Tujuan :
1. Terwujudnya kemandirian masyarakat dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat
dan keluarga sadar gizi.
2. Meningkatnya status gizi yang diarahkan pada peningkatan kecerdasan produktifitas dan
prestasi kerja serta penurunan angka gizi kurang dan gizi lebih.
3. Meningkatnya penganekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan swasembada
pangan.
2. Defisiensi Vitamin A
3. Anemia Defisiensi Fe
Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan merupakan unsur
utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan. Kurang gizi menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkenmbangan fisik maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan,
kreatifitas dan produktifitas penduduk. Keadaan gizi lebih dapat megakibatkan kegemukan
dan obesitas yang dalam jangka waktu panjang dapat berakibat timbulnya penyakit
degeneratif.
Adanya kejadian gizi buruk yang menimpa anak balita akhir-akhir ini di Puskesmas
baloi permai menandakan perlunya ditingkatkan kegiatan penimbangan di Posyandu. Di
posyandu anak balita dapat dipantau pertumbuhan dan perkembangannya oleh petugas
kesehatan.
Dengan dicanangkannya hari buka posyandu setiap tanggal 27 setiap bulannya
diharapkan cakupan program (D/S), (N/D), (D/K), (N/S) naik. Anak balita yang tidak pernah
ke posyandu diharapkan mau dating dan menimbang diposyandu guna memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak setiap bulannya. Sehingga bila terdapat masalah dapat
segera diatasi agar tidak berkelanjutan.
Dengan kondisi masyarakat yang cukup memprihatinkan saat ini, maka slah satu
upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya
manusia adalah dengan upaya meningkatkan status gizi masyarakat yang juga melibatkan
seluruh sector terkait, karena masalah gizi di masyarakat bukan hanya disebabkan oleh
masalah kesehatan saja namun disebabkan pula oleh multi factor (ekonomi, social, budaya,
pendidikan, ketersediaan pangan dan lain-lain).
Oleh sebab itu perlu dilaksanakan program perbaikan gizi masyarakat dengan cara
meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan lapangan dengan memberikan
contoh-contoh makanan sehat bergizi, suplemen vitamin, protein dan mineral. Dengan
demikian diharapkan masyarakat secara mandiri mampu meningkatkan derajat kesehatan
yang optimal dengan adanya dukungan dan partisipasi baik dari masyarakat itu sendiri
maupun tokoh masyarakat sebagai bagian dari masyarakat.
Kegiatan :
1. Peningkatan pemberian ASI Eksklusif
2. Pemberian MP-ASI anak umur 6-24 bulan
3. Pemberian tablet besi (90 tablet) pada ibu hamil
4. Pemberian PMT pemulihan pada keluarga miskin
5. Kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan serta saat jika ditemukan masalah gizi
misalnya adanya kasus gizi buruk.
6. Pemantauan pertumbuhan berat badan balita (penimbangan balita)
7. Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan pendidikan gizi dan pemberdayaan usaha
perbaikan gizi keluarga/masyarakat.
8. Pemantauan penggunaan garam beryodium
Sasaran:
Sasaran upaya perbaikan gizi meliputi bayi, Anak balita, Ibu hamil, Ibu nifas, Wanita Usia
Subur (WUS).
Dari seluruh kegiatan tersebut, hasil yang dicapai adalah sebagai berikut:
1. Pemberian ASI Ekslusif
Angka kematian bayi dan angka kejadian kurang gizi masih tinggi di Indonesia.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulanginya, antara lain dengan cara
melaksanakan Breast Feeding. Dengan harapan para petugas kesehatan atau mereka
yang terkait memperoleh pengetahuan yang memadai, sehingga tidak ragu-ragu lagi
dalam menggalakkan penggunaan ASI di masyarakat. Lebih-lebih dengan gencarnya
promosi susu formula, maka pengetahuan tentang ASI dan laktasi harus benar-benar
dipahami. Dengan demikian kita tidak akan mudah untuk menggantikan ASI dengan
susu kaleng tanpa memperhatikan indikasi yang jelas. Bayi yang diberi susu selain
ASI mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih
besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI
(Depkes RI, 2002 : 2).
