Anda di halaman 1dari 13

POLA KESALAHAN PADA OPERASI PEMBAGIAN BILANGAN

PECAHAN : STUDI KASUS PADA 4 SISWA KELAS VII B SMP N 3


DEPOK SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Oleh: Anik Yuliani, S.Pd., M.Pd.*)


anik_yuliani070886@yahoo.com

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kesalahan pada operasi


pembagian bilangan pecahan beberapa siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Depok Tahun
Pelajaran 2008/2009 serta faktor penyebab terjadinya kesalahan pada operasi
pembagian bilangan pecahan tersebut. Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah tes dan wawancara. Dari hasil analisis dapat disimpulkan
bahwa pola kesalahan yang ditemukan pada operasi pembagian bilangan pecahan
dikelompokan dalam dua jenis kesalahan yaitu:
1. Kesalahan pada pemahaman algoritma dasar pembagian bilangan pecahan.
Pola kesalahan yang diungkap yaitu: a) Siswa menganggap bahwa pembagian
bilangan pecahan dengan bilangan bulat, dimanapun letak bilangan pecahannya
maka bilangan pecahan tersebutlah yang harus dibalik. b) Siswa menganggap
bahwa cara penyelesaian operasi pembagian bilangan pecahan sama dengan
menyelesaikan operasi penjumlahan pada bilangan pecahan yaitu dengan
menyamakan penyebut. c) Siswa menyelesaikan operasi pembagian bilangan bulat
dengan bilangan pecahan dengan cara langsung membagi bilangan-bilangan
tersebut.
2. Kesalahan pada pemahaman algoritma dasar perkalian bilangan pecahan.
Pola kesalahan yang diungkap yaitu:a) Siswa berasumsi bahwa perkalian antara
bilangan bulat dengan bilangan pecahan atau sebaliknya sama dengan mengubah
bentuk pecahan campuran ke dalam bentuk pecahan biasa.b) Siswa berasumsi
bahwa dalam menyelesaikan perkalian bilangan bulat dengan bilangan pecahan,
siswa mengalikan bilangan bulat dengan pembilang dan juga bilangan bulat
dengan penyebutnya.
Sedangkan faktor penyebab terjadinya kesalahan pada operasi pembagian
bilangan pecahan tersebut meliputi: Penerapan hukum dan strategi yang tidak relevan;
kurangnya pemahaman konsep dasar perkalian dan pembagian antara bilangan bulat
dengan bilangan pecahan; kurangnya penguasaan keterampilan prasyarat pada
bilangan pecahan.
Kata Kunci : Pola Kesalahan, Operasi Pembagian Bilangan Pecahan

A. Pendahuluan
Pecahan merupakan materi dasar dalam matematika, oleh karena itu sangat
penting bagi semua siswa untuk dapat menguasai materi tersebut. Dalam kehidupan
sehari-hari pecahan digunakan dalam konteks anak yang belum sekolah misalnya
mengambil setengah bagian makanan sering dipandang tidak mempunyai arti jika

