Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan Kota Ambon sebagai Ibukota Propinsi Maluku yang merupakan pusat

pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan jasa berimplikasi langsung terhadap kecenderungan

buangan/limbah yang meningkat dan bervariasi. berbagai permasalahan yang muncul adalah

banyaknya pembuangan sampah ke sungai, saluran irigasi, pekarangan, masih terbatasnya

sampah yang terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) serta jangkauan pelayanan yang

masih terbatas. Penelitian ini Bertujuan untuk mengevaluasi Kinerja Pengelolaan Sampah Di

Kota Ambon serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ruang lingkup spasial penelitian ini

meliputi 50 Desa/Kelurahan berdasarkan RUTRK Kota Ambon. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Michael Mainake (2010), Mahasiswa Program Studi S2 Perencanaan Kota dan

Daerah Universitas Gajah Mada, menemukan bahwa kinerja pengelolaan sampah di di wilayah

pusat Kota Ambon menurut standar normatif sudah cukup baik. Dilihat dari prioritas pelayanan

sampah juga sudah tepat yakni daerah komersial, pasar, dan permukiman penduduk yang

berkepadatan 50 sampai 100 jiwa/ha. Jumlah sampah yang terangkut setiap hari ke TPA, luas

daerah dan jumlah penduduk yang sudah terlayani yakni diatas 50%. Hasil kinerja pengelolaan

sampah berdasarkan persepsi masyarakat sudah cukup baik, tetapi belum sepenuhnya sesuai

dengan kepuasan atau harapan masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

pengelolaan sampah antara lain jumlah personil dan sarana prasarana masih terbatas, operasional

pengangkutan yang belum optimal, pendapatan dari retribusi rendah sehingga perlu subsidi untuk

operasional, biaya operasional sangat terbatas, masyarakat belum sepenuhnya mendukung

pengelolaan sampah dan masih kurangnya penindakan terhadap pelanggaran peraturan tentang
persampahan. Penelitian tersebut merekomendasikan bahwa pemerintah perlu menambah

jangkauan pelayanan sampah, personil, peralatan serta memberikan sosialisasi mengenai

pengelolaan sampah kepada masyarakat.


Untuk mengentaskan masalah persampahan di Kota Ambon menindaklanjuti UU No 18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2012 tentang

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Maka

diterbitkan Perda Kota Ambon No. 07 Tahun 2013 tentang Retribusi dan Pengelolahan

Persampahan dan kemudian direvisi kembali dengan diterbitkannya Perda Kota Ambon No. 05

Tahun Tahun 2015 tentang Retribusi dan Pengelolahan Persampahan.


Dalam implementasi Peraturan Daerah yang telah diterbitkan mulai dari proses

pengorganisasian lewat dinas terkait yakni Dinas Kebersihan dan Tata Kota cukup terintegrasi.

Namun dalam ha ini proses pelibatan lembaga pemerintahan desa/negeri/kelurahan hingga ke

tingkatan RT dan RW belum teriintegrasi secra maksimal dan bahkan belum ada.

Untuk mengevaluasi proses penanganan dan pengelolahan persampahan ini, penulis

menggunakan pendekatan fungsi manajemen POAC ( Planing, Organising, Actuating dan

Controling). Pendekatan membantu untuk memahami apa yang manajer lakukan, yaitu

menganggap pekerjaan mereka sebagai suatu proses. Proses adalah serangkaian tindakan untuk

mencapai sesuatu. Misalnya, membuat keuntungan atau menyediakan layanan. Untuk mencapai

tujuan, manajer menggunakan sumber daya dan melaksanakan empat fungsi manajerial utama,

yaitu POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling).

POAC diterapkan dalam setiap organisasi di seluruh dunia guna mempertahankan

kelanjutan organisasi. POAC adalah dasar manajemen untuk organisasi manajerial. Terdapat

beberapa konsep proses manajemen, misalnya saja PDCE (Plan, Do, Check, Evaluate), dan

PDCA (Plan, Do, Check, Action). Namun, konsep POAC lebih banyak digunakan dan diterapkan
karena lebih sesuai untuk setiap tingkat manajemen. Fungsi POAC sendiri dalam suatu

organisasi adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian

tujuannya.

Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk mencapai tujuan

tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi utama manajemen dan meliputi segala

sesuatu yang manajer kerjakan. Di dalam planning, manajer memperhatikan masa depan,

mengatakan Ini adalah apa yang ingin kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya.

Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari perencanaan karena setiap pilihan dibuat

berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana. Planning penting karena banyak berperan dalam

menggerakan fungsi manajemen yang lain.

Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap sumber

daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan

organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam

setiap tugas yang spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan

beberapa tugas.

Aspek utama lain dari organizing adalah pengelompokan kegiatan ke departemen atau

beberapa subdivisi lainnya. Misalnya kepegawaian, untuk memastikan bahwa sumber daya

manusia diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Memekerjakan orang untuk pekerjaan

merupakan aktifitas kepegawaian yang khas. Kepegawaian adalah suatu aktifitas utama yang

terkadang diklasifikasikan sebagai fungsi yang terpisah dari organizing.

Actuating adalah peran manajer untuk mengarahkan pekerja yang sesuai dengan tujuan

organisasi. Actuating adalah implementasi rencana, berbeda dari

planning dan organizing. Actuating membuat urutan rencana menjadi tindakan dalam dunia
organisasi. Sehingga tanpa tindakan nyata, rencana akan menjadi imajinasi atau impian yang

tidak pernah menjadi kenyataan.

Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini membandingkan

antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang

signifikan antara kinerja aktual dan yang diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang

sifatnya mengoreksi. Misalnya meningkatkan periklanan untuk meningkatkan penjualan.

Fungsi dari controlling adalah menentukan apakah rencana awal perlu direvisi, melihat

hasil dari kinerja selama ini. Jika dirasa butuh ada perubahan, maka seorang manajer akan

kembali pada proses planning. Di mana ia akan merencanakan sesuatu yang baru, berdasarkan

hasil dari controlling.

Pada proses ini yang berperan sebagai manajer yakni melekat pada pemerintah Kota

Ambon secara kelembagaan dan khususnya Walikota secara individu sebagai pemimpin,

pengarah, penguasa sekaligus sebagai penanggungjawab dalam proses pembuatan kebijakan.

Karena setiap kebijakan yang diimplementasikan merupakan bagian dari visi dan misi walikota

sendiri yang memperhatikan kompleksitas kehidupan masyarakat Kota (Ambon).

Untuk menjawab komleksitas yang ada, pemerintah Kota kemudian menyusun dalam

agenda prioritas program pemerintah.

Dalam menjawab permasalahan sampah, ada perda yang diterbitkan oleh pemerintah,

sejauh pengamatan penulis tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada penangan sampah di

wilayah pinggiran kota terlebih khusus di daerah pemukiman yang berada di pegunungan.

Akibat mobil sampah yang tidak bisa menjangkau daerah pemukiman yang berada di

pegunungn maka, pemerintah mengambil kebijakan membangun infrastruktur pengelolahan


sampah berupa Bak Pembakaran Sampah. Dengan adanya bak pembakaran sampah diharapkan

dapat menyelesaikan masalah sampah di daerah pemukiman yang berada di pegunungan.

Dalam pengamatan penulis yang juga tinggal diaerah sekitar pemukiman tersebut.

Keberadaan bak pembakaran sampah tidaklah efetif menyelesaikan permasalahan penangan

sampah. Padahal jumlah bak pembakaran sampah telah disesuaikan dengan jumlah kepala

keluarga yang ada. Selalu saja menjadi hambatan Karena kurangnya pemahaman msyarakat

tentang cara penggunaan bak pembakaran sampah. Selain itu kendala yang terlihat adalah tidak

ada yang bertanggungjawab dalam pengoperasian bak pembakaran sampah pada masyarakat

setempat terlebih lagi perangkat kelurahan pada tingkatan RT dan RW. Terlihat bahwa proses

Organising pada kelurahan-kelurahan di wilayah pemukiman penduduk pada daerah pegunungan

tidak terintegrasi secra baik. Sehingga proses Actuating tidak berjalan secara maksimal.

Masalah yang diulas oleh penulis diatas, ditemukan pada daerah RT 002, RW 04

Kelurahan Nusaniwe Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon. hal tersebut membuat penulis merasa

sangat perlu dan tertantang untuk meneliti dan mengembangkan dalam penelitian penulis dengan

Judul Evaluasi Penanganan Sampah dengan Pendekatan Fungsi Manajemen Sistem POAC

(Studi Kasus RT 002, RW 04 Keluraha Nusaniwe Kecamatan Nusanwe Kota Ambon).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sebelumnya telah di deskripsikan, maka

penulis dapat merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai

berikut: Bagaimana pelaksanaan penangan sampah di RT 002, RW 04 Kelurahan Nusaniwe

Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon dalam pendekatan Fungsi Manajemen Sistem POAC?

