Anda di halaman 1dari 101

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGARUH PROFESIONALISME, KUALITAS AUDIT, DAN ETIKA

PROFESI TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS

DALAM PROSES PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk

Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

oleh:

Ika Saniyati Rahmaniyah


NIM: F1306576

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAKSI

PENGARUH PROFESIONALISME, KUALITAS AUDIT, DAN ETIKA


PROFESI TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS
DALAM PROSES PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN
(STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAWA TENGAH)

Ika Saniyati Rahmaniyah


F1306575

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh


profesionalisme, kualitas audit, dan etika profesi terhadap pertimbangan tingkat
materialitas baik secara parsial maupun simultan. Penelitian ini merupakan penelitian
lapangan (field study) dengan metode survei maka penelitian mengambil sampel dari
populasi dan memakai kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Populasi dalam
penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di daerah Jawa
Tengah. Pengumpulan data dilakukan memakai kuesioner yang disebar menghasilkan
61 orang sebagai responden dari daerah tersebut.
Sebelum analisis dilakukan data terlebih dahulu di uji validitas dan
reliabilitasnya dan hasilnya data tersebut valid dan reliabel. Kemudian dilakukan
analisis regresi berganda, uji R, uji t untuk menguji variabel independen secara parsial,
dan uji F untuk menguji variabel independen secara simultan.
Hasil uji F menunjukkan bahwa semua variabel independen seperti
profesionalisme, kualitas audit, dan etika profesi berpengaruh signifikan terhadap
pertimbangan tingkat materialitas. Begitu juga dengan hasil uji t yang menunjukkan
bahwa profesionalisme, kualitas audit, dan etika profesi secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Tingkat signifikansi tertinggi
adalah etika profesi sebesar 0,000, kemudian profesionalisme sebesar 0,000, dan
kualitas audit sebesar 0,011. Hasil uji R menunjukkan bahwa koefisien determinasinya
(R) sebesar 78,9% dan Adjusted R sebesar 0,602 atau 60,2%. Hal ini berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi pertimbangan tingkat materialitas sebesar 60,2% dan selisih 39,8%
dipengaruhi faktor lain diluar model.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah profesionalisme, etika profesi, kualitas
audit, berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas .

Kata kunci: profesionalisme, etika profesi, kualitas audit, dan pertimbangan tingkat
materialitas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAKSI

THE EFFECT OF PROFESSIONALISM, AUDIT QUALITY, AND


PROFESSIONAL ETHICS ON MATERIALITY LEVEL JUDGEMENT
(EMPIRICAL STUDY IN OFFICE OF PUBLIC ACCOUNTANT AREA
CENTRAL JAVA)

Ika Saniyati Rahmaniyah


F1306575

The purpose of this research is to provide the empirical evidence of


professionalism, audit quality, and professional ethics on materiality level judgment
through partial and simultan analysis. Analysis study is method survey. The population
of research are auditor in Central Java. Data collecting of this research is questioner
disseminated, it is resulted of 61 responden.
Before analysis, test data of this research is validity and reliability. The result is
valid and reliable. The tests of this research are multiple analysis regression, R-test, t-
tes, and F-test to know effect independent variable on materity level judgment.
The result shows of the all independent variable which are professionalism, audit
quality, and professional ethics significance effect the materiality level judgment. The
result also found that adjusted R is 0,602 or 60,2%. Its means that independent variable
give all information for estimate the materiality level judgment and difference 39,8%
influence by other factor outside model.
The conclusion of this research that all independent variable such as the
professionalism, audit quality, and professional ethics significantly have an effect on
materiality level judgment

Keyword: professionalism, audit quality, and professional ethics on materiality level


judgment

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

v Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(Q.S. Al-Insyirah: 5).

v Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada

berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.

(Q,S. Yusuf: 87)

v Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya.

(Q. S. Al Baqarah: 286).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya Kecilku ini, ku persembahkan kepada:

Suamiku tercinta

Bapak Ibu tersayang

Adikku sayang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Dengan kesungguhan hati, segala usaha, rahmat, doa, serta hidayah dari Allah

SWT penulis mengucapkan alhamdulillah atas terselesaikannya skripsi yang berjudul

"Pengaruh Profesionalisme, Kualitas audit, dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan

Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan".

Penulisan skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas serta memenuhi

salah satu persyaratan guna meperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com., Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Jaka Winarna, MSi, Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Wartana, MSi, Ak. selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing,

mendorong, serta bersedia meluangkan waktunya.

4. Asih Widodo, A.Md. suamiku tercinta, yang setia mendampingi dan memberi

motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Alm. Muhammad Alif Firdaus, putraku tercinta. Semoga Allah mempertemukan

kita nanti di surga-Nya. Amin.

6. Orangtuaku tercinta, yang selalu memberi motivasi dan mendoakanku untuk

segera menyelesaikan skripsi ini.

7. Adikku tersayang, Anita Rahayu Istiqomah, S. Si. yang selalu memotivasiku

untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Yayasan Nur Hidayah Surakarta, khususnya SMAIT Nur Hidayah tempatku

mendapatkan pengalaman kerja yang sangat berharga sampai saat ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang membantu

menyeesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna karya kecil

ini karena mengingat keterbatasan pengetahuan serta kemampuan penulis. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

kesempurnaan skripsi ini.

Waalaikusalam Wr. Wb.

Surakarta, Januari 2011

Ika Saniyati Rahmaniyah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

ABSTRAKSI ii

HALAMAN PRSETUJUAN iv

HALAMAN PENGESAHAN.. v

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI.. x

DAFTAR TABEL.. xiii

DAFTAR GAMBAR. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.. 1

B. Perumusan Masalah. 4

C. Tujuan Penelitian. 4

D. Manfaat Penelitian.. 4

E. Sistematika Penulisan.. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tingkat Materialitas .. . 6

B. Profesionalisme 15

C. Kualitas Audit .. 18

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Etika Profesi.. 21

E. Penelitian Terdahulu 25

F. Perumusan Hipotesis.. 27

G. Hipotesis 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian.. 33

B. Poulasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 33

C. Identifikasi dan Teknik Pengukuran Variabel 35

D. Instrumen Penelitian.. 43

E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data. 44

F. Teknik Pengujian Data

1. Pengujian Validitas 47

2. Pengujian Reliabilitas 48

3. Teknik Analisis Data 49

G. Teknik Pengujian Hipotesis

1. Analisis Deskriptif. 51

2. Pengujian Hipotesis. 52

BAB IV ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Responden 55

B. Analisis Deskriptif. 56

C. Hasil Pengujian Instrumen 60

D. Hasil Pengujian Hipotesis 67

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Pembahasan. 72

BAB V PEMBAHASAN

A. Kesimpulan. 75

B. Keterbatasan 75

C. Saran .. 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel III.1 Daftar KAP Wilayah Semarang. 34

Tabel III.2 Daftar KAP Wilayah Surakarta 34

Tabel III.3 Penilaian Skor Pernyataan 44

Tabel III.4 Bentuk Transformasi Data 50

Tabel IV.1 Distribusi dan Tingkat Pengembalian Kuesioner 57

Tabel IV.2 Profil Responden. 59

Tabel IV.3 Hasil Uji Validitas Untuk Tiap Butir Pernyataan........ 61

Tabel IV.4 Hasil Uji Reliabilitas....... 62

Tabel IV.5 Hasil Pengujian Normalitas 63

Tabel IV.6 Hasil Pengujian Heterokedastisitas. 65

Tabel IV.7 Hasil Pengujian Multikolinearitas.. 66

Tabel IV.8 Hasil Pengujian Autokorelasi. 67

Tabel IV.9 Model Summary Regresi 68

Tabel IV.10 ANOVA Regresi 68

Tabel IV.11 Hasil Perhitungan Analisis Regresi Berganda.. 69

Tabel IV.12 Ringkasan Hasil Pengujian Regresi Berganda.. 70

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis 31

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas Dengan P-Plot.. 64

Gambar 4.2 Grafik Uji Heterokedastisitas. 65

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan berkembangnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai

pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan

kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

yang membutuhkan.

Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan

berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka (PT terbuka).

Dalam bentuk badan usaha ini perusahaan dikelola oleh manajemen profesional yang

ditunjuk oleh para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dan akan diminta

pertanggungjawaban atas dana yang dipercayakan kepada mereka. Para pemegang

saham akan meminta pertanggungjawaban manajemen dalam bentuk laporan keuangan.

Demikian pula dengan perusahaan perseorangan maupun perusahaan berbadan hukum

lain yang memiliki pihak-pihak diluar manajemen yang berkepentingan terhadap

perusahaan, mereka membutuhkan informasi yang disajikan manajemen dalam laporan

keuangan sebagai dasar pembuatan keputusan. Laporan keuangan yang dibuat oleh

manajemen dan merupakan tanggungjawab manajemen perlu diaudit oleh pihak ketiga

yang independen, dalam hal ini auditor eksternal karena: (a) adanya perbedaan

kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pihak luar perusahaan menyebabkan

perlunya pihak ketiga yang dapat dipercaya, (b) laporan keuangan ada kemungkinan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengandung kesalahan baik disengaja maupun yang tidak disegaja, (c) laporan

keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini unqualified, diharapkan para pemakai

laporan keuangan dapat yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji

yang material dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

Yendrawati (2008) menggunakan konsep profesionalisme yang meliputi lima

dimensi yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan

terhadap profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi.

Profesionalisme telah menjadi isu yang kritis untuk profesi akuntan karena dapat

menggambarkan kinerja akuntan tersebut. Selain menjadi seorang profesional yang

memiliki sikap profesionalisme, akuntan publik juga diharapkan memegang teguh etika

profesi yang sudah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), agar

situasi penuh persaingan dapat dihindarkan. Kualitas audit yang baik akan dihasilkan

oleh laporan auditan yang mampu menyajikan temuan dan melaporkan dengan

sesungguhnya tentang kondisi keuangan kliennya. Namun sampai saat ini belum ada

definisi yang pasti mengenai bagaimana dan apa kualitas audit yang baik itu. Tidak

mudah untuk menggambarkan dan mengukur kualitas jasa secara objektif dengan

beberapa indikator.

Herawaty (2008) menyatakan Profesionalisme merupakan sikap seseorang

dalam menjalankan suatu profesi. Semakin tinggi profesionalisme auditor, semakin baik

pertimbangan tingkat materialitas. De Angelo (1981) dalam Monita (2008) menyatakan

kualitas audit adalah kebebasan yang tinggi sebagai faktor kemungkinan auditor dapat

menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Semakin tinggi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kualitas audit yang dihasilkan auditor, maka semakin baik pertimbangan tingkat

materialitas. Menurut Herawaty (2008) etika profesi dalam penelitian ini adalah Kode

Etik Akuntan Indonesia, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan

publik dengan kliennya, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya dan antara

profesi dengan masyarakat. Terdapat 8 (delapan) dimensi etika profesi yaitu

tanggungjawab profesi, kepentingan umum, integritas, objektifitas, kompetensi dan

kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, standar teknis. Delapan

dimensi ini seperti yang tertuang dalam IAI pada Kongres VIII tahun 1998 yang

memutuskan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia. Semakin tinggi akuntan

publik mentaati kode etik maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas.

The Financial Accounting Standard Board (FASB) menerbitkan pedoman dan isu yang

membahas tentang materialitas. Definisi materialitas itu sendiri adalah besarnya nilai

yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang

melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap

pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena

adanya penghilangan atau salah saji (Mulyadi, 2002: 158).

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin membuktikan secara empiris pengaruh

profesionalisme, kualitas audit, dan etika profesi terhadap pertimbangan tingkat

materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan (Studi empiris pada Kantor

Akuntan Publik di Jawa Tengah).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan

sebagai berikut.

1. Apakah profesionalisme, kualitas audit, dan etika profesi secara parsial berpengaruh

terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan

keuangan.

2. Apakah profesionalisme, kualitas audit, dan etika profesi secara simultan

berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan

laporan keuangan.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui bukti-bukti empiris mengenai pengaruh profesionalisme, kualitas audit,

dan etika profesi secara parsial terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam

proses pengauditan laporan keuangan.

2. Mengetahui bukti-bukti empiris mengenai pengaruh profesionalisme, kualitas audit,

dan etika profesi secara simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam

proses pengauditan laporan keuangan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu untuk melengkapi hasil penelitian

sebelumnya dan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh profesionalisme,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kualitas audit, dan etika profesi baik secara simultan maupun parsial terhadap

pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan untuk penelitian ini sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis

yang diajukan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai populasi, sampel, metode pengambilan

sample, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik

pengujian dan metode statistik untuk menganalisis data.

BAB IV ANALISIS DATA

Bab ini membahas hasil pengumpulan data, pengolahan data, pengujian

hipotesis dan interpretasi.

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Bab ini berisi mengenai kesimpulan yang didapatkan dari hasil analisis

data, keterbatasan yang melekat pada penelitian, saran-saran yang

ditujukan untuk penelitian selanjutnya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINGKAT MATERIALITAS

Pengertian materialitas dilihat dari segi harfiah dapat berarti signifikan atau

esensial. Dalam pengertian akuntansi, materialitas tidak dapat diartikan begitu saja.

Banyak definisi yang telah dikembangkan oleh para ahli atau badan yang berwenang

untuk memberikan pengertian yang tepat mengenai materialitas. Menurut Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 312 Materialitas merupakan besarnya

informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari

keadaaan yang melingkupinya, dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan

orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut. Dalam Kerangka

Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan keuangan (KDPPLK) paragraf 30

materialitas dianggap sebagai ambang batas atau titik pemisah daripada suatu

karakteristik kualitatif pokok yang dimiliki informasi agar dianggap berguna. Informasi

dianggap material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau mencatat informasi

tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pemakai laporan keuangan.

