Makalah Sistem Pencernaan
Makalah Sistem Pencernaan
ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK IX KELAS A2 :
1. MARDIYANA
2. M. KHAIRUL FAHMI
3. I WAYAN BUDIARTHA
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Waktu :
Disetujui Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.Berkat
karunianya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Tujuan 2
1.3.Manfaat 2
2.1.Pengertian 3
2.2.Klasifikasi 4
2.3.Etiologi 5
2.4.Patofisiologi 6
2.5.Manifestasi Klinis 7
2.6.Komplikasi........................................................................................ 9
2.7.Pencegahan........................................................................................ 10
2.8.Pemeriksaan Penunjang 10
2.9.Pathway keperawatan....................................................................... 14
3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia adalah suatu kelemahan pada dinding otot perut di segmen usus atau
struktur perut menonjol. Hernia dapat juga penetreate melalui cacat lainnya di
dinding perut, melalui diafragma, atau melalui struktur lainnya dalam rongga
perut. (Donna,2000)
Manifestasi klinik yang sering terjadi pada pasien dengan hernia yaitu
obstruksi usus, seperti muntah-muntah, sakit perut crampy, distensi, nyeri
abdomen, panas, adanya tonjolan pada area inguinal atau abdomen femoral,
nausea, dan tachi cardi, disuria disertai hematuria dan sesak nafas. Masalah
keperawatan yang sering muncul pada kasus hernia diantaranya potensial injuri,
knowledge defisid, gengguan rasa nyaman, retaensi urine, dan potensial infeksi.
Bila hernia tidak diatasi secara cepat dan tepat maka akan terjadi
komplikasi seperti incareta, strangulate, perforasi, infeksi postop, scrotal edema,
dehinse post operasi, dan evisceration. Berdasarkan masalah tersebut diatas dan
komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien hernia bila tidak dilakukan secara
adekuat, maka perlu asuhan keperawatan secara komprehensif yang mencakup
kebutuhan biopsikososial spiritual yang terkait dengan masalah tersebut.Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk menyusun makalah ilmiah dengan judul Askep
Hernia.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai tujuan yang terdiri dari tujuan
umum dan tujuan khusus sebagai berikut
Tujuan khusus penulisan makalah ilmiah ini adalah agar dapat menggambarkan
tentang:
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, 1997, hal 700).
Hernia adalah penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan melalui lubang
yang abnormal (Dorlan, 1994,hal 842)
Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya. Hernia scrotal
adalah burut lipat pada laki-laki yang turun sampai ke dalam kantung buah zakar
(Laksman, 2002, hal 153).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post operasi hernia scrotalis
dextra adalah hernia inguinalis lateralis dimana penonjolan serat atau ruas organ
atau jaringan yang melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan mencapai scrotum bagian kanan dan telah dilakukan tindakan
pembedahan oleh ahli bedah.
2.2 KLASIFIKASI
1. Hernia Reponiblis
Hernia yang dapat masuk kembali ketika penderita tidur terlentang atau dapat
dimasukkan oleh penderita atau ahli bedah.
2. Hernia Ireponiblis
Apabila isinya tidak dapat dikembalikan ke dalam abdomen dan tidak tampak
adanya komplikasi.
3. Hernia Obstruksi
4. Hernia Strangulasi
Hernia akan mengalami strangulasi bila suplai darah terhadap isinya sangat
terganggu yang dapat mengakibatkan gangren.
Adapun tindakan yang digunakan untuk mengatasi hernia ada 2 macam yaitu;
1. Tindakan konservatif
2. Tindakan definitive
a. Herniotomi
2.3 ETIOLOGI
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih
banyak terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan
pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantung dan isi hernia, disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang
dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
tersebut.
1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan
prosesus vaginalis.