C. Pembatasan Masalah
Adapun masalah yang akan diteliti oleh penulis terbatas pada Fungsi Organising dan

Actuating di RT 002, RW 04 Kelurahan Nusaniwe Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon terkait

pengelolahan penggunaan bak pembakaran sampah.

D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh penulis yakni menemukan pokok permasalahan

terkait pengelolahan sampah di RT 002, 04 Kelurahan Nusaniwe Kecamatan Nusaniwe

Kota Ambon dalam pendekatan Fungsi manajemen Sistem POAC.


2. Kegunaan Penelitian
Penulis berkspestasi bahwa penelitian ini dapat berguna sebagai :
a. Acuan dalam proses penangan masalah sampah pada Kota Ambon dimasa yang kan

datang.
b. Bahan Informasi bagi semua pihak terutama pada RT 002, RW 04 Kelurahan

Nusaniwe Kecamatan Nusaniwe dalam usaha untuk berbenah pada penyelesaian

masalah sampah.
c. Sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan

dengan spesifikasi Ilmu Administrasi Publik.


E. KERANGKA TEORI
Teori dan konsep yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu Konsep Fungsi

Manajemen POAC yang difokuskan pada konsep fungsi pengorganisasian dan konsep fungsi

fungsi actuating. konsep fungsi Pengorganisasian (Organising) menggunakan pemikiran George

R. Terry, Allen dan Sondang P. Siagian. Konsep fungsi pengarahan atau penggerakan

(Actuating) menggunakan pemikiran Koontz dan Donnel, dan Terry. Kedua konsep tersebut yang

menjadi pendekatan dari penulis untuk memotret serta menganalisa realitas kasus yang diteliti.
1. Konsep Fungsi Pengorganisasian (Organising)
Fungsi pengorganisasian (organizing) tidak lain adalah pembagian kerja, artinya penentuan

pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, mengelompokkan tugas-tugas dan membagi-bagikannya


kepada setiap karyawan, serta menetapkan hierarki dan hubungan-hubungan. Untuk lebih jelasnya

berikut ini adalah definisi yang diberikan oleh para ahli administrasi dan manajemen.
Georg R. Terry didalam Sadjiman (2007) mengemukakan : Organizing is the establishing of

effective behavioral relationship among persons so that may work together efficiently and again

personal satisfaction in doing selected tasks under given environmental conditions for the purpose of

achieving some goal or objective. (Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-

hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara

efisien, dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas

tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu).
Allen seperti dikutip oleh Sadjiman (2007) : We can define organization as the process of

identifying and grouping the work to be performed, defining and delegating responsibility and

authority and establishing relationships for the purpose of enabling people to work most effectively

together in accomplishing objectives. (Kita dapat mendefinisikan organisasi sebagai proses

penentuan dan pengelompokkan pekerjaan yang akan dikerjakan, menetapkan dan melimpahkan

wewenang dan tanggung jawab, dengan maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerjasama

secara efektif dalam mencapai tujuan).


Sondang P. Siagian (2004) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah keseluruhan proses

pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa

sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Hasil pengorganisasian adalah organisasi. Organisasi

sebagai alat administrasi dan manajemen dapat ditinjau dari dua sudut pandangan, yaitu organisasi

sebagai wadah, dan organisasi sebagai proses.


1) Organisasi sebagai Wadah : Adalah tempat di mana kegiatan-kegiatan administrasi dan

manajemen dijalankan, dan karenanya bersifat relatif statis.


2) Organisasi sebagai Proses : Menyoroti interaksi antar orang-orang yang ada dalam

organisasi tersebut, dan karenanya bersifat dinamis. Dari interaksi ini menimbulkan dua

macam hubungan, yaitu :


a. Hubungan Formal (Formal Organization), yang diatur dalam dasar hukum pendirian

(Perpres, Permen, Perda, Akte : a.l. struktur organisasi dan tata kerja, hierarki, dsb.).
b. Hubungan Informal (Informal Orgasnization) yang didasarkan pada personal

relations, kesamaan keahlian, kesamaan kepentingan, kesamaan interes, dll. dari

orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut

Dari pemikiran para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam pengorganisasian ada

beberapa poin penting dalam pengejawantahan fungsi pengorganisasian yaitu proses kerja sama yang

efisien, pengelompokan kerja, serta pelimpahan wewenang dan tanggungjawab demi terciptanya

tujuan organisasi. Dalam kaitannya dengan kasus ini, Pemerintah Kota Ambon Sebagai organisasi

otonom yang dalm penangan samapah mestinya bisa menjalankan pengelompokan kerja untuk

melimpahkan tugas pembantuan pada tingkatan kelurahan hingga pada struktur pemerintahan

terendah yaitu RT dan RW dalam rangka penanganan masalah sampah.

