Anda di halaman 1dari 18

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

Drs.Johan Arifin, M.Si., Ph.D.

MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN AKTIVA YANG DIKELOLA


Kasus Dell Computer Corporation

Nama Kelompok :

Ayu Levia Tryana NIM 16919016


Moch Agung Gunarso NIM 16919013
R. Alem Janitra Abdul Rahman NIM 16919012
Yovi Citra Nengsih NIM 16919014
Yuni Wulandari NIM 16919017

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


YOGYAKARTA
MAGISTER AKUNTANSI
2016

1
1
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pada beberapa unit usaha, fokus adalah pada laba yang diukur dari selisih antara
pendapatan dan beban. Di unit usaha yang lain, laba dibandingkan dengan aktiva
digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Pusat tanggungjawab ini disebut sebagai
pusat investasi. Disini kita akan membahas mengenai berbagai jenis aktiva yang
digunakan oleh suatu pusat investasi, serta bagaimana cara mengukur dan mengendalikan
aktiva atau aset tersebut.
Ada 2 tujuan pengukuran penggunaan aktiva, antara lain :
1. Untuk memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan mengenai
aktiva yang digunakan.
2. Untuk mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas ekonomi.
Semakin banyak sumber daya yang digunakan, maka seharusnya semakin besar laba
yang akan diperoleh. Perbandingan ini digunakan untuk menilai kinerja manajer unit usaha
serta memutuskan cara pengalokasian sumber daya.
Umumnya para manajer unit usaha memiliki dua sasaran kinerja. Pertama, mereka
harus menghasilkan laba yang mencukupi dari sumber daya yang digunakan. Kedua,
mereka dapat menggunakan sumber daya tambahan hanya jika penggunaan tersebut
menghasilkan tingkat return yang lebih baik.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghubungkan antara laba dengan
dasar investasi/aktiva :
1. ROI (Return On Investment), yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi.
Rumusnya adalah dengan membagi pendapatan dengan investasi..
2. EVA (Economic Value Added), diperoleh dengan mengurangkan beban modal dari net
operating profit.

I.2. Rumusan Masalah


Adapaun rumusan masalah adalah sebagai berikut
a. Mengukur Aktiva yang digunakan
b. Eva Vs Roi
c. Pertimbangan tambahan dalam mengevaluasi manajer
d. Evaluasi Kinerja Perusahaan

I.3. Tujuan dari pembuatan masalah


a. Untuk mengetahui mengenai pengukuran aktiva yang digunakan
b. Untuk mengetahui keuntungan dan kelemahan EVA vs ROI

2
c. Untuk mengetahui tambahan mengevaluasi manajer
d. Untuk mengetahui evaluasi kinerja ekonomi suatu intentitas

II.
PEMBAHASAN dan KASUS

3
II.1. Mengukur Aktiva Yang Digunakan
a. Kas
Kas biasanya dikendalikan secara terpusat, karena pengendalian pusat memungkinkan
penggunaan saldo kas yang lebih kecil daripada jika setiap unit memegang saldo kas yang
dibutuhkanya untuk menyeimbangkan perbedaan antara kas masuk dan kas keluar.
Akibatnya, saldo kas aktual pada tingkat unit usaha cenderung lebih kecil dibandingkan
dengan saldo kas yang diperlukan.
Suatu alasan untuk memasukkan kas pada jumlah yang lebih besar daripada saldo yang
biasanya dipegang oleh suatu unit usaha adalah bahwa jumlah yang lebih besar ini
diperlukan untuk memungkinkan perbandingan dengan perusahaan luar. Beberapa
perusahaan mengabaikan unsur kas dalam dasar investasi. Alasannya adalah bahwa karena
jumlah kas tersebut mendekati kewajiban lancar (current liabilities). Jika demikian halnya,
jumlah piutang dan perusahaan akan mendekati jumlah modal kerja (working capital).

b. Piutang
Memasukkan unsur piutang pada harga jual atau pada harga pokok penjualan
merupakan hal yang masih diperdebatkan. Suatu phak dapat berargumen bahwa investasi
riil dari suatu unit dalam piutang adalah hanya sebesar harga pokokk penjualan dan bahwa
tingkat pengembalian yang memuaskan atas investasi ini mugkin sudah mencukupi. Dilain
pihak, adalah mungkin untuk mengatakan bahwa unit usaha dapat mnginvestasikan
kembali uang yang diperoleh dari piutang, dan karena itu, piutang harus dimasukkan pada
harga jualnya. Yang biasanya dilakukan adalah mengambil alternative yang lebih
sederhana yaitu memasukkan piutang pada nilai buku, yang merupakan harga jual
dikurangi penyisihan atas piutang tak tertagih.