FASB (The Financial Accounting Standard Board) menjelaskan konsep materialitas

sebagai penghilangan atau salah saji suatu item dalam laporan keuangan adalah material

jika, dalam keadaan yang tertentu, besarnya item tersebut mungkin menyebabkan

pertimbangan orang yang reasonable berdasarkan laporan keuangan tersebut akan

berubah atau terpengaruh oleh adanya pencantuman atau peniadaan informasi akuntansi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tersebut. Materialitas merupakan salah satu konsep baik dalam audit maupun akuntansi

yang penting dan mendasar. Konsep berarti rancangan, gagasan atau rencana tindakan

yang konseptual. Dalam akuntansi, materialitas dihubungkan dengan ketepatan

manajemen dalam mencatat dan mengungkapkan aktivitas perusahaan dalam laporan

keuangan. Dalam mempersiapkan laporan keuangan, manajemen menggunakan

estimasi, konsep materialitas dalam akuntansi menyangkut kekeliruan yang timbul

karena penggunaan estimasi tersebut. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara

profesional maka auditor harus membuat perencanaan audit sebelum memulai proses

audit. Didalam perencanaan audit, auditor diharuskan untuk menentukan tingkat

materialitas awal, sehingga secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semakin

seorang auditor itu profesional maka semakin auditor tersebut tepat dalam menentukan

tingkat materialitas. Materialitas sebagai konsep dalam audit mengukur lingkup audit.

Materialitas audit menggambarkan jumlah maksimum kemungkinan terdapat kekeliruan

dalam laporan keuangan dimana laporan keuangan tersebut masih dapat menunjukkan

posisi keuangan perusahaan dan hasil operasi perusahaan berdasarkan prinsip akuntansi

berterima umum (Mulyadi, 2002: 150). Dua alasan mengapa konsep materialitas

penting dalam audit, yaitu : (a) sebagian pemakai informasi akuntansi tidak dapat

memahami informasi akuntansi dengan mudah, maka pengungkapan data penting harus

dipisahkan dari data yang tidak penting, karena pengungkapan data penting yang

bersamaan dengan data tidak penting cenderung menyesatkan pemakai laporan

keuangan, (b) proses pemeriksaan akuntansi dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat

jaminan (guarantee) yang layak mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan pada

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

suatu waktu tertentu. Konsep materialitas dalam audit mendasari penerapan standar

auditing yang berlaku (Mulyadi, 2002: 150). Standar auditing merupakan ukuran

kualitas pelaksanaan auditing yang berarti auditor menggunakan standar auditing

sebagai pedoman dalam pelaksanaan audit dan dalam laporannya. Standar auditing

terdiri dari sepuluh standar yang ditetepkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam

Pernyataan Standar Auditing (PSA) no. 01, SA seksi 150 dicantumkan kesepuluh

standar sebagai berikut :

A. Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap

mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

B. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus

disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan

audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,

permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

C. Standar Pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan

penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan

dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode

sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,

kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan

keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak

dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka

alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan

keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat

pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang

dipikul oleh auditor.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Materialitas terutama berhubungan dengan standar auditing, pekerjaan lapangan

dan standar pelaporan. SA seksi 312 mengenai Risiko dan Materialitas Audit Dalam

Pelaksanaan Audit mengharuskan Auditor menentukan materialitas dalam : (1)

perencanaan audit dan merancang prosedur audit, dan (2) mengevaluasi kewajaran

laporan keuangan secara keseluruhan. Dalam perencanaan audit, auditor melakukan

pertimbangan awal terhadap materialitas. Pertimbangan tersebut terdiri dari dua

tingkatan, (1) pertimbangan pada tingkat laporan keuangan, (2) pertimbangan pada

tingkat saldo akun. Pada tingkat laporan keuangan materialitas dihitung sebagai

keseluruhan salah saji minimum yang dianggap penting atau material atas salah satu

laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan pada dasarnya adalah

saling terkait satu sama lain dan sama halnya dengan prosedur audit yang dapat

berkaitan dengan lebih dari satu laporan keuangan. Pada tingkat saldo akun, materialitas

merupakan salah saji terkecil yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang

material. Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat ini auditor harus juga

mempertimbangkan dengan materialitas pada tingkat laporan keuangan karena salah saji

yang mungkin tidak material secara individu dapat bersifat material terhadap laporan

keuangan bila digabungkan dengan saldo akun yang lain. pertimbangan materialitas

pada saat perencanaan audit mungkin berbeda dengan pertimbangan materialitas pada

saat evaluasi laporan keuangan karena (1) keadaan yang melingkupi berubah, (2)

adanya informasi tambahan selama proses audit (Mulyadi, 2002: 159).

Pertimbangan materialitas (materiality judgment) bukanlah pertimbangan yang

dibuat tanpa dasar tertentu. Pertimbangan materialitas merupakan pertimbangan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

profesional yang dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki

pengetahuan memadai dan yang meletakkan kepercayaan pada laporan keuangan

(SPAP 2001, SA Seksi 312: para 10). Pertimbangan materialitas tersebut dihubungkan

dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kualitatif dan kuantitatif.

Keadaan yang melingkupinya mengandung arti bahwa dalam menentukan materialitas

faktor keadaan entitas patut diperhatikan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan

penyebab salah saji sedangkan pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan

salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan, salah saji yang secara

kuantitatif tidak material bisa menjadi material secara kualitatif

(SPAP 2001, SA Seksi 312: para 11).

The American Accounting Association (AAA) mengklasifikasi faktor yang

dipertimbangkan dalam pertimbangan materialitas tersebut :

1. Karakteristik-karakteristik yang mempunyai signifikasi kuantitatif.

a) Besarnya suatu item (lebih besar/kecil) relatif terhadap pengharapan normal.

b) Besarnya suatu item relatif terhadap item-item serupa (relatif terhadap total dari

terjadinya laba periode tersebut dan lain-lain).

2. Karakteristik-karakteristik yang mempunyai signifikasi kualitatif.

a) Tindakan bawaan penting, aktifitas atau kondisi yang tercerminkan (tidak bias,

tidak diharapkan, pelanggaran terhadap kontrak ).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Sifat bawaan penting suatu item sebagai indikator dari bagian kejadian dimasa

mendatang yang mungkin (pikiran mengenai perubahan dalam praktek usaha dan

lain-lain).

Pertimbangan materialitas diperlukan dalam menentukan jumlah bukti yang harus

dikumpulkan atau kecukupan bukti, bagaimana bukti itu akan diperoleh dan kriteria

yang digunakan untuk mengevaluasi bukti tersebut. Kecukupan bukti audit digunakan

sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat auditor atas laporan keuangan

yang diaudit, seperti tersebut dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Pendapat auditor

atas laporan keuangan dapat berbentuk : (1) wajar (unqualified opinion), dalam segala

hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Pendapat ini

diberikan bila tidak terdapat pembatasan signifikan terhadap lingkup audit dan tidak ada

kesalahan yang material pada laporan keuangan, (2) wajar dengan pengecualian

(qualified opinion) untuk hal yang mendapat pengecualian tersebut telah disajikan

sesuai prinsip akuntansi berterima umum. Pendapat ini diberikan pada saat lingkup audit

dibatasi atau terdapat penyimpangan material pada hal yang mendapat pengecualian dari

prinsip akuntansi yang berterima umum, (3) pendapat tidak wajar (adverse opinion)

diberikan bila laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum secara signifikan sehingga tidak menggambarkan kondisi perusahaan

secara sesungguhnya, (4) tidak berpendapat (disclaimer opinion) bila terjadi pembatasan

yang luar biasa terhadap lingkup audit sehingga auditor tidak mendapatkan bukti yang

cukup untuk memberikan pendapatnya. Dalam memberikan pendapatnya, auditor tidak

memeriksa semua transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan,

dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan. Dengan memperhatikan

faktor waktu dan ekonomi, auditor memusatkan perhatiannya pada item-item yang

penting dan menghindari pemborosan untuk hal-hal yang tidak perlu. Pertimbangan

materialitas berpengaruh terhadap pendapat auditor karena berhubungan dengan

tanggung jawab auditor atas pernyataan kewajaran penyajian laporan keuangan yang

diperiksanya. Dengan memperhatikan sifat audit yang memberikan keyakinan

(assurance) atas kewajaran penyajian laporan keuangan, maka akan timbul risiko tidak

ditemukannya hal-hal yang material. Risiko audit merupakan risiko yang terjadi karena

auditor tanpa sengaja tidak memodifikasi pendapatnya secara tepat terhadap laporan

keuangan yang mengandung salah saji material (SPAP 2001, SA seksi 312.02). Risiko

audit diperhitungkan dalam audit karena dalam hal bukti audit yang diperoleh, auditor

hanya dapat memberikan keyakinan yang memadai, bukan mutlak bahwa salah saji

material terdeteksi. Semakin yakin auditor akan pendapat yang diberikannya maka

semakin rendah risiko audit yang bersedia ditanggungnya. Pada akhir proses audit,

risiko yang diharapkan atas laporan keuangan secara keseluruhan berada pada tingkat

yang rendah (Mulyadi, 2002: 166). Risiko audit terdiri dari tiga unsur sebagai berikut :

(a) risiko bawaan (inherent risk), adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan

transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi tidak terdapat prosedur

pengendalian yang terkait, (b) risiko pengendalian (control risk), adalah risiko bahwa

salah saji material dalam suatu asersi tidak dapat dideteksi atau dicegah secara tepat

waktu oleh pengendalian intern entitas, (c) risiko deteksi (detection risk), merupakan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

risiko sebagai akibat dari tidak dapat terdeteksinya salah saji material yang terdapat

dalam suatu asersi oleh auditor. Keberadaan risiko bawaan dan risiko pengendalian

terlepas dari proses audit atas laporan keuangan, tetapi merupakan fungsi usaha

perusahaan dan lingkungannya, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur

audit dan dapat diubah oleh auditor itu sendiri. Risiko bawaan dan risiko pengendalian

tidak dapat diubah atau dikendalikan tetapi dapat ditaksir nilainya sehingga dapat

dirancang prosedur pengujian substantif yang menghasilkan tingkat risiko deteksi yang

dapat diterima. Risiko bawaan dan risiko pengendalian mempunyai hubungan terbalik

dengan risiko deteksi. Tingginya risiko bawaan akan menurunkan risiko deteksi yang

dapat ditoleransi. Dengan memperhitungkan hubungan tersebut maka pada saat

perencanaan audit, auditor harus menaksir risiko bawaan dan risiko pengendalian dan

merancang prosedur pengujian substantif sedemikian rupa untuk mendapatkan tingkat

risiko deteksi yang dapat diterima. Risiko dan materialitas mempunyai hubungan

terbalik, jika tingkat materialitas yang dapat diterima dinaikkan maka risiko audit akan

berkurang dan sebaliknya. Dalam melakukan audit, auditor harus memperhatikan

hubungan tersebut. Risiko seperti halnya materialitas mempengaruhi penerapan prinsip

akuntansi berterima umum, pelaksanaan pekerjaan lapangan, dan pelaporan. Oleh

karena itu risiko juga harus dipertimbangkan dalam : (a) perencanaan audit dan

merancang prosedur audit, dan (b) mengevaluasi kewajaran laporan keuangan secara

keseluruhan.

Dari berbagai pengertian materialitas diatas, penulis menyimpulkan bahwa

materialitas merupakan besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

atau salah saji, dilihat dari keadaaan yang melingkupinya, dapat mengubah atau

mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi

tersebut, yang meliputi dua faktor yang dipertimbangkan yaitu karakteristik yang

memiliki signifikansi kuantitatif, dan karakteristik yang memiliki signifikansi kualitatif.

Dalam penelitian Yendrawati (2008), Herawaty (2008) dan Fridati (2005)

pertimbangan tingkat materialitas belum ada dimensi untuk pengembang konstuknya.

Pertimbangan tingkat materialitas dalam penelitian ini di ukur melalui 18 item

pernyataan yang pernah dipakai untuk ketiga penelitian sebelumnya. Untuk penjelasan

selengkapnya diuraikan di BAB III.

B. PROFESIONALISME AUDITOR

. Dalam melaksanakan proses audit dan penyusunan laporan keuangan, seorang

auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Menurut Yendrawati (2008) konsep profesionalisme yang digunakan adalah konsep

untuk mengukur bagaimana para profesional memandang profesi mereka yang

tercermin dalam sikap dan perilaku mereka.

Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual seperti

dikemukakan oleh Lekatompessy (2003). Profesi merupakan jenis pekerjaan yang

memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut

individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi

atau tidak. Seorang akuntan publik yang profesional harus memenuhi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tanggungjawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berlaku

semestinya.

Herawaty (2008) menyatakan bahwa profesionalisme telah menjadi isu yang

kritis untuk profesi akuntan karena dapat menggambarkan kinerja akuntan tersebut.

Yendrawati (2008) menggunakan konsep profesionalisme dari level individual yang

digunakan untuk profesionalisme eksternal auditor, meliputi lima dimensi:

1. Pengabdian pada profesi (dedication), yang tercermin dalam dedikasi profesional

melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.

2. Kewajiban sosial (social obligation), yaitu pandangan tentang pentingnya peran

profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat ataupun oleh profesional

karena adanya pekerjaan tersebut.

3. Kemandirian (autonomy demands), yaitu suatu pandangan bahwa seorang

profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak yang

lain.

4. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation), yaitu suatu

keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan

sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam

bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

5. Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation), berarti

menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan

kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Profesionalisme auditor dalam penelitian ini konsep profesionalisme yang

digunakan adalah konsep untuk mengukur bagaimana para profesional memandang

profesi mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Dengan anggapan

bahwa sikap dan perilaku mempunyai hubungan timbal balik. Perilaku profesionalisme

merupakan cerminan dari sikap profesionalisme, demikian pula sebaliknya sikap

profesional tercermin dari perilaku yang profesional. Penelitian dengan menggunakan

dimensi profesionalisme seperti tersebut diatas belum diteliti secara lebih luas, tetapi

beberapa penelitian empiris mendukung bahwa profesionalisme adalah bersifat

multidemensi walaupun tidak selalu identik bila diterapkan pada anggota kelompok

yang berbeda. Belum diperoleh pengertian yang memadai mengenai apa yang

sebenarnya terjadi pada seorang auditor profesional pada saat mereka menggunakan

pertimbangan mereka dalam membuat keputusan yang penting, ditengah tengah

tekanan, hambatan , dan kesempatan dalam lingkungan kehidupan mereka se hari hari.