4. Batuk kronik.
Indikasi pelaksanaan operasi adalah pada semua jenis hernia, hal ini dikarenakan
penggunaan tindakan konservatif hanya terbatas pada hernia umbilikalis pada
anak sebelum usia dua tahun dan pada hernia ventralis. Tindakan operasi
dilakukan pada hernia yang telah mengalami stadium lanjut yaitu;
2.4 PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik
perineum ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir umumnya
prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat
melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali kanalis ini tidak
menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga
terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul
hernia inguinalis lateralis congenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanalis
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral akuisita.
Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada
saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia
masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai
ke scrotum yang disebut juga hernia scrotalis.
Tindakan bedah pada hernia dilakukan dengan anestesi general atau spinal
sehingga akan mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) yang berpengaruh pada
tingkat kesadran, depresi pada SSP juga mengakibatkan reflek batuk
menghilang. Selain itu pengaruh anestesi juga mengakibatkan produksi sekret
trakeobronkial meningkat sehingga jalan nafas terganggu, serta mengakibatkan
peristaltik usus menurun yang berakibat pada mual dan muntah, sehingga
beresiko terjadi aspirasi yang akan menyumbat jalan nafas.
Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini karena kehilangan
darah dan kehilangan cairan yang tidak terasa melalui paru-paru dan kulit. Insisi
bedah mengakibatkan pertahanan primer tubuh tidak adekuat (kulit rusak,
trauma jaringan, penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh), luka bedah sendiri
juga merupakan jalan masuk bagi organisme patogen sehingga sewaktu-waktu
dapat terjadi infeksi.
Rasa nyeri timbul hampir pada semua jenis operasi, karena terjadi torehan,
tarikan, manipulasi jaringan dan organ. Dapat juga terjadi karena kompresi /
stimulasi ujung syaraf oleh bahan kimia yang dilepas pada saat operasiatau
karena ischemi jaringan akibat gangguan suplai darah ke salah satu bagian,
seperti karena tekanan, spasmus otot atau hematoma.
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha,
benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila
menangis, mengejan, mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat
timbul kembali, bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum
biasanya baik pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha,
scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta
mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam
keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan coba didorong apakah
benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-
anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar.
Tindakan operatif dilakukan dengan melakukan insisi pada tubuh sehingga tubuh
memerlukan waktu untuk penyembuhan luka. Luka bedah karena dilakukan
dengan disertai teknik asepsis pada umumnya penyembuhannya lancar dan
cepat.
Ada empat fase penyembuhan luka; fase I penyembuhan luka, lekosit mencerna
bakteri dan jaringan rusak. Fibrin tertumpuk pada gumpalan yang mengisi luka
dan pembuluh darah tumbuh pada luka dari benang fibrin sebagai kerangka.
Luka kekuatannya rendah tapi luka yang dijahit akan menahan jahitan dengan
baik. Pasien akan terlihat dan merasa sakit pada fase ini yang berlangsung
selama 3 (tiga) hari.
Fase II berlangsung 3 14 hari setelah pembedahan. Lekosit mulai menghilang,
semua lapisan epitel mulai beregenerasi selengkapnya dalam 1 (satu) minggu.
Jaringan baru memiliki sangat banyak jaringan vaskuler, jaringan ikat berwarna
kemerah-merahan karena banyak pembuluh darah dan mudah terjadi
perdarahan, pasien akan terlihat lebih baik. Tumpukan kolagen serabut protein
putih akan menunjang luka dengan baik dalam 6 7 hari. Jadi jahitan diangkat
pada waktu ini, tergantung pada tempat dan luasnya bedah.
Pada fase III kolagen terus bertumpuk. Hal ini akan menekan pembuluh darah
baru dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah
jambu yang luas. Pada fase ini yang kira-kira berlangsung dari minggu ke dua
sampai minggu ke enam post operasi, pasien harus menjaga agar tidak
menggunakan otot yang terkena.
Fase terakhir, fase ke IV berlangsung beberapa bulan post operasi. Pasien akan
mengeluh gatal diseputar luka. Kolagen terus menimbun pada waktu ini, luka
menciut dan menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur.