c. Persediaan
Persediaan biasanya dicatat pada jumlah akhir periode meskipun rata-rata antarperiode
lebih baik secara konsep. Pada saat inflasi tingkat harga akan mengalami peningkatan
yang cukup tinggi dan akan mempengaruhi nilai persediaan suatu perusahaan. Untuk
memperlihatkan laporan keuangan yang baik dengan tingkat laba yang cukup tinggi
perusahaan disarankan menggunakan metode FIFO karena dalam metode ini persediaan
akhir akan tercatat dalam harga yang tinggi sehingga menghasilkan harga pokok yang lebih
rendah. Sedangkan untuk megurangi pajak yang harus ditanggung perusahaan maka

4
perusahan disarankan menggunakan LIFO karena laba yang didapat akan lebih rendah jika
menggunakan metode ini.
Jika persediaan barang dalam proses (work-in-process) didanai melalui pembayaran
dimuka (advance payment) atau pembayaran cicilan (progress payment) dari konsumen,
pembayaran tersebut akan dikurangi dari jumlah persediaan kotor (gross inventory
amounts), atau dilaporkan sebagai kewajiban. Beberapa perusahaan mengurangkan utang
usaha dari persediaan dengan dasar bahwa utang mencerminkan pendanaan atas sebagian
persediaan oleh pemasok, tanpa biaya untuk unit usaha. Modal perusahaan yang
dibutuhkan untuk persediaan adalah hanya sebesar selisih antara jumlah persediaan kotor
dan utang. Jika unit usaha tersebut dapat mempengaruhi periode pembayaran yang
diperbolehkan oleh pemasok, maka memasukkan unsur utang dalam perhitungan itu
mendorong manajer untuk mencari persyaratan pembayaran yang terbaik.

d. Modal Kerja Secara Umum


Perlakuan atas modal kerja sangat bervariasi. Pada satu sisi, perusahaan memasukkan
seluruh aktiva lancar ke dalam dasar investasi dengan tidak mengeliminasi kwajiban
lancar. Metode tersebut adalah beralasan dari sudut pandang motivasional jika unit usaha
tidak dapat mempengaruhi utang atau kewajiban lancar lainnya. Tetapi metode tersebut
menyatakan terlalu tinggi (overstate) jumlah modal korporat yang diperlukan untuk
mendanai unit usaha, karena kewajiban lancar merupakan sumber modal, seringkali
dengan biaya bunga sama dengan nol. Dilain pihak, seluruh kewajiban lancar dapat
dikurangkan dari aktiva lancar.

e. Properti, Pabrik, dan Peralatan


Dalam akuntansi keuangan, aktiva tetap awalnya dicatat pada biaya perolehan dan biaya
ini dihapuskan sepanjang umur ekonomis aktiva melalui penyusutan. Hampir semua
perusahaan menggunakan pendekatan yang sama dalam mengukur profitabilitas atas dasar
aktiva dari unit usaha. Hal ini menyebabkan pemasalahan serius dalam penggunaan sistem
tersebut untuk tujuan yang dimaksudkan. Adapun permasalahan tersebut yaitu berupa :
1. Akuisisi peralatan baru
2. Nilai buku kotor
3. Disposisi aktiva
4. Penyusutan Anuitas
5. Metode penilaian yang lain

a) Akuisisi Peralatan Baru

5
Jika aktiva yang telah disusutkan dimasukkan kedalam dasar investasi pada nilai buku
bersih, maka profitabilitas unit usaha tersebut akan dinyatakan salah saji pada nilai buku
bersih dan para manajer unit usaha akan termotivasi untuk mengambil keputusan akuisisi
yang tepat. Untuk mengilustrasikan bagaimana manajer akan mengambil keputusan, akan
diperlihatkan pada contoh berikut ini:
a. Asumsinya bahwa:
Investasi mesin baru $100.000
Perkiraan kas masuk per tahun $27.000
Masa manfaat 5 tahun
Required return 10 % (Investasinya termasuk baik)
A. Asumsinya bahwa:
Mesin tersebut dibeli dan perusahaan mengukur dasar aktiva seperti gambar 7.1
Perusahaan melaporkan penurunan EVA pada tahun pertama.
Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus
Contoh
(dalam ribuan $)