Michael Gibbins (1984) berusaha meneliti mengenai bagaimana cara kerja

pertimbangan profesional dalam akuntan publik secara psikologis, dan menemukan

bahwa PJPA (Professional Judgment Public Accounting) adalah proses yang pragmatik.

Suatu proses melalui faktor faktor berupa : pengalaman sehari hari, terutama yang

berhubungan dengan menghadapi lingkungan yang penuh tuntutan, menjalani hidup hari

demi hari, menghasilkan uang, pembenaran terhadap tindakan, merespon terhadap

motivasi dari kantor tempat bekerja dan belajar dari feedback atau tidak belajar dari

kesalahan. Pengalaman seorang auditor profesional dalam menghadapi suatu situasi

serupa secara berulang baik secara langsung maupun tidak langsung akan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mempengaruhi judgment yang dipilihnya. Informasi yang datang secara berulang akan

menciptakan judgment yang baru dan pada akhirnya menimbulkan keputusan yang baru.

Judgment dari auditor yang lebih berpengalaman akan lebih intuitif daripada auditor

yang kurang berpengalaman karena pengaruh kebiasaan dan kurang melalui proses

pemikiran dari judgment itu sendiri.

Dari berbagai pengertian profesionalisme auditor di atas penulis menyimpulkan

bahwa profesionalisme auditor adalah sikap seseorang dalam menjalankan profesinya,

yang harus memenuhi tiga kriteria yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas

sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesinya dengan

menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas

profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Variabel

Profesionalisme dalam penelitian ini menggunakan lima dimensi, seperti yang pernah

di pakai dalam penelitian-penelitian sebelumnya yang tertuang dalam 5 item pernyataan

sebagai pengukurnya. Untuk penjelasan selengkapnya diuraikan di BAB III.

C. KUALITAS AUDIT

Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan

mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini

berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu

perusahaan. Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga

dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Namun sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai bagaimana dan

apa kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur

kualitas jasa secara objektif dengan beberapa indikator. Hal ini dikarenakan, kualitas

jasa adalah sebuah konsep yang sulit dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat

kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitasnya seperti yang diungkapkan

Nurchasanah dan Rahmanti (2003). Hal ini terbukti dari banyaknya penelitian yang

menggunakan dimensi kualitas audit dengan cara yang berbeda-beda.

Menurut DeAngelo (1981) dalam Monita (2008) menyatakan kualitas audit

adalah kebebasan yang tinggi sebagai faktor kemungkinan auditor dapat menemukan

dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Menurut De Angelo

sebagaimana dikutip Prasita dan Hari (2007) menyatakan bahwa kualitas audit dapat

dilihat dari tingkat kepatuhan auditor dalam melaksanakan berbagai tahapan yang

seharusnya dilaksanakan dalam sebuah kegiatan pengauditan.

Kualitas audit sulit diukur secara objektif sehingga para peneliti sebelumnya

menggunakan berbagai dimensi kualitas audit. Nurchasanah dan Rahmanti (2003)

menunjukkan 8 (delapan) faktor penentu kualitas audit yaitu pengalaman audit,

pemahaman terhadap industri klien, responsif terhadap kebutuhan klien, ketaatan pada

standar umum audit, keterlibatan pimpinan KAP, keterlibatan komite audit,

independensi anggota-anggota tim audit, dan komunikasi tim audit dan manajemen

klien. Prasita dan Adi (2007) menggunakan 5 (lima) faktor dalam menentukan kualitas

audit yaitu ketepatan waktu penyelesaian audit, ketaatan pada standar auditing,

komunikasi tim audit dengan manajemen klien, perencanaan dan pelaksanaan, dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pertanggungjawaban atas laporan hasil audit. Sebagai hasil auditnya, akuntan publik

memberikan pendapat akuntan atas kewajaran laporan keuangan. Pendapat akuntan

publik ini disajikan dalam Laporan Auditor Independen. Manajemen atau klien akan

puas jika audit yang dilakukan oleh akuntan publik memiliki kualitas yang baik.

Monita (2008) telah melakukan penelitian tentang the quality of audit process,

hasil penelitian menunjukkan terdapat 7 (tujuh) faktor yang mempengaruhi kualitas

audit yaitu perencanaan dan pelaksanaan, pengalaman melakukan audit, ketepatan

waktu penyelesaian audit, komunikasi tim audit dengan manajemen klien, memahami

industri klien, ketaatan pada standar auditing, dan pertanggungjawaban atas laporan

hasil audit.

Christiawan (2002) menggunakan 7 (tujuh) faktor kualitas yang berpengaruh

secara signifikan terhadap kepuasan klien antara lain atribut pengalaman melakukan

audit, atribut memahami industri klien, atribut responsif terhadap kebutuhan klien,

atribut pemeriksaan sesuai dengan standar umum audit, atribut komitmen kuat terhadap

kualitas audit, atribut keterlibatan pimpinan audit terhadap pemeriksaan dan atribut

melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

manajemen memiliki harapan atas kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan

publik. Klien akan puas dengan pekerjaan akuntan publik jika akuntan publik memiliki

keahlian dan pengalaman melakukan audit, responsif, melakukan pekerjaan dengan

tepat.

Dari berbagai penelitian tentang kualitas audit, maka dapat disimpulkan bahwa

kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam

sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana

dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan

kode etik akuntan publik yang relevan. Dari berbagai dimensi tentang kualitas audit di

atas, penulis menyimpulkan ada lima dimensi saja dalam penelitian ini, seperti yang

pernah di pakai dalam penelitian Prasita dan Adi (2007) dan Setyawati (2010) yang

tertuang dalam 7 item pernyataan sebagai pengukurnya. Untuk penjelasan selengkapnya

diuraikan di BAB III.

D. ETIKA PROFESI

Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki

kode etik. Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah

sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku

bisnis. Dalam hal etika, sebuah profesi harus memiliki komitmen moral yang tinggi

yang dituangkan dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini merupakan aturan main dalam

menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang biasa disebut kode etik.

Kode etik harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi yang memberikan jasa

pelayanan kepada masyarakat dan merupakan alat kepercayaan bagi masyarakat luas.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap professional wajib mentaati etika

profesinya terkait dengan pelayanan yang diberikan apabila menyangkut kepentingan

masyarakat luas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Etika dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah : (1) ilmu tentang apa yang

baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak, (2)

kumpulan asa atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan

salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia :

237). Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa etika merupakan norma

yang mengikat secara moral hubungan antar manusia, yang dapat dituangkan dalam

aturan, hukum maupun etika profesional yang dikodifikasi dalam kode etik suatu

profesi, dalam hal ini adalah norma perilaku yang mengatur hubungan auditor dengan

klien, auditor dengan rekan seprofesi, auditor dengan masyarakat dan terutama dengan

diri auditor sendiri. auditor mempunyai kewajiban untuk memenuhi aturan perilaku

yang spesifik, yang menggambarkan suatu sikap atau hal-hal yang ideal. Kewajiban

tersebut berupa tanggung jawab yang bersifat fundamental bagi profesi untuk

memantapkan jasa yang ditawarkan.

IAI pada Kongres VIII tahun 1998 memutuskan Prinsip Etika Profesi Ikatan

Akuntan Indonesia, yang kemudian dijabarkan dalam Aturan Etika Kompartemen

Akuntan Publik IAI. Dalam kongres tersebut IAI menyatakan pengakuan tanggung

jawab profesi kepada publik, pemakai jasa akuntan dan rekan. Prinsip-prinsip ini

memandu dalam pemenuhan tanggung jawab profesional dan sebagai landasan dasar

perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini menuntut komitmen untuk

berperilaku terhormat, bahkan dengan mengorbankan keuntungan pribadi. Terdiri dari 8

(delapan) prinsip sebagai berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) Prinsip tanggung jawab profesi menyatakan bahwa sebagai profesional, anggota IAI

mempunyai peranan penting dalam masyarakat, terutama kepada semua pemakai

jasa profesional mereka dan bertanggung jawab dalam mengembangkan profesi

akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab

profesi dalam mengatur diri sendiri bersama-sama dengan sesama rekan anggota.

b) Prinsip kepentingan publik menyatakan bahwa setiap anggota berkewajiban untuk

selalu bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati

kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

c) Prinsip integritas mengakui integritas sebagai kualitas yang dibutuhkan untuk

memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik.

d) Prinsip objektivitas mengharuskan anggota untuk menjaga objektivitasnya dan

bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

e) Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk

selalu menjaga dan memelihara kompetensi profesional serta ketekunan dalam

melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan kemampuan.

f) Prinsip kerahasiaan mengharuskan anggota untuk menghormati kerahasiaan

informasi yang diperoleh selama melakukan pekerjaan dan tidak boleh memakai

atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan kecuali ada kewajiban

profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

g) Prinsip perilaku profesional menuntut anggota untuk berperilaku yang konsisten

dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang mendiskreditkan

profesi.

h) Prinsip standar teknis mengharuskan anggota untuk menaati standar teknis dan

standar profesional yang relevan dalam melaksanakan penugasan audit.

Menurut Arisetyawan (2010) prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi

aturan etika yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa professional oleh anggota.

Prinsip etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh

himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak

berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan aturan etika, tanpa

dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Kode etik digunakan dalam

keanggotaan sebagai pedoman dan peraturan bagi semua anggota tidak terkecuali

akuntan publik untuk melaksanakan tanggungjawab professional mereka dan

menyatakan prinsip dasar dari perilaku etis dan professional. Sedangkan menurut

Martadi dan Suranta (2006) Etika profesi merupakan seperangkat aturan/ norma/

pedoman yang mengatur manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus

ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok/ segolongan manusia/ masyarakat/ profesi.

Menurut Herawaty (2008) etika profesi dalam penelitian ini adalah Kode Etik

Akuntan Indonesia, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan

publik dengan kliennya, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya dan antara

profesi dengan masyarakat. Terdapat 8 (delapan) dimensi etika profesi yaitu

tanggungjawab profesi, kepentingan umum, integritas, objektifitas, kompetensi dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kehati-hatian professional, kerahasiaan, perilaku professional, standar teknis. Delapan

dimensim ini seperti yang tertuang dalam IAI pada Kongres VIII tahun 1998 yang

memutuskan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia.

Dari pengertian etika profesi diatas, penulis menyimpulkan bahwa etika profesi

adalah norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan publik dengan kliennya,

antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat.

Dalam penelitian ini menggunakan 8 (delapan) dimensi menurut Herawaty (2008) dan

seperti yang perah digunakan Pangestuti (2008) yaitu tanggungjawab profesi,

kepentingan umum, integritas, objektifitas, kompetensi dan kehati-hatian professional,

kerahasiaan, perilaku professional, standar teknis. Dimensi ini tertuang dalam 8

(delapan) item pernyataan sebagai pengukurnya. Untuk penjelasan selengkapnya

diuraikan di BAB III.

E. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian-penelitian terdahulu sebagai

referensi. Berbagai penelitian yang pernah dilakukan tentang materialitas antara lain

oleh Yendrawati (2008) meneliti tentang analisis hubungan profesionalisme auditor

dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan.

Dalam penelitian ini dari lima dimensi profesionalisme yang berhubungan signifikan

terhadap pertimbangan tingkat materialitas hanya dimensi keyakinan terhadap profesi.

Sedangkan yang lainnya tidak memiliki hubungan yang signifikan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Fridati (2005) meneliti mengenai analisis hubungan antara profesionalisme

auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan

keuangan di Jogjakarta. Hasil dari penelitian ini bahwa masing-masing dimensi

profesionalisme auditor yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian,

kepercayaan terhadap peraturan profesi, hubungan dengan rekan seprofesi berhubungan

secara signifikan dan positif dengan variabel pertimbangan tingkat materialitas.

Hubungan tersebut menunjukkan bahwa semakin seorang auditor itu memiliki dedikasi

yang tinggi terhadap profesi, memiliki kesadaran yang tinggi bahwa profesi auditor

adalah profesi yang dipercaya masyarakat, memiliki sikap mental mandiri, memilih

keyakinan terhadap kualitas diri dan rekan seprofesi yang sama-sama memahami

pekerjaan pengauditan dan memiliki relasi dengan sesame profesi yang luas akan dapat

membuat pertimbangan tingkat materialitas yang lebih baik.

Ratnawati (2006) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh

profesionalisme terhadap kualitas audit dengan pertimbangan tingkat materialitas

sebagai variabel intervening. Salah satu hasil dari penelitian ini profesionalisme akuntan

publik untuk dimensi pengabdian terhadap profesi, keyakinan terhadap profesi, dan

hubungan sesama profesi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas,

sedangkan kewajiban sosial dan kemandirian tidak berpengaruh terhadap tingkat

materialitas.

Herawaty (2008) telah melakukan penelitian mengenai profesionalisme,

pengetahuan akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan, etika profesi dan

pertimbangan tingkat materialitas. Hasil dari penelitiannya bahwa profesionalisme,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengetahuan akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan, etika profesi berpengaruh

secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan

keuangan.

Monita (2008) telah melakukan penelitian tentang the quality of audit process,

hasil penelitian menunjukkan terdapat 7 (tujuh) faktor yang mempengaruhi kualitas

audit yaitu pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, ketepatan waktu

penyelesaian audit, ketaatan pada standar auditing, komunikasi tim audit dengan

manajemen klien, perencanaan dan pelaksanaan, dan pertanggungjawaban atas laporan

hasil audit.

Referensi yang telah diutarakan di atas, menjadi pertimbangan penulis selaku

peneliti dalam melakukan penelitian survei serupa yang mengangkat masalah

pertimbangan tingkat materialitas dengan faktor berbeda seperti profesionalisme,

kualitas audit, dan etika profesi. Daerah survei yaitu Jawa Tengah, yang diwakili daerah

Semarang dan Surakarta. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk

pengembangan penelitian selanjutnya.