1
dibandingkan dengan mengambil seluruh bagian. Pembahasan materi pecahan secara
formal dipelajari di sekolah dasar sejak kelas III semester 2 dengan penekanan pada
pengembangan konsep dasar bilangan pecahan melalui benda-benda konkret
kemudian dengan model-model atau gambar. Sementara di sekolah menengah, materi
pecahan kembali dibahas pada kelas VII semester 1 dengan penekanan pada melatih
cara berfikir dan bernalar serta mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
mengenai bilangan pecahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Mengingat bilangan pecahan sangat dekat sekali dengan kehidupan kita maka
diharapkan siswa mampu memahami dan menerapkan pecahan dalam kehidupan
sehari-hari. Hasil wawancara penulis dengan guru matematika yang mengajar di kelas
VII SMP N 3 Depok memberikan indikasi bahwa penguasaan konsep pecahan masih
tergolong rendah, serta masih banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal-soal cerita yang terkait dengan konsep dan sifat operasi bilangan
pecahan.
Dalam Teaching and Learning Mathematics, Bergeson (2000) menemukan
beberapa kesalahan konsep, salah satu kesalahan konsep yang ditemukan adalah
menggunakan konsep perkalian dalam pembagian bilangan pecahan. Misalnya pada
pembagian bilangan bulat dengan bilangan pecahan siswa langsung mengalikan
bilangan bulat dengan bilangan pecahan kemudian siswa membaginya.
Sejalan dengan Bergeson (2000), Newstead & Murray (1998) juga
menemukan adanya kesalahan pada pembagian bilangan bulat dengan bilangan
pecahan. Kesalahan ini terjadi dari kesalahan siswa yang tidak disengaja serta
kesalahan berdasar pada pengetahuan formal yang dimiliki oleh siswa.

1
2
2
Ketidakmampuan siswa untuk menginterpretasikan soal sebagai berapa

1
2
banyak yang ada dalam 2.
Pengetahuan dasar mengenai bilangan pecahan yang dimiliki siswa akan
bermanfaat dalam pemahaman dan penguasaan konsep pecahan pada jenjang
pendidikan berikutnya. Konsep pecahan yang telah dipelajari sebelumnya akan
digunakan sebagai modal untuk mempelajari konsep selanjutnya. Jika konsep awal
yang dipelajari oleh siswa salah maka untuk penerapan konsep itu pada pengetahuan
selanjutnya akan salah juga. Hal tersebut akan menimbulkan berbagai kesalahan.

2
Penting bagi seorang guru untuk mengetahui pola kesalahan yang sering
muncul dan faktor penyebab terjadinya kesalahan tersebut, sehingga mereka dapat
membantu siswa untuk memperbaiki kesalahan yang mereka alami. Berdasarkan
uraian di atas, penulis ingin lebih mengetahui pola kesalahan yang terkait dengan
operasi pembagian bilangan pecahan serta faktor penyebab terjadinya kesalahan pada
operasi pembagian bilangan pecahan dari beberapa siswa kelas VII B SMP Negeri 3
Depok Sleman Tahun pelajaran 2008 / 2009.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang diajukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Apa saja pola kesalahan yang terkait dengan operasi pembagian bilangan pecahan
dari beberapa siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Depok Sleman Tahun pelajaran
2008/2009?
2. Apa faktor penyebab terjadinya kesalahan pada operasi pembagian bilangan
pecahan dari beberapa siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Depok Sleman Tahun
pelajaran 2008/2009?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pola kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan pada beberapa siswa
kelas VII B SMP Negeri 3 Depok Sleman Tahun Pelajaran 2008/2009.
2. Faktor penyebab terjadinya kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan
pada beberapa siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Depok Sleman Tahun Pelajaran
2008/2009.

D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi siswa mengenai
pola kesalahan yang mereka miliki selama ini dan mampu mengatasi kesalahan
tersebut, sehingga siswa terdorong untuk mempelajari kembali konsep-konsep
yang benar mengenai bilangan pecahan.
2. Hasil penelitian akan memberikan informasi tentang pola kesalahan terkait dengan
operasi pembagian bilangan pecahan sehingga dapat dijadikan sebagai masukan
bagi calon guru matematika untuk merancang pembelajaran yang dapat mengatasi
kesalahan khususnya pada materi pokok pecahan.

3
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada guru tentang
pola kesalahan terkait dengan operasi pembagian bilangan pecahan, sehingga
diharapkan guru dapat mengajarkan konsep yang benar sehingga tidak terjadi
kesalahan-kesalahan lagi.

