Anda di halaman 1dari 8

ETIKA PRODUKSI PADA PRODUK KECANTIKAN

1. Pengertian Etika Produksi


Etika adalah seperangkat prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang menegaskan tentang benar dan
salah. Sedangkan produksi adalah suatu kegiatan menambah nilai guna barang dengan
menggunakan sumberdaya yang ada
Jadi, Etika Produksi adalah seperangkat prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang menegaskan
tentang benar dan salahnya hal hal yang dikukan dalam proses produksi atau dalam proses
penambahan nilai guna barang.
Tujuan Produksi antara lain :
1. Memperbanyak jumlah barang dan jasa
2. Menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas tinggi
3. Memenuhi kebutuhan sesuai dengan peradaban
4. Mengganti barang-barang yang rusak atau habis
5. Memenuhi pasar dalam negeri untuk perusahaan dan rumah tangga
6. Memenuhi pasar internasional
7.Meningkatkan kemakmuran

2. Pentingnya Etika Produksi


Dalam proses produksi, subuah produsen pada hakikatnya tentu akan selalu berusaha untuk
menekan biaya produksi dan berusaha untuk mendapatkan laba sebanyak banyaknya. Dalam
upaya produsen untuk memperoleh keuntungan, pasti mereka akan melakukan banyak hal
untuk memperolehnya. Termasuk mereka bisa melakukan hal hal yang mengancam
keselamataan konsumen. Padahal konsumen dan produsen bekerjasama. Tanpa konsumen,
produsen tidak akan berdaya. Seharunyalah produsen memeberi perhatian dan menjaga
konsumen sebagai tanda terima kasih telah membeli barang atau menggunakan jasa yang
mereka tawarkan. Namun banyak produsen yang tidak menjalankan hal ini. Produsen lebih
mementingkan laba. Seperti banyaknya kasus kasus yang akhirnya mengancam keselamatan
konsumen karena dalam memproduksi, produsen tidak memperhatikan hal hal buruk yang
mungkin terjadi pada konsumen. Bahkan, konsumen ditipu, konsumen ditawarkan hal-hal
yang mereka butuhkan, tapi pada kenyataannya, mereka tidak mendapat apa yang mereka
butuhkan mereka tidak memperoleh sesuai dengan apa yang ditawarkan.

Pandangan Kontrak Kewajiban Produsen Terhadap Konsumen


Hubungan antara perusahaan dengan konsumen pada dasarnya merupakan hubungan
kontraktual, dan kewajiban moral perusahaan pada konsumen adalah seperti yang diberikan
dalam hubungan kontraktual.
Jadi, perusahaan berkewajiban untuk memberikan produk sesuai dengan karakteristik yang
dimaksud dan konsumen memiliki hak korelatif untuk memperoleh produk dengan
karateristik yang dimaksud.

Kewajiban untuk Mematuhi


Kewajiban untuk memberikan suatu produk dengan karakteristik persis seperti yang
dinyatakan perusahaan, yang mendorong konsumen untuk membuat kontrak dengan sukarela
dan yang membentuk pemahaman konsumen tentang apa yang disetujui akan dibelinya.
Jadi, pihak penjual berkewajiban memenuhi klaim yang dibuatnya tentang produk yang
dijual. Tidak seperti Wintherop Laboratories memasarkan produk penghilang rasa sakit yang
oleh perusahaannya diklaim sebagai obat nonaddictive (tidak menyebabkan ketergantungan).
Selanjutnya seorang pasien yang menggunakan produk tersebut menjadi ketergantungan dan
akhirnya meninggal karena over dosis.

Kewajiban untuk Mengungkapkan


Penjual yang akan membuat perjanjian dengan konsumen untuk mengungkapkan dengan
tepat apa yang akan dibeli konsumen dan apa saja syarat penjualannya. Ini berarti bahwa
penjual berkewajiban memberikan semua fakta pada konsumen tentang produk tersebut yag
dianggap berpengaruh kepada keputusan konsumen untuk membeli.
Contoh, jika pada sebuah produk yang dibeli konsumen terdapat cacat yang berbahaya atau
beresiko terhadap kesehatan dan keamanan konsumen, maka harus diberitahu.

