Laporan KPPIP Versi Juli 2015 PDF
Laporan KPPIP Versi Juli 2015 PDF
Laporan pelaksanaan KPPIP ini disusun dalam rangka memenuhi amanat Peraturan Presiden No. 75 Tahun
2014 pasal 29. Pada Laporan yang pertama ini, informasi yang disajikan adalah informasi pencapaian KPPIP
yang efektif beroperasi sejak Januari 2015.
Laporan ini dapat terwujud berkat dukungan informasi yang telah diberikan berbagai pihak dari jajaran dan
pejabat Kementerian dan Lembaga terkait, jajaran dan pimpinan Pemerintah Daerah, serta jajaran dan
pimpinan Badan Usaha Milik Negara/Daerah. Selain memberikan informasi terkini secara lengkap, berbagai
pihak di atas juga terlibat secara aktif dalam upaya mendukung percepatan implementasi pembangunan
infrastruktur dari mulai persiapan teknis dan regulasi, melakukan debottlenecking untuk memfasilitasi
penyelesaian masalah koordinasi yang dihadapi, sampai dengan percepatan implementasi proyek-proyek
prioritas.
Secara khusus, laporan ini tidak akan tersusun tanpa dukungan dan pembinaan oleh Yang Terhormat: Dr.
Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua KPPIP; Dr. Sofyan Djalil, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional yang merupakan mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
Dr. Rizal Ramli, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Dr. Dwisuryo Indroyono Soesilo, mantan Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman; Dr. Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan selaku anggota KPPIP;
Drs. Ferry Mursyidan Baldan, Menteri Agraria dan Tata Ruang selaku anggota KPPIP; Dr. Ir. Lukita Dinarsyah
Tuwo, Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Wakil Ketua Tim Pelaksana KPPIP; Dr. Ir.
Ridwan Djamaluddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman;
Dr. Ir. Dedy S. Priatna, mantan Deputi Sarana dan Prasarana, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional; Prof. Dr. Budi Mulyanto, Direktur Jenderal Pengadaan Tanah selaku anggota Tim Pelaksana KPPIP;
dan Dr. Ir. Wahyu Utomo, Staf Ahli Pembangunan Daerah selaku Sekretaris Tim Pelaksana KPPIP.
Berdasarkan berbagai arahan yang telah diperoleh dari para petinggi di atas, naskah laporan ini disusun oleh
Sekretariat Tim Pelaksana dan para profesional dalam Project Management Office (PMO) KPPIP, dengan
dukungan Tusk Advisory. Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh
jajaran profesional dan tim konsultan yang telah menyiapkan naskah laporan pelaksanaan yang sangat
komprehensif ini.
Sekali lagi, dengan perasaan yang tulus, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas dukungan
dan kerjasamanya. Marilah kita terus bekerja keras untuk bersama membangun infrastruktur yang berkuali-
tas demi kejayaan negeri kita tercinta di masa yang akan datang.
Dalam membangun sebuah negara dan bangsa, apapun tahapan kemajuannya, penyediaan dan
pembangunan infrastruktur senantiasa memiliki peran yang strategis. Hal tersebut adalah karena
pembangunan infrastruktur adalah tugas hakiki dari sebuah pemerintahan. Bila pada tahap awal kemajuan
ekonomi, sebagian pembangunan umumnya diarahkan untuk lebih besar pada penyediaan infrastruktur
untuk memenuhi kebutuhan dasar, maka seiring dengan peningkatan kemajuan ekonomi, konsentrasinya
perlu dititikberatkan pada peningkatan kapasitas dan kehandalan sedemikian rupa hingga dapat mendorong
daya saing ekonomi dan pada akhirnya mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Tersedianya infrastruktur yang handal dan berkualitas, sering digunakan sebagai ukuran yang representatif
untuk menakar kualitas hidup atau kondisi yang sering diyakini menggambarkan kesejahteraan sebuah
masyarakat. Walaupun terkesan klise, hal tersebut sesungguhnya benar adanya karena dengan hanya
melalui sediaan infrastruktur yang akses dan kualitasnya senantiasa memadai sesuai perkembangan
ekonomi, masyarakat pada akhirnya memiliki banyak pilihan untuk melakukan usaha, bertempat tinggal
ataupun hanya sekedar memilih cara bersosialisasi.
Dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo dewasa ini, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu
prioritas utama. Hal tersebut tercermin dari tingginya target-target pencapaian sebagaimana dirumuskan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 2019. Perwujudan target dari
kebijakan pembangunan infrastruktur tersebut tentunya membutuhkan kerja keras dan komitmen yang
tinggi. Belajar dari pengalaman selama ini, berbagai langkah terobosan untuk mempercepat
implementasinya sangat diperlukan, bahkan merupakan prasyarat mutlaknya.
Salah satu langkah penting yang telah dilakukan pemerintah adalah menerbitkan Perpres No. 75 Tahun 2014
tentang Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas dimana Menteri Koordinator Perekonomian
menjadi Ketuanya. Mandat utama dari Komite ini adalah merevitalisasi berbagai kebijakan pembangunan
infrastruktur terkait dalam rangka mendorong percepatan ke arah impelementasi sekaligus memperluas
berbagai potensi pendanaan di luar pemerintah. Selain itu, mandat lain yang tidak kalah pentingnya adalah
mengawal pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur yang dikategorikan sebagai infrastruktur prioritas, mulai
dari proses perencanaan, penetapan skema pendanaan yang paling efisien dan efektif, sampai pada fasilitasi
koordinasi penyelesaian masalah untuk percepatan implementasi.
Komite ini telah mulai aktif menjalankan tugaskan sejak awal tahun 2015 dan sejumlah langkah konkrit telah
dilakukan, baik pada tataran kebijakan maupun pada tataran koordinasi untuk penyelesaian masalah
operasional. Memang belum semuanya menghasilkan kemajuan sebagaimana diharapkan, namun
setidaknya dengan mekanisme kerja yang disusun berdasarkan standard operating procedure yang dipelajari
dari pengalaman terbaik internasional, langkah yang telah dilakukan ini ternyata banyak mendapatkan
sambutan positif tidak hanya dari dalam negeri saja, melainkan juga dari masyarakat internasional. Beberapa
lembaga keuangan dan konsultansi internasional berminat untuk bekerjasama dengan KPPIP.