E. Konsep, Kategori Kesalahan dan Faktor Penyebab Kesalahan


1. Konsep
Sebagian besar siswa hanya menghafalkan definisi konsep tanpa mengetahui
hubungan antara konsep satu dengan konsep-konsep yang lainnya. Akibatnya konsep
yang baru menjadi tidak berhubungan dengan konsep sebelumnya. Ausubel et al
(1978, dalam Berg, 1991: 8) mendefinisikan konsep adalah benda-benda, kejadian-
kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang terwakili
dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol. Sementara itu menurut Gagne
(dalam Ruseffendi, 1980) konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita
mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh dan non contoh.
Dari pengertian konsep yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa konsep adalah ide abstrak dan untuk pengelompokkan objek-objek biasanya
dinyatakan dalam suatu istilah yang kemudian dituangkan ke dalam contoh dan bukan
contoh. Penguasaan akan suatu konsep sangatlah penting, karena konsep merupakan
alat dalam belajar untuk penguasaan materi. Dengan adanya pengusaan konsep yang
baik, diharapkan siswa akan dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang tidak terbatas.

2. Kategori Kesalahan
Berg (1991:101) mengemukakan bahwa kesalahan siswa dalam matematika
dapat dibagi dalam berbagai jenis kesalahan antara lain:
1) Ralat yang terjadi secara acak tanpa pola tertentu,
2) Salah ingat atau hafal,
3) Kesalahan yang terjadi secara konsisten, terus-menerus dan
menunjukkan pola tertentu.

Pada penelitian ini penulis hanya akan memfokuskan pada kesalahan siswa
menurut Berg (1991) yaitu kesalahan yang terjadi secara konsisten, terus-menerus dan
menunjukkan pola tertentu. Untuk menentukan subyek penelitian, penulis akan
memilih beberapa siswa yang memenuhi kriteria melakukan kesalahan secara
konsisten, terus-menerus dan menunjukkan pola tertentu tersebut.
a. Kesalahan-kesalahan pada operasi pembagian bilangan

4
pecahan.
Tirosh (2000) dalam tulisannya yang berjudul Enhancing Prospective
Teachers Knowledge of Childrens Conceptions: The Case of Division of Fractions
meneliti tiga puluh calon guru sekolah dasar tentang konsepsi anak pada pembagian
pecahan. Tirosh (2000), mengklasifikasikan kesalahan yang dibuat oleh partisipan
ketika membagi pecahan dalam tiga kategori yaitu
1) Algoritma berbasis kesalahan
Berbagai cara dalam menghitung pembagian termasuk dalam kategori ini. Hal
umum prosedur yang termasuk membalikkan pembagian sebagai ganti pembagi
atau pembalikan sebelum perkalian pembilang dan penyebut (see, e.g.,Ashlock,
1990; Barash & Klein, 1996). Kesalahan ini biasanya menjelaskan hasil dari
hafalan algoritma. Ketika algoritma memaparkan sebuah langkah yang tidak
berarti, memungkinkan siswa lupa akan langkah tersebut atau merubah caranya
yang justru bisa menjadi suatu kesalahan.
2) Kesalahan yang tidak disengaja
Penelitian tentang cara operasi pembagian menunjukkan bahwa siswa dalam
menyeimbangkan operasi dengan bilangan bulat pada pecahan dan untuk
menjelaskan pembagian primer menggunakan cara lama, dalam keseluruhan
model pembagian. Dalam model pembagian ini sebuah obyek membagi ke dalam
angka terpisah atau kumpulan terkecil (e.g., Lima anak membeli 15 buah roti dan
membaginya sama rata. Berapa nilai roti yang masing-masing anak dapatkan?).
Cara lama, keseluruhan model pembagian memaksakan tiga batasan dalam
operasi pembagian: a). Pembagi harus angka genap; b). Pembagi harus lebih
kecil dari bilangan yang dibagi; c). Hasil bagi harus lebih kecil dari bilangan
yang dibagi. Keunggulan cara lama, keseluruhan model menunjukkan dengan
sungguh batas kemampuan anak dan tingkat kemampuan calon guru dalam
mengoreksi jawaban pada masalah pembagian yang menyertakan pecahan (e.g.,
Fischbein, Deri, Nello, & Marino, 1985; Greber, Tirosh, dan Glover, 1989 dalam
Journal for Research in Mathematics Education 2000, Vol 31, No. 1, 5-25). Data
juga menyarankan bahwa respon anak dalam menyertakan pembagian pecahan
dipengaruhi oleh model ini.
3) Kesalahan berdasar pada pengetahuan formal
Kesalahan pada pemikiran yang terbatas tentang dugaan pecahan dan kurangnya
pengetahuan dalam menghubungkan operasi termasuk dalam kategori ini.
5
Kurangnya pengetahuan mungkin adalah sumber dari hasil buruk responsi pada
berbagai tugas termasuk pembagian pecahan. Hart (1981) mengemukakan siswa