F. PERUMUSAN HIPOTESIS

Berbagai penelitian tentang tingkat materialitas yang pernah dilakukan

menghasilkan temuan yang berbeda mengenai faktor pembentuk tingkat materialitas.

Namun secara umum menyimpulkan bahwa untuk menghasilkan pertimbangan tingkat

materialitas dalam proses audit laporan keuangan yang baik diperlukan profesionalisme

auditor yang tinggi, kualitas audit yang tinggi dan etika profesi yang tinggi dalam

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menjalankan profesi auditor. Berdasarkan logika dari paparan di atas maka

dikembangkan suatu kerangka pemikiran atas penelitian ini, yaitu:

1. Pengaruh Profesionalisme terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses

audit laporan keuangan.

Herawaty (2008) menyatakan bahwa seseorang dikatakan professional jika

memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai

dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan

standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya

dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Herawaty (2008) menyatakan

Profesionalisme merupakan sikap seseorang dalam menjalankan suatu profesi.

Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi dicerminkan dalam lima

dimensi profesionalisme.

Hasil penelitian Herawaty (2008) mendukung semua hipotesis dan

konsisten dengan penelitian Hastuti dkk (2003). Hasil temuan ini mengindikasikan

bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika

profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam

proses audit laporan keuangan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi profesionalisme auditor, maka

semakin baik pertimbangan tingkat materialitas, berdasarkan teori tersebut maka

hipotesisnya adalah.

H1: Profesionalisme berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam

proses audit laporan keuangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses

audit laporan keuangan.

DeAngelo (1981) dalam Monita (2008) menyatakan kualitas audit adalah

kebebasan yang tinggi sebagai faktor kemungkinan auditor dapat menemukan dan

melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Gambaran kualitas audit

dalam penelitian ini dicerminkan melalui lima dimensi yaitu ketepatan waktu

penyelesaian audit, ketaatan pada standar auditing, komunikasi tim audit dengan

manajemen klien, perencanaan dan pelaksanaan, dan pertanggungjawaban atas

laporan hasil audit. Sebagai hasil auditnya, akuntan publik memberikan pendapat

akuntan atas kewajaran laporan keuangan. Pendapat akuntan publik ini disajikan

dalam Laporan Auditor Independen. Manajemen atau klien akan puas jika audit

yang dilakukan oleh akuntan publik memiliki kualitas yang baik. Semakin tinggi

kualitas audit yang dihasilkan auditor, maka semakin baik pertimbangan tingkat

materialitas, berdasarkan teori tersebut maka hipotesisnya adalah.

H2: Kualitas Audit berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam

proses audit laporan keuangan.

3. Pengaruh Etika profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses

audit laporan keuangan.

Herawaty (2008) menyatakan Etika Profesi adalah norma perilaku yang

mengatur hubungan antara akuntan publik dengan kliennya, antara akuntan publik

dengan rekan sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat. Terdapat 8

(delapan) dimensi etika profesi yaitu tanggungjawab profesi, kepentingan umum,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

integritas, objektifitas, kompetensi dan kehati-hatian professional, kerahasiaan,

perilaku professional, standar teknis. Hasil penelitian Herawaty (2008) mendukung

semua hipotesis dan konsisten dengan penelitian Hastuti dkk (2003). Hasil temuan

ini mengindikasikan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi

kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan

tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

Dalam hal etika, sebuah profesi harus mempunyai komitmen moral yang

tinggi yang dituangkan dalam betuk aturan khusus. Aturan ini merupakan aturan

main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang biasa disebut kode

etik. Kode etik harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi yang memberikan jasa

pelayanan kepada masyarakat dan merupakan alat kepercayaan bagi masyarakat

luas. Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap profesional wajib mentaati etika

profesinya terkait dengan pelayanan yang diberikan apabila menyangkut

kepentingan masyarakat luas.

Gusnardi (2007) menyatakan bahwa Etika Profesi diperlukan setiap profesi

karena kebutuhan profesi tersebut akan kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa

yang diserahkan, siapapun orangnya. Masyarakat akan menghargai profesi yang

menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan anggota

profesinya, karena masyarakat merasa terjamin akan memperoleh jasa yang dapat

diandalkan. Begitu juga terhadap profesi akuntan publik, kepercayaan masyarakat

terhadap mutu audit akan menjadi lebih tinggi jika profesi akuntan publik

menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan audit.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Semakin tinggi akuntan publik mentaati kode etik maka semakin baik pula

pertimbangan tingkat materialitas, berdasarkan teori tersebut maka hipotesisnya

adalah.

H3: Etika profesi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam

proses audit laporan keuangan.

4. Pengaruh Profesionalisme, Kualitas Audit, Etika Profesi terhadap Pertimbangan

Tingkat Materialitas dalam proses audit laporan keuangan

Untuk menghasilkan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit

laporan keuangan yang baik diperlukan profesionalisme auditor yang tinggi, kualitas

audit yang tinggi dan etika profesi yang tinggi dalam menjalankan profesi auditor.

Jadi, semakin tinggi profesionalisme auditor, kualitas audit dan etika profesi maka

semakin baik juga tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan,

berdasarkan teori tersebut maka hipotesisnya adalah.

H4: Profesionalisme, Kualitas Audit, Etika Profesi berpengaruh terhadap

pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

Gambar 2.1
Kerangka Teoritis
Profesionalisme (X1)

Kualitas Audit (X2) Materialitas


(Y)

Etika Profesi (X3)

Variabel independen Variabel dependen

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

G. HIPOTESIS

Dalam kerangka pemikiran di atas maka disusun hipotesis sebagai berikut.

H1: Profesionalisme berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam

proses audit laporan keuangan.

H2: Kualitas Audit berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam

proses audit laporan keuangan.

H3: Etika profesi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam

proses audit laporan keuangan.

H4: Profesionalisme, Kualitas Audit, Etika Profesi berpengaruh terhadap

pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field study) karena peneliti

melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk memperoleh data dari responden.

Metode penelitian yang digunakan adalah survei (survey design) yaitu penelitian yang

mengambil sampel dari suatu populasi dan menyebar kuesioner sebagai alat

pengumpulan data dalam lingkungan yang sebenarnya. Dimensi waktu dalam penelitian

ini adalah cross sectional, karena data diperoleh hanya sekali untuk menjawab

pertanyaan dan dilakukan terhadap suatu objek tertentu untuk suatu waktu tertentu

(Sakaran, 2000).

Objek penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di

Jawa Tengah yang diwakili oleh daerah Semarang dan Surakarta.

B. POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

1) Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 1998: 115).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang terdaftar dan bekerja pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah meliputi daerah Semarang dan

Surakarta.

Adapun populasi penelitian ini antara lain:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel III.1
Nama Kantor Akuntan Publik Wilayah Semarang
No. Nama KAP
1 KAP. Darsono & Budi Cahyo Santoso
2 KAP. Drs. Idjang Soetikno
3 KAP. Bayudi Watu & rekan
4 KAP. Soekamto
5 KAP. Drs Sugeng Pamudji
6 KAP Drs Hananta Budianto & rekan
7 KAP. Arie Rachim
8 KAP. Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry (CAB)
9 KAP. Drs. Benny Gunawan
10 KAP. Erwan, Sugandhi & Jajat Marjat (CAB)
11 KAP. Hadori Sugiarto Adi & Rekan (CAB)
12 KAP. Leonard, Mulia &Richard (CAB)
13 KAP.Ngurah Arya & Rekan (CAB)
14 KAP. Ruchendi, Mardjito & Rushadi
15 KAP. Suhartati & Rekan (CAB)
16 KAP. Tahrir Hidayat
17 KAP. Tarmizi Achmad
18 KAP. Yuliati, Se, BAP
Sumber data: Skripsi (2010)

Tabel III.2
Nama Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta
No. Nama KAP
1 KAP Busroni & Payamta
2 KAP Drs Hanung Triatmoko, Ak
3 KAP Rachmad Wahyudi
4 KAP Wartono
Sumber data: Skripsi (2010)

2) Sampel

Sampel adalah sebagian/ wakil populasi yang akan diteliti

(Arikunto, 1998: 117). Sampel yang dipilih dari populasi dianggap mewakili

keberadaan populasi, karena populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang

bekerja di KAP dengan criteria yaitu daerah yang dipilih merupakan daerah yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memiliki tingkat pertumbuhan industri dan usaha perdagangan maupun jasa yang

cukup tinggi.

3) Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini sampel diambil dengan metode convenience sampling,

yaitu pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, sehingga penulis mempunyai

kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah.

C. IDENTIFIKASI DAN TEKNIK PENGUKURAN VARIABEL

1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan

diteliti). Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang

menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji

kebenarannya oleh orang lain (Rifai, 2005). Konsep yang mempunyai variasi nilai

disebut variabel. Variabel independen (X) dalam penelitian ini antara lain

profesionalisme, kualitas audit, dan etika profesi sedangkan variabel dependennya

adalah pertimbangan tingkat materialitas (Y).

2. Pengukuran Variabel

Menurut Rifai (2005) setelah mengetahui definisi operasional dari setiap

variabel maka dilakukan proses pengukuran variabel meliputi empat aktivitas pokok

yaitu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Menentukan dimensi variabel penelitian dan merumuskan ukuran untuk masing-

masing dimensi tersebut. Ukuran ini biasanya berbentuk pertanyaan yang

relevan dengan dimensi tersebut.

a) Profesionalisme (X1)

Profesionalisme, menurut Herawaty (2008) Profesionalisme merupakan

sikap seseorang dalam menjalankan suatu profesi. Profesionalisme menurut

Yendrawati (2008) di bagi menjadi 5 (lima) dimensi:

1. pengabdian terhadap profesi

2. kewajiban sosial

3. kemandirian

4. keyakinan terhadap profesi

5. hubungan sesama profesi

Adapun indikator pertanyaan atau pernyataan yang digunakan sebagai

ukuran untuk masing-masing dimensi dalam penelitian ini antara lain:

a) Pengabdian terhadap profesi, Saya menggunakan segenap pengetahuan,

kemampuan dan pengalaman saya dalam melaksanakan proses

pengauditan?. Asumsinya bahwa dengan menggunakan pengetahuan,

kemampuan dan pengalamannya, mengekspresikan bahwa adanya

penyerahan diri secara total terhadap pekerjaannya sebagai bentuk

pengabdian terhadap profesinya.

b) Kewajiban sosial, Profesi eksternal auditor adalah profesi yang penting

di masyarakat?. Asumsinya bahwa, adanya pandangan tentang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh

masyarakat ataupun oleh professional karena pekerjaan tersebut.

c) Kemandirian, Saya merencanakan dan memutuskan hasil audit saya

berdasarkan fakta yang saya temui dalam proses pemeriksaan?.

Asumsinya bahwa, Auditor harus mampu membuat keputusan sendiri

tanpa tekanan dari pihak lain.

d) Keyakinan terhadap profesi, Pemeriksaan atas laporan keuangan untuk

menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan hanya dapat

dilakukan oleh eksternal auditor?. Asumsinya bahwa, yang berwenang

untuk menilai pekerjaan professional adalah rekan sesama profesi, dan

bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu

dan pekerjaan mereka.

e) Hubungan sesama profesi, Saya memiliki organisasi dimana saya

bekerja?. Asumsinya melalui ikatan profesi, Auditor mempunyai ikatan

profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok kolega

informal sebagai sumber ide utama pekerjaan.

b) Kualitas Audit (X2)

Kualitas Audit menurut DeAngelo (1981) dalam Monita (2008) menyatakan

kualitas audit adalah kebebasan yang tinggi sebagai faktor kemungkinan

auditor dapat menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem

akuntansi klien. Kualitas Audit menurut Prasita dan Hari, 2007 di bagi

menjadi 5 (lima) dimensi:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Ketepatan waktu penyelesaian tugas audit

2. Ketaatan pada standar auditing

3. Komunikasi tim audit dengan manajemen klien

4. Perencanaan dan pelaksanaan

5. Pertanggungjawaban atas laporan hasil audit

Indikator pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a) Ketepatan waktu penyelesaian tugas audit, Apakah sering menyelesaikan

tugas-tugas audit secara tepat waktu?. Asumsinya adalah ketepatan dalam

menyelesaikan audit sesuai dengan rencana kerja merupakan salah satu

faktor kualitas audit yang baik.

b) Ketaatan pada standar auditing, Apakah dalam melaksanakan audit sesuai

dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia?

Asumsinya bahwa auditor melaksanakan secara taat ketentuan auditing maka

diharapkan kualitas audit terpenuhi dengan baik.

c) Komunikasi tim audit dengan manajemen klien, Apakah komunikasi antara

tim audit dengan manajemen klien harus dilakukan selama penugasan

berlangsung? Asumsinya bahwa tugas audit dilaksanakan audit sehingga

semakin baik komunikasi tim audit dengan klien maka proses audit akan

berjalan lancar dan tepat sehingga menghasilkan kualitas audit yang optimal.

d) Perencanaan dan pelaksanaan, Apakah dalam pelaksanaan audit harus

menggunakan perencanaan (jadual) kegiatan yang terstruktur? Asumsinya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

adalah perencanaan dan pelaksanaan yang terstruktur diharapkan dapat

membantu auditor dalam penyelesaian pengauditan yang optimal.

e) Pertanggungjawaban atas laporan hasil audit, Apakah kualitas pekerjaan

(laporan) audit yang saya buat dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya?

Apakah pendapat yang berikan dalam laporan audit selalu menggunakan

kondisi atau fakta keuangan klien yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh

siapapun? Apakah laporan audit yang dibuat dapat dipahami oleh klien?.