Laporan pelaksanaan pertama ini disusun untuk periode paruh pertama 2015. Dari materi yang telah disusun,
saya mengharapkan agar semua pihak dapat mempelajari mana langkah-langkah yang baik dan efektif
ataupun mana langkah-langkah yang perlu diperbaiki. Saya bahkan berharap bahwa para pemangku
kepentingan terkait dapat memberikan masukan demi perbaikan kinerja KPPIP di masa akan datang.
Dengan harapan ini, kita tidak selalu terus mulai dari awal. Keberhasilan membangun infrastruktur umumnya
berdimensi jangka panjang. Oleh karenanya kebijakan yang dikembangkan perlu terus dijaga agar
senantiasa konsisten dan berkelanjutan.
Indonesia memiliki kemampuan dasar yang diperlukan untuk mencapai target tersebut berupa sumber daya alam yang
berlimpah, lokasi yang strategis, dan jumlah penduduk yang besar (tenaga kerja dan pasar yang besar) namun perlu disadari
bahwa potensi yang dimiliki Indonesia untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia tidak serta merta bisa terwujud.
1. Saat ini Indonesia sedang dilanda fase krisis 2. Keterbatasan infrastruktur: Berdasarkan Global
infrastruktur sebagaimana tercermin dalam Competitiveness Index tahun 2014-2015,
beberapa indikator seperti Global Competitiveness penyediaan infrastruktur di Indonesia masih berada
Index (World Economic Forum, 2014) serta logistics pada peringkat 56 dari 144 negara. Peringkat
performance index tahun 2014 sebagai berikut: tersebut masih jauh di bawah Singapura yang
menempati peringkat 2 dan Malaysia yang
a. Biaya logistik di Indonesia mencapai 17% dari
menempati peringkat 25.
total biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha.
Angka itu tergolong paling boros dibanding biaya 3. Keterbatasan ketersediaan anggaran
logistik di Malaysia yang hanya 8%, Filipina 7% pembiayaan infrastruktur: Anggaran untuk
dan Singapura 6%; infrastruktur di Indonesia baru dialokasikan sebesar
b. Biaya logistik di Indonesia mencapai 24% dari 5% dari PDB Indonesia di tahun 2015 dan di
total Produk Domestik Bruto (PDB) dan tahun-tahun sebelumnya hanya 2-3%. Sebagai
merupakan biaya logistik paling tinggi di kawasan perbandingan, Pemerintah Republik Rakyat
Asia Tenggara (Bank Dunia, 2013). Tiongkok (RRT) menganggarkan setidaknya 8-10%
dari PDB. (Bank Dunia, 2013)
Tingginya biaya logistik secara langsung mengurangi
daya saing produk-produk ekspor Indonesia akibat
dari tingginya biaya produksi di dalam negeri.
Peningkatan daya saing suatu negara berbanding lurus dengan prospek pertumbuhannya, sedangkan infrastruktur merupakan
pendorong adanya pertumbuhan ekonomi. Global Competitiveness Index di atas menunjukkan bahwa peningkatan daya saing
infrastruktur Indonesia masih belum dapat mendongkrak potensi daya saing Indonesia secara keseluruhan.
Oleh karenanya, penyusunan rencana pembangunan infrastruktur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 diupayakan untuk menjawab defisit infrastruktur di Indonesia sekaligus mencapai target Nawacita dari
Pemerintah. Dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, Pemerintah menargetkan
pembangunan dan pengembangan infrastruktur meliputi pembangunan 10 pelabuhan container baru, revitalisasi 6 pelabuhan
sebagai hub internasional (Belawan, Makassar, Sorong, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Bitung), pengembangan 76 rute
perintis, pembangunan 2.000 km jalan baru, pengembangan bandar udara khusus barang, pembangunan 10 kawasan industri
baru beserta hunian untuk tenaga kerjanya, pembangunan dan modernisasi 5.000 pasar tradisional, disertai dengan pendirian
bank infrastruktur. Target Nawacita ini kemudian disusun dan dimasukkan dalam rencana pembangunan infrastruktur dalam
RPJMN 2015-2019.
Pembagian tanggung jawab Pemerintah Daerah pada dasarnya telah diatur dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Baik Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki
tanggung jawab untuk menentukan rencana pembangunan dan tata ruang, menyediakan fasilitas dan
infrastruktur publik dan memegang kendali atas dampak lingkungan. Selanjutnya, Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 dengan amandemen Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 mengatur pedoman terkait
standar minimum pelayanan dimana standar ini dapat dijadikan acuan oleh Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan perencanaan infrastruktur.
Ketika kebutuhan dasar infrastruktur tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah Daerah, pada dasarnya
Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk memberikan hukuman dan sanksi kepada Pemerintah
Daerah, namun tidak terdapat pedoman yang jelas bagi Pemerintah Pusat terutama bagi Kementerian
untuk memberikan hukuman dan sanksi tersebut. Kondisi ini menyebabkan penyiapan dan pelaksanaan
penyediaan infrastruktur terhambat.
Tidak hanya kendala pada Pemerintah Daerah semata, melainkan juga belum terciptanya koordinasi lintas
kementerian dan lembaga pemerintah di tingkat pusat yang turut menghambat dalam proses pelaksanaan
proyek. Sebagai contoh, penetapan skala prioritas suatu proyek seringkali tidak dikoordinasikan antar
kementerian dan lembaga di tingkat pusat. Akibatnya, pelaksanaan proyek seringkali terhambat atau
mengalami penundaan bahkan pembatalan karena tidak memperoleh dukungan dari seluruh instansi
terkait.
Sebagai contoh, sebuah proyek menggunakan sumber pendanaan dari APBN, APBD dan Badan Usaha.
Tidak sinkronnya jadwal penganggaran, pelaksanaan pengadaan tanah dan lelang badan usaha dapat
mengakibatkan terhambatnya penyediaan proyek karena tidak tersedianya dana saat implementasi.