Definisi Operasional
Bayi yang mendapat ASI eksklusif : Bayi yang hanya mendapat ASI (Air Susu Ibu)
saja sejak lahir sampai 5 bulan (sebelum mencapai usia 6 bulan) di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
Di Puskesmas Botania Berdasarkan tabel profil mengenai pemberian Asi ekslusif
tahun 2012 didapatkan sebagai berikut:
1. Jumlah bayi di kelurahan Belian 1057 orang
2. Jumlah Bayi yang diberi Asi Ekslusif 385 orang (36,43%)
3. Jumlah Bayi yang tidak diberi Asi ekslusif 672 orang (63,57%)
4. Target Nasional Pemberian Asi Ekslusif 60 % ,tahun 2012 Puskesmas Botania
belum mencapai target nasional Puskesmas pemberian Asi Ekslusif kekurangan
23,57%
Responden adalah ibu yang mempunyai bayi berumur 6-12 bulan , dari kegiatan
penelitian yang diambil dari Puskesmas Botania sebagian besar kegagalan
pemberian Asi Ekslusif didukung oleh praktik pemberian susu formula dan
pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini. Disarankan, perlunya
pendekatan khusus dengan memberikan informasi pentingnya Asi Ekslusif melalui
penyuluhan secara intensif serta pendekatan ke berbagai pihak diantaranya ibu
bayi, keluarga, kader posyandu, tokoh masyarakat dan perangkat desa atau
kelurahan Botania terkait
Tabel 3.13
Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin dan Kelurahan
Puskesmas Botania Tahun 2012
1 BELIAN 550 507 1057 193 35,08 192 37,89 385 36,43
JUMLAH 550 507 1057 193 35,08 192 37,89 385 36,43
Tabel 3.13 Jumlah Bayi yang diberi ASI Eksklusif menurut jenis kelamin dan
kelurahan Belian tahun 2012 di wilayah unit kerja Puskesmas Botania adalah 193
bayi laki-laki (35,08%) dan 192 bayi perempuan (37,89%) dengan jumlah total
bayi yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 385 bayi (36,43%) dari jumlah total
bayi yang ada di wilayah kelurahan Belian yaitu 1057 bayi
2. Pemberian Makanan pendamping Asi Anak Usia 6-23 bulan pada keluarga
miskin
Pemberian MP- ASI untuk mencapai target nasional Masalah Gizi kurang
menjadi 20 %, dan gizi Buruk 5% , untuk mencapai target dilakukan
sejumlah kegiatan yang bertumpu kepada perubahan perilaku dengan cara
mewujudkan keluarga sadar gizi (kadarzi). Melalui penerapan perilaku
Kadarzi, keluarga didorong untuk memberikan ASI ekslusif pada bayi sejak
lahir sampai berusia 6 bulan dan memberikan MP-ASI yang cukup dan
bermutu kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan. Pada keluarga mampu,
pemberian MP-ASI yang cukup dan bermutu relative tidak bermasalah.
Pada keluarga miskin, pendapatan yang rendah menimbulkan keterbatasan
pangan di rumah tangga yang berlanjut kepada rendahna jumlah dan mutu
MP-ASI yang diberikan kepada bayi dan anak.