Kewajiban untuk Tidak Memberikan Gambaran yang Salah


Penjual harus menggambarkan produk yang ia tawarkan dengan benar, ia harus membangun
pemahaman yang sama tentang barang yang ia tawarkan di piiran konsumen sebagaimana
barang tersebut adanya. Jangan sampai terjadi Misrepresentasi bersifat koersif , yaitu,
seseorang yang dengan sengaja memberikan penjelasan yang salah pada orang lain agar
orang tersebut melakukan sesuatu seperti yang diinginkannya, bukan seperti yang diinginkan
orang itu sendiri apabila dia mengetahui yang sebenarnya.
Contoh: pembuat perangkat lunak atau perangkat keras computer memasarkan produk yang
mengandung bug atau cacat tanpa memberitahu tentang fakta tersebut.

Kewajiban untuk Tidak Memaksa


Penjual berkewajiban untuk tidak memanfaatkan keadaan emosional yang mungkin
mendorong pembeli untuk bertindak secara irasional dan bertentangan dengan
kepentingannya, tidak memanfaatkan ketidaktahuan, ketidakdewasaan, kebodohan, atau
faktor lain yang mengurangi atau menghapuskan kemampuan pembeli untuk menetapkan
pilihan secara bebas.

3. Bagian Produksi dalam Perusahaan

Bagian produksi adalah suatu bagian yang ada pada perusahaan yang bertugas untuk
mengatur kegiatan-kegiatan yang diperlukan bagi terselenggaranya proses produksi. Dengan
mengatur kegiatan itu maka diharapkan proses produksi akan berjalan lancar dan hasil
produksi pun akan bermutu tinggi sehingga dapat diterima oleh masyarakat pemakainya.
Bagian produksi dalam menjalankan tugasnya tidaklah sendirian akan tetapi bersama-sama
dengan bagian-bagian lain seperti bagian pemasaran, bagian keuangan serta bagian akuntansi.
Oleh karena itu haruslah diadakan koordinasi kerja agar semua bagian dapat berjalan seiring
dan seirama dan dapat dihindarkan benturan benturan kepentingan antar bagian dalam
perusahaan. Tanpa adanya perencanaan yang matang, pengaturan yang bagus serta
pengawasan akan mengakibatkan jeleknya hasil produksi. Di samping hasil produksi yang
harus bagus kwalitasnya juga harus di pikirkan pula agar jangan sampai terjadi hasil produksi
bagus tapi ongkos yang diperlukan untuk keperluan itu terlalu besar. Biaya produksi yang
terlalu tinggi akan berakibat harga pokok produksinya menjadi besar dan hal ini akan
mengakibatkan tingginya harga jual produk, sehingga akan tidak terjangkau oleh konsumen.
Inilah yang merupakan tugas dari bagian produksi. Tugas-tugas tersebut akan dapat
terlaksana dengan baik dengan mengacu pada pedoman kerja tertentu. Pedoman kerja yang
harus menjadi arah kerja bagi bagian produksi dapat dirumuskan dalam empat hal yaitu :
1. Tepat Jumlah
2. Tepat Mutu
3. Tepat Waktu
4. Tepat Ongkos/Harga

Jumlah produk yang dihasilkan haruslah direncanakan dengan baik agar tidak terlalu banyak
maupun terlalu sedikit. Bila produksi terlalu banyak tentu saja akan mengakibatkan
bertumpuknya hasil produksi di gudang. Hal ini akanmengakibatkan disamping barang
tersebut akan mengalami kerusakan dalam penyimpanannya, maka penumpukan tersebut
berarti banyak modal yang tertanam dalam barang jadi itu berhenti dan menjadi kurang
efektif.