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara
lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya
dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis.
Sedangkan komplikasi operasi hernia dapat berupa cidera vena femoralis, nervus
ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk
pada hernia geser. Nervus ilioinguinalis harus dipertahankan sejak dipisahkan
karena jika tidak, maka dapat timbul nyeri pada jaringan parut setelah jahitan
dibuka.
Komplikasi dini setelah operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma, infeksi
luka, bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi lama
merupakan atrofi testis karena lesi arteri spermatika atau bendungan pleksus
pampiniformis, dan yang paling penting, terjadinya residif (kekambuhan). Insiden
dari residif begantung pada umur pasien, letak hernia, teknik yang digunakan
dalam pembedahan dan cara melakukannya.
2.7 PENCEGAHAN
1. Pemeriksaan Fisik
Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk
sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda
spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum
inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak
superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar
dan dimasuki oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal
inguinal, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau
mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh
ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring
terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan
yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan hernia
dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan
perlahan-lahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri. Uraian tentang ciri-ciri
hernia akan dibahas berikutnya.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk
kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari
telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk
memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang
anda rasa lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia
inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat
dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda
yang berguna untuk menegakkan dignosis hernia inguinal indirek.
- Elektromiografi
- Venogram epidural
- Fungsi lumbal
- Scan CT
- MRI
- Mielogram
2. Pemeriksaan darah
2. Urinalisis
3. GDA
4. EKG
Resti infeksi
Kompresi saraf
ansietas
Perdarahan
Defisit of knowledge
Otot dinding
Herniorapi / Herniotomi
Luka insisi
Efek anestesi
(
Kerusakan mobilitas fisik
2.10FOKUS KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Status Respiratori
b. Status Sirkulatori
c. Status Neurologis
d. Balutan
Keadaan balutan, terdapat drain, terdapat selang yang harus disambung dengan
system drainase.
e. Kenyamanan
Terdapat nyeri, mual, muntah, sikap tidur yang nyaman dan memperlancar
ventilasi.
f. Keamanan
Terdapat pengaman pada tempat tidur, alergi atau sensitive terhadap obat,
makanan, plester, larutan. Munculnya proses infeksi ; demam.
2) Diagnosa Keperawatan
3) Intervensi
NO
DX KEP
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1.
2.
3.
Kriteria Hasil :
a. Jalan napas pasien bersih, ditandai dengan bunyi napas normal pada
auskultasi.
1)Pertahankan jalan nafas pasien dengan meletakkan pasien pada posisi yang
sesuai.
2) Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien pada posisi semi
fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi atau posisi
terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat.
1) Mencegah obstruksi jalan nafas. Elevasi kepala dan posisi miring akan
mencegah terjadinya aspirasi dari muntah, posisi yang benar akan mendorong
ventilasi pada lobus paru bagian bawah dan menurunkan tekanan pada
diafragma.
3) dilakukan untuk meningkatkan pengambilan oksigen yang akan diikat oleh Hb.
4) Obstruksi jalan nafas dapat terjadi karena adanya darah atau mukus dalam
tenggorokan atau trakea.
3. Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot
dan menurunkan edema dan tekanan.
(Doengoes, 2000;
Swearingen,2001)
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 63 tahun
Pendidikan : SD
Status : Kawin
Nama : Tn. T
Umur : 43 tahun
Pendidikan : SMP
Status : kawin
3. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan Utama
Benjolan di lipat paha sebelah kanan.
Benjolan di lipat paha kanan, dialami penderita sejak kurang lebih 2 tahun
sebelum masuk rumah sakit. Benjolan dirasakan penderita keluar masuk.
Benjolan keluar dan membesar bila penderita mengangkat beban berat atau
berjalan jauh dan benjolan akan masuk kembali bila penderita beristirahat
(tiduran). Penderita tidak merasakan nyeri, mual muntah, serta demam.
Riwayat batuk lama (+), sakit jantung (-), darah tinggi (-).