A. Perhitungan ekonomi
Investasi pada mesin 100
Masa manfaat 5 tahun,
Arus kas masuk, $27.000 per tahun
Nilai sekarang dari arus kas masuk ($27.000 x 3,791)* 1024
Nilai sekarang bersih 24
Keputusan: Membeli mesin.

b). Nilai Buku Kotor


Fluktuasi dalam EVA dan ROI dari tahun ke tahun pada contoh dibawah dapat
dihindari dengan memasukkan unsur aktiva yang dapat disusutkan (depreciable asset)
dalam dasar investasi pada nilai buku kotornya (gross book value). Seperti contoh Investasi
setiap tahun adalah $100.000 dan pendapatan tambahannya adalah $7.000 yang didapat
dari arus kas masuk sebesar $27.000 penyusutan sebesar $20.000). Meskipun demikian,
EVA-nya akan menurun sebesar $3.000 ($7.000 beban bunga sebesar $10.000), ROI-nya
sebesar 7% ($7.000 / $100.000). Kedua angka tersebut menandakan bahwa profitabilitas
perusahaan tersebut menurun, yang pada kenyataannya tidak benar. ROI yang dihiung
berdasarkan nilai buku kotor akan selalu menyatakan terlalu rendah tingkat pengembalian
sebenarnya.
Contoh
Dampak Akuisisi terhadap Laba Tahunan yang Dilaporkan

6
Nilai Buku Awal Pendapatan Beban
EVA ROI
Tahun Tahun Inkremental Modal
a b c b-c b+a
1 100 7 10 -3 7%
2 80 7 8 -1 9%
3 60 7 6 1 12%
4 40 7 4 3 18%
5 20 7 2 5 35%

c). Disposisi Aktiva


Jika satu mesin baru dianggap akan menggantikan mesin yang telah ada dan yang
masih memilliki nilai buku yang belum disusutkan, diketahui bahwa nilai buku tersebut
tidak relevan dalam analisis ekonmi atas usulan pembelian (kecuali bahwa secara tidak
langsung hal tersebut mempengaruhi pajak penghasilan). Tetapi, menghilangkan nila buku
dari aktiva lama dapat mempengaruhi perhitungan profitabilitas unit usaha secara
substansi. Nilai buku kotor akan meningkat hanya sebesar selisih antara nilai buku bersih
setelah tahun pertama dari mesin yang baru dengan nilai buku bersih dari mesin yang lama.
Dalam kedua kasus tersebut, jumlah yang relevan dari investasi tambahan akan
dinyatakan terlalu rendah, dan selanjutnya EVA akan dinyatakan terlalu tinggi. Hal ini akan
mendorong para manajer untuk mengganti mesin lama dengan mesin baru, bahhkan ketika
penggantian itu tidak dibenarkan secara ekonomis. Lebih lanjut lagi, unit-unit usaha yang
paling banyak melakukan penggantian akan menunjukkan kenaikan profitabilitas yang
besar.

d).Penyusutan Anuitas
Jika penyusutan ditentukan oleh metode anuitas dan bukan oleh metode garis lurus,
maka perhitungan profitabilitas perusahaan akan menunjukkan EVA dan ROI yang tepat.
Hal ini disebabkan karena metode penyusutan anuitas sesungguhnya mengaitkan
pengembalian investasi yang implicit salam perhitungan present value. Penyusutan anuitas
merupakan kebalikan dari penyusutan yang dipercepat, dimana jumlah penyusutan tahunan
adalah rendah pada tahun-tahun pertama ketika nilai investasinya masih tinggi dan
meningkat setiap tahunnya seiring dengan menurunnya nilai investasi tetapi tingkat
pengembalian hasil tetap konstan.
Namun hanya sedikit sekali manajer yang menerima ide mengenai penyisihan
penyusutan yang meningkat pada saat umur asset semakin tua. Mereka melihat penyusutan

7
akuntansi sebagai cerminan dari penurunan kondisi fisik atau kerugian dalam ekonomis.
Oleh karena itu, mereka percaya bahwa penyusutan dengan metode garis lurus, ataupun
yang dipercepat, merupakan metode yang paling menggambarkan kondisi dilapangan.
Akibatnya, sangat sulit untuk meyakinkan mereka guna menerima konsep metode anuitas
untuk mengukur laba unit usaha.