1 1
1
2 2
berpikir bahwa pembagian pecahan merupakan komutatif bahwa

1 1 1 1 1
1 1 2
2 2 2 4 2
karena . Sebagai contoh siswa percaya bahwa seperti

1 1 4 1
2
4 2 1 2
dalam algoritma (e.g., ), atau kurangnya pengetahuan formal

1 1 1 1
2
4 2 2 4
(e.g., pembagian komutatif dan berikut ). Faktor lain mungkin
yang akan menjadi respon yang baik. Seorang guru yang memperkenalkan
dengan berbagai sumber pada kesalahan respon siswa seharusnya membantu
guru dalam mengidentifikasi sumber spesifik kesalahan siswa dan yang sesuai
intruksi.

3. Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan.


Menurut Radatz, H. (1978, dalam Krismayanti, 2006) menemukan beberapa
faktor penyebab kesalahan yaitu:
1) Kesulitan Konsep
Ketika seorang siswa mengalami kesulitan bahasa maka siswa tersebut akan
mengalami kendala besar dalam pemahaman suatu konsep. Kesulitan bahasa
meliputi tidak bisa mengartikan kata-kata, kalimat atau istilah tertentu yang
digunakan dalam matematika. Misalnya siswa tidak mengerti apa yang dimaksud
dengan konstanta, variabel, gradien dan lain-lain.
2) Kesulitan memahami informasi tentang ruang
Kesulitan memahami informasi tentang bangun ruang adalah kesulitan yang
disebabkan karena siswa mengalami kesulitan untuk mengenali bentuk-bentuk
visual dan memahami sifat-sifat keruangan yang berkaitan dengan soal-soal
matematika.

6
3) Kesulitan karena kurangnya penguasaan keterampilan prasyarat, fakta-fakta dasar
dan konsep (algoritma). Untuk menguasai konsep yang mempunyai tingkat
kesulitan tinggi, terlebih dahulu siswa harus menguasai fakta-fakta dasar (konsep-
konsep yang lebih dasar), keterampilan prasyarat meliputi: keterampilan
menghitung, keterampilan mengintepretasikan data atau simbol dan lain
sebagainya.
4) Ketidaktepatan penggabungan
Kesulitan ini lebih melibatkan kemampuan kognitif siswa, karena disini siswa
harus bisa menemukan cara lain atau alternatif penyelesaian masalah jika soal
tersebut tidak bisa diselesaikan dengan satu cara.
5) Penerapan hukum atau strategi yang tidak relevan
Dalam menyelesaikan soal-soal matematika biasanya kita menggunakan hukum-
hukum, dalil-dalil dan teorema-teorema. Karena ketidaktepatan siswa dalam
menerapkan hukum-hukum, dalil-dalil, teorema-teorema atau definisi-definisi
siswa pasti akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal.
Penulis akan menggunakan pendapat dari Radatz (1978, dalam Krismayanti,
2006) sebagai landasan teori untuk menganalisa faktor penyebab terjadinya kesalahan
pada operasi pembagian bilangan pecahan.