Perencanaan yang baik terkait proyek dan sumber pendanaannya sangatlah penting agar APBN dan APBD
dapat dialokasikan untuk infrastruktur yang kritikal sementara infrastruktur yang terindikasi
menguntungkan dapat digunakan untuk menarik investasi swasta.
~ Rp 1.433 Triliun
APBN ~29,88% 2)
APBN
dan APBD ~ Rp 545 Triliun
Total Investasi APBD ~11,37%
Infrastruktur yang ~ Rp 1.066 Triliun
dibutuhkan 1) BUMN ~22,23%
Skema
(Rp 4.796,2 Triliun3) Kesenjangan Investasi Swasta (KPBU
Pendanaan
Pembiayaan ~ Rp 1.751 Triliun Off Balance Sheet, Alternatif
Pinjaman, Obligasi,dll)
~36,52%
Catatan:
1) Angka tersebut merupakan perkiraan target kebutuhan pendanaan
2) Porsi APBN berdasarkan penganggaran yang diajukan oleh BAPPENAS dan disetujui oleh Kementerian Keuangan
3) Perkiraan hanya berdasarkan investasi dan rehabilitasi proyek-proyek besar, belum termasuk biaya operasional dan pemeliharaan
inftrastruktur eksisting
Selain itu, ketimpangan ketersediaan dan kelengkapan peralatan antara Pusat dan Daerah yang
digunakan untuk pengukuran tanah juga seringkali menghambat proses pengadaan tanah.
Kenyataan saat ini adalah Pemerintah Daerah menggunakan sebagian besar anggarannya untuk gaji
pegawai dan pengeluaran rutin. Minimnya anggaran untuk infrastruktur seringkali menjadi hambatan
dalam penyediaan infrastruktur di tingkat daerah. Hal ini semakin mengkhawatirkan mengingat tidak
adanya keharusan Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan dananya untuk pembangunan
infrastruktur baru yang dibutuhkan guna mendukung perekonomian daerah.
Selain itu, Pemerintah Daerah kekurangan sumber daya manusia yang memadai untuk mengemban
tanggung jawab selaku pelaksana maupun Penanggung Jawab Proyek. Permasalahan yang
menghambat penyediaan infrastruktur di daerah tidak lepas dari lemahnya peran Pemerintah Pusat
dalam memastikan peningkatan kapasitas dan sumber daya dari Pusat ke Daerah sehingga terjadinya
inefisiensi dalam penyediaan infrastruktur.
Pelaksanaan proyek dengan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
memerlukan kematangan konseptualisasi proyek, kerangka peraturan dan pembangunan kapasitas
Pemerintah Pusat dan Daerah selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK).
Untuk proyek KPBU dimana lelang akan dilakukan secara kompetitif dan terbuka, maka proyek pun
harus disiapkan dengan baik dan memiliki kualitas internasional sehingga dapat memenuhi standar
dan menarik investor. Mengingat jumlah proyek KPBU yang masih sedikit di Indonesia, Pemerintah
Pusat perlu memberikan dukungan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang akan
menjadi PJPK dalam bentuk standar kualitas kajian dan sistem pengadaan konsultan penyiapan atau
pemilihan Badan Usaha yang transparan dan kompetitif. Dengan demikian, akan tercipta peningkatan
kapasitas pada masing-masing PJPK yang berkontribusi pada pertumbuhan proyek KPBU di
Indonesia di tahun-tahun mendatang.
Selain itu, peraturan yang telah ada pun seringkali tumpang tindih atau bertentangan satu dengan yang
lain sehingga mengakibatkan kebingungan di pihak Penanggung Jawab Proyek dalam melaksanakan
kewajibannya. Peraturan yang ada pun sering kali membutuhkan revisi agar sesuai dengan peraturan
yang baru diterbitkan. Proses penyusunan atau revisi peraturan yang akan mendukung pembangunan
infrastruktur membutuhkan koordinator untuk mengawal proses penyusunan dan penerbitannya.
Dengan mempertimbangkan pertumbuhan potensi proyek Perpres baru ini menjawab kendala-kendala yang sebelumnya
dengan skema KPBU, maka Pemerintah Indonesia telah menghambat pelaksanaan KPBU, seperti aplikasi KPBU pada
melakukan revisi Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 infrastruktur sosial, lemahnya kualitas pra-studi kelayakan,
tentang Kerjasama Pemerintah dan Swasta beserta peraturan perbedaan kualitas aset yang dibangun dengan dukungan
peraturan perubahannya dengan menerbitkan Peraturan konstruksi sebagian dari Pemerintah, skema pengembalian
Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Perpres investasi yang kurang menarik, dan lemahnya komitmen K/L
Pemerintah dan Badan Usaha pada 20 Maret 2015. untuk proyek KPBU sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 1.
Sebelum Sesudah
Pada tahun 2012, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan 2014 dan Peraturan Presiden No. 30 Tahun 2015 dimana
UndangUndang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan perubahan peraturan memberikan ruang bagi Badan Usaha
Tanah Untuk Kepentingan Umum yang bertujuan untuk untuk memberikan dana pengadaan tanah yang akan
memberikan kepastian waktu untuk pengadaan lahan dibayar kembali oleh Pemerintah setelah proses pengadaan
kepada Penanggung Jawab Proyek dan investor. tanah selesai. Dengan demikian, diharapkan pengadaan
Pembatasan waktu maksimum pada sebagian besar tahap tanah tidak akan tertunda akibat ketidaktersediaan atau
dalam Undang-Undang tersebut memberikan estimasi keterlambatan anggaran Pemerintah.
waktu maksimum 583 hari untuk menyelesaikan pengadaan
tanah (Gambar 2). Undang-Undang No. 2 Tahun 2012
didukung dengan Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 Undang-Undang No. 2 tahun 2012 berhasil
tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi diterapkan di proyek Jalan Tol Trans
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang telah diubah Sumatera ruas Palembang-Indralaya.
beberapa kali menjadi Peraturan Presiden No. 99 Tahun
tidak diatur max 289 hari max 257 hari max 37 hari
Jadwal waktu (hari kerja) dengan asumsi adanya penolakan dari pemilik tanah
Jika tidak ada penolakan, jumlah hari yang dibutuhkan dapat dipercepat 15-20 % dari jumlah
maksimum hari di atas
Guna mendukung proyek infrastruktur, Pemerintah mezzanine financing sehingga dapat mendorong confidence
Indonesia juga membangun beberapa institusi seperti PT dari para investor.
Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) yang berperan dalam
memberikan pendanaan jangka panjang sekaligus Pemerintah Indonesia juga telah menyediakan inisiatif
pendampingan dalam penyiapan proyek, PT Penjaminan pendukung proyek KPBU seperti land capping dan land
Infrastruktur Indonesia (PT PII) yang memiliki mandat revolving fund sebagai instrumen pendukung pengadaan
memberikan jaminan untuk proyek KPBU, dan PT Indonesia tanah, Viability Gap Funding (VGF) yang merupakan
Infrastructure Finance (IIF) yang dibentuk untuk mengisi dukungan pendanaan dari Kementerian Keuangan guna
kekosongan pendanaan jangka panjang dengan tenor lebih meningkatkan kelayakan komersial dan finansial proyek
dari 15 tahun serta membentuk produk pendanaan seperti KPBU sehingga menarik untuk Badan Usaha.
Upaya-upaya di atas telah dilakukan bagi percepatan penyediaan infrastruktur di Indonesia dalam hal pengadaan tanah,
peningkatan kelayakan proyek, dan dukungan penyiapan proyek. Namun Indonesia masih membutuhkan penguatan di sisi
implementasi, terutama terkait koordinasi (pelaksanaan monitoring dan debottlenecking), peningkatan kualitas penyiapan
proyek, dan capacity building. Oleh karenanya, diperlukan suatu komite yang fokus dalam mendorong peningkatan
kualitas penyiapan proyek dan percepatan implementasi. Sebagai Project Management Office (PMO) untuk infrastruktur
prioritas, komite akan meningkatkan koordinasi serta ketepatan jadwal implementasi infrastruktur prioritas. Melalui teladan
dalam penyiapan proyek prioritas serta pengembangan standar kualitas penyiapan proyek, komite akan menyebarkan
know-how dalam penyiapan infrastruktur yang berkualitas. Melalui pelatihan serta hands-on experience bagi K/L, komite dapat
mendorong peningkatan kapasitas dan tanggung jawab sumber daya manusia.
6 TUGAS UTAMA KPPIP SEBAGAIMANA DIAMANATKAN DALAM PERPRES NO. 75 TAHUN 2014
2
Penetapan Daftar Proyek Prioritas
3
Penetapan skema & sumber pendanaan untuk
proyek yang ditetapkan sebagai prioritas
4 5 6
Gambar 3: Tugas dan Mandat KPPIP sesuai Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014
VISI MISI
Menjalankan mandat yang telah Berfungsi sebagai organisasi yang
ditentukan dalam Peraturan Presiden No. memperkuat koordinasi dan memfasilitasi
75 Tahun 2014 untuk mendorong berbagai usaha dalam mempersiapkan
percepatan dan pencapaian penyediaan dan menyelesaikan masalah-masalah
pembangunan infrastruktur prioritas yang dalam penyediaan Infrastruktur Prioritas
berkualitas secara efektif, efisien, tepat yang telah teridentifikasi oleh KPPIP.
sasaran dan tepat waktu.
E. TUGAS KPPIP
Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014, tugas KPPIP adalah :
a. Menetapkan strategi dan kebijakan dalam rangka d. Menetapkan standar kualitas pra-studi kelayakan dan
percepatan penyediaan infrastruktur prioritas; tata cara evaluasinya;
b. Memantau dan mengendalikan pelaksanaan strategi e. Memfasilitasi penyiapan infrastruktur prioritas;
dan kebijakan dalam rangka percepatan penyediaan f. Melakukan penyelesaian terhadap permasalahan yang
infrastruktur prioritas; timbul dari pelaksanaan penyediaan infrastruktur
c. Memfasilitasi peningkatan kapasitas aparatur dan prioritas.
kelembagaan terkait dengan penyediaan infrastruktur
prioritas;
Tim Pelaksana
Sesuai Keputusan Menko No. 127 Tahun 2015, Tim Pelaksana adalah tim pembuat keputusan yang dilakukan secara kolektif
dari tingkat Eselon I yang diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah,
Kemenko Perekonomian dengan sekretaris Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah, Kemenko Perekonomian, dan
beranggotakan:
1. Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber 7. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Daya Alam, dan Lingkungan Hidup, Kemenko Lingkungan, KemenLH dan Kehutanan
Perekonomian 8. Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara
2. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur, Kemenko 9. Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan,
Kemaritiman Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset,
3. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan Teknologi, dan Perguruan Tinggi
4. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan 10. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah,
Risiko, Kementerian Keuangan Kemendagri
5. Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian 11. Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kemendagri
Perencanaan Pembangunan Nasional
6. Direktur Jenderal Pengadaan Tanah, Kementerian
Agraria dan Tata Ruang
1. Menyusun rancangan strategi dan kebijakan dalam 4. Menyusun standar pra-studi kelayakan dan tata cara
rangka percepatan penyediaan infrastruktur prioritas evaluasinya
2. Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan 5. Melakukan fasilitasi terhadap penyiapan infrastruktur
strategi dan kebijakan dalam rangka percepatan prioritas
penyediaan infrastruktur prioritas 6. Melakukan inventarisasi permasalahan dan hambatan
3. Melakukan fasilitasi peningkatan kapasitas aparatur serta menyampaikan rekomendasi dalam
dan kelembagaan terkait dengan penyediaan penyelesaian permasalahan yang timbul dari
infrastruktur prioritas pelaksanaan penyediaan infrastruktur prioritas
Tim Kerja
Seperti diatur di dalam Peraturan Presiden No. 75 tahun Selain Tim Kerja Ketenagalistrikan, telah dibentuk Tim Kerja
2014, Menko Perekonomian selaku Ketua KPPIP memiliki Percepatan Pembangunan Kilang Minyak Bontang melalui
wewenang untuk membentuk Tim Kerja sektor dan lintas Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
sektor sebagaimana dibutuhkan. Saat ini, sudah dibentuk selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Tim Kerja Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas No. 159 Tahun 2015.