e).Metode Penilaian yang Lain


Beberapa perusahaan menggunakan nilai buku bersih tetapi menetapkan batas bawah,
biasanya 50 persen, sebagai biaya awal yang dapat dihapus. Hal ini mengurangi distorsi
yang terjadi dalam unit usaha yang memiliki aktiva yamg tua. Kesulitan dalam metode ini
adalah bahwa suatu unit usaha dengan aktiva tetap yang memiliki nilai buku bersih diatas
50 persen nilai buku kotornya dapat mengurangi dasar investasi dengan sepenuhnya
membuang aktiva aktiva yang masih bagus. Perusahaan-perusahaan lain sama sekali tidak
menggunakan catatan akuntansi dan menggunakan estimasi nilai sekarang (current value)
dari aktiva. Perusahaan-perusahaan memperoleh jumlah tersebut dengan cara menilai
aktiva secara berkala (katakanlah, setiap lima tahun atau ketika manajer unit usaha yang
baru mengambil alih), dengan menyesuikan biaya awal menggunakan suatu indeks
perubahan pada harga peralatan, atau dengan menggunakan nilai asuransi.

II.2. Aset-aset yang Disewagunausahakan

Asumsikan suatu unit usaha yang yang laporan keuangannyaditunjukkan pada


Tampilan 7.1 menjual aktiva tetapnya seharga nilai bukunya yaitu $300.000,
mengembalikan hasil penjualannya kepada kantor pusat korporat, dan kemudian
menyewagunausahakan aktiva tersebut denfan tariff sewa $60.000 per tahun. Sebagaimana
yang ditunjukan oleh Tampilan 7.8, laba sebelum pajak dari unit usaha tersebut akan
menurun akibat beban sewa baru yang lebih tinggi daripada beban penyusutan yang
dihilangkan. Meskipun demikian EVA-nya akan naik karena biaya yang lebih tinggi
tersebut akan diimbangi oleh penurunan beban modal yang dihilangkan. Oleh karena itu,
para manajer unit usaha lebih terdorong untuk menyewa daripada memiliki aktiva ketika
beban bunga terkandung dalam biaya sewa lebih kecil daripada beban modal yang
dikenakan sebagai dasar investasi dari unit usaha.

8
Dampak dari Sewa Guna Usaha atas Aktiva Laporan Rugi (dalam ribuan $)

Jika Aset
Tampilan 7.1 Disewagunausahakan
Pendapatan 1,000 1,000
Pengeluaran selain di bawah
ini 850 850
Penyusutan 50 900
Beban Sewa 60 910
Laba sebelum pajak 100 90
Beban modal $500 x 10% 50
$200 x 10% 20
EVA 50 70

Banyak perjanjian sewa guna usaha merupakan perjanjian pendanaan, yaitu


perjanjian tersebut memberikan cara alternatif untuk menggunakan aktiva yang seharusnya
didapatkan dari pendanaan dengan utang dan modal. Sewa guna usaha finansial (yaitu
sewa guna usaha jangka panjang yang setara dengan nilai sekarang dari arus beban sewa)
adalah sama dengan utang dan dilaporkan juga dalam neraca. Keputusan pendanaan
biasanya dilakukan oleh kantor pusat. Karena alasan tersebut, pembatasan biasanya
diberlakukan pada kebebasan manajer unit usaha untuk melakukan sewa guna usaha atas
aktiva.

a. Aktiva yang Menganggur

Jika suatu unit usaha memiliki aktiva yang menganggur (idle asset) yang dapat
digunakan oleh unit lain, maka unit usaha tersebut dapat diperbolehkan untuk
mengeluarkan aktiva tersebut dari dasar investasinya. Tujuan dari ijin ini adalah untuk
mendorong para manajer unit usaha guna melepas aktiva menganggur ke unit lain yang
mungkin memerlukannya. Tetapi, jika aktiva tetap tersebut tidak dapat digunakan oleh unit
lain, maka pemberian izin untuk menjual atau mengganti aktiva tersebut akan
menimbulkan tindakan-tindakan yang disfungsional. Misalnya, hal tersebut akan
mendorong manajer unit usaha untuk menganggurkan aktiva yang tidak menghasilkan
tingkat pengembalian yang sama dengan target laba unit usaha. Jika tidak ada alternatif

9
lain dari penggunaan peralatan, kontribusi apa pun dari peralatan tersebut akan
meningkatkan laba perusahaan.

b. Aktiva Tidak Berwujud

Beberapa perusahaan cenderung melaksanakan penelitian dan pengembangan yang


intensif; (misalnnya, perusahaan farmasi seperti Novartis menghabiskan dana yang besar
untuk mengembangkan produk baru), sedang yang lainnya cenderung fokus pada
pemasaran (misalnya, perusahaan barang konsumen seperti Unilever yang menghabiskan
banyak dana untuk iklannya). Ada keuntungan dalam mengkapitalisasi aktiva tidak
berwujud seperti R & D dan pemasaran, serta kemudian mengamortisasinya selama masa
manfaatnya.