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga. Menikah dan mempunyai
5 orang anak. Penderita bekerja sebagai buruh bangunan sehingga sering
mengangkat beban yang berat.
4. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : E4V5M6
Nadi : 84 x/menit.
Respirasi : 22 x/menit
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat isokor kiri =
Rectal Toucher : Tonus sfingther ani cekat, ampula kosong, mukosa licin,
prostat kesan normal.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb : 14,1 gr%
Leukosit : 4800/mm3
Trombosit : 188.000/mm3
Radiologi
EKG : LAHB
B. ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Problem
1.
DS :
DO :
Tindakan
Nyeri
Gangguan nyaman/Nyeri
Nyeri
2.
DS :
DO :
Tindakan opersi
Nyeri
Gangguan Berkemih
Retensi Urine
3.
DS :
- Klien / keluarga mengatakan tidak mengetahui komplikasi, cara
perawatan serta tanda dan gejala dari hernia
DO :
keterbatasan pengatahuan
Kurang pengetahuan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan
nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen.
3. Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan
adanya hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka.
D. INTERVENSI
NO
Dx Keperawatan
NOC
NIC
RASIONAL
1.
2.
3.
a. Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat
berkemih.
b. Pantau haluaran urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml
dalam suatu waktu.
E. IMPLEMENTASI
Tgl/jam
Dx keperawatan
Tindakan
Paraf
10 November 2011
09.00 WITA
12 November 2011
09.00 WITA
13 November 2011
09.00 WITA
14 November 2011
09.00 WITA
15 November 2011 09.00 WITA
TT
F. EVALUASI
Catatan perkembangan
Tanggal /Jam
Dx Keperawatan
Perkembangan SOAP
10 November 2011
09.00 WITA
12 November 2011
9.00 WITA
13 November 2011
9.00 WITA
14 November 2011
9.00 WITA
15 November 2011
9.00 WITA
16 November 2011
9.00 WITA
18 November 2011
9.00 WITA
19 November 2011
9.00 WITA
20 November 2011
9.00 WITA
22 November 2011
9.00 WITA
24 November 2011
9.00 WITA
25 November 2011
9.00 WITA
1.
2.
3.
O:
P : Bed rest
S : (-)
P : Bed rest
S : (-)
Laporan operasi.
Identifikasi kantong hernia, dibuka keluar cairan serous 20 cc, isi omentum
Kontrol perdarahan
Operasi selesai
Interome 2 dd 1 gr i.v
Metronidazole 3 dd 1 drips
Puasa bila Bu (+) dan penderita sadar betul boleh minum sedikit demi sedikit
S : Nyeri luka bekas operasi (+)
Abdomen : Datar lemas, bising usus (+), defence muscular (-), nyeri tekan pada
bekas operasi (+).
Interome 2 dd 1 gr i.v
Metronidazole 3 dd 1 drips
Abdomen : Datar lemas, bising usus (+), defense muscular (-), nyeri tekan pada
bekas operasi (+).
Cefixime 2 dd 1 caps
Ultracet 2 dd 1
Kalmex 3 dd 1
Mobilisasi
Abdomen : Datar lemas, bising usus (+), defense muscular (-), nyeri tekan pada
bekas operasi (+).
P : Cefixime 2 dd 1 caps
Ultracet 2 dd 1
Kalmex 3 dd 1
Mobilisasi
Abdomen : Datar lemas, bising usus (+), defense muscular (-), nyeri tekan pada
bekas operasi (+).
P : Cefixime 2 dd 1 caps
Ultracet 2 dd 1
Kalmex 3 dd 1
Mobilisasi
S : (-)
Abdomen : Datar lemas, bising usus (+), defense muscular (-), nyeri tekan pada
bekas operasi (+).
Metronidazole 3 dd 500 mg
Intervensi dihentikan
A: masalah teratasi
A: masalah teratasi
A: masalah teratasi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/12/hernia/
http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=1000546