Ketenagalistrikan dengan Surat Keputusan Menko
Perekonomian selaku Ketua KPPIP No. 129 Tahun 2015. Tim Kerja ini memiliki mandat untuk memastikan
pelaksanaan pembangunan Kilang Minyak Bontang sesuai
Tim Kerja Ketenagalistrikan tersebut diketuai oleh Menteri target waktu yang diamanatkan dalam RPJMN.
Energi dan Sumber Daya Mineral dan menjadi dasar hukum
pembentukan Unit Pelaksana Program Pembangunan KPPIP sedang merancang Surat Keputusan untuk
Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN) yang akan diatur lebih pembentukan Tim Kerja Koordinasi Percepatan Pengadaan
lanjut dalam Peraturan turunan dari Menteri Energi dan Tanah Infrastruktur Prioritas yang sudah dikoordinasikan
Sumber Daya Mineral. dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
Untuk mendukung pengambilan keputusan oleh Tim Direktur Program yang didukung oleh Direktur Sektor yang
Pelaksana dan Komite, KPPIP dilengkapi dengan Project berpengalaman di sektor pelabuhan, bandar udara, jalan,
Management Office (PMO) yang diisi oleh tenaga ahli kereta api, energi dan ketenagalistrikan, dan sumber daya
profesional yang memiliki pengalaman di bidangnya. PMO air yang memiliki pengalaman di bidang masing-masing.
bertugas memberikan rekomendasi kepada Tim Pelaksana Direktur Sektor bertugas untuk memastikan proyek di sektor
terkait pemilihan dan pelaksanaan proyek prioritas serta tersebut dipersiapkan dengan kualitas yang baik dan
tindak lanjut penyelesaian masalah. mendorong implementasi sampai mulai konstruksi. Untuk
proyek yang sudah dalam tahap pembangunan, Direktur
PMO terdiri dari Direktur Program sebagai pimpinan PMO Sektor bertugas memastikan proyek berjalan sesuai waktu
yang bertugas untuk memastikan tercapainya mandat dan memberikan dukungan pemecahan kendala yang
KPPIP, memberikan rekomendasi kebijakan kepada Tim muncul. Selain itu, Direktur Sektor juga melakukan analisis
Pelaksana, membangun organisasi KPPIP, memastikan terkait hambatan, kebutuhan perbaikan regulasi, dan upaya
penyediaan proyek prioritas terlaksana, dan membangun percepatan spesifik pada sektornya sehingga dapat
kapasitas serta memperbaiki regulasi pendukung diterapkan pada proyek-proyek lainnya.
infrastruktur prioritas.
KOMITE
PROFESIONAL
TIM KERJA SEKTOR
LINTAS SEKTOR
Tim Kerja UP3KN Tim Kerja Kilang Minyak Bontang Tim Kerja Lainnya*
TIM KERJA
Tim Percepatan
Pengadaan Lahan*
Tim Keuangan*
Tim Legal*
PANEL KONSULTAN
Light Rail
Transit Melakukan review atas kajian finansial proyek yang ada.
Sumatera Memberikan rekomendasi pada pengambil keputusan terkait penetapan
Selatan skema pendanaan.
PLTU Mulut Memfasilitasi masukan peserta lelang (bidder) tentang jadwal pemasukan
dokumen lelang yang terlalu ketat.
Tambang
Sumsel 9 & 10 Dengan dorongan dari KPPIP, PT PLN telah memundurkan tenggat
waktu pemasukan dokumen selama tiga bulan.
Peraturan
turunan dari
Peraturan
Melakukan koordinasi antar pemangku kepentingan dalam penyusunan:
Presiden 1. Peraturan Kepala LKPP tentang Penyediaan Penyiapan Proyek
No. 38 Tahun Infrastruktur dan Lelang Badan Usaha,
2015 tentang 2. Peraturan Menteri Keuangan tentang Pembayaran Ketersediaan
Kerjasama Layanan (Availability Payment),
Pemerintah 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pembayaran Ketersediaan
dan Badan Layanan (Availability Payment).
Usaha
Alokasi Fasilitas
Proyek Lingkup Pekerjaan
Anggaran
3 Jalan Tol SerangPanimbang Penyusunan kajian Value for Money Rp. 3,5 Milyar
4 High Speed Railway (HSR) Penyusunan kajian atas proposal HSR dari Rp. 3,2 Milyar
Jakarta-Bandung Pemerintah Jepang dan Pemerintah RRT
dan rekomendasi tindak lanjut untuk
Pemerintah Indonesia
4. Dampak lingkungan.
Pada level III ini, 41 Kandidat Proyek Prioritas kemudian diseleksi dan dibahas
lebih terperinci. Dalam Kandidat Proyek tersebut, termasuk proyek-proyek
usulan dalam PPP Book yang ditetapkan oleh Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional dan usulan proyek strategis oleh Kementerian/Lemba-
ga. Pembahasan dilakukan melalui diskusi lebih mendalam dari hasil kajian
Prioritisasi Proyek Level II dan tambahan usulan proyek dari Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kementerian/Lembaga Negara
dengan mempertimbangkan tiga hal, di antaranya:
A B C
Keragaman pulau Tingkat kesiapan
(persebaran Keragaman jenis proyek untuk
proyek di pulau-
pulau besar di infrastruktur dilaksanakan di
Indonesia) tahun 2015
Untuk tahun 2015, KPPIP telah memilih 22 proyek infrastruktur prioritas yang ditargetkan untuk
direalisasikan hingga tahun 2019 sebagai fokus pertama dari KPPIP. Adapun 22 proyek prioritas
tersebut memiliki total nilai investasi sebesar Rp 851 Triliun dengan persebaran sektor
infrastruktur:
Tujuh proyek di Sektor Ketenagalistrikan, meliputi proyek High Voltage Direct Current (HVDC), PLTU Mulut
7 Tambang Sumsel 8, 9, 10, Transmisi Sumatera 500 kV, Central West Java Transmission Line 500 kV, PLTU
Indramayu, PLTU Batang/ Central Java Power Plant (CJPP) dan Water to Energy;
Tiga proyek di Sektor Air dan Sanitasi, meliputi proyek Pengolahan Limbah Jakarta, SPAM Semarang Barat,
3 dan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase 1;
Empat proyek di Sektor Jalan, meliputi proyek 4 Ruas Jalan Tol Trans Sumatera, Jalan Tol Balikpapan
4 Samarinda, Jalan Tol Manado Bitung dan Jalan Tol Serang Panimbang;
1 Satu proyek di Sektor Tranportasi Umum, yaitu proyek MRT Jakarta (Jalur Selatan Utara);
Dua proyek di Sektor Pelabuhan, meliputi proyek Pelabuhan Internasional Hub Kuala Tanjung dan
2 Pelabuhan Internasional Hub Bitung;
Dua proyek di Sektor Energi, meliputi proyek Kilang Minyak Bontang dan Revitalisasi Kilang Minyak
2 Eksisting (RDMP);
Dua proyek di Sektor Kereta Api, meliputi proyek Kereta Api Ekspres Bandara Soekarno-Hatta (SHIA) dan