Asumsinya bahwa hasil audit merupakan hasil kerja dari auditor yang bisa

dipertanggungjawabkan isi dan kebenarannya sehingga diharapkan

pertanggungjawabannya tersebut wujud dari kualitas yang baik.

c) Etika profesi (X3)

Etika Profesi, Menurut Herawaty (2008) menyatakan Etika Profesi adalah

norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan publik dengan

kliennya, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya dan antara profesi

dengan masyarakat. Etika Profesi menurut Herawaty (2008) dan Pangestuti,

(2008) di bagi menjadi 8 (delapan) dimensi:

1. tanggungjawab profesi

2. kepentingan umum

3. integritas

4. objektifitas

5. kompetensi dan kehati-hatian professional

6. kerahasiaan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7. perilaku profesional

8. standar teknis

Indikator pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a) Tanggungjawab profesi, Apakah akuntan harus mempertahankan nama baik

profesi dengan menjunjung tinggi etika profesi serta hukum negara tempat ia

melaksanakan pekerjaan?. Asumsinya, bahwa dalam melaksanakan tugas

profesionalnya seseorang akuntan harus selalu berpedoman pada kode etik

agar dapat bertugas secara bertanggungjawab dan objektif.

b) Kepentingan umum, Apakah akuntan berkewajiban untuk senantiasa bertindak

dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik

dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme? Asumsinya bahwa dalam

melaksanakan profesinya akuntan senantiasa bersikap dalam rangka pelayanan

kepentingan umum.

c) Integritas, Apakah dalam memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,

akuntan harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya dengan integritas

setinggi mungkin? Asumsinya bahwa dalam integritas mengharuskan seorang

akuntan untuk bersikap jujur, dan berterusterang tanpa harus mengorbankan

rahasia penerima jasa.

d) Objektifitas, Apakah setiap akuntan harus menjaga objektifitasnya dan bebas

dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya?

Asumsinya bahwa akuntan mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

orang-orang yang terlibat dalam pemberian jasa profesionalnya mematuhi

prinsip objektivitas.

e) Kompetensi dan kehati-hatian professional, Akuntan harus melaksanakan jasa

profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan. Asumsinya

bahwa dalam melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian,

kompetensi dan ketekunan.

f) Kerahasiaan, Akuntan boleh menggunakan suatu pengetahuan/ informasi yang

ia peroleh dari pelaksanaan tugas profesionalnya untuk kepentingan diri

sendiri/ pihak ke-3 (selain norma profesi, hukum/ negara). Asumsinya bahwa

boleh menggunakan suatu pengetahuan/ informasi yang ia peroleh dari

pelaksanaan tugas profesionalnya dan memastikan bahwa staf di bawah

pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasehat dan bantuannya

menghormati prinsip kerahasiaan.

g) Perilaku profesional, Setiap akuntan harus berperilaku yang konsisten dengan

reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang mendiskreditkan

profesi. Asumsinya bahwa akuntan harus berperilaku yang konsisten dengan

reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang mendiskreditkan

profesi.

h) Standar teknis, Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai

dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Asumsinya

bahwa, dalam melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan standar profesional yang relevan sesuai dengan keahlian dan dengan

berhati-hati.

d). Pertimbangan Tigkat Materialitas

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji

informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat

mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang

meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya

penghilangan atau salah saji (Mulyadi, 2002: 158). Berdasarkan penelitian-

penelitian terdahulu, variabel pertimbangan tingkat materialitas tidak ada

dimensinya. Untuk mengukur variabel ini, seperti penelitian-penelitian

sebelumnya menggunakan 18 item pernyataan tentang pertimbangan tingkat

materialitas melalui kuesioner.

2. Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran.

Masing-masing item diukur dengan skala likert dengan kisaran antara 1 sampai

dengan 5. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel profesionalisme

auditor terdiri dari 5 (lima) item pernyataan, variabel kualitas audit terdiri dari 7

(tujuh) item pernyataan dan variabel etika profesi terdiri dari 8 (delapan) item

pernyataan.

3. Menguji tingkat validitas dan reabilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai

adalah alat ukur baru.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh

dan menginterpretasikan informasi dari responden yang dilakukan dengan pola

pengukuran yang sama (Sekaran, 2000). Penelitian ini menggunakan instrumen berupa

kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh penulis dengan

mengacu pada kuesioner penelitian sebelumnya tentang materialitas. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini untuk profesionalisme dan pertimbangan tingkat

materialitas diadopsi dari penelitian Yendrawati (2008), kualitas audit diadopsi dari

penelitian Prasita dan Adi (2007) sedangkan etika profesi diadopsi dari penelitian

Herawaty (2008) dan Pangestuti (2008).

Penelitian ini menggunakan metode perskalaan yaitu skala likert 5 poin yang

menggunakan interval sebagai nilai skalanya untuk setiap pertanyaan atau pernyataan

yang diajukan kepada responden.

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) bagian sebagai berikut.

1. Data diri responden

Pada bagian ini berisi beberapa pertanyaan mengenai identitas responden

meliputi : nama responden, jenis kelamin, jabatan, lama pengalaman dan lain-lain.

2. Pertanyaan berupa pernyataan mengenai profesionalisme, kualitas audit, etika

profesi dan materialitas.

Pada bagian ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai profesionalisme,

kualitas audit, etika profesi dan pertimbangan tingkat materialitas. Pertanyaan ini

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

termasuk jenis tertutup dan responden cukup memberi tanda silang (X) pada

pilihan jawaban yang tersedia. Setiap jawaban tersebut telah ditentukan skornya

antara lain:

Tabel III.3
Penilaian Skor Pernyataan

Jenis Jawaban Skor


Sangat setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Ragu-ragu (R) 3
Tidak setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel profesionalisme auditor terdiri dari

5 item pernyataan, variabel kualitas audit terdiri dari 7 item pernyataan dan variabel

etika profesi terdiri dari 8 item pernyataan. Sedangkan variabel pertimbangan tingkat

materialitas terdiri dari 18 item pernyataan.

E. SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Sumber data penelitian

a). Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau tempat dimana

penelitian dilakukan secara langsung (Indriantoro dan Bambang Supeno, 1999: 65).

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan

kepada responden.

b). Data Sekunder

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Data sekunder adalah sumber penelitian yang diproleh secara tidak langsung melalui

media perantara (Indriantoro dan Bambang Supeno, 1999: 65). Penelitian ini

merupakan penelitian empiris maka data sekunder dalam penelitian ini diperoleh

dari artikel, jurnal, dan penelitian-penelitian terdahulu.

2. Teknik Pengumpulan Data

Tahap menentukan populasi dan sampel telah dilakukan maka langkah

selanjutnya adalah menentukan teknik atau metode pengumpulan data. Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket (kuesioner tertutup).

Kuesioner tertutup adalah suatu teknik pengambilan data secara langsung dari objek

penelitian dengan memberikan serangkaian daftar pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannya sudah ditentukan oleh peneliti. Kuesioner berisi pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1996: 139).

Kuesioner yang disebarkan secara langsung ke kantor akuntan publik

ditujukan kepada auditor senior maupun junior pada masing-masing KAP diberikan

5-10 kuesioner tergantung jumlah auditor. Wilayah penelitian ini meliputi Jawa

Tengah yaitu Semarag sekitar 18 KAP serta Surakarta sekitar 4 KAP. Wilayah ini

memiliki potensi industri dan perdagangan yang cukup berkembang sehingga

dibutuhkan jasa akuntan publik. Selain itu, wilayah ini dipilih karena berbeda

dengan penelitian sebelumnya yang mengambil wilayah DKI Jakarta dan

Yogyakarta yang sangat membutuhkan jasa akuntan publik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Langkah-langkah pengolahan data

Penulis mengadopsi dan menggunakan tahap-tahap pengolahan data menurut

Rifai (2005) dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

a) Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket

(kuesioner tertutup). Kuesioner merupakan alat pengumpul data yang digunakan

untuk survei, guna memudahkan proses selanjutnya maka dalam kuesioner telah

tersedia kolom untuk pengkodean data.

b) Editing Data

Data lapangan yang ada dalam kuesioner perlu diedit, tujuan dilakukannya

editing adalah untuk: (1) Melihat lengkap tidaknya pengisian kuesioner. (2)

Melihat logis tidaknya jawaban. (3) Melihat konsistensi antar pertanyaan.

c) Pengkodean Data

Dilakukan untuk pertanyaan-pertanyaan: (1) Tertutup, bisa dilakukan

pengkodean sebelum ke lapangan. (2) Setengah terbuka, pengkodean sebelum

dan setelah dari lapangan. (3) Terbuka, pengkodean sepenuhnya dilakukan

setelah selesai dari lapangan. Oleh karena pertanyaan bersifat tertutup maka

penulis telah melakukan pengkodean sebelum survei.

d) Pengolahan Data

Paling tidak ada dua hal yang perlu dilakukan ketika melakukan pengolahan

data: (1) Entry data, atau memasukkan data dalam proses tabulasi. (2)

Melakukan editing ulang terhadap data yang telah ditabulasi untuk mencegah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terjadinya kekeliruan memasukkan data, atau kesalahan penempatan dalam

kolom maupun baris tabel.

F. TEKNIK PENGUJIAN DATA

Analisis data diawali dengan pengujian data yaitu dengan menguji validitas dan

reabilitas data:

1. Uji Validitas

Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

betul-betul mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas digunakan untuk

mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2005: 45). Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Cara yang paling

banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk suatu instrumen atau alat

pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor atau nilai yang diperoleh pada masing-

masing pertanyaan atau pernyataan dari semua responden.

Korelasi antara skor atau nilai setiap pertanyaan atau pernyataan dan skor atau

nilai total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu misalnya dengan

menggunakan teknik pearson correlation. Validitas dihitung setiap butirnya dengan

rumus pearson correlation. Hasil perhitungan rxy dengan taraf kesalahan 5%, jika r

xy > r tabel maka item soal tersebut valid (Arikunto, 2000: 145) dengan rumus:

r xy = N XY (X) (Y)
{N X - (X) } {N Y - (Y) }

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keterangan:

r xy = Jumlah subyek

= Jumlah skor item

= Jumlah skor total

XY = Jumlah perkalian x dan y

X = Kuadrat dari x

Y = Kuadrat dari y

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi

dimana instrument mengukur konsep dan membentuk menilai ketetapan sebuah

pengukuran (Sekaran, 2000). Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas

menunjukkan kemantapan/ konsistensi hasil pengukuran. Semakin kecil kesalahan

pengukuran, semakin reliabel alat pengukurnya. Semakin besar kesalahan

pengukuran, semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut.

Reliabilitas instrument penelitian diuji menggunakan rumus koefisien

Cronbachs Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbachs Alpha > 0,60 (Ghozali, 2005). Adapun rumus yang digunakan sebagai

berikut:

r 11 = [ k ] [ 1 - b ]
k 1 t

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keterangan:

r 11 = Reliabilitas yang dicari

b = Jumlah varians skor butir

t = Varian total

k = Banyaknya butir

3. Teknik Analisis Data:

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji asumsi klasik antara lain: uji

normalitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi dan uji multikolinieritas.

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable

dependen dan independent keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak

(Ghozali, 2005: 110). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data

normal atau mendekati normal. Uji normalitas data dilakukan dengan

menggunakan Kolmogorof-Smirnov (Uji K-S). Uji ini dilakukan dengan

membandingkan probabilitas yang diperoleh dengan taraf signifikansi 0,05.

Apabila nilai sign hitung > 0,05 maka data terdistribusi normal.

Apabila setelah dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan

Kolmogorof-Smirnov (Uji K-S) ternyata berdistribusi tidak normal maka akan

ditransformasi data menurut Ghozali (2005: 32) diawali dengan melihat

bagaimana bentuk dari grafik histrogram. Bentuk transformasi data:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel III.4
Bentuk Transformasi Data
No Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi
1 Moderate positive skewness SQRT (x) atau akar kuadrat
2 Subtansial positive skewness LG 10 (x) atau logaritma 10 atau LN
3 Severe positive skewness dgn 1/x atau ( k x)
bentuk L
4 Substansial negative skewness LG 10 (k-x)
5 Severe negative skewness dgn 1/(k-x)
bentuk L
k = konstanta yang berasal dari setiap skor dikurangkan sehingga skor
terkecil adalah 1 (satu).
Dilihat dari bentuk grafik yang dihasilkan maka menentukan bentuk

transformasi yang harus dilakukan dengan bantuan spss. Hasilnya data akan

berdistribusi normal, dari data tersebut dapat dicari data outlier atau data yang

memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dengan observasi

lainnya. Dengan bantuan spss pula dapat ditemukan data outlier tersebut untuk

kemudian memutuskan untuk dapat menggunakan atau membuangnya.

2. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut

homoskedastisitas (Ghozali, 2005: 105). Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas, tidak heteroskedastisitas (Ghozali, 2005: 105).

3. Uji Multikolinieritas

Uji ini dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi baik seharusnya tidak

terjadi korelasi diantara variabel independen. Uji Multikolinieritas dapat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melihat VIF (Variance Inflation Factors)

dan nilai toleransi. Jika VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka tidak terjadi

gejala multikolinieritas (Ghozali, 2005: 92).

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya korelasi antara data pada suatu waktu tertentu

dengan nilai data tersebut pada waktu satu periode sebelumnya atau lebih pada

urut waktu. Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah model

mengandung autokorelasi atau tidak, yaitu adanya hubungan diantara variabel

dalam mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini untuk

mengidentifikasi masalah autokorelasi yang terjadi, maka dalam penelitian ini

pendeteksian dilakukan dengan menggunakan metode Durbin Watson dengan

ketentuan jika 1,65 < DW < 2.35 berarti tidak terjadi masalah autokorelasi

(Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi.

G. TEKNIK PENGUJIAN HIPOTESIS

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

gambaran dari suatu fenomena yang ada (Asih, 2006). Analisis mengenai responden

dan variabel penelitian untuk memudahkan menginterpretasikan hasilnya lebih

lanjut. Deskriptif variabel dalam penelitian ini nantinya mengenai kisaran skor

jawaban responden berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Pengujian Hipotesis

Analisis utama yaitu pengujian hipotesis dengan bantuan SPSS 17.0 for windows

1. Pengujian Parsial (Uji Statistik t)

Uji t ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial

mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel independen lainnya

konstan (Ghozali, 2005: 84). Langkah untuk pengujian ini antara lain:

a) Menentukan hipotesis

Ho : 1 = 2 = 3

Ha : 1 2 3

b) Menentukan t tabel dengan tingkat signifikan 0,05

c) Menghitung t hitung dan kemudian membandingkan dengan t tabel.