Metode tersebut akan mengubah cara para manajer unit usaha memandang pengeluaran
semacam ini. Dengan menghitung aktiva semacam ini sebagai investasi jangka panjang,
manajer unit usaha akan memperoleh manfaat jangka pandek yang lebih sedikit dari
pengurangan atas pengeluaran untuk pos tersebut. Sebagai contoh, jika pengeluaran R&D
langsung dibebankan, maka setiap dolar dari pengurangan R&D merupakan tambahan
dolar untuk laba sebelum pajak. Di lain pihak, jika biaya R&D dikapitalisasi, maka setiap
pengurangan satu dolar akan mengurangi aktiva yang digunakan sebesar satu dolat,
sehingga beban modal dapat berkurang sebesar satu dolar dikalikan biaya modal, yang
hanya memiliki dampak positif yang jauh lebih kecil terhadap EVA.

c. Kewajiban Tidak Lancar

Kadang-kadang, suatu unit usaha menerima modal permanennya dari kumpulan dana
korporat. Korporat memperoleh dana tersebut dari pemberi pinjaman, investor modal, dan
laba ditahan. Bagi unit usaha, jumlah total dari dana tersebut adalah relevan tetapi tidak
dengan sumber daya dari mana dana tersebut berasal. Meskipun demikian, dalam situasi
yang tidak lazim, pendanaan suatu unit usaha mungkin saja merupakan hal yang aneh bagi
unit usaha itu sendiri. Sebagai contoh, suatu unit yang membangun atau mengoperasikan
suatu perumahan atau gedung kantor menggunakan proporsi yang jauh lebih besar untuk

10
modal utang dibandingkan dengan suatu unit manufaktur atau pemasaran. Karena modal
tersebut didapat melalui pinjaman hipotik atas aktiva unit usaha tersebut, maka sebaiknya
dana dipinjam diperhitungkan secara terpuisah dang perhitungan EVA-nya dilakukan
berdasarkan aktiva diperoleh dari sumber umum korporat, dan bukan total aktiva.

d. Beban Modal

Kantor pusat korporat menentukan tarif (rate) yang digunakan untuk menghitung
beban modal (capital charge). Tarif tersebut seharusnya lebih tinggi daripada tarif korporat
untuk pendanaan dengan utang karena dana yang terlibat merupakan campuran antara
utang dan modal berbiaya lebih tinggi (higher-cost equity). Biasanya tarif tersebut
ditetapkan dibawah estimasi biaya modal perusahaan sehingga EVA atas rata-rata unit
usaha berada di atas nol.

Beberapa perusahaan menggunakan tarif yang lebih rendah untuk modal kerja daripada
untuk aktiva tetap. Hal ini dapat mencerminkan penilaian bahwa modal kerja lebih kecil
risikonya daripada aset tetap, karena dananya disalurkan untuk periode yang lebih pendek.
Dalam kasus-kasus lain, tarif yang lebih rendah merupakan cara untuk
mengkompensasikan fakta bahwa perusahaan tersebut memasukkan unsur persediaan dan
piutang dalam dasar investasinya pada jumlah kotor (yaitu, tanpa mengurangkan utang
usaha). Perusahaan tersebut menyadari fakta bahwa dana yang didapatkan dari utang usaha
memiliki biaya bunga sama dengan nol.