2 Kereta Api Makassar Parepare.
Dari 22 proyek infrastruktur prioritas tersebut, terdapat 9 proyek yang berpotensi untuk
dilaksanakan dengan skema KPBU dan 2 diantaranya siap lelang pada tahun 2015.
Legenda:
Air & Sanitasi Bandara
Energi Jalan
Ketenagalistrikan Transportasi Perkotaan
29
Daftar 22 Proyek Prioritas KPPIP
Penanggung Nilai investasi
No. Nama Proyek
Jawab Proyek (Rp Milyar)
Skema Pendanaan
DESKRIPSI PROYEK
Proyek Jakarta Sewerage System akan menangani pengolahan limbah domestik di 15
zona (termasuk Zona yang sudah beroperasi), dengan rencana pembangunan awal
pada Zona 1 dan 6. Kedua zona ini diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2021;
dimana Zona 1 akan melayani wilayah pusat dan utara dan Zona 6 akan melayani
wilayah barat. Biaya total proyek Zona 1 adalah 8 Triliun sedangkan pengembangan
Zona 6 akan membutuhkan biaya sebesar 5 Triliun.
Zona 1 merupakan pembangunan sistem pengolahan limbah terpusat yang terdiri dari:
1) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL); 2) Sistem perpipaan; 3) Sambungan rumah,
dengan cakupan wilayah seluas 4.901 Ha. IPAL Zona 1 akan dibangun di Pluit dengan
kapasitas rata-rata 198.000 m3 per hari. Pada saat ini, percepatan proyek difokuskan
pada Zona 1.
SIGNIFIKANSI PROYEK
Sebagai ibukota negara, DKI Jakarta telah berkembang sebagai pusat pemerintahan,
bisnis, dan industri. Karena perkembangan tersebut tidak disertai dengan perbaikan
sistem pembuangan untuk menangani limbah yang dihasilkan, maka kondisi air dan
sanitasi di Jakarta semakin memburuk. Kondisi saat ini, cakupan wilayah (coverage
ratio) di DKI Jakarta hanya meliputi 4% dari keseluruhan wilayah dengan tingkat
pencemaran BOD sebesar 84 mg/l. Dengan kondisi tersebut, DKI Jakarta berada di
posisi kedua terendah dalam hal sanitasi di antara ibu kota di Asia Tenggara. Selain itu,
JSS juga dibutuhkan untuk mendukung efektivitas Pengembangan Terpadu Pesisir
Ibukota Negara (PTPIN)/National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)
1
yang juga sudah mulai dibangun. NCICD memerlukan percepatan pembangunan
proyek pengolahan air limbah sehingga proyek ini mendapatkan prioritas khusus dari
pemerintah pusat dengan diterbitkannya surat No: S-130/D.VI.M.EKON/09/2013
mengenai Percepatan Pengembangan Pengolahan Sistem Air Limbah Terpusat di DKI
Jakarta, dengan target pencapaian 75% cakupan wilayah pelayanan air limbah pada
tahun 2022.
Pembangunan Zona 1 dan Zona 6 akan meningkatkan 20% dari cakupan wilayah
pelayanan air limbah di DKI Jakarta. Diharapkan dengan dimulainya penyiapan proyek
STATUS TERAKHIR
JICA telah memberikan dukungan dalam penyusunan Pra-Studi Kelayakan untuk Zona 1 dan
hasilnya sudah disosialisasikan kepada pihak terkait, termasuk Kemenko Perekonomian,
Dirjen Cipta Karya-Kementerian PUPR, Bappenas, dan Bappeda DKI Jakarta. Selanjutnya
akan dilakukan rapat koordinasi di tingkat Menteri untuk menetapkan skema pendanaan yang
paling optimal berdasarkan hasil kajian tersebut. Rapat koordinasi tingkat Menteri
direncanakan akan dilakukan paling lambat September 2015.
Mengingat proyek ini berkaitan erat dengan NCICD, maka dukungan akan diberikan agar
proyek tidak tertunda dan mengurangi tingkat keoptimalan manfaat lingkungan/ekonomi dari
NCICD, terutama bila nantinya sudah mulai pembangunan NCICD tahap B.
SKEMA PENDANAAN
SKEMA PENDANAAN UNTUK IPAL DI ZONA 1 BELUM DITETAPKAN.
Outline Business Case (OBC)/pra-studi kelayakan sudah dilakukan dengan dukungan dari
Japan International Corporation Agency (JICA). Berdasarkan rapat pembahasan ditingkat
Eselon 1 yang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2015 mengerucut kepada dua rekomendasi
skema pendanaan, yaitu APBN dengan Pinjaman Asing dari Jepang dan skema Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Rapat pembahasan menyimpulkan bahwa skema
pendanaan akan diputuskan pada rapat tingkat Menteri.
PENGADAAN TANAH
Pembangunan Zona 1 tidak membutuhkan pengadaan tanah karena status lahan telah dimiliki
oleh BUMD DKI Jakarta sehingga hal-hal terkait permasalahan lahan di Zona 1 akan disele-
saikan secara internal dalam lingkungan DKI Jakarta.