Kriteria pengujiannya adalah :

1) Ho diterima dan Ha ditolak yaitu apabila t hitung <t tabel atau bila nilai

signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara

individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) Ho ditolak dan Ha diterima yaitu apabila t hitung >t tabel atau bila nilai

signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variable independensi

secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Pengujian Simultan (Uji Statistik F)

Uji F ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara

bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2005:

84). Langkah untuk pengujian ini antara lain:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) Menentukan hipotesis

Ho : 1 = 2 = 3

Ha : 1 2 3

b) Menentukan F tabel dengan tingkat signifikan 0,05

c) Menghitung F hitung dan kemudian membandingkan dengan F tabel.

Kriteria pengujiannya adalah :

1) Ho diterima dan Ha ditolak yaitu apabila F hitung <F tabel atau bila

nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel

independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi tidak

signifikan.

2) Ho ditolak dan Ha diterima yaitu apabila F hitung >F tabel atau bila

nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel

independensi secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel

dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi signifikan.

3 Pengujian Ketepatan Perkiraan (koefisien determinasi = Uji R)

Uji R ini digunakan untuk megetahui seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variablel dependen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan

dalam koefisien determinasi majemuk (R) yang nilainya antara 0 sampai

dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi variabel dependen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R

(Ghozali. 2005: 83).

4. Pengujian regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Y = a + 1X1 + 2 X2 + 3 X3 +

Dimana:

Y = Materialitas

X1 = Profesionalitas audit

X2 = Kualitas Audit

X3 = Etika Profesi

a = Intercept (Konstanta)

1, 2, 3 = Koefisien regresi

= Error

Toleransi kesalahan () yang ditetapkan sebesar 5% dengan signifikai 95%.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

ANALISIS DATA

A. GAMBARAN UMUM RESPONDEN

Responden adalah akuntan publik (auditor) yang bekerja di Kantor Akuntan

Publik di wilayah Jawa Tengah. Kantor Akuntan Publik merupakan badan usaha yang

telah mendapat ijin dari Menteri Keuangan atau pejabat lain yang berwenang sebagai

wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya. KAP memiliki struktur

organisasi dimana posisi auditor dapat dibagi dalam struktur tersebut yaitu sebagai

berikut.

1. Rekan atau partner yaitu rekan pimpinan dan rekan yang menduduki jabatan

tertinggi dalam KAP. Tanggung jawab dan tugasnya secara keseluruhan terhadap

pekerjaan yang ditangani oleh KAP.

2. Manajer yaitu pengawas pemeriksa, koordinator dari akuntan senior, tugasnya

mereview program audit, mereview kertas kerja, laporan audit, dan manajemen

letter.

3. Akuntan senior yaitu akuntan perencana dan bertanggungjawab terhadap

pelaksanaan pemeriksaan. Tugasnya mengarahkan dan mereview pekerjaan akuntan

yunior.

4. Akuntan yunior yaitu pelaksana prosedur pemeriksaan secara rinci sesuai dengan

pengarahan dari akuntan senior. Tugasnya adalah membuat kertas kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Proses pengumpulan data, peneliti membawa surat permohonan penyebaran

kuesioner dari Fakultas Ekonomi UNS ke Kantor Akuntan Publik di wilayah yang

dituju disertai surat ijin penelitian yang telah disahkan oleh Pembantu Dekan I Fakultas

Ekonomi UNS. Hambatan utama dalam penelitian survei ini adalah respond rate dari

responden yang rendah. Walaupun demikian peneliti mendatangi langsung responden

baik penyebaran kuesioner maupun pengambilan kuesioner.

Waktu yang digunakan untuk mendistribusikan kuesioner sampai kuesioner

terkumpul adalah kurang lebih selama 1 (satu) bulan, dimulai dari tanggal 25 Oktober

2010 sampai 15 Desember 2010. Dari keseluruhan kuesioner yang kembali, tidak

semuanya digunakan dalam analisis. Kuesioner yang tidak memenuhi kriteria pengisian

secara lengkap dianggap gugur.

B. ANALISIS DESKRIPTIF

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk memberikan penjelasan

yang memudahkan dalam menginterpretasikan hasil analisis lebih lanjut. Salah satu

caranya dengan mengelompokkan data yang diperoleh dan menyajikannya dalam

bentuk tabel. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan responden agar dapat

diketahui secara keseluruhan berdasarkan karakteristiknya. Deskriptif variabel dalam

penelitian ini meliputi kisaran skor jawaban responden berdasarkan data yang

dikumpulkan peneliti.

Jumlah populasi penelitian adalah 150 akuntan publik (auditor) masing-masing

terinci pada Tabel III. 1 dan III. 2. Peneliti menyebarkan 150 kuesioner kepada

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

responden. Walaupun demikian responden yang bersedia mengisi kuesioner sekitar 75

responden yang berasal dari wilayah Jawa Tengah.

Ternyata dalam pelaksanaan penyebaran kuesioner di Wilayah Semarang dari 18

KAP yang masih aktif hanya 16 KAP yang bersedia menerima kuesioner, dan hanya 12

KAP yang mengembalikan kuesioner. Masing-masing KAP tersebut hanya mau mengisi

4-5 kuesioner saja, sehingga sekitar 53 responden yang bersedia mengembalikan. Di

wilayah Surakarta dari 4 KAP yang ada, semua masih aktif sehingga sekitar 22

kuesioner saja yang kembali. Alasan bagi yang tidak mengisi atau tidak menerima

kuesioner karena bulan Nopember dan Desember ini mereka sedang sibuk dengan

pekerjaan audit. Adapun distribusi pengembalian kuesioner yang memenuhi syarat

dalam penelitian tercantum dalam tabel berikut ini.

Tabel IV.1
Distribusi dan Tingkat Pengembalian Kuesioner

No Keterangan Semarang Surakarta Total


1 Kuesioner yang disebar 100 50 150
2 Kuesioner yang 53 22 75
dikembalikan
3 Tingkat pengembalian 53% 44% 48,50%
4 Kuesioner yang gugur 11 3 14
5 Kuesioner yang diolah 42 19 61
Sumber: data yang dioleh

Hasil perolehan kuesioner yang diisi dan dikembalikan berjumlah 75 kuesioner

sedangkan yang dapat digunakan untuk analisis sebanyak 61 kuesioner dari 150

kuesioner yang disebarkan ke kantor akuntan publik. Hal ini dikarenakan adanya

kuesioner yang tidak lengkap tersebut di atas sehingga dianggap gugur sebanyak 14

kuesioner.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Deskripsi responden terdiri dari nama, jenis kelamin, jabatan, lama bekerja di

KAP, keahlian khusus, lama menekuni keahlian khusus, rata-rata jumlah perusahaan

yang diaudit dalam setahun dan jenis perusahaan yang diaudit. Hal ini dimaksudkan

untuk dapat menggambarkan responden yang menjadi sample dari penelitian ini. Hasil

penelitian ini responden terdiri dari 40 responden atau 65,57% merupakan pria dan 21

responden atau 34,43% merupakan wanita.

Berkaitan dengan jenjang pendidikan yaitu sebanyak 3 responden atau 4,92%

merupakan D3 ekonomi, sebanyak 35 responden atau 57,38 % merupakan S1, sebanyak

21 responden atau 34,43% merupakan S2 dan sebanyak 2 responden atau 3,28%

merupakan S3.

Responden yang memiliki jabatan bervariasi antara lain sebagai manajer

sebanyak 8 responden atau 13,11%, senior auditor sebanyak 19 responden atau 31,15%,

dan junior auditor sebanyak 34 responden atau 55,74%.

Berkaitan dengan pengalaman kerja di KAP antara lain yang kurng dari 5 tahun

sebanyak 30 responden atau 49,18%, berpengalaman 5 sampai 10 tahun sebanyak 24

responden atau 39,34%, sedangkan berpengalaman lebih dari 10 tahun sebanyak 7

responden atau 11,48 %.

Responden yang memiliki keahlian khusus seperti analisis sistem dan auditing

sebanyak 9 responden atau 14,75%, konsultan pajak sebanyak 21 responden atau

34,42%, konsultan manajemen sebanyak 23 responden atau 37,70%, dan keahlian

lainnya sebanyak 8 responden atau 13,11 %.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berkaitan dengan lama menekuni keahlian khusus yaitu kurang dari 2 tahun

sebanyak 17 responden atau 27,87%, antara 2 sampai 5 tahun sebanyak 30 responden

atau 49,18%, dan yang lebih dari 5 tahun sebanyak 14 responden atau 22,95%.

Responden yang memiliki jumlah perusahaan yang diaudit yaitu kurang dari 2

perusahaan sebanyak 8 responden atau 13,11%, antara 2 sampai 5 perusahaan sebanyak

23 responden atau 37,70%, dan yang lebih dari 5 perusahaan sebanyak 30 responden

atau 49,18%.

Berkaitan dengan jenis perusahaan yang diaudit yaitu satu jenis perusahaan

sebanyak 15 responden atau 24,59%, dua jenis perusahaan sebanyak 24 responden atau

39,34%, dan 3 jenis perusahaan sebanyak 22 responden atau 36,07%.

Tabel IV.2
Profil Responden

RESPONDEN TOTAL
No Keterangan Semarang Surakarta Jumlah Prosentase
Responden 42 19 61 100%

1 Jenis Kelamin:
Pria (P) 26 14 40 65,57
Wanita (W) 16 5 21 34,43
2 Jenjang Pendidikan:
D3 Ekonomi 2 1 3 4,92
S1 20 15 35 57,38
S2 18 3 21 34,43
S3 2 0 2 3,28
3 Jabatan:
Manajer 5 3 8 13,11
Senior Auditor (SA) 12 7 19 31,15
Junior Auditor (JA) 25 9 34 55,74
4 Pengalaman Kerja:
<5 th 20 10 30 49,18
5 sd 10 th 18 6 24 39,34
>10 th 4 3 7 11,48
5 Keahlian Khusus:
Analis Sistem (AS) 6 3 9 14,75
Konsultan Pajak (KP) 14 7 21 34,42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Konsultan Manajemen (KM) 16 7 23 37,70


Keahlian lainya (KL) 6 2 8 13,11
6 Lama menekuni keahlia n khusus:
<2th 12 5 17 27,87
2 sd 5th 20 10 30 49,18
>5th 10 4 14 22,95
Jumlah Perusahaan yang
7 diaudit:
< 2 perusahaan 6 2 8 13,11
2 sd 5 perusahaan 15 8 23 37,70
>5 perusahaan 21 9 30 49,18
8 Jenis perusahaan yang diaudit:
1 jenis 11 4 15 24,59
2 jenis 17 7 24 39,34
3 jenis 14 8 22 36,07
Sumber: data primer di olah

C. TEKNIK PENGUJIAN DATA

Analisis data diawali dengan pengujian data yaitu dengan menguji validitas dan

reabilitas data:

1. Uji Validitas

Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas digunakan

untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2005: 45). Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Cara yang paling

banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk suatu instrumen atau alat

pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor atau nilai yang diperoleh pada masing-

masing pertanyaan atau pernyataan dari semua responden.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Korelasi antara skor atau nilai setiap pertanyaan atau pernyataan dan skor

atau nilai total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu misalnya

dengan menggunakan pearson correlation. Validitas dihitung setiap butirnya dengan

rumus pearson correlation. Hasil perhitungan r xy dengan taraf kesalahan 5%, jika r

xy > r tabel maka item soal tersebut valid.

Hasil uji validitas disajikan pada Tabel IV.3 berikut ini.

Tabel IV.3
Hasil Uji Validitas untuk tiap butir pernyataan
Butir Pertanyaan P value Taraf kesalahan Status
PA1 0,000 0,05 Valid
PA2 0,000 0,05 Valid
PA3 0,000 0,05 Valid
PA4 0,000 0,05 Valid
PA5 0,000 0,05 Valid
KA1 0,000 0,05 Valid
KA2 0,000 0,05 Valid
KA3 0,000 0,05 Valid
KA4 0,000 0,05 Valid
KA5 0,000 0,05 Valid
KA6 0,000 0,05 Valid
KA7 0,000 0,05 Valid
EP1 0,000 0,05 Valid
EP2 0,000 0,05 Valid
EP3 0,000 0,05 Valid
EP4 0,000 0,05 Valid
EP5 0,000 0,05 Valid
EP6 0,000 0,05 Valid
EP7 0,000 0,05 Valid
EP8 0,001 0,05 Valid
TM1 0,012 0,05 Valid
TM2 0,048 0,05 Valid
TM3 0,000 0,05 Valid
TM4 0,012 0,05 Valid
TM5 0.001 0,05 Valid
TM6 0,011 0,05 Valid
TM7 0,002 0,05 Valid
TM8 0,000 0,05 Valid
TM9 0,000 0,05 Valid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

TM10 0,000 0,05 Valid


TM11 0,000 0,05 Valid
TM12 0,000 0,05 Valid
TM13 0,002 0,05 Valid
TM14 0,000 0,05 Valid
TM15 0,008 0,05 Valid
TM16 0,010 0,05 Valid
TM17 0,007 0,05 Valid
TM18 0,000 0,05 Valid
** Signifikan pada level 0.01 (2 tailed)
Sumber : data primer yang diolah

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan kemantapan atau konsistensi hasil pengukuran.

Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil

pengukuran yang mantap atau konsisten. Semakin kecil kesalahan pengukuran,

semakin reliabel alat pengukurnya. Semakin besar kesalahan pengukuran, semakin

tidak reliabel alat pengukur tersebut. Reliabilitas instrumen penelitian diuji

menggunakan rumus koefisien Cronbachs Alpha. Uji reliabilitas hanya dilakukan

untuk butir pernyataan yang telah dinyatakan valid. Hasil uji reliabilitas disajikan

pada Tabel IV.4 berikut ini.