Definisi Operasional:
Anak 6-23 bulan dari keluarga miskin : Bayi usia 6 11 bulan dan
anak usia 12 23 bulan dari keluarga miskin (Gakin). Kriteria keluarga
miskin ditetapkan oleh pemerintah setempat (Kab/Kota)
MP ASI (Makanan Pendamping ASI) : MP-ASI pabrikan berupa
bubuk instan untuk bayi usia 6 11 bulan dan biskuit untuk anak usia 12
23 bulan
Cakupan pemberian MP ASI pada anak 6-23 bulan Gakin : Pemberian
makanan pendamping ASI pada anak usia 6 23 Bulan dari keluarga
miskin selama 90 hari
Tabel 3.14 Pemberian Makanan Pendamping Asi anak Usia 6-23 bulan
pada keluarga Miskin di Puskesmas Botania tahun 2012 dengan jumlah anak 6-23
bulan dri keluarga miskin lebih banyak laki-laki (361 anak) dibandingkan
perempuan (323 anak) dan jumlah total laki-laki dan perempuan sebanyak 684
anak, dimana yang mendapat MP-ASI laki-laki 2 orang (0,55%) lebih sedikit
dibandingkan perempuan 6 (2%) dengan jumlah total anak laki-laki dan
perempuan yang mendapat MP-ASI adalah 8 anak (1,17%).
29 | P a g e
3.Penimbangan anak balita di posyandu setiap bulan.
Pelaksanaan penimbangan anak balita di posyandu dilaksanakan oleh
masyarakat yaitu kader-kader posyandu yang telah dilatih oleh petugas
kesehatan agar dapat mengelola dan menjalankan pelayanan di Posyandu.
Khususnya dalam penyampaian informasi mengenai kesehatan dan gizi bagi
masyarakat. Sasaran yang datang ke Posyandu pada umumnya anak balita, ibu
hamil, ibu menyusui dengan tujuan agar mendapatkan pelayanan
penimbangan balita, pelayanan KB, pelayanan imunisasi, pemberian Vitamin
A, tablet Fe dan oralit. Kader akan dibantu oleh petugas kesehatan di
Puskesmas yang akan memantau dan memberikan pelayanan kepada
maysarakat yang datang ke posyandu terutama ibu hamil dan balita. Hasil
pelaksanaan di posyandu akan dicatat kedalam format laporan bulanan
gizi(F1) tingkat kelurahan, lalu dikirim ke tingkat kecamatan(FII/LB3) yang
kemudian dilaporkan ke suku Dinas Kesehatan masyarakat dalam bentuk LB3
Gizi.
Definisi Operasional:
Balita ditimbang : Jumlah balita yang ditimbang berat badannya di
sarana pelayanan kesehatan termasuk di posyandu dan tempat penimbangan
lainnya
Berat badan naik : Jumlah balita yang pada waktu penimbangan
naik badannya (sesuai ketentuan program)
Bawah Garis Merah (BGM) : Jumlah balita yang hasil penimbangan
berat badannya berada di bawah garis merah pada kartu menuju sehat (KMS)
Berdasarkan profil data puskesmas pada tabel jumlah balita yang ditimbang
menurut jenis kelamin di kelurahan Botania sebagai berikut:
1. Jumlah Balita yang ada 5.505 orang.
2. Jumlah Balita yang ditimbang 1.837 orang (33 %).
Dengan cakupan partisipasi masyarakat (d/s) adalah jumlah balita yang
ditimbang dibagi jumlah balita yang ada di wilayah kerja posyandu
kemudian dikali 100 %.
Tabel 3.15
31 | P a g e
Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin dan Kelurahan
Puskesmas Botania Tahun 2012
BALITA
UN DITIMBANG BB NAIK BGM
BALITA
IT KEL L+ L+
N YANG ADA L P L+P L P L P
KE URA P P
O
RJ HAN L J J J J J J J J J
A L P + M % M % M % M % M % M % M % M % M %
P L L L L L L L L L
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
PUSKESMAS
2. 2. 5.
BELI 91 92 1.8 27 27 55
1 86 63 50 32 35 33 31 30 30 9 1 4 0 13 1
AN 3 4 37 9 7 6
5 9 5
BOTANIA
2. 2. 5.