LOKASI:
SEMARANG,
JAWA SKEMA PENDANAAN: POTENSI
KERJASAMA PEMERINTAH DAN
TENGAH BADAN KP M
TAHAP KAJIAN
RENCANA
MULAI
BEOPERASI:
2019
DESKRIPSI PROYEK
SPAM Semarang Barat adalah proyek penyediaan air minum yang direncanakan
dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Penanggung
Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) adalah Pemerintah Kota Semarang yang didukung
oleh PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) sebagai transaction advisor. Proyek ini
juga menjadi salah satu pilot project untuk proyek KPBU dengan skema availability
payment dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
2 JARINGAN
DISTRIBUSI
SISTEM PENYEDIAAN
AIR BAKU
r'BTJMJUBTTVNCFSBJSCBLV
r+BSJOHBOUSBOTNJTJ
rWater Treatment Plant (WTP)
r+BSJOHBOUSBOTNJTJBJSCFSTJI
r1FOBNQVOH
Pra-Kualifikasi
Persetujuan Izin Penerbitan
Ditargetkan pada ditargetkan setelah
Prinsip dikeluarkan Letter of Intent
Kuartal IV 2015 penetapan skema
pada Mei 2015 pada Maret 2015
pendanaan
Menunggu Penetapan
Telah diakomodir Telah disetujui n/a
Lokasi
Pencapaian
Konstruksi Target Operasi
Pembiayaan
Ditargetkan
Belum dimulai 2019
November 2016
Sebagai tindak lanjut pembatalan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang mengaki-
batkan tidak adanya landasan hukum untuk penggunaan skema KPBU pada proyek SPAM, maka KPPIP
mendorong agar Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) SPAM yang baru mengizinkan pengelolaan SPAM
dilakukan dengan skema business to business (B2B) antara BUMN/BUMD, yaitu PDAM, dengan Badan Usaha
atau dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) jika BUMN/BUMD belum memiliki
kapasitas untuk menyediakan air minum. Masukan tersebut bertujuan untuk menjaga kepercayaan investor
untuk berpartisipasi di proyek SPAM selanjutnya.
KPPIP telah mendorong agar RPP tentang SPAM menyebutkan bahwa Pemerintah Kota atau Pemerintah
Daerah dapat menjadi pihak yang bekerja sama dengan Badan Usaha, sehingga tidak menghambat peran
Pemerintah Kota Semarang sebagai PJPK dalam proyek ini jika skema KPBU digunakan.
Dalam pembahasan pada rapat tertanggal 3 Juni 2015, Wakil Presiden memberikan arahan untuk mengubah
skema proyek dari KPBU menjadi penugasan kepada PDAM dalam upaya percepatan penyediaan air untuk
masyarakat. Dalam menindaklanjuti arahan Wakil Presiden, KPPIP akan melakukan koordinasi kajian perban-
dingan kedua skema yang disebutkan di atas agar dapat menentukan skema pendanaan proyek yang paling
efektif.
SKEMA PENDANAAN
Proyek SPAM Semarang Barat telah disiapkan dengan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha (KPBU) yang direncanakan akan menerima Dukungan Pemerintah dalam bentuk Viability Gap
Fund (VGF). Izin Prinsip VGF (in-principle approval of VGF) telah dikeluarkan di bulan Mei 2015. SPAM Sema-
rang Barat juga merupakan salah satu proyek yang direncanakan akan menggunakan availability payment atau
pembayaran ketersediaan layanan dari APBD kota Semarang.
Kajian lebih lanjut atas skema pendanaan akan dilakukan untuk menentukan skema pendanaan proyek yang
paling efektif.
PENGADAAN TANAH
Dokumen Perencanaan untuk pengadaan tanah sudah disiapkan dan Penetapan Lokasi dari Gubernur Jawa
Tengah dijadwalkan terbit pada Minggu ke-4 bulan September 2015. Penyelesaian pengadaan tanah
ditargetkan pada minggu pertama bulan April 2016.
DESKRIPSI PROYEK
National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) mencakup pembangunan
sebuah tanggul raksasa di bagian utara dari Teluk Jakarta sebagai cara untuk
melindungi ibukota dari banjir. Di dalam tanggul ini akan dibuat laguna-laguna besar
untuk menampung aliran dari 13 sungai di Jakarta (tempat-tempat penampungan air
yang menjadi waduk raksasa).
3
Memperkuat tanggul laut
Memperkuat Peningkatan
Memperkuat tanggul laut pompa drainase Peningkatan pompa
tanggul sungai
Pengalihan air
hulu
Pengalihan air
hulu Penyediaan air pepipaan di
Jakarta bagian utara
Konstruksi: 2014-2017
Mempercepat pembangunan
sistem pengolahan limbah dan Penyediaan pasokan
air limbah air perpipaan
Flood safety: until 2020
Jalan kota
c Fase C difokuskan untuk membangun tanggul luar timur yang akan dibangun setelah
tahun 2023. Beberapa pengembangan jangka panjang di sisi timur teluk Jakarta
dilakukan dengan menutup bagian dari teluk untuk mengantisipasi jika penurunan
muka tanah di Jakarta bagian timur tidak dapat dihentikan. Dalam pelaksanaannya,
akan disediakan bagian tanggul timur dengan jalan tol akses Tangerang Bekasi untuk
mengurangi dampak atas penutupan ini.
Jalan kota
Dengan adanya ancaman yang ada saat ini, maka diperlukan sebuah mega proyek
National Capital Integrated Coastal Development (NCICD), yang akan dilakukan dalam
3 tahap dimana tahap pertama akan dilakukan dengan meninggikan tanggul-tanggul
eksisting.
Dokumen AMDAL
Selesai di Juli 2015 n/a n/a ditargetkan selesai
di Desember 2015
STATUS TERAKHIR
Dalam usaha mempercepat penyediaan proyek ini, maka studi AMDAL dijadwalkan
selesai pada tahun 2015 dan segera dilanjutkan dengan pekerjaan konstruksi fisik.
Penyelesaian pekerjaan tanggul Fase A diharapkan tercapai pada tahun 2018.