Dengan pedoman pada empat hal tersebut maka bagian produksi akan dapat mencapai
sasarannya dengan baik. Keempat hal tersebut dapat dikenal dengan mudah sebagai empat
tepat.
Adapun tugas tersebut secara garis besarnya dapat kita bagi menjadi beberapa macam yaitu :
1. Perenganaan Produk
2. Perencanaan Luas Produksi
3. Perencanaan Lokasi Pabrik
4. Perencanaan Layout Mesin-mesin Pabrik
5. Perencanaan Bahan Baku
6. Pengaturan Tenaga Kerja
7. Pengawasan Kwalitas

4. Proses Produksi Kosmetik yang Baik


Proses Pembuatan Kosmetik yang Baik harus memperhatikan beberapa hal diantaranya yaitu
pemilihan formula, pemilihan metode pembuatan, rencana pembesaran batch, proses
produksi, serta kontrol kualitas.

A. Pemilihan Formula
Mengingat keterbatasan bahan baku, peralatan, serta waktu, sementara cosmetic harus segera
diproduksi untuk mengejar musim, tren, fashion dan lain-lain, kita harus pandai memilih
formulasi agar kosmetik itu dapat segera diproduksi dan dapat memenuhi tujuan tertentu.

Sebelum pemilihan terakhir atas suatu formulasi (setelah melewati percobaan-percobaan


klinis kecil-kecilan atas keamanan formulasi beserta bahan-bahan baku di dalamnya), kita
harus secara realistis yakin bahwa formulasi kita memang akan dapat di produksi secara
besar-besaran dengan menggunakan alat-alat pabrik yang telah ada. Bahkan pada saat itupun,
bahan-bahan baku yang terkandung dalam formulasi itu masih harus secara kritis diteliti
kembali sebelum betul-betul dipilih untuk digunakan.

B. Pemilihan Metode Pembuatan


Tujuan dari proses kosmetik adalah untuk menghasilkan suatu produk yang seragam serta
memiliki keawetan yang panjang, maka pemilihan metode pembuatan yang tepat dengan
menggunakan peralatan yang tersedia itu esensial.
Produksi besar-besaran umumnya didasarkan pada hasil pengamatan produksi percobaan
(clinical batch). Selama pembuatan cilnical batches, perlu dilakukan pengamatan parameter-
parameter kritis yang mempengaruhi kinerja produk, antara lain:
a. Langkah-langkah kritis dalam metode pembuatan.
b. Sifat-sifat produk yang kritis, seperti viskositas, dll.
c. Bahan-bahan baku inti, seperti surfaktan, lubrikan, bahan pensuspensi, bahan pembuat gel,
atau bahan-bahan alam atau sintetik yang menentukan.
Setelah mengidentifikasi, parameter-parameter kritis tersebut, perlu memilih cara pembuatan
yang paling tepat dan peralatan yang paling cocok agar menghasilkan produk yang ideal.
Karena pembesaran produksi dari clinical batchke pilot size batches dan akhirnya ke produksi
besar-besaran mungkin harus mengkompromikan hal-hal tertentu dalam produksi, diharuskan
untuk memilih metode khusus atau peralatan yang paling memenuhi standar selama
pembuatanclinical batch agar kompromi tersebut tidak terlalu menyimpang.

C. Rencana Pembesaran Batch


Pembesaran produk dari laboratory size bathces (clinical bathces), yang umumnya sampai 25
kg, ke pilot plant bathces (25-200 kg) disebut scale-upformulasi atau produksi. Untuk
produksi kosmetik yang masih baru, scale-up dapat diselesaikan dalam 2 fase:
1. Pembuatan Clinical Batch
Pengalaman pertama dengan batch ukuran agak besar umumnya ditemui disini. Karena itu,
formulator produk itu sebaiknya hadir menyaksikan pembuatan clinical batch tersebut untuk
menghindari masalah yang mungkin timbul akibat tidak tersedianya metode pembuatan yang
kurang terperinci.
Setelah beberapa clinical batch sukses dibuat, suatu pembuatan umumnya sudah bisa
dituliskan dalam format tertulis yang dapat dengan mudah dilanjutkan ke produksi pilot plant
batches.