Tabel IV.4
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Koefisien Alpha Cronbachs Alpha Status
Profesionalisme 0,745 0,6 Reliabel
Kualitas Audit 0,667 0,6 Reliabel
Etika profesi 0,627 0,6 Reliabel
Tingkat Materialitas 0,748 0,6 Reliabel

Sumber: data primer yang diolah

Hasil analisis data seperti pada table IV. 4 diatas diperoleh koefisien

Cronbachs Alpha sebesar 0,745 untuk variabel profesionalisme, 0,667 untuk


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

variabel kualitas audit, 0,627 untuk variabel etika profesi, dan 0,748 untuk tingkat

materialitas. Menurut Ghozali (2005) suatu variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Cronbachs Alpha > 0,6 atau koefisien Cronbachs Alpha tersebut

lebih besar dari nilai r tabel sehingga instrumen yang digunakan untuk mengukur

pengaruh profesionalisme audotor, kualitas audit, dan etika profesi terhadap

pertimbangan tingkat materialitas adalah reliabel.

3. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak (Ghozali, 2005: 110). Pengujian normalitas dilakukan dengan bantuan

program SPSS 17.0 alat ujinya adalah one-sample Kolmogorov Smirnov Test.

Pengujian ini dengan membandingkan signifikansi hasil uji (probabilitas) lebih

besar dari taraf signifikansinya 5%. Apabila signifikansi hasil uji lebih besar dari

taraf signifikansinya 5% maka data yang diuji berdistribusi normal dan sebaliknya

jika signifikansi hasil uji lebih kecil dari taraf signifikansinya 5% maka data yang

diuji tidak berdistribusi normal.

Tabel IV.5
Hasil Pengujian Normalitas
Variabel Responden Asymp.sig (2-Tailed) Status
Profesionalisme Akuntan publik(auditor) 0,133 Normal
Kualitas Audit Akuntan publik(auditor) 0,156 Normal
Etika Profesi Akuntan publik(auditor) 0,078 Normal
Tingkat Materialitas Akuntan publik(auditor) 0,169 Normal
Sumber: data primer yang diolah

Pada Tabel IV.5 diatas dapat dilihat nilai signifikansi (probabilitas) untuk

masing-masing variabel adalah profesionalisme sebesar 0,133 , kualitas audit


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebesar 0,156 , etika profesi sebesar 0,078, dan pertimbangan tingkat materialitas

sebesar 0,169. Nilai ini lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 sehingga dapat

disimpulkan seluruh kelompok sampel data berdistribusi normal.

Gambar 4.1
Hasil Pengujian Asumsi Normalisitas dengan P-Plot
Variabel Dependen Pertimbangan Tingkat Materialitas

Pada Gambar 4.1 grafik normalitas P-Plot terlihat titik-titik menyebar

disekitar garis diagonal dan arah penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal

ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi

normalitas.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut

homoskedastisitas (Ghozali, 2005: 105). Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas, tidak heterokedastisitas (Ghozali, 2005: 105). Pendeteksian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

heterokedastisitas bila dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung atau

output SPSS 17.0 dengan nilai t tabel. Jika t hitung < t tabel maka tidak terjadi

heterokedastisitas atau dengan melihat probabilitas signifikannya diatas 5% maka

tidak terjadi heterokedastisitas.

Tabel IV.6
Hasil Pengujian Heterokedastisitas

Variabel Sig. Status


Profesionalisme Auditor 0,000 Tidak heterokedastisitas
Kualitas Audit 0,011 Tidak heterokedastisitas
Etika Profesi 0,000 Tidak heterokedastisitas
Sumber: data primer diolah

Pada Tabel IV.6 diatas menunjukkan bahwa variabel profesionalisme auditor,

kualitas audit, dan etika profesi masing-masing mempunyai probabilitas sebesar 0,000;

0,011; 0,000 yang nilainya diatas taraf signifikansi 0,05 sehingga dipastikan tidak

terjadi heterokedastisitas atau dengan kata lain terjadi kesamaan variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain (homoskedastisitas). Hasil ini dapat dilihat

dari grafik Regression Standarized Predicted Value dengan Regression Stutentised

Residual dibawah ini.

Gambar 4.2
Grafik Uji Heterokedastisitas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.2 grafik scatterplot diatas tampak bahwa sebaran data tidak

membentuk pola yang jelas dan tidak membentuk pola tertentu, data penyebarannya

acak, tidak teratur sehingga dapat dikatakan semua variabel penelitian terbebas dari

masalah heterokedastisitas, dengan kata lain varians data homogen dan tidak terjadi

heteroskedastisitas.

5.Uji Multikolinearitas

Uji ini dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi

antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel independen. Uji Multikolinearitas dapat dilakukan dengan 2

cara yaitu dengan melihat VIF (Variance Inflation Factors) dan nilai toleransi. Jika VIF

< 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas (Ghozali,

2005: 92).

Tabel IV.7
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Variabel Toleransi VIF Status
Profesionalisme Audit 0,995 1,005 Tidak multikolinieritas
Kualitas Audit 0,952 1,051 Tidak multikolinieritas
Etika Profesi 0,955 1,047 Tidak multikolinieritas
Sumber: data primer yang diolah

Pada Tabel IV.6 diatas menunjukkan bahwa variabel profesionalisme audit, kualitas

audit, dan etika profesi masing-masing mempunyai nilai toleransinya >0,10. Hal ini

berarti bahwa tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Hasil serupa dapat

dilihat dari nilai VIF nya yang kurang dari 10 yang berarti hasilnya konsisten yaitu tidak

terjadi multikolinearitas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6.Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah model mengandung autokorelasi

atau tidak, yaitu adanya hubungan diantara variabel dalam mempengaruhi variabel

dependen. Pada penelitian ini untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi yang terjadi,

maka dalam penelitian ini pendeteksian dilakukan dengan menggunakan metode Durbin

Watson dengan ketentuan jika du < DW < 4-du berarti tidak ada autokorelasi positif

ataupun negative (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas

dari autokorelasi.

Tabel IV.8
Hasil Pengujian Autokorelasi
b
Model Summary

Durbin-Watson

1.724

a. Predictors: (Constant), Etika Profesi, Prof.Audit, Klts.Audit

b. Dependent Variable: Tkt.Materialitas


Sumber: data primer yang diolah

Pada Tabel IV.8 diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson (DW) adalah 1,724.

Jika DW yaitu 1,724 > DU yaitu 1,64 (table) maka tidak terjadi autokorelasi.

D.HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS

1.Analisis Regresi dan Pengujian Ketepatan Perkiraan

Uji R digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variable dependen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam

koefisien determinasinya (R) yang nilainya antara 0 sampai 1. Nilai yang mendekati 1

berarti variabel-variabel independensi hampir semua memberikan informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Jika dalam suatu model terdapat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R

(Ghozali, 2005: 83).

Pada Tabel IV.8 dibawah ini hasil analisis regresi berganda yaitu menjelaskan bahwa

koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,789 atau 78,9& dan adjusted R sebesar 0,602

atau 60,2%. Hal ini berarti variabel-variabel independen seperti profesionalisme audit,

kualitas audit, dan etika profesi memberikan hampir semua informasi sebesar 60,2%

yang dibutuhkan untuk mengetahui tingkat materialitas. Selisih (100%-60,2%=39,8)

dipengaruhi faktor lain diluar model.

Tabel IV.9
Model Summary Regresi
b
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .789 .622 .602 2.540 1.724

a. Predictors: (Constant), Etika Profesi, Prof.Audit, Klts.Audit

b. Dependent Variable: Tkt.Materialitas

Pada Tabel IV.9, Nilai F yang dihasilkan (simultan) oleh analisis regresi berganda dari

penelitian ini yaitu nilai F sebesar 31,296 dengan signifikansi sebesar 0,000.

Tabel IV.10
ANOVA Regresi
b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 605.711 3 201.904 31.296 .000
Residual 367.732 57 6.451

Total 973.443 60
a. Predictors: (Constant), Etika Profesi, Prof.Audit, Klts.Audit

b. Dependent Variable: Tkt.Materialitas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 605.711 3 201.904 31.296 .000
Residual 367.732 57 6.451

Total 973.443 60
a. Predictors: (Constant), Etika Profesi, Prof.Audit, Klts.Audit

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 605.711 3 201.904 31.296 .000
Residual 367.732 57 6.451

Total 973.443 60
a. Predictors: (Constant), Etika Profesi, Prof.Audit, Klts.Audit

b. Dependent Variable: Tkt.Materialitas

Koefisien-koefisien regresi secara parsial dapat dilihat dalam table dibawah ini.

Tabel IV. 11
Hasil Perhitungan Analisis Regresi Berganda
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 12.422 7.298 1.702 .094

Prof.Audit .795 .166 .391 4.794 .000


Klts.Audit .420 .159 .220 2.640 .011
Etika Profesi 1.068 .148 .600 7.204 .000
a. Dependent Variable: Tkt.Materialitas

Pada Tabel IV.10 diatas dapat dilihat korelasi parsial yang paling pengaruh

terhadap tingkat materialitas dengan melihat nilai koefisien regresi dan

signifikansinya. Etika profesi menyatakan korelasi parsial paling tinggi yaitu pada

nilai koefisien regresi sebesar 1,068 dengan signifikansinya sebesar 0,000

dibandingkan dengan profesionalisme audit sebesar 0,795 dengan signifikansi sebesar

0,000 dan kualitas audit sebesar 0,420 dengan signifikansi sebesar 0,011 terhadap

tingkat materialitas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada penjelasan penjelasan diatas, persamaan regresi berganda dengan

toleransi kesalahan () yang ditetapkan sebesar 5% dan signifikansi sebesar 95%

adalah sebagai berikut.

Y = a + 1X1 + 2 X2 + 3 X3 +

Y = 12,422+ 0,795X1 + 0,420X2 + 1,068 X3 +

Persamaan regresi berganda diatas menandakan bahwa tanpa adanya variabel

profesionalisme audit, kualitas audit, maupun etika profesi maka tingkat materialitas

semakin rendah.

2. Pengujian Hipotesis

Tabel IV.12
Ringkasan Hasil Pengujian Regresi berganda
Variabel N. Koefisien t statistik t tabel Signifikansi
Profesionalisme Auditor 0.795 4.794 1.669 0.000
Kualitas Audit 0.420 2.640 1.669 0.011
Etika Profesi 1.068 7.204 1.669 0.000
Nilai F statistik 31.296 dengan signifikansi 0.000
Nilai F tabel 2,34 dengan taraf signifikansi 0.05
Nilai Adjustment R 0.602
N 61
Df=N-k-1 57

Sumber: data primer yang diolah

a) Pengujian Hipotesis 1,2, dan 3 (uji t secara parsial)

Uji t ini digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen yaitu profesionalisme audit, kualitas

audit, etika profesi terhadap tingkat materialitas dengan cara membandingkan t hitung

dengan t tabel untuk lebih jelasnya lihat Tabel. IV.12 diatas.

Hasil pengujian terhadap H1 adalah t hitung profesionalisme auditor sebesar

4.794 lebih besar dari t tabel sebesar 1.669 dan nilai signifikansinya sebesar 0.000 < taraf

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

signifikansi 0.05 yang berarti bahwa Ho ditolak atau H1 diterima. Hal ini berarti bahwa

adanya pengaruh signifikan variabel profesionalisme auditor secara parsial terhadap

pertimbangan tingkat materialitas. Variabel profesionalisme audit memiliki nilai

koefisien positif sebesar 0,795. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel

profesionalisme audit berpengaruh signifikan positif terhadap pertimbangan tingkat

materialitas.

Hasil pengujian terhadap H2 adalah t hitung kualitas audit sebesar 2.640 lebih

besar dari t tabel sebesar 1.669 dan nilai signifikansinya sebesar 0.011 < taraf signifikansi

0.05 yang berarti bahwa Ho ditolak atau H2 diterima. Hal ini berarti bahwa adanya

pengaruh signifikan variabel kualitas audit secara parsial terhahap pertimbangan tingkat

materialitas. Variabel Kualitas audit memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,420

mengindikasikan bahwa variabel kualitas audit berpengaruh signifikan positif terhadap

pertimbangan tingkat materialitas.

Hasil pengujian terhadap H3 adalah t hitung etika profesi sebesar 7.204 lebih

besar dari t tabel sebesar 1,669 dan nilai signifikansinya sebesar 0.000 < taraf

signifikansinya 0.05 yang berarti bahwa Ho ditolak atau H3 diterima. Hal ini berarti

bahwa adanya pengaruh signifikan variabel etika profesi secara parsial terhadap

pertimbangan tingkat materialitas. Variabel etika profesi memiliki nilai koefisien positif

sebesar 1,068 mengindikasikan bahwa variabel etika profesi berpengaruh signifikan

positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

b) Pengujian Hipotesis 4 (uji F secara simultan)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Uji F ini digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh secara bersama-

sama variabel independen terhadap variabel dependen yaitu dengan cara

membandingkan F hitung dengan F tabel. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan H4

diterima. Analisis regresi menghasilkan nilai F regresi sebesar 31,296 dengan

sianifikansi sebesar 0,000 sedangkan nilai F tabel dengan (degree of freedom) df (3; 57)

adalah 2.751 pada taraf signifikansi 5% atau Taraf signifikan 0,05. P value < 0,05 =

0,000 < 0,05 untuk lebih jelasnya lihat pada Tabel IV.12. Jadi pengaruh signifikan

profesionalisme audit, kualitas audit, etika profesi, secara simultan terhadap

pertimbangan tingkat materialitas.

E.PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah bahwa profesionalisme audit,

kualitas audit, dan etika profesi mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat

materialitas baik secara parsial maupun simultan. Jika tidak memiliki variabel

independen atau variabel independennya nol maka tingkat materialitas akan semakin

rendah atau bahkan mengkasilkan tingkat materialitas buruk secara konstanta. Tingkat

materialitas yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh profesionalisme audit, kualitas

audit, dan etika profesi dimana pertimbangan tingkat materialitas akan semakin

rendahnya apabila faktor-faktor tersebut rendah.