2. Konsep Fungsi Pengarahan atau Penggerakan (Actuating)

Fungsi pengarahan atau penggerakkan (actuating) yang dikemukakan oleh Terry, dan para

ahli lain mengemukakannya dengan istilah berbeda walaupun maksudnya sama, misalnya directing,

leading, commanding, dan motivating. Perbedaannya sebenarnya hanya terletak pada kesan saja,

misalnya :

1) Istilah actuating, berarti menggerakkan dari belakang.


2) Istilah commanding dan leading, berarti pemimpin berada di atas dan tidak ikutserta

mengamati pelaksanaan, karena terlalu jauh dari bawahan.


3) Istilah directing, berarti pemimpin berada di samping bawahan sehingga tidak jelas

peranannya dalam pelaksanaan.


4) Istilah motivating, berarti pemimpin berada di tengah-tengah bawahan, dan dengan demikian

dapat memberikan bimbingan, perintah, nasihat, dan koreksi jika diperlukan


Koontz dan Donnel didalam Sadjiman (2007) : Directing and leading are the interpersonal

aspec of commanding by which subordinate are led to understand and contribute effectively and
efficiency to the attainment of enterprise objectives. (Pengarahan adalah hubungan antara aspek-

aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat

dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata).
Terry seperti dikutip Sadjiman (2007:63) : Actuating is setting all members of the group to

want to achieve and to strike to achieve the objective willingly and keeping with the managerial

planning and organizing effort. (Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau

bekerjasama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan

perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian).


Dalam kasus di RT 002, RW 04 Kelurahan Nusaniwe Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon.

Ketersediaan fasilitas pembakaran sampah yang di bengun oleh pemerintah kota, dalam

pengelolaannya di tingkat RT dan RW harusnya bisa terintegrasi secara baik. Masyarakat harus

diberikan pemahaman tentang cara pengelolahan sampah dengan bak menggunakan pembakaran

sampah, karena walaupun adanya kesadaran dari masyarakat sekitar tapi jika tidak ada pengetahuan

dan pemahaman tentang bagaimana cara penggunaan fasilitas yang tersedia maka fasilitas tersebut

tidak dapat secara efisien dan efektif. Apabila itu terjadi maka sudah pasti akan sanagt sulit untuk

menangani permasalahan sampah yang ada. Dan akibat yang paling buruk yaitu keberadaan fasilitas

tersebut akan menghabiskan anggaran semata.


F. Definisi Operasional
1. Pengelolaan sampah adalah pengumpulan,pengangkutan,pemrosesan, daur ulang atau

pembuangan dari material sampah.


2. RT dan RW
Rukun Tetangga (RT) adalah pembagian wilayah di Indonesia di bawah Rukun Warga. Rukun

Tetangga bukanlah termasuk pembagian administrasi pemerintahan, dan pembentukannya

adalah melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan kemasyarakatan

yang ditetapkan oleh desa atau kelurahan.


Rukun Warga (RW) adalah pembagian wilayah di Indonesia dibawah dusun atau lingkungan.

Rukun Warga bukanlah termasuk pembagian administrasi pemerintahan, dan


pembentukannya adalah melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan

kemasyarakatan yang ditetapkan oleh desa atau kelurahan.


G. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di RT 002, RW 04 Kelurahan Nusaniwe Kecamatan Nusaniwe

Kota Ambon.
2. Pendekatan Penelitian Kualitatif
Penelitian ini, menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus.
Ada dua hal yang menjelaskan pemilihan metode penelitian ini. Pertama, penggunaan
metode kualitatif dibuat untuk beberapa pertimbangan, yakni pendekatan ini lebih
membantu peneliti dalam menghadapi kenyataan yang kompleks dan metode ini juga
dapat menyajikan secara langsung hakikat hubungan peneliti dengan kasus atau masalah
yang diteliti. Penelitian kualitatif tidak bertujuan mengkonfirmasi realitas atau menguji
hipotesis tetapi justru menampakkan apa yang tersembunyi menjadi nyata dan eksplisit.
Kedua, metode studi kasus. Studi kasus adalah studi yang dalam penelahannya mencoba

mencermati suatu kasus secara spesifik, sistematis, intensif, mendalam dan komprehensif.