2. Pembuatan Pilot Plant Batch


Umumnya pembuatan batch dalam fase pilot plant batches disarankan untuk dilanjutkan
sebelum tes keamanan klinis fase III mulai dilakukan untuk produk hasil metode pembuatan
pilihan terakhir. Kebutuhan produksi untuk tes klinis demikian umumnya membutuhkan
batches ukuran agak besar (200 kg).
Penelitian terhadap produksi pilot plant juga disebut penelitian perkembangan proses yang
diadakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok berikut dan untuk mengidentifikasi
langkah-langkah inti dalam proses pembuatan yang perlu disahkan atau ditolak:

a. Formulasi itu bisa diproduksi lebih banyak atau tidak


b. Apakah metode produksi itu sesuai dengan kemempuan produk yang diharapkan dan
dengan peralatan yang ada
c. Apakah diperlukan peralatan baru atau pabrik ke tiga
d. Apakah langkah-langkah pokok proses pembutan telah teridentifikasi
e. Apakah studi untuk validitas telah didesain dengan baik

Penelitian terhadap produksi pilot plant perlu diarahkan untuk dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut secara memuaskan. Jika timbul pertanyaan apakah produk itu fleksible
untuk diproduksi, maka sebaiknya produk itu diproduksi dengan menggunakan peralatan dan
ukuran batch yang akan dipakai secara rutin.

Puncak kegiatan scale-up biasanya berupa produksi yang memuaskan dalam


bentuk production demonstration batch yang kemudian digunakan untuk mengisi kebutuhan
packaging demonstration run yang menghasilkan produk akhir yang telah dikemas. Study
validasi biasanya dijalankan selama pembuatan production demonstration batch dan
packaging demonstration run.

D. Proses Produksi
Produk kosmetik dibuat di dalam batch, di bawah pengawasan pengaturan Pemerintah, yaitu
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) atau Good Manufacturing Practices (GMP) di
A.S.. Peralatan yang digunakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: mixing, dispersing,
homogenizers, filling equipment.
1. Proses dan tujuan
a. Pencampuran (mixing)
Tujuan dari pencampuran antara lain:
1) Mencampur cairan yang sulit tercampur
2) Mempercepat pemanasan bahan-bahan
3) Melarutkan lemak-lemak dan bahan-bahan lainnya
4) Untuk emulsifikasi atau dispersi
5) Untuk pendahuluan pendinginan

b. Pemompaan
Ada dua jenis pompa yang digunakan di dalam produksi kosmetik, yaitu:
1) Positive displacement pump
Bekerja dengan menarik cairan ke dalam suatu rongga, kemudian mendesaknya keluar pada
sisi yang lain.
2) Centrifugal pumps
Pada pompa ini, cairan dimasukkan di titik pusat propeler yang berputar cepat.

c. Pemindahan panas
Dalam banyak proses pembuatan kosmetik, bahan baku sering harus dipanaskan samapai
suhu 70-80OC, dicampur, dan kemudian didinginkan sampai sekitar 30-40OC sebelum
produk akhir dapat dipompa dan disimpan.

d. Filtrasi
Umumnya, filtrasi hanya diperlukan dalam memurnikan air dan untuk penjernihan losion,
dimana bahan-bahan baku produk-produk ini sering berisi sejumlah kecil kontaminan yang
akan mengganggu penampilan produk akhir jika tidak dihilangkan.

e. Pengisian (filling)
Pengisian untuk kosmetik yang berbentuk cair dapat menggunakan sistem vakum pada botol-
botol yang berderet-deret. Pengisian cream dapat memakai filteram type, dimana cream
dimasukkan ke dalam tube silindris dengan bantuan suatu plunger.

2. Pembuatan produk-produk khusus


a. Kosmetik cair
Pembuatan produk kosmetik cair mencakup pelarutan atau dispersi yang baik, serta
penjernihan. Untuk sejumlah produk kosmetik cair, parfum atau bahan yang berminyak
mungkin perlu dilarutkan terlebih dahulu. Ini umumnya dilakukan dalam pembuatan shampo.
Karena kejernihan suatu losion sangat penting, maka kemasannya juga harus jernih. Untuk itu
perlu pencucian dengan udara bertekanan atau air panas yang di ikuti dengan pembilasan dan
pengeringan.