II.3. Survei-survei Praktik

Kebanyakan perusahaan memasukkan unsur aktiva tetap ke dalam dasar investasi pada
nilai buku bersih. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukan karena ini merupakan jumlah
dengan mana aktiva tersebut dicatat dalam laporan keuangan tersebut, mencerminkan
jumlah modal yang digunakan dalam divisi tersebut. Manajemen menyadari bahwa metode
ini memberikan sinyal yang menyesatkan, tetapi mereka yakin orang-orang harus
memberikan kelonggaran untuk kesalahan tersebut pada saat menginterprestasikan laporan
laba unit usaha dan metode alternatif penghitungan dasar investasi tidak dapat dipercaya

11
karena sangat subyektif. Mereka menolak pendekatan penyusutan anuitas dengan dasar
cara penghitungan penyusutan untuk tujuan pelaporan keuangannya

Aktiva-aktiva yang Termasuk dalam Dasar Investasi

Persentase Responden yang


Memasukkan Aktivanya ke
dalam dasar akuntansi
Amerika
Serikat Belanda
Aktiva Lancar
Kas 47% 59%
Piutang 90% 94%
Persediaan 95% 93%
Aktiva lancar lainnya 83% 79%
Aktiva Tetap
Tanah dan bangunan yang digunakan sendiri
oleh pusat laba tersebut 97% 82%
Alokasi tanah dan bangunan yang digunakan
oleh dua pusat laba atau lebih 49% 47%
Peralatan yang digunakan oleh pusat laba
tersebut 96% 88%
Alokasi peralatan yang digunakan oleh dua
pusat laba atau lebih 48% 46%
Sebuah alokasi aset untuk sentra riset kantor
pusat 19% 16%
Lain-lain
Investasi 53% Tidak ada
Goodwill 55% Tidak ada

Kewajiban yang Dikurangkan dalam Menghitung Dasar Investasi

12
Persentase Responden yang
Memasukkan Kewajibannya ke
dalam dasar akuntansi
Amerika
Serikat Belanda

Utang usaha 73% 91%


Utang intraperusahaan 46% 57%
Kewajiban lancar lainnya 68% 69%
Utang pajak 28% Tidak ada
Kewajiban tak lancar lainnya 47% 58%

2.4.EVA vs ROI
Hampir semua perusahaan yang mempunyai pusat investasi mengevaluasi unit-unit
usahanya berdasarkan ROI, dibandingkan yang menggunakan EVA. Ada tiga keuntungan
ROI. :
a. Pertama, ROI merupakan pengukuran yang komprehensif dimana semua hal yang
mempengaruhi laporan keuangan tercermin dari rasio ini.
b. Kedua, ROI mudah dihitung, mudah dipahami, dan sangat berarti dalam pengertian
absolut.
c. Ketiga, ROI merupakan denominator yang dapat diterapkan ke setiap unit organisasi
yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas, tanpa mempedulikan ukuran dan jenis
usahanya. Kinerja dari berbagai unit yang berbeda dapat saling dibandingkan secara
langsung. Selain itu, data ROI tersedia sebagai pembanding dan dapat digunakan
sebagai dasar untuk perbandingan.
Hasil jumlah EVA tidak tersedia sebagai dasar untuk pembanding. Namun pendekatan
EVA memiliki beberapa keuntungan. Ada empat alasan yang mendorong untuk
menggunakan EVA atas ROI.
a. Pertama, dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk
perbandingan investasi. Di lain pihak, pendekatan ROI memberikan insentif yang
berbeda untuk investasi diantara unit-unit usaha.
b. Kedua, keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi dapat
menurunkan laba keseluruhan. Jika kinerja suatu pusat investasi diukur dengan EVA,
maka investasi-investasi yang menghasilkan laba diatas biaya modal akan
meningkatkan EVA dan oleh karena itu, akan lebih menarik bagi manajer.
c. Ketiga, tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aset yang berbeda
pula.

13
d. Keempat, EVA berlawanan dengan ROI, memiliki korelasi positif yang lebih kuat
terhadap perubahan-perubahan dalam nilai pasar perusahaan.
Para pemegang saham merupakan pemilik kepentingan yang penting dalam perusahaan.
Ada beberapa alasan mengapa penciptaan nilai pemegang saham menjadi sangat penting
bagi perusahaan:
a. Mengurangi risiko pengambilalihan (takeover);
b. Menciptakan nilai tukar unutk agresivitas dalam merger dan akuisisi, dan
c. Mengurangi biaya modal, sehingga memungkinkan investasi yang lebih cepat untuk
pertunbuhan masa depan.
Jadi, mengoptimalkan nilai pemegang saham merupakan tujuan penting bagi suatu
perusahaan. Tetapi karena nilai pemegang saham mengukur nilai konsolidasi perusahaan
secara keseluruhan, maka hampir tidak mungkin untuk menggunakannya sebagai kriteria
kinerja untuk suatu tanggung jawab individual organisasi. Oleh karena itu, sebagai
pemegang saham mengharapkan terdapat peningkatan nilai saham dengan menciptakan
dan meningkatkan EVA. Kecenderungan bahwa perusahaan dengan EVA yang tinggi
memperlihatkan nilai tambah pasar yang tinggi dan keuntungan yang tinggi bagi para
pemegang saham. Ketika digunakan sebagai ukuran kinerja, EVA mendorong para manajer
untuk meningkatkan EVA dengan cara mengambil tindakan-tindakan yang konsisten
dengan peningkatan nilai pemegang saham. EVA diukur dengan cara sebagai berikut:
EVA = Laba bersih Beban modal
dengan
Beban Modal = Biaya modal x modal yang digunakan ( 1 )