91 92 1.8 27 27 55
JUMLAH 86 63 50 32 35 33 31 30 30 9 1 4 0 13 1
3 4 37 9 7 6
5 9 5
Sumber: : Data Profil Puskesmas Botania 2012
32 | P a g e
4. Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan
Pelaksanaan upaya pencegahan gizi buruk dibagi dalam tiga tahap
meliputi rencana jangka pendek untuk tanggap darurat dengan menerapkan
prosedur tatalaksana penanggulangan gizi buruk dengan melaksanakan
sistem kewaspadaan dini secara intensif melalui pelacakan kasus dan
penemuan kasus baru kemudian ditangani di puskesmas dan di rumah
sakit. Kemudian tahap pencegahan terhadap peningkatan status dengan
koordinasi lintas program dan lintas sektor, memberikan bantuan pangan,
memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Sedangakn tahap
ketiga pengobatan penyakit, penyediaan air bersih, memberikan
penyuluhan gizi dan kesehatan terutama peningkatan ASI eksklusif sejak
lahir sampai 6 bulan kemudian diberikan makanan pendamping ASI
setelah usia 6 bulan dengan meneruskan pemberian ASI sampai usia dua
tahun.
Definisi Operasional
Balita Gizi buruk mendapat perawatan : Balita dengan status gizi
menurut berat badan (BB) dan umur (U) dengan Z-score <-3 SD dan atau
dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-
kwasiorkor).
Dari table 2.16 Cakupan Balita Gizi Buruk yang mendapat perawatan
menurut jenis kelamin didapatkan sebagai berikut pada tahun 2012:
1. Jumlah Gizi Buruk sebanyak 6 orang , Laki laki 2 orang, perempuan 4
orang .
2. Jumlah Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100 %.
3. Persentase jumlah balita gizi buruk ; jumlah balita gizi buruk dibagi
jumlah balita yang ada di kelurahan Botania dibagi 100 %.
Persentase Balita Gizi buruk =
(6/5.505)x 100 = 0.1 %
Tabel 3.16
Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin dan
Kelurahan
Puskesmas Botania Tahun 2012
BALITA GIZI BURUK
Tabel 3.16 cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan menurut
jenis kelamin dan kelurahan di Puskesmas Botania tahun 2012 dengan Jumlah
balita gizi buruk laki-laki dan perempuan 6 anak yang terdiri dari 2 anak laki-laki
dan 4 anak perempuan. Dimana yang telah mendapat perawatan yaitu 6 anak atau
telah mendapat pelayan 100%.
5.Cakupan Pemberian Vitamin A pada bayi, anak Balita dan Ibu Nifas
Definisi Operasional:
Cakupan Bayi mendapat kapsul Vit.A : Cakupan bayi 6-11 bln mendapat kapsul
vitamin A dosis 100 A 1 kali per tahun di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
Cakupan anak balita mendapat kapsul Vit.A 2 kali/tahun : Cakupan anak balita
umur 12-59 bln mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 200A 2 kali per tahun di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian vitamin A dilaksanakan
pada bulan Februari dan Agustus.
Cakupan ibu nifas mendapat kapsul Vit.A : Cakupan pemberian vitamin A 2 kali
pada ibu bersalin saat periode nifas yaitu 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan.
Jumlah sasaran ibu nifas di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama =
Perkiraan ibu nifas di wilayah kerja yang sama dapat dihitung dengan formula:
1,05 x CBR Kabupaten/Kota x Jumlah penduduk di wilayah kerja
Tabel 3. 17 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi , Anak Balita, Dan Ibu Nifas Menurut
Jenis Kelamin Dan Kelurahan Puskesmas Botania Tahun 2012
JUMLAH 5 5 1 5 9 5 1 1 1 2 2 4 1 6 1 7 2 6 10 6 6
5 0 0 4 9. 1 0 0 0 3 1 4 4 3. 4 0. 9 6. 56 9 5.