F. Jenis Penelitian dan Subyek Penelitian


Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kasus atau studi kasus.
Menurut Maxfield (1930, dalam Nazir, 1985). Subyek penelitian dapat saja individu,
kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Penelitian kasus ini menggunakan
penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006:
4).

G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian dan
wawancara.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :
a. Data tentang pola kesalahan yang dilakukan oleh empat siswa SMP
N 3 Depok kelas VII B yang terkait dengan operasi pembagian bilangan pecahan.
Data ini diperoleh dari pemilihan jawaban siswa yang melakukan kesalahan secara
konsisten, terus-menerus dan menunjukkan pola tertentu serta dari hasil analisa
wawancara.

7
b. Data tentang faktor penyebab terjadinya kesalahan pada operasi
pembagian bilangan pecahan empat siswa SMP N 3 Depok kelas VII B yang dapat
diperoleh dari hasil tes uraian serta hasil analisa wawancara.

H. Analisis Data dan Pembahasan


Berdasarkan data yang terkumpul dari 35 siswa terdapat siswa yang
mengerjakan soal dengan benar, mengerjakan soal dengan salah dan tidak
mengerjakan soal. Penulis hanya menampilkan jawaban yang salah saja untuk
mempermudah dalam melakukan analisis selanjutnya. Dengan adanya kesalahan-
kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan,
maka penulis memilih beberapa siswa yang melakukan kesalahan paling banyak.
Berikut ini rangkuman pola kesalahan yang ditemukan oleh penulis pada
operasi pembagian bilangan pecahan dan juga faktor penyebab terjadinya kesalahan
tersebut.
a. Kesalahan pada pemahaman algoritma dasar pembagian bilangan
pecahan.
Pada kesalahan pemahaman algoritma dasar pembagian bilangan pecahan, penulis
menemukan beberapa pola kesalahan yaitu:
1) Siswa menganggap bahwa pembagian bilangan pecahan
dengan bilangan bulat, dimanapun letak bilangan pecahannya maka bilangan
pecahan tersebutlah yang harus dibalik.
Pola kesalahan yang dilakukan dapat dilihat dari jawaban yang diberikan

1 3
2 2
3 1
oleh siswa misalnya . Pola kesalahan tersebut sesuai dengan hasil
penelitian Tirosh (2000). Kesalahan ini terjadi karena kurangnya pemahaman
konsep dasar pembagian bilangan pecahan dengan bilangan bulat.

2) Siswa menganggap bahwa cara penyelesaian operasi


pembagian bilangan pecahan sama dengan menyelesaikan operasi penjumlahan
pada bilangan pecahan yaitu dengan menyamakan penyebut.

8
Pola kesalahan yang dilakukan dapat dilihat dari jawaban yang diberikan

1 1 2 1 6 6
2 2
3 3 1 3 3 3
oleh siswa yaitu , siswa tersebut menggunakan

a c ad bc

b d bd
konsep penjumlahan yaitu dalam menyelesaikan operasi
pembagian pada bilangan pecahan. Pola kesalahan tersebut sesuai dengan hasil
penelitian Tirosh (2000). Kesalahan ini terjadi karena adanya penerapan hukum
dan strategi yang tidak relevan yaitu siswa menggunakan konsep penjumlahan
pecahan dalam menyelesaikan operasi pembagian pada bilangan pecahan.
3) Siswa menyelesaikan operasi pembagian bilangan bulat
dengan bilangan pecahan dengan cara langsung membagi bilangan-bilangan
tersebut.
Pola kesalahan yang dilakukan dapat dilihat dari jawaban yang diberikan

3 2
6
5 5
oleh siswa yaitu . Pola kesalahan tersebut sesuai dengan hasil
penelitian yang diungkapkan oleh Naiser (2004). Kesalahan ini terjadi karena
kurangnya pemahaman konsep dasar pembagian bilangan pecahan dengan
bilangan bulat atau sebaliknya, serta kurangnya pemahaman konsep dasar
pembagian bilangan bulat.

