
14
- Diameter Biparietal (BPD) : 8,26 cm; Taksiran usia gestasi: 33 mg 1 hari
- Lingkar Abdomen (AC) : 28,90cm; Taksiran usia gestasi: 33 mg 6 hari
- Janin hidup tunggal, gerak aktivitas janin baik.
- Plasenta dikorpus meluas kebawah menutupi ostium uteri internum,
ketuban cukup.
V. DIAGNOSIS
15
G1P0A0H0 gravidarum aterm 37 38 minggu dengan plasenta previa +
leukositosis dan anemia ringan.
VI. Sikap
- Kontrol keadaan umum, tanda-tanda vital, his, dan DJJ
- IVFD RL 20 gtt/i
-
VII. Rencana :
Sectio Cesarea
FOLLOW UP
16
Mata : Konjungtiva Anemis -/-
Abdomen:
- Perut tampak sedikit
membuncit
- TFU 2 jari di bawah pusat
- Kontraksi baik
Genitalia:
Vulva dan uretra tenang
Perdarahan per vaginam (-)
Mata:
Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Abdomen
I: perut tidak tampak membuncit
Luka operasi tertutup verban,
darah (-), pus (-)
Pa : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi
Baik
Pe : timpani
Au : Bising usus (+) normal
Genitalia
V/U tenang, PPV (-)
A/ P1A0H1 post SCTPP a.i plasenta
previa NH 1
15 Januari 2016 S/ Nyeri luka operasi (+) P/ pantau KU, VS, PPV
Demam (-) Cefixim 3x1 (po)
PPV (-) Asam mefenamat 3x1 (po)
BAK + Vit C 2x1 (po)
BAB : tidak ada SF 1x1 (po)
17
O/ KU : sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah: 120/70 mmHg
Nadi : 92x/i
Nafas : 23x/i
Suhu : 36,5
Mata:
Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Abdomen
I: perut tidak tampak membuncit
Luka operasi tertutup verban,
darah (-), pus (-)
Pa : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi
Baik
Pe : timpani
Au : Bising usus (+) normal
Genitalia
V/U tenang, PPV (-)
Mata:
Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Abdomen
I: perut tidak tampak membuncit
Luka operasi tertutup verban,
darah (-), pus (-)
Pa : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi
Baik
Pe : timpani
Au : Bising usus (+) normal
Genitalia
V/U tenang, PPV (-)
18
A/ P1A0H1 post SCTPP a.i plasenta
previa NH 3
BAB III
DISKUSI
Seorang pasien perempuan usia 24 tahun, masuk ke PONEK RSUD
Achmad Muchtar tanggal 12 Januari 2016 atas kiriman dari poli RSAM dengan
diagnosa G1P0A0H0 dan plasenta previa.
Berdasarkan anamnesis, didapatkan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak
ada, keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada, keluar air yang
banyak dari kemaluan tidak ada. Riwayat trauma, riwayat diurut, dan koitus
sebelumnya tidak ada.
Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (prae = di
depan, vias = jalan), dimana keadaan plasenta berimplantasi rendah pada segmen
bawah rahim, meutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada usia
19
kehamilan lebih dari 20 minggu.5 Perdarahan pada plasenta previa mempunyai ciri
khas perdarahan tanpa sebab yang jelas, darah yang keluar berwarna merah segar
dan tidak nyeri. Hal ini tidak sesuai dengan anamnesis pada pasien ini. Pada
pasien ini tidak mengeluh perdarahan tanpa sebab yang jelas berwarna merah
segar. Pasien didiagnosa plasenta previa melalui pemeriksaan penunjang berupa
USG, yang terlihat plasenta menutupi ostium uteri.
Salah satu faktor resiko terjadinya plasenta previa adalah abortus. Pada
pasien tidak ditemukan riwayat abortus sebelumnya. Adanya riwayat abortus pada
kehamilan sebelumnya ditemukan tinggi pada pasien plasenta previa. Risiko
plasenta previa akan semakin meningkat sebanding dengan jumlah aborsi pada
kehamilan sebelumnya. Mekanisme bagaimana riwayat aborsi pada kehamilan
sebelumnya berpengaruh pada plasenta previa diperkirakan karena adanya
kerusakan endometrial pada aborsi khususnya aborsi berulang yang akan
mengganggu implantasi plasenta pada fundus.6
20
menutupi ostium uteri internum, ketuban cukup, kesan : gravid 33-34 minggu,
janin hidup tunggal presentasi kepala.5
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan HB 11,4 dan leukosit 14.360
yang menunjukan terdapat anemia ringan dan leukositosis pada pasien.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
diatas maka diagnosis pasien G1P0A0H0 gravidarum aterm + plasenta previa dan
anemia ringan dan leukositosis. Pada pasien ini dilakukan tindakan terminasi
kehamilan dengan sectio saecaria. Tindakan ini dilakukan karena kehamilan sudah
aterm (>37 minggu) dan berat janin sudah mencapai 3100 gram.
21
DAFTAR PUSTAKA
22