Koefisien R sebesar 0,789 , ini menunjukkan bahwa pengaruh anatara variabel

dependen dengan variabel independen adalah kuat. Adjusted R sebesar 0,602 atau

60,2%. Hal ini berarti variabel-variabel independen seperti profesionalisme auditor,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kualitas audit, dan etika profesi memberikan hampir semua informasi sebesar 60,2%

yang dibutuhkan untuk memprediksi pertimbangan tingkat materialitas. Selisih (100%-

60,2%=39,8) dipengaruhi faktor lain diluar model. Dari nilai ini dapat dilihat besarnya

pengaruh variabel-variabel independen terhadap pertimbangan tingkat materialitas

mencapai lebih dari 50%. Berarti semakin tinggi tingkat materialitas harus diimbangi

dengan tingkat profesionalisme audit yang tinggi, kualitas audit yang tinggi, dan etika

profesi yang tinggi pula.

Nilai koefisien sebesar 0,795 dengan tanda positif yang berarti bahwa

profesionalisme auditor mempunyai pengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat

materialitas atau dapat diartikan pula setiap pertambahan nilai profesionalisme audit

satu satuan akan meningkatkan nilai pertimbangan tingkat materialitas sebesar 0,795.

Profesionalisme audit yang positif dalam penelitian ini berarti dengan profesionalisme

auditor yang tinggi diharapkan bisa menghasilkan pertimbangan tingkat materialitas

yang semakin baik.

Nilai koefisien sebesar 0,420 dengan tanda positif yang berarti bahwa kualitas

audit mempunyai pengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas atau dapat

diartikan pula setiap pertambahan nili kualitas audit satu satuan akan meningkatkan nilai

pertimbangan tingkat materialitas sebesar 0,420. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas

audit dapat mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas, dimana semakin tinggi

kualitas audit maka semakin baik pertimbangan tingkat mterialitas.

Hasil ini sejalan dengan Herawaty (2008), profesionalisme auditor berpengaruh

signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil penelitian ini juga sejalan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan penelitian Hastuti dkk (2003), bahwa profesionalisme berpengaruh secara positif

terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

Nilai koefisien parsial sebesar 1,068 dengan tanda positif yang berarti bahwa

etika profesi mempunyai pengaruh positif yang berarti bahwa etika profesi mempunyai

pengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas atau dapat diartikan pula

setiap pertambahan nilai etika profesi satu satuan akan meningkatkan nilai

pertimbangan tingkat materialitas sebesar 1,068. Etika profesi merupakan faktor yang

menentukan dari pertimbangan tingkat materialitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Herawaty (2008), yang menunjukkan bahwa etika profesi berpengaruh positif

terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

Koefisien sebesar 31,296 dengan tanda positif, hal ini menunjukkan bahwa

adanya pengaruh signifikan profesionalisme auditor, kualitas audit, etika profesi, secara

simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji regresi berganda dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Pengujian hipotesis 1,2,3 menggunakan uji t secara parsial, hasilnya

menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan variabel profesionalisme audit,

kualitas audit, dan etika profesi secara parsial terhadap pertimbangan tingkat

materialitas. Adapun etika profesi menyatakan korelasi parsial paling tinggi

terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hal ini berarti etika profesi

merupakan faktor utama yang menentukan dari pertimbangan tingkat

materialitas dalam penelitian ini, hal ini dapat dipahami karena jika auditor

memahami etika profesi dalam hal ini kode etik akuntan Indonesia, maka dalam

menjalankan profesinya akan memperhatikan norma perilaku profesi/ kode etik

profesi.

2. Pengujian hipotesis 4 menggunakan uji F secara simultan, hasilnya

menunjukkan adanya pengaruh signifikan profesionalisme audit, kualitas audit,

dan etika profesi secara simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

B. KETERBATASAN

Peneliti mengakui bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih

terdapat keterbatasan-keterbatasan yang ada.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Hambatan utama pada penelitian survei ini adalah respond rate dari responden

yang rendah walaupun peneliti mendatangi langsung responden baik

penyebarn kuesioner maupun pengembalian kuesioner. Hal ini disebabkan

karena pada bulan Nopember dan Desember ini mereka sedang sibuk dengan

pekerjaan audit selain itu karena beberapa KAP tidak mengembalikan

kuesioner.

2. Bias respon atau jawaban yang tidak serius dan tidak jujur mungkin saja

terjadi pada penelitian yang menggunakan kuesioner.

C. SARAN

Diharapkan dalam penelitian-penelitian selanjutnya dengan tema yang masih

berkaitan dengan penelitian ini, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan penambahan

faktor lain seperti pengalaman auditor, risiko audit dan independensi auditor

yang mungkin dapat mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas.

2. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel dan

memperluas lokasi pengambilan sampel tidak hanya di Jawa Tengah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV,
Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Arisetyawan, Ronald, Analisis Persepsi Akuntan Publik dan Mahasiswa Pendidikan


Profesi Akuntan terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia, Skripsi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2010.

Cristiawan, Yulius Jogi, Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil
Penelitian Empiris, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 4 No. 2 (Nov) Hal.
79-92, 2002.

Fridati, Winda, Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Auditor Dengan


Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan
Keuangan di Jagjakarta, Skripsi S1, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam
Indonesia, 2005.

Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, Semarang: BP


Undip Gujarati, 2005.

Gibbins, Michael, Propositions About The Psychology of Professional Judgement in


Public Accounting, Journal of Accounting Research, Spring Vol. 22 No. 1, 1984.

Gusnardi, Etika Profesi Sebagai Prinsip Prinsip Moral Akuntan Publik, Jurnal Ichsan
Volume 2 No.1 Feb-April, Gorontalo, 2007.

Herawaty, Arleen dan Yulius Kurnia Susanto, Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan


Publik Dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat
Materialitas, The 2 nd National Converence UKWMS, Surabaya, 2008.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supeno, Metode Penelitian Bisnis Edisi I, BPFE,
Yogyakarta, 1999.

Lokatompessy, J. E., Hubungan Profesionalisme dengan Konsekuensinya: Komitmen


Organisasional, Kepuasan Kerja, Prestasi Kerja dan Keinginan Berpindah (Studi
Empiris di Lingkungan AKuntan Publik), Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 5,
No.1, April, hlm. 69-84, 2003.

Monita, Riadh. The quality of audit process: proposal of scaling measure.


Rouen Business School. 2008.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Mulyadi, Auditing Buku I, Salemba Empat, Jakarta, 2002.

Nurchasanah, Rizmah dan Wiwin Rahmanti, Analisis Faktor-Faktor Penentu Kualitas


Audit, Jurnal Akuntansi dan Manajemen Edisi Agustus 2003, STIE YKPN,
Yogyakarta, 2003.

Pangestuti, Eli, Persepsi Mahasiswa Akuntansi terhadap Etika Profesi Akuntan (Survey
pada FE UNS Tahun 2007), Skripsi S1, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta, 2008.

Prasita, Andin dan Priyo Hari Adi, Pengaruh Kompleksitas Audit dan Tekanan
Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit dengan Moderasi Pemahaman terhadap
Sistem Informasi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume XIII No 1 Maret 2007: 54-
78, 2007.

Ratnawati, Dwi, Pengaruh Profesionalisme terhadap Kualitas Audit dengan


Pertimbangan Tingkat Materialitas sebagai Variabel Intervening, Skripsi S1,
Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2008.

Rifai, Afif, Penelitian Kuantitatif, 2005. www.google.com

Sakaran, Uma, Research Method for Business: A Skill Building Approach,Third Edition,
New York, John Wiley & Sons, Inc, 2000.

Setyawati, Yuanita Charolina, Pengaruh Kompleksitas Audit, Pengalaman Auditor dan


Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit, Skripsi S1, Fakultas Ekonomi,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.

Sugiyono, Statistik Non Parametrik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2001.

Suranta, Sri dan Indiana Farid Martadi, Persepsi Akuntan, Mahasiswa Akuntansi, dan
Karyawan Bagian Akuntansi Dipandang dari Segi Gender terhadap Etika Bisnis
dan Etika Profesi (Studi di Wilayah Surakarta), Simposium Nasional Akuntansi
IX, Padang, 2006.

Wahyudi, Hendro, Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Tingkat Materialitas


dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan, Simposium Nasional Akuntansi IX,
Padang, 2006.

Yendrawati, Reni, Analisis Hubungan antara Profesionalisme Auditor Dengan


Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan
Keuangan, Jurnal Fenomena, Maret Vol. 6 No. 1 , 2008.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KUESIONER

A. IDENTITAS RESPONDEN

Mohon Bapak/Ibu/Sdr/i mengisi semua pernyataan sesuai dengan data pribadi

dan pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda silang (X)

pada kotak yang sesuai dengan pendapat anda.

1 = Sangat tidak setuju 3 = Ragu-ragu 5 = Sangat setuju

2 = Tidak setuju 4 = Setuju

5. Nama KAP tempat Anda bekerja:.

6. Nama Anda (boleh tidak di isi) :..

7. Jenis kelamin :( ) Pria ( ) Wanita

8. Pendidikan terakhir atau yang masih ditempuh

( ) D3 ( ) S1 ( ) S2 ( ) S3

9. Lama bekerja di KAP sebagai auditor :.Tahun.Bulan

10. Jabatan :( ) Partner

( ) Junior auditor

( ) Senior auditor

( ) Lain-lain : .

11. Keahlian khusus :....../ lama menekuninya..bulan/tahun

12. Banyaknya perusahaan yang telah anda tanganni (audit) :.pertahun.

13. Dari berbagai jenis perusahaan yang ada, sudah berapa jenis perusahaan yang

telah anda audit?................................jenis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. PERNYATAAN DIBAWAH INI BERHUBUNGAN DENGAN

PROFESIONALISME AUDITOR

No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 Saya menggunakan segenap pengetahuan, kemampuan dan
pengalaman saya dalam melaksanakan proses pengauditan.
2 Saya memiliki organisasi dimana saya bekerja
3 Profesi eksternal auditor adalah profesi yang penting di
masyarakat.
4 Saya merencanakan dan memutuskan hasil audit saya
berdasarkan fakta yang saya temui dalam proses pemeriksaan.
5 Pemeriksaan atas laporan keuangan untuk menyatakan
pendapat tentang kewajaran laporan keuangan hanya dapat
dilakukan oleh eksternal auditor.

C. PERNYATAAN DIBAWAH INI BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS

AUDIT

No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 Tugas-tugas audit dapat saya selesaikan secara tepat waktu.
2 Saya melakukan audit sesuai dengan standar auditing yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
3 Komunikasi antara tim audit saya dengan manajemen klien
dilakukan selama penugasan berlangsung.
4 Pelaksanaan pemeriksaan menggunakan perencanaan (jadual)
kegiatan yang terstruktur.
5 Kualitas pekerjaan (laporan) audit yang saya buat dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
6 Pendapat yang saya berikan dalam laporan audit selalu
menggambarkan kondisi atau fakta keuangan klien yang
sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh siapapun.
7 Laporan audit yang saya buat dapat dipahami oleh klien.

D. PERNYATAAN DIBAWAH INI BERHUBUNGAN DENGAN ETIKA

PROFESI

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 Akuntan harus mempertahankan nama baik profesi dengan
menjunjung tinggi etika profesi serta hukum negara tempat ia
melaksanakan pekerjaan.
2 Akuntan berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan
publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3 Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,
akuntan harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya
dengan integritas setinggi mungkin.
4 Setiap akuntan harus menjaga objektifitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.
5 Akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan.
6 Akuntan boleh menggunakan suatu pengetahuan/ informasi
yang ia peroleh dari pelaksanaan tugas profesionalnya untuk
kepentingan diri sendiri/ pihak ke-3 (selain norma profesi,
hukum/ negara).
7 Setiap akuntan harus berperilaku yang konsisten dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang
mendiskreditkan profesi.
8 Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.

E. PERNYATAAN DIBAWAH INI BERHUBUNGAN DENGAN

PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS

No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 Materialitas adalah suatu kosep yang vital dalam proses
pengauditan.
2 Materialitas berhubungan dengan karakteristik suatu statement,
fakta, item yang diungkapkan atau metode berekspresi yang
berpengaruh pada judgment seorang auditor.
3 Saya merasa kesulitan dalam menentukan tingkat materialitas
suatu transaksi.
4 Dalam menyusun rencana audit saya akan mempertimbangkan
risiko yang akan ditemui selama proses audit.
5 Saya akan selalu membuat perencanaan audit yang matang.
6 Materialitas menurut saya bukan sesuatu yang harus
dipermasalahkan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7 Materialitas merupakan pendapat subjektif masing-masing


auditor.
8 Materialitas suatu rekening akuntansi salah saji menjadi faktor
pertimbangan utama dalam menentukan kewajaran laporan
keuangan.
9 Dalam menentukan suatu transaksi itu material atau tidak saya
menggunakan dasar pengalaman dalam proses audit.
10 Dalam menentukan ketepatan tingkat materialitas saya
menggunakan dasar pengetahuan dan kecakapan dalam
melaksanakan pekerjaan audit.
11 Dalam menentukan suatu transaksi/ saldo itu material saya
sering menggunakan dasar sesuai petunjuk manajemen.
12 Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas tidak dapat
ditentukan oleh profesional atau tidaknya eksternal auditor.
13 Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan
oleh kemampuan auditor membuat keputusan sendiri tanpa
tekanan pihak lain.
14 Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas tidak
ditentukan oleh sikap yang dimiliki oleh auditor sehubungan
dengan imbalan yang diperoleh dalam memeriksa laporan
keuangan.
15 Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan
oleh komitmen auditor terhadap pekerjaannya.
16 Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan
oleh tingkat kesadaran auditor terhadap pentingnya peranan
dan manfaat profesi auditor bagi masyarakat.
17 Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan
oleh tingkat kepercayaan auditor terhadap peraturan profesi.
18 Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan
oleh baik tidaknya hubungan auditor terhadap sesama profesi.

Terimakasih atas partisipasinya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Anda mungkin juga menyukai