Cara lain untuk menyatakan persamaan ( 1 ) adalah :


EVA = Modal yang digunakan ( ROI Biaya modal )( 2 )

Tindakan-tindakan berikut akan meningkatkan EVA sebagaimana ditunjukkan oleh


persamaan (2): (i) peningkatan ROI melalui business process
reengineering dan productivity gains , tanpa menaikkan dasar investasi; (ii) divestasi
aktiva,produk dan atau bisnis yang ROI-nya kurang dari biaya modal; (iii) investasi agresif
yang baru dalam aktiva,produk, dan atau bisnis yang ROI-nya melebihi biaya modal dan
(iv) peningkatan penjualan,margin laba,atau efisiensi modal (rasio penjualan terhadap
modal yang digunakan), atau penurunan persentase biaya modal tanpa mempengaruhi
variable lain dalam persamaan (2). Tindakan-tindakan tersebut jelas merupakan yang
terbaik bagi kepentingan perusahaan.

14
EVA memecahkan permasalan mengenai perbedaan tujuan laba untuk aktiva yang
sama dalam unit usaha yang berbeda dan tujuan laba yang sama pada unit usaha sama.
Metode tersebut memungkinkan untuk memasukkan peraturan keputusan yang sama
dengan yang digunakan dalam proses perencanaan ke dalam sistem pengukuran: Semakin
rumit proses perencanaan, semakin rumit juga perhitungan EVA-nya.

II.4. Pertimbangan Tambahan dalam Mengevaluasi Manajer


Dengan melihat kelemahan ROI, kelihatannya mengejutkan bahwa ROI digunakan
secara luas. Diketahui dari pengalaman pribadi bahwa kesalahan konseptual ROI untuk
evaluasi kinerja adalah nyata dan menyebabkan timbulnya perilaku disfungsional dari para
manajer unit usaha.
Penggunaan EVA sebagai perangkat pengukuran kinerja sangat disarankan. Tetapi,
EVA tidak menyelesaikan seluruh masalah yang berkaitan dengan penghitungan aktiva
tetap, seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, kecuali metode penyusutan anuitas
dipergunakan, dan hal ini jarang dilakukan dalam praktik bisnis sehari-hari. EVA
menyelesaikan masalah yang ditimbulkan dari perbedaan potensi laba. Seluruh unit usaha,
tanpa melihat profitabilitasnya, akan termotivasi untuk meningkatkan investasi jika tingkat
pengembalian dari investasi tersebut melebihi tarif yang ditentukan oleh sistem
pengukuran.
Lebih lanjut lagi, beberapa aktiva mungkin akan dinyatakan terlalu rendah nilainya ketika
dikapitalisasi, sementara aktiva lain ketika dibebankan.
Meskipun biaya pembelian aktiva tetap biasanya dikapitaliasi, sejumlah besar investasi
dalam biaya awal, pengembangan produk baru, organisasi dealer, dan sebagainya, mungkin
dapat dihapuskan sebagai beban, dan dengan demikian tidak akan terlihat dalam dasar
investasi. Hal tersebut biasa digunakan pada unit-unit pemasaran. Ketika sekelompok unit
usaha dengan tanggung jawab pemasaran yang berbeda-beda diberikan peringkat, maka
unit dengan kegiatan pemasaran yang relatif besar akan cenderung memiliki EVA yang
lebih besar. Dengan mempertimbangkan hal ini, beberapa perusahaan memutuskan untuk
mengeluarkan unsur aktiva tetap dari dasar investasi. Perusahaan-perusahaan tersebut
membebankan beban bunga hanya untuk aktiva yang dapat dikendalikan, dan
mengendalikan aktiva tetap dengan perangka terpisah. Aktiva yang dapat dikendalikan
pada dasarnya merupakan modal kerja. Para manajer dapat membuat kebijakan yang
mempengaruhi aktiva-aktiva tersebut. Jika keputusan tersebut salah, dampa serius akan
timbul.