b. Gel
Produk kosmetik dalam bentuk gel berkisar dari losion yang kental, misalnya roll-ball
antiperspirant sampai gel thixotropik yang sangat kental dan tidak bisa mengalir, yang dapat
digunakan sebagai kosmetik hairdressing dan hair setting.
Losion kental lebih mudah dibuat yaitu dengan menambahkan sedikit demi sedikit gellant
padat ke dalam fase cair yang diaduk terus-menerus dengan cepat memakai propeler yang di
gerakkkan turbin.
Cara pembuatan gel kental yang tidak bisa mengalir lebih sulit karena pada produk akhirnya
udara tidak bisa keluar dari dalamnya seperti halnya pada losion kental. Gel kental harus di
buat dalam ruang hmapa udara atau di lakukan melalui proses pembuangan udara yang rumit.

c. Mikroemulsi
Mikroemulsi terbentuk melalui sistem yang spontan, pembuatannya cukup dengan alat
pencampur yang sederhana, jadi tidak memerlukan alat pencampur rumit berkecepatan tinggi.
Pada umumnya dalam pembuatan mikroemulsi fase minyak dengan suhu sekitar 800C
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam fase air dalam suhu yang sama, sambil di aduk
secara pelan. Untuk sementara produk dipertahankan pada suhu di atas setting point-nya agar
udara naik dan keluar. Ini berarti bahwa pipa-pipa dan alat pengisi perlu dipanaskan dengan
air panas atau uap bercampur air.

d. Emulsi
Proses pembuatan emulsi mencakup tiga hal, diantaranya:
1. Emulsifikasi awal
Emulsifikasi awal biasanya dijalankan pada suhu yang lebih tinggi untuk menjamin bahwa
kedua fase serta hasil emulsi cukup mobil geraknya sewaktu diaduk. Intensitas dan lama
pengadukan tergantung efisiensi dispersi emulsifator.
Cara pembuatan emulsi yang baik adalah dengan menuangkan serentak proporsi kedua fase
yang sama pada setiap waktu ke dalammixer yang terus berputar sehingga emulsi terus-
menerus terbentuk, tetapi ini hanya dapat di lakukan dalam pabrik besar.

2. Pendinginan
Mendinginkan emulsi merupakan proses yang sangat penting, terutama dalam produk yang
berisi bahan-bahan mirip lilin yang berharga. Selama pendinginan biasanya emulsi terus di
aduk untuk mengurangi lamanya proses serta untuk menghasilkan produk yang homogen.

3. Homogenisasi
Pada suhu yang tinggi, kebanyakan emulsi tidak stabil dan selama pendinginan
dalam batch terbentuk butiran-butiran emulsi atau pada produk yang memiliki fase minyak
dengan titik leleh tinggi, pada proses pendinginan terjadi pengerasan produk. Karena itu,
diperlukan pencampuran tambahan untuk memperoleh produk seperti yang diinginkan.
Pencampuran tambahan ini bervariasi, mulai dari pelewatan produk melalui pompa bergir
berputar dengan tekanan rendah dari belakang, misalnya 50 psig atau penghancuran agregat-
agregat kristal lilin, atau pelewatan katub homogenizer dengan tekanan tinggi 5000 psig.

e. Pasta
Pasta, terutama pasta gigi, umunya dapat dibuat dengan menambahkan komponen-komponen
padat yang mungkin sudah dicampur sebelumnya ke dalam komponen-komponen cair yang
mungkin mencakup bahan-bahan yang larut dalam air. Pencampuran dapat dilakukan
dalam mixer terbuka atau mixer vakum. Mixing dalam keadaan panas, di ikuti dengan
pendinginan memakai alat Votator atau metode serupa lainnya juga dapat dilakukan.
Metode alternatif penyiapan pasta yang terbuat dari bubuk padat di dalam suatu cairan adalah
melalui pencampuran awal yang kasar dan campuran ini di masukkan ke dalam triple roller
mill yang diberi berbagai tekanan dan pemutaran sampai pasta yang di inginkan terbentuk.

f. Sticks
Pada umumnya pembautan lipstick meliputi 3 tahap, yaitu:
1. Penyiapan campuran komponen, yaitu campuran minyak-minyak, campuran zat-zat
warna, dan campuran wax.
2. Pencampuran semua itu membentuk massa lipstick.
3. Pencetakan massa lipstick menjadi batangan-batangan lipstick.
Deodorant stick, pembuatanya mirip dengan pembautan emulsi, yaitu suatu fase minyak
(fatty acid) diadukkan dalam suatu fase larutan dalam air pada suhu sekitar 700C. gel panas
yang terbentuk diisikan ke dalam cetakan pada suhu sekitar 60-650C dan dibiarkan memadat.