Oleh karena pendekatan ini bisa melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

eksplanasi, maka permasalahan ini sangat berkaitan dengan subyek penelitian. Hal ini

bertujuan agar dapat diperoleh pemahaman secara mendalam tentang latar belakang,

sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus yang diteliti. Menurut Alan Bryman, studi

kasus adalah analisis yang seksama dan intensif terhadap sebuah kasus tunggal. Metode

ini biasanya mencoba memahami kompleksitas dan sifat khas dari kasus yang diteliti.
3. Teknik Pengumpulan Data
1)Wawancara (Interview)
Untuk melakukan pendalaman terhadap objek penelitian, maka dilakukan wawancara

mendalam (in-depth interview) guna mendapatkan data primer (primary data) dengan

menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. Dengan menggunakan teknik

wawancara tidak terstruktur, diharapkan akan memberikan keleluasan kepada peneliti

dalam mengembangkan pertanyaan terhadap informan (tokoh-tokoh dan pelaku) yang

terlibat maupun tidak terlibat secara langsung.


Tabel I.I
Kategori Informan

No Kategori Informan Tujuan


1 Pemerintah Kota Ambon Mendapat data serta informasi terkait
regulasi serta kebijakan pengelolaan sampah
di Kota Ambon
2 Ketua RT 002, RW 04 Kelurahan Mendapat data serta informasi terkait
implementasi kebijakan pengelolaan
Nusaniwe kecamatan Nusaniwe Kota sampah pada lokasi yang diteliti.

Ambon
3 Masyarakat Mendapat data serta informasi terkait
dengan masalah dan kendala yang melatar
belakangi rendahnya pemahaman
masyarakat terhadap pemanfaatan
infrastruktur pengelolaan sampah.

2) Pengamatan (Observasi)
Metode ini merupakan salah satu instrumen dalam pengumpulan data, metode

pengamatan menjadi penting, terutama dalam penelitian jenis studi kasus. Pengamatan

khususnya dilakukan terhadap aktivitas pengelolaan sampah pada RT 002, RW 04 Kelurahan

Nusaniwe Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon.

H. Sitematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Bab pendahuluan berisi latar belakang permasalahan, permasalahan, tujuan

dan kegunaan penelitian, kerangka teori, definisi operasional, metode

penelitian dan sitematika penulisan.

BAB II : Bab ini berisi uraian teoritis

BAB III : Bab ini berisi Deskripsi Lokasi Penelitian

BAB IV : Bab ini berisi Analisis dan Interpretasi masalah

BAB V : Bab ini berisi kesimpulan dan saran


DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Malayu S.P. 2004. Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi

Revisi. Jakarta : Bumi Aksara.

Hasibuan, SP. Melayu. 2001. Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta :

Bumi Aksara.

Rengefurwarin Zainal. 2015. Bahan Ajardasar-Dasar Manajemen. Universitas Pattimura,

Makasar.
Mulyadi, 2005. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Penerbit Salemba

Empat, Jakarta.

Miftah Thoha. 2003. Kepemimpinan Dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku.

Edisi 1 Cet. 9 Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Rivai, Veithzal, 2004. Manajemen. Jakarta : PT. Bumi Rajagrafindo Persada.

Robbins Stephen. 2006. Organizational Behaviour. Alih bahasa Benyamin Molan. PT.

Index, Kelompok Gramedia. Jakarta.

Sarwoto. 1981. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Sadjiman Djunaidi, 2007. Dasar-Dasar Manajemen, Butir-Butir Bahan Diskusi.

Universitas Suryakancana, Cianjur

Siagian, Sondang P. 2004. Dasar-Dasar Manajemen dalam Organisasi. Jakarta :

Gunung Agung

Sukarno K. 2008. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : CV. Telaga Bening.

Siswanto, Sastrohadiwiryo. 2007. Manajemen Modern, Konsep dan Aplikasi. Bandung

Sinar Baru.

Wijayanti, 2008. Manajemen. Mitra Cendikia, Yogyakarta.

http://dc202.4 sharead.com/doc/8L3JA22Q/preview.html

Piusman.blogspot.co.id/?m:1

Anda mungkin juga menyukai