b. Penulis juga menemukan adanya pola kesalahan lain yang berkaitan


dengan kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan yaitu:
Kesalahan pada pemahaman algoritma dasar perkalian bilangan pecahan.
Pola kesalahan yang penulis temukan ini tidak terdapat pada rumusan kategori
pola kesalahan yang penulis buat pada bab 3. Penulis menganggap bahwa pola
kesalahan yang ditemukan ini merupakan kategori pola kesalahan yang lain. Pada
kesalahan pemahaman algoritma dasar perkalian bilangan pecahan, penulis
menemukan beberapa pola kesalahan yaitu:

9
1) Siswa berasumsi bahwa perkalian antara bilangan bulat
dengan bilangan pecahan atau sebaliknya sama dengan mengubah bentuk
pecahan campuran ke dalam bentuk pecahan biasa.
Pola kesalahan yang dilakukan oleh Angga dapat dilihat dari jawaban yang

3 5 23
6 6
5 3 3
diberikan oleh Angga yaitu . Penulis memandang bahwa
pembagian pada bilangan pecahan memiliki kaitan yang erat dengan perkalian
pada bilangan pecahan. Hal ini dapat dilihat dari definisi pembagian pada
bilangan pecahan yaitu membagi suatu pecahan sama dengan mengalikan
dengan kebalikan dari pecahan pembaginya.
Berdasarkan hasil analisis di atas, kesalahan tersebut terjadi karena adanya
penerapan hukum dan strategi yang tidak relevan yaitu siswa menganggap
bahwa pecahan campuran itu merupakan bentuk lain dari perkalian antara
bilangan bulat dengan bilangan pecahan.relevan serta kurangnya pemahaman
konsep dasar perkalian bilangan bulat dengan bilangan pecahan.
2) Siswa berasumsi bahwa dalam menyelesaikan perkalian
bilangan bulat dengan bilangan pecahan, siswa mengalikan bilangan bulat
dengan pembilang dan juga bilangan bulat dengan penyebutnya.
Pola kesalahan ini dapat dilihat dari jawaban yang diberikan oleh Hagi

5 30 15
6
3 18 9
yaitu pada tabel 4.12. Dasar pemikiran siswa sehingga muncul
cara ini yaitu didasarkan pada cara penyelesaian perkalian pecahan dengan
pecahan dimana pembilang dikalikan dengan pembilang dan penyebut dikalikan

n m nm

a b ab
dengan penyebut .
Berdasarkan hasil analisis di atas, faktor penyebab terjadinya kesalahan ini
adalah kurangnya penguasaan keterampilan prasyarat yaitu siswa tidak
mengetahui bahwa bilangan bulat dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan.
Selain itu faktor yang lainnya yaitu kurangnya pemahaman konsep perkalian
antara bilangan pecahan dengan bilangan bulat.

10
I. Kesimpulan
Dari perumusan masalah yang dirumuskan oleh penulis pada bab I maka
penulis dapat menjawab perumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Apa saja pola kesalahan yang terkait dengan operasi
pembagian bilangan pecahan dari siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Depok Tahun
pelajaran 2008 / 2009?
a. Kesalahan pada pemahaman algoritma dasar pembagian bilangan pecahan. Pola
kesalahan yang dapat diungkap yaitu sebagai berikut:
1) Siswa menganggap bahwa pembagian bilangan pecahan dengan bilangan
bulat, dimanapun letak bilangan pecahannya maka bilangan pecahan
tersebutlah yang harus dibalik.
2) Siswa menganggap bahwa cara penyelesaian operasi pembagian bilangan
pecahan sama dengan menyelesaikan operasi penjumlahan pada bilangan
pecahan yaitu dengan menyamakan penyebutnya.
3) Siswa menyelesaikan operasi pembagian bilangan bulat dengan bilangan
pecahan dengan cara langsung membagi bilangan-bilangan tersebut.
b. Dalam penelitian ini penulis juga menemukan adanya pola kesalahan lain yang
berkaitan dengan kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan yaitu
sebagai berikut:
kesalahan pada pemahaman algoritma dasar perkalian bilangan pecahan.
Pola kesalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah:
1) Siswa berasumsi bahwa perkalian antara bilangan bulat dengan bilangan
pecahan atau sebaliknya sama dengan mengubah bentuk pecahan campuran
ke dalam bentuk pecahan biasa.
2) Siswa berasumsi bahwa dalam menyelesaikan perkalian bilangan bulat
dengan bilangan pecahan, siswa mengalikan bilangan bulat dengan
pembilang dan juga bilangan bulat dengan penyebutnya.