Kajian KLHS dan AMDAL sedang dalam proses penyusunan dan dijadwalkan selesai
pada Desember 2015.
PENGADAAN TANAH
National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang berlokasi di utara
Jakarta akan melakukan reklamasi lahan dimana 90 juta m3 pasir akan dibutuhkan
untuk membangun tanggul laut luar saja. Tambahan sejumlah 210 juta m3 pasir akan
dibutuhkan untuk mereklamasi lahan seluas 1.250 ha yang akan menjadi lokasi
pengembangan perkotaan.
Peninggian tanggul di Fase A akan menggunakan trase tanggul yang sudah ada sehing-
ga tidak membutuhkan pengadaan lahan.
LOKASI:
BONTANG,
KALIMANTAN
TIMUR SKEMA PENDANAAN:
BELUM DITENTUKAN,
MENUNGGU HASIL
PRA-STUDI KELAYAKAN
RENCANA MULAI
OPERASI/
COMMERCIAL
OPERATION
DATE: 2019
DESKRIPSI PROYEK
Kilang minyak Bontang adalah proyek pembangunan kilang minyak baru dengan
kapasitas produksi bahan bakar minimal 235 ribu barel per hari yang akan dibangun di
Bontang, Kalimantan Timur. Perencanaan pembangunan Kilang Minyak Bontang akan
menggunakan konfigurasi yang mempertimbangkan sistem lain seperti sistem
petrokimia. Hasil produksi kilang minyak tersebut akan diutamakan untuk memenuhi
kebutuhan bahan bakar dalam negeri.
SIGNIFIKANSI PROYEK
Mengingat kebutuhan bahan bakar dan upaya pencapaian ketahanan energi di dalam
negeri, maka Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak dalam
negeri. Kombinasi Grass Root Refinery (GRR) dan Refining Development Master Plan
4
(RDMP) dibutuhkan untuk meningkatkan penyediaan minyak mentah dan bahan bakar
di Indonesia sehingga dapat menurunkan ketergantungan pada impor.
Ditargetkan selesai Akan disusun oleh Akan disusun oleh Sedang disusun
pada Desember 2015 Pemenang Lelang Pemenang Lelang dan ditargetkan
STATUS TERAKHIR
KPPIP telah melakukan usaha untuk mengurai permasalahan yang menyebabkan proyek kilang
minyak Bontang ini tertunda selama 4 tahun. Salah satu isu yang mengemuka adalah terkait atas
persetujuan dukungan Pemerintah untuk meningkatkan kelayakan investasi proyek jika
dikerjasamakan dengan pihak swasta. Dukungan yang dimaksud diidentifikasi melalui
pelaksanaan Market Sounding pada Maret 2014 dimana 12 investor menyatakan minat
investasi. Dalam Market Sounding tersebut, investor menyatakan harapan dukungan insentif
dari Pemerintah seperti income tax holiday, duty free import on crude, penyediaan tanah, open
market/export for petrochemical products, performance guarantee, dan penyediaan infrastruktur
pendukung. Dukungan-dukungan yang disebutkan dianggap akan membebani fiskal negara
secara signifikan.
Untuk mendorong good governance dalam pemberian insentif fiskal tersebut (dengan
mempertimbangkan aspek kompetisi), skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
merupakan salah satu opsi yang bisa digunakan. KPPIP telah mengalokasikan dana Rp 14
Milyar untuk penyusunan Pre-FS yang akan menghasilkan dokumen Outline Business Case
yang akan menjadi dasar penetapan skema pendanaan. Untuk mendukung kegiatan ini, PT
Pertamina telah setuju untuk menjadi PJPK tetapi hal ini membutuhkan landasan hukum berupa
Peraturan Presiden yang sedang disusun oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
SKEMA PENDANAAN
Untuk pembangunan kilang minyak di Bontang, salah satu rencana adalah menggunakan skema
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dimana PT Pertamina akan menjadi
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK). Skema KPBU dipertimbangkan mengingat
keterbatasan kapasitas pendanaan dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)
untuk membiayai pembangunan kilang. Dengan skema KPBU, maka proyek berkesempatan
untuk mendapatkan berbagai Dukungan Pemerintah khusus KPBU, seperti Viability Gap Fund,
Jaminan Pemerintah, dan dukungan-dukungan insentif non-sektoral.
PENGADAAN TANAH
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan, telah menyediakan lahan
seluas 300 ha di Kabupaten Bontang yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan kilang
minyak dengan mekanisme sewa Rp 0 rupiah (nol Rupiah).
LOKASI:
CILACAP,
BALONGAN, SKEMA PENDANAAN:
DUMAI, BUSINESS TO BUSINESS/
BALIKPAPAN, STRATEGIC PARTNERSHIP
PLAJU
RENCANA MULAI
OPERASI: 2021
UNTUK TAHAP 1
KILANG CILACAP
DAN KILANG
BALIKPAPAN
DESKRIPSI PROYEK
Proyek RDMP adalah proyek untuk merevitalisasi 5 kilang yang ada di Cilacap, Jawa
Tengah; Balongan, Jawa Barat; Dumai, Riau; Balikpapan, Kalimantan Timur; Plaju,
Sumatera Selatan; untuk meningkatkan kapasitas kilang minyak di Indonesia.
SIGNIFIKANSI PROYEK
Mengingat kebutuhan bahan bakar dan upaya untuk mencapai ketahanan energi dalam
5
negeri, maka Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak dalam negeri.
Pada saat ini, kemampuan Indonesia memenuhi kebutuhan produk dalam negeri sangat
rendah, yaitu hanya dapat memenuni kebutuhan selama 48 hari pada tahun 2013 dan
diperkirakan turun menjadi 38 hari pada tahun 2025. Jika dibiarkan, hal ini berpotensi
menjadi ancaman ketahanan energi.
RDMP dibutuhkan bersamaan dengan proyek kilang minyak baru (Grass Root Refinery)
untuk meningkatkan kapasitas produksi kilang minyak yang sudah ada di Indonesia.
Dengan revitalisasi 5 kilang di Cilacap, Balikpapan, Plaju, Balongan, dan Dumai, maka
produksi diestimasi akan meningkