Yoghurt merupakan minuman hasil fermentasi dari susu. Flavour khas
yoghurt terbentuk oleh komponen asam laktat, sisa-sisa aldehida, diasetil, asam asetat dan komponen volatil lainnya. Karakteristik yoghurt yaitu berupa cairan semiketal dengan kadar lemak susu tidak kurang dari 3,25%, total padatan non lemak tidak kurang dari 8,25% dan kadar asam tertitrasi (berupa asam laktat) tidak kurang dari 0,9%. Reaksi yang menjadi dasar fermentasi susu ini adalah perubahan laktosa (gula susu) menjadi asam laktat yang menyebabkan penurunan pH (Buckle, 1987). Dalam kegiatan praktikum selama proses pembuatan yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu dalam kisaran suhu antara 80-90C. Menurut Tarigan (1988), pasteurisasi merupakan suatu perlakuan pemanasan dengan suhu yang lebih rendah dari titik didih air, dengan tujuan membebaskan makanan dari mikroba yang pathogen. Selama pasteurisasi dilakukan pengadukan terus dengan konstan dengan tujuan protein dalam susu tidak mengalami koagulasi atau denaturasi protein. Dalam pembuatan yoghurt ini setelah tahap pasteurisasi, susu didiamkan hingga suhu turun mencapai 45C. Begitu pula pada saat pendinginan tidak boleh banyak berbicara, dikarenakan yoghurt tidak akan jadi dan susu akan berbusa (Buckle, 1987). Selanjutnya ditambahkan starter, digunakan dua macam starter. Starter pertama berasal dari yoghurt plain biokul sebagai starter untuk susu dalam wadah pertama, dan starter yakult untuk susu dalam wadah kedua. Berdasarkan analisis data, terdapat perbedaan tekstur, aroma maupun rasa antara yoghurt yang diberikan starter yoghurt plain biokul dengan yoghurt yang diberi starter yakult. Yoghurt dengan jenis starter berupa yoghurt plain biokul menunjukkan memiliki tekstur dengan rata-rata skor 3 yaitu terbentuk lapisan kental pada permukaan dan tebal. Memiliki aroma dengan rata-rata skor 1,4 yang artinya dapat diolongkan tidak terlalu ada aroma asam. Dan untuk rasa mendapatkan rata-rata skor 2 tergolong agak masam. Yoghurt plain biokul mengandung bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus yang dapat digunakan sebagai starter dalam proses fermentasi (Tamime dan Marshall dalam Djaafar, 2006). Bakteri Streptococcus thermophilus adalah bakteri grampositif berbentuk bulat, sering pertumbuhannya berbentuk rantai. Bakteri ini dapat diklasifikasikan sebagai bakteri homofermentatif, yaitu bakteri yang dalam proses fermentasinya menghasilkan lebih dari 85% asam laktat (Heleferich,1980). Suhu optimum bagi pertumbuahan Streptococcus thermophilus adalah 37C dan Lactobacillus bulgaricus 45C. Lactobacillus bulgaricus adalah bakteri grampositif berbentuk batang dan tidak membentuk endospora. Bakteri ini bersifat termodurik dan homofermentatif, dengan suhu optimum untuk pertumbuhannya sekitar 45C. Kondisi optimum untuk pertumbuhannya adalah sekitar asam atau sekitar pH 5,5 (Belitz, 1987). Apabila kedua bakteri tersebut diinokulasi pada suhu 45C (pH 6,6- 6,8), Streptococcus thermophilus mula-mula tumbuh Iebih baik dan setelah pH menurun karena dihasilkan asam laktat, maka Lactobacillus bulgaricus akan tumbuh Iebih baik. Sebanyak 0,5 persen dari 5 persen Iaktosa yang ada dalam susu, digunakan oleh kultur untuk pertumbuhannya dan sisanya diubah menjadi asam laktat. Akumulasi asam laktat menyebabkan penurunan pH atau menaikkan keasaman susu (Belitz, 1987). Kedua macam bakteri tersebut akan menguraikan laktosa (gula susu) menjadi asam laktat dan berbagai komponen aroma dan citarasa. Lactobacillus bulgaricus lebih berperan pada pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus thermophilus lebih berperan pada pembentukan citarasa yoghurt. Sedangkan menurut Goff (2003) dalam Djaafar (2006), Streptococcus thermophilus berkembang biak lebih cepat dan menghasilkan baik asam maupun CO 2. Asam dan CO2 yang telah dihasilkan kemudian merangsang pertumbuhan dari Lactobacillus bulgaricus. Di sisi lain, aktivitas proteolitik dari Lactobacillus bulgaricus memproduksi peptida penstimulasi dan asam amino untuk dapat dipakai oleh Sreptococcus thermophilus. Mikroorganisme Streptococcus thermophilus sepenuhnya bertanggung jawab atas pembentukan tekstur dan rasa yoghurt. Dari uraian diatas telah jelas dengan adanya kedua bakteri dapat menjelaskan mengapa yoghurt yang dihasilkan memiliki tekstur yang lebih tebal dan kental, memiliki rasa yang agak asam, dimana cenderung lebih asam daripada starter yakult dan aroma yang tidak terlalu menyengat bau asamnya. Keberadaan kedua bakteri tersebut yang saling bersimbiosis sehingga meningkatkan efisiensi kerja kedua bakteri selain itu juga meningkatkan produksi asam yang lebih tinggi. Dengan adanya daya saling dukung antar satu organisme dengan lainnya, Streptococcus thermophilus dapat tumbuh dengan lebih cepat sehingga dapat dibuktikan bahwa dalam waktu 24 jam telah dapat diketahui hasilnya, yoghurt dengan starter biokul menunjukkan rasa yang lebih masam dan tekstur lebih tebal dan kental. Pengentalan disebabkan adanya aktivitas enzim dari bakteri dan juga akibat dari dihasilkannya asam. Aroma yang tidak terlaluu menyegat bau asamnya ini bergatung pada proses fermentasinya. Selain itu juga Streptococcus thermophilus memang mikroorganisme yang menyukai suasana asam, seperti yang telah diungkapkan Belitz (1987), bakteri ini mempunyai suhu optimum untuk pertumbuhan-nya dan menyukai suasana agak asam (pH 5,5). Selain itu seperti teori yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa bakteri homofermentatif, yaitu bakteri yang dalam proses fermentasinya hanya menghasilkan asam laktat, lebih dari 85% asam laktat (Heleferich,1980 dalam Manab, 2008), ini yang menyebabkan yoghurt yang dihasilkan memiliki rasa yang lebih masam. Sedangkan starter kedua yaitu yakult. Menurut Mutai (1981) dalam Manab (2008), yakult mengandung bakteri Lactobasillus casei Shirota yang bersifat termobakterium dengan kondisi pH 6,8. Bakteri Lactobacilus casei merupakan bakteri gram positif, fakultatif aerob, berbentuk batang, tidak membentuk spora dan berflagel (Yuniastuti, 2004). Jenis starter ini menghasilkan yoghurt yang memiliki rata-rata skoring tekstur 2 yang artinya terbentuk lapisan kental pada permukaan namun tipis. Rata-rata skoring untuk aroma yaitu 2,8 yang menunjukkan beraroma masam. Sedangkan untuk rasa menunjukkan rata-rata skoring 3 yang berati rasanya seimbang antara rasa masam manis. Yakult yang merupakan starter biakan bakteri Lactobacillus casei Shirota strain. Bakteri Lactobacillus casei termasuk golongan bakteri heterofermentatif, fakultatif, mesofilik, dan berukuran lebih kecil dari pada Lactobacillus bulgaricus, Bakteri Lactobacillus casei akan merubah ribosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Sifat yang dimiliki bakteri ini yaitu heterofermentatif, maksudnya adalah fermentasi yang produk akhirnya berupa asam laktat dan etanol sama banyak (Belitz, 1987). Telah jelas bahwa Lactobacillus casei dapat mengubah ribosa menjadi asam laktat dan asam asetat, sehingga dihasilkan rasa yang masam, namun yoghurt starter yakult yang dihasilkan memiliki rasa masam manis. Rasa masam manis ini juga dipengaruhi oleh komposisi dari yakult itu sendiri, sebab yakult merupakan hasil fermentasi dari susu skim yang diberi campuran sukrosa dan glukosa. Berdasarkan skoring tekstur yang dihasilkan menunjukkan terbentuk lapisan kental pada permukaan namun tipis, ini merupakan hasil dari aktivitas enzim dari bakteri (Buckle, 1987). Dibandingkan dengan yoghurt starter biokul, yoghurt starter yakult memilki lapisan kental yang lebih tipis, hal ini disebabkan keberadaan bakteri. Telah diketahui bahwa lapisan tersebut berasal dari aktivitas enzim dan juga derajat asamnya, yang membedakan bahwa pada yoghurt starter yakult hanya memiliki satu jenis mikroorganisme, yaitu Lactobacillus casei, sedangkan pada yoghurt starter biokul terdapat dua jenis Streptococcus thermophiles dan Lactobacillus bulgaricus yang jelas memiliki efisiensi kerja yang efektif, bahkan dalam karakteristik tekstur yang berperan utama adalah Lactobacillus bulgaricus, sehingga teksturnya kental dan lebih tebal. Aroma masam yang dihasilkan berdasarkan skoring ini diindikasikan bergantung pada proses fermentasi yang terjadi. Aroma yang spesifik dari yoghurt terdiri dari komponen komponen karbonil dengan diacetil dan acetaldehid yang dominan (Belitz, 1987). Bakteri Lactobacillus casei ini merupakan heterofermentatif yang maksudnya adalah fermentasi yang produk akhirnya berupa asam laktat dan etanol sama banyak sehingga aroma masam lebih nampak dibandingkan dengan yoghurt starter biokul, sebab bakteri Streptococcus thermophiles dan Lactobacillus bulgaricus memiliki perbedaan karakterstik atau sifat dengan bakteri dari yakult yaitu Lactobacillus casei. Misalnya sifat dari Streptococcus thermophiles dan Lactobacillus bulgaricus yang homofermentatif. Perbedaan sifat dapat membedakann hasil, sebab pada dasarnya fermentasi yang terjadi ini adalah perubahan gula menjadi senyawa etanol, CO 2 dan ATP. Sehingga apabila memiliki sifat atau karakteristik yang berbeda, maka hasil fermentasi dapat terpengaruhi (Fardiaz, 1992).
Belitz, 1987. Mikrobiologi Farmasi.Makasar : Jurusan Farmasi Unhas. Buckle, 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi Umum. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Djaafar, T. F dan E. S. Rahayu. 2006. Karakteristik yogurt dengan inoculum Lactobacillus yang diisolasi dari makanan fermentasi tradisional. Agros. Vol. 8, No.1. Manab, A. 2008. Kajian Sifat Fisik Yogurt Selama Penyimpanan pada Suhu 4oC. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Vol. 3, No. 1. Yuniastuti, A. 2004. Pengaruh Pemberian Susu Fermentasi Lactobacillus casei Strain Shirota Terhadap Perubahan Kadar Fraksi Lipid Serum Tikus Hiperkolesterolemi. Thesis. Universitas Diponegoro.