2. Apa faktor penyebab terjadinya kesalahan pada operasi


pembagian bilangan pecahan dari siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Depok Tahun
pelajaran 2008 / 2009?
a. Penerapan hukum dan strategi yang tidak relevan.

11
Salah satu contoh bukti adanya penerapan hukum dan strategi yang tidak relevan
yaitu siswa menggunakan konsep penjumlahan pecahan dalam menyelesaikan
operasi pembagian pada bilangan pecahan.
b. Kurangnya pemahaman konsep dasar perkalian dan pembagian bilangan bulat
dengan bilangan pecahan.
c. Kurangnya penguasaan keterampilan prasyarat pada bilangan pecahan. Misalnya
siswa tidak mengetahui bahwa bilangan bulat dapat dinyatakan dalam bentuk
pecahan.

DAFTAR PUSTAKA

Bergeson, Terry. (2000). Teaching and Learning Mathematics, Using Research to


Shift From the Yesterday Mind to the Tommorow Mind. State
Superintendent of Public Instruction. Dalam
http://www.k12.wa.us/research/pubdocs/pdf/mathbook.pdfhttp. Diakses pada
tanggal 3 Desember 2008.

Krismayanti, D. F. (2006). Miskonsepsi Bilangan dan Operasinya Siswa kelas VII di


SMP Kanisius Pakem. Makalah. USD Yogyakarta.

Kuhnelt, H. (1989). Interdisciplinary Aspects of Physics Education. Austria:


Universitas Wien Almunster.

Naiser, E. A. (2004). Understanding Fractional Equivalence and the Differentiated


Effect on Operations with Fraction. Dalam http://txspace
tamu.edu/bitsream/handle/1969.1/1469/etd-tamu-2004C-EDCI-Naiser.pdf?seq .
Diakses pada tanggal 9 Juni 2008.

Nazir, M. (1985). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Newstead, K. & Murray, H. (1998). Young students Contruction of Fraction,


Proceedings of the Twenty-second International Conference for the Psychology
of Mathematics Education: vol 3(pp.295-302). Stellenbosch, South,
dalamhttp://academic.sun.ac.za/mathed/MALATI/Files/Fractions98.pdf. Diakses
pada tanggal 9 Juni 2008.

Ruseffendi. (1980). Pengajaran Matematika Modern untuk Orangtua Murid dan


SPG. Tarsito, Bandung.

Tirosh, D. (2000). Enhancing Prospective Teachers Knowledge of Childrens


Conceptions: The case of Division of Fractions. Tel-Aviv University. Israel.

Van Den Berg, E. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Sebuah Pengantar
Berdasarkan Lokakarya yang Diselenggarakan di Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga, 7-10 Agustus 1990. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

12
Indonesia 50711.

*) Anik Yuliani, (Penulis) adalah Dosen Tetap di STKIP Siliwangi Bandung, lahir di
Cilacap, 7 Agustus 1986; S1 Pend. Matematika Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, S2 Pend Matematika SPs UPI.

13

Anda mungkin juga menyukai