15
Investasi dalam aktiva tetap dikendalikan oleh proses anggaran modal sebelum
terjadinya dan oleh audit setelah penyelesaian untuk menentukan apakah ada arus kas yang
diantisipasi terwujud. Hal tersebut jauh lebih dari memuaskan karena penghematan atau
pendapatan aktual dari akuisisi aktiva tetap tidak dapat diidentifikasikan.

II.5. Evaluasi Kinerja Perusahaan


Pembahasan sampai pada saat ini terfokus pada pengukuran kinerja dari para manajer
unit usaha. Laporan-laporan manajemen dibuat bulanan atau kuartalan sementara laporan
kinerja ekonomi biasanya dibuat dengan selang waktu yang tidak tetap, biasanya sekali
dalam selang beberapa tahun.
Laporan-laporan ekonomi merupakan instrumen yang diagnostik. Laporan tersebut
memberikan indikasi apakah strategi unit usaha yang sekarang sudah memuaskan dan jika
tidak, keputusan apa yang harus diambil untuk unit usaha-memperbesar, memperkecil,
mengubah arah, atau menjualnya. Analisis ekonomi atas suatu unit usaha dapat
memperlihatkan bahwa rencana yang sekarang atas produk-produk, pabrik dan peralatan
baru, atau strategi baru yang lain.
Laporan-laporan ekonomi dapat dijadikan dasar untuk memperoleh nilai
perusahaan secara keseluruhan. Nilai semacam ini disebut breakup value yaitu, estimasi
jumlah yang akan diterima oleh para pemegang saham jika masing-masing unit usaha
dijual. Laporan tersebut menunjukkan unit usaha yang menarik dan dapat mengindikasikan
bahwa manajemen senior salah mengalokasikan waktu mereka yang terbatas yaitu,
menghabiskan waktu yang terlalu banyak untuk unit usaha yang cenderung tidak banyak
memberikan kontribusi kepada profitabilitas total perusahaan. Jarak antara profitabilitas
yang sekarang dengan breakup value menunjukkan perubahan-perubahan yang harus
dilakukan.
Perbedaan yang paling nyata antara kedua jenis laporan tersebut adalah bahwa laporan
ekonomi lebih terfokus pada profitabilitas di masa depan daripada profitabilitas yang
sekarang atau yang lalu. Nilai buku dari aktiva dan penyusustan berdasarkan biaya historis
aktiva. Informasi ini tidaklah relevan untuk laporan yang memperkirakan masa depan.
Secara konsep, nilai suatu unit usaha adalah nilai sekarang dari pendapatan di masa depan.
Hal ini dihitung dengan mengestimasi arus kas untuk setiap tahun di masa depna dan
mendiskusikan setiap arus kas tersebut pada tarif laba yang telah ditentukan. Analisis
tersebut dilakukan untuk lima, atau mungkin sepuluh tahun yang akan datang. Meskipun
estimasi-estimasi tersebut pada umumnya berupa estimasi yang kasar, namun tetap

16
memberikan cara yang berbeda dalam melihat unit usaha, dibandingkan dengan apa yang
ada pada laporan-laporan kinerja.

III. KESIMPULAN

Salah satu tujuan penting dari suatu organisasi bisnis adalah untuk mengoptimalkan
tingkat pengembalian atas ekuitas pemegang saham. Menghitung tingkat pengembalian
adalah pengukuran yang paling baik atas kinerja para manajer unit usaha.EVA secara
konsep lebih unggul dari pada ROI dalam mengevaluasi kinerja para manajer unit usaha.
Disamping pos-pos laporan laba rugi, pada waktu perusahaan hendak menentukan tujuan
laba tahunan, harus ada tarif bunga yang explisit terhadap saldo yang diproyeksikan pos
modal kerja yang dapat dikendalikan, khususnya piutang dan persediaan. Ada perbedaan
besar mengenai pendekatan yang tepat bagi manajemen dalam mengendalikan aktiva
tetap. Melaporkan kinerja ekonomi dari suatu pusat investasi berbeda dengan melaporkan
kinerja manajer yang berwenang dalam pusat investasi tersebut.

17
Sumber:
Anthony, R.N. and Govindarajan, V. Management Control System, 12th Ed. USA (2007):
McGraw-Hill Irwin.

18

Anda mungkin juga menyukai