g. Powder
Pencampuran powder biasanya dijalankan di dalam satu wadah semi bundar yang dilengkapi
pengaduk spiral yang memiliki dua pita sehingga campuran itu bergerak dalam dua arah yang
berbeda. Mixer tipe ini sangat baik untuk bath salts dan bahan-bahan kristal lainnya dan
sering digunakan untuk pembuatan face powder.

E. Kontrol Kualitas
Fungsi utama kontrol kualitas atau quality assurance adalah menjamin agar perusahaan
memenuhi standar tertinggi dalam setiap fase produksinya. Faktor faktor yang tercakup
dalam kontrol kualitas adalah:
1. Personalia
2. Fasilitas
3. Spesifikasi Produk

Fungsi kontrol kualitas, antara lain:


1. Kontrol dalam proses (in- process control)
2. Pengujian spesifikasi bahan baku (raw material specification testing)
3. Pengujian spesifikasi produk(product specification testing)
4. Pengawasan fasilitas penyimpanan dan distribusi (storage and distribution facilities
control)
5. Pengawasan tempat yang mungkin sebagai produsen pihak ketiga (site inspection of
potential third party manufacture)
6. Pengawasan terhadap kontaminasi mikrobiologis (mikrobiological surveillance)
7. Kemungkinan memperpanjang tanggal kadaluwarsa produk (product exspiration dating
extension)

Cara pembuatan kosmetik yang baik (CPKB) yang ditetapkan oleh pemerintah adalah:
1. Ketentuan umum
a) Pada pembuatan kosmetik, pengawasan menyeluruh sangat esensial untuk menjamin
bahwa konsumen menerima kosmetik yang bermutu tinggi dan aman digunakan.
b) Tidaklah cukup jika produk jadi kosmetik hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian, tetapi yang sangat penting adalah bahwa mutu harus dibentuk dalam produk
tersebut.

2. Personalia
Jumlah karyawan di semua tingkatan hendaklah memadai serta memiliki pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan sesuai tugasnya. Mereka hendaklah juga memiliki kesehatan
mental dan fisik yang baik, sehingga mampu melaksanakan tugas secara profesional dan
sebagaimana mestinya.

3. Bangunan
Bangunan untuk pembuatan kosmetik hendaklah memiliki ukuran, rancangan, konstruksi,
serta letak yang memadai untuk memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan, dan
pemeliharaan yang baik. Tiap sarana kerja hendaklah memadai, sehingga setiap resiko
kekeliruan, pencemaran silang, dan pelbagai kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu
kosmetik dapat dihindarkan.

4. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan kosmetik hendaklah memiliki rancang bangun
dan konstruksi yang tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk kosmetik terjamin
seragam dari batch ke batch, serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya.

5. Sanitasi dan Higiene


Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap pembuatan
kosmetik. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan, dan
perlengkapan,bahan produksi serta wadahnya, dan setiap hal yang dapat merupakan sumber
pencemaran produk. Sumber pencemaran hendaklah dihilangkan melalui program sanitasi
dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.

6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, yang
dapat menjamin produksi barang jadi yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan.

7. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu adalah bagian yang esensial dari cara pembuatan kosmetik yang baik agar
tiap kosmetik yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Rasa keterikatan dan tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian
pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan kosmetik yang bermutu mulai dari saat
kosmetik dibuat sampai distribusi kosmetik. Untuk keperluan itu, harus ada suatu bagian
pengawasan mutu yang berdiri sendiri.

8. Inspeksi diri
Tujuan inspeksi diri adalah untuk melaksanakan penilaian secara teratur tentang keadaan dan
kelengkapan fasilitas pabrik kosmetik dalam memenuhi persyaratan cara pembuatan
kosmetik yang baik.

9. Penanganan terhadap hasil pengamatan,keluhan dan laporan kosmetik yang beredar.

Anda mungkin juga menyukai