0 7 5 5 0 3 1. 5 0. 0 2 3 7 9 9 1 6 9 .8 0 2
7 7 2 8 1 8 6 3 6 5 1 4 7 2 9
6
Tabel 3.17 dari Tabel Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita, Dan
Ibu Nifas Menurut Jenis kelamin Dan Kelurahan di Puskesmas Belian Kelurahan
Belian Menunjukkan Bayi Laki-laki dan perempuan berjumlah total 1057 orang
dengan bayi 6-11 bulan mendapat Vit A , Laki-laki berjumlah 545 (99,07 %),
perempuan 513 (101,2 dengan jumlah total bayi mendapat vitamin A 105,8
(100,1%) . sedangkan Anak Balita 1-4 tahun mendapat vitamin A 2 x , laki-laki
dan perempuan berjumlah 4433 orang mendapat vitamin A 2967 (66,92%) dengan
balita laki-laki 1476(63,9 %) dan balita perempuan 1491 (70,14 %). Jumlah Ibu
Nifas 1057, dan mendapat vitamin A 690 (65,29 %)
Vitamin A diberikan pada anak balita dan bayi setiap bulan Februari
dan Agustus. Vitamin A biru (100.000 IU) untuk bayi usia 6-11 bulan
sedangkan vitamin A merah (200.000 IU) untuk balita 12-59 bulan
Dari table 2.17 cakupan pemberian Vitamin A didapatkan sebagai berikut:
1. Jumlah Bayi 1057 orang , bayi mendapat vitamin A 1057 mencapai 100 %
memenuhi target jumlah bayi 6-11 bulan mendapat vitamin A sebesar 90 %
2. Jumlah Anak balita mendapatkan vitamin A sebanyak 4433 , Jumlah Balita
mendapat vitamin A adalah 2967 (66.92%), kekurangan 23,08 % . dari
target nasional 90 5 balita mendapat vitamin A.
3. Cakupan Jumlah Bayi 6-11 bulan yang mendapatkan vitamin A, Jumlah
bayi yang mendapatkan vitamin A (Februari dan Agustus) dibagi dengan
dua kali jumlah bayi yang ada didaerah tersebut kemudian dikali 100% .
Persentase distribusi vitamin A disini, menggambarkan berapa besar
distribusi vitamin A di daerah tersebut yang telah tercapai.
Definisi Operasional:
Pemberian Fe1 : Ibu hamil yang mendapat 30 tablet Fe (suplemen zat besi)
selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Pemberian Fe3 :Ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe (suplemen zat besi)
selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Dari Tabel Pemberian Fe 1 dan Fe 3 pada Ibu Hamil didapatkan sebagai berikut:
1. Jumlah ibu hamil 1.162 orang yang mendapatkan tablet Fe 1 958 (82,41
%) sedangkan Fe 3 881 (75,78 %). Dimana target nasional 90 % jadi
Puskesmas Botania sudah mencukupi pemberian tablet Fe pada Ibu Hamil
hanya kurang Fe 1 sebanyak 7,59% sedangkan Fe 3 14,22 %.
2. Cakupan Ibu hamil yang mendapat fe 1 (30 tablet ) sebanyak
Jumlah ibu hamil mendapat 30 tablet Fe selama periode kehamilan pada
wilayah dan kurun waktu tertentu dibagi jumlah ibu hamil pada wilayah
dan kurun waktu yang sama dikalikan 100 %.
Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu
faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian perinatal dan neonatal. Berat
badan lahir rendah (BBLR) dibedakan dalam 2 katagori yaitu: BBLR karena
premature (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena
intrauterine growth retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat kurang
untuk usianya. Banyak BBLR di negara berkembang dengan IUGR sebagai akibat
ibu dengan status gizi buruk, anemi, malaria, dan menderita penyakit menular
seksual (PMS) sebelum konsepsi atau ketika hamil, namun dari hasil survei
proporsi kematian BBLR dengan IUGR hanya 1,4%
Tabel 3.19 Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Jenis Kelamin Perbulan
Puskesmas Botania Tahun 2012
N UNI BULAN JUMLAH LAHIR BAYI BARU LAHIR DITIMBANG BB
O T HIDUP LR
KER
JA
L P L+ L P L+
P P
L P L+ JU % JU % JU % JU % JU % JU %
P ML ML ML ML ML ML
AH AH AH AH AH AH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 PUS JANUARI 36 38 74 36 100 38 100 74 100 0 0 0 0 0 0
KES
MA
S
BEL
IAN
2 FEBRUAR 42 35 77 42 100 35 100 77 100 0 0 0 0 0 0
I
3 MARET 23 21 44 23 100 21 100 44 100 0 0 0 0 0 0
4 APRIL 21 23 44 21 100 23 100 44 100 0 0 0 0 0 0
5 MEI 25 31 56 25 100 31 100 56 100 0 0 0 0 0 0
6 JUNI 41 36 77 41 100 36 100 77 100 0 0 0 0 0 0
7 JULI 21 35 56 21 100 35 100 56 100 2 10 1 3 3 5
8 AGUSTUS 37 30 67 37 100 30 100 67 100 1 3 1 3 2 3
9 SEPTEMB 29 22 51 29 100 22 100 51 100 1 3 2 9 3 6
ER
1 OKTOBER 32 31 63 32 100 31 100 63 100 1 3 0 0 1 2
0
1 NOVEMBE 44 24 68 44 100 24 100 68 100 0 0 0 0 0 0
1 R
1 DESEMBE 20 34 54 20 100 34 100 54 100 0 0 1 3 1 2
2 R
Tabel 3.19 Bayi Berat Badan Lahir Rendah menurut jenis kelamin terbanyak pada
bulan februari dan Juni yaitu 77 orang, sedangkan terkecil pada bulan maret, april
sejumlah 44 orang. Jumlah Bayi Baru lahir ditimbang terbanyak pada bulan
februari dan juni 77 (100%) sedangkan terkecil pada bulan Maret , april sejumlah
44 (100%). Jumlah BBLR pada bulan Juli 2 orang (10 %) laki-laki, dan
perempuan BBLR pada bulan September 2 sebanyak 9 %, jadi Jumlah total BBLR
terbanyak pada bulan September 3 orang (6 %) , Jumlah total keseluruhan BBLR
adalah 10 orang dari jumlah 731 bayi baru lahir ditimbang.
Definisi Operasional
Bayi lahir ditimbang : Jumlah bayi lahir hidup yang ditimbang segera
setelah lahir
BBLR : Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram yang
ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir
Dari tabel BBLR Puskesmas Botania Tahun 2012 didapatkan sebagai berikut
1.Jumlah lahir hidup 785 orang dengan Jumlah Bayi Baru lahir ditimbang 731
orang (93 %)
2. Jumlah BBLR 10 (1%) terdiri dari 5 (1%) bai laki-laki, dan 5 (1 % ) bayi
perempuan
3. Persentase Jumlah BBLR mencapai target nasional perbaikan gizi menuju
Indonesia sehat sebesar 7 %, Puskesmas Botania mencapai target dengan jumlah
BBLR hanya 1 % (10 BBLR) dari 731 orang bayi ditimbang.
9. Status Gizi balita
JUMLAH 10,96 10,7 21,74 382 3.4 288 2.6 670 3.0 9,82 89. 9,79 90. 19,6 90. 731 6.6 656 6.0 1,3 6.3 30 0.2 38 0.3 55 0.25
6 75 1 8 7 8 2 57 8 93 20 24 7 9 87 8 7 5
Definisi Operasional
Balita Gizi Lebih : status gizi menurut badan badan (BB) dan
umur (U) dengan Z-score SD 2
Balita Gizi Baik : status gizi menurut badan badan (BB) dan
umur (U) dengan -2 < Z-score SD < 2
Balita Gizi Kurang : status gizi menurut badan badan (BB) dan
umur (U) dengan -2 < Z-score SD <-3
Balita Gizi Buruk : status gizi menurut badan badan (BB) dan
umur (U) dengan Z-score SD <-3 dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus,
kwashiorkor, dan marasmus-kwasiorkor)
39 | P a g e
c.
d.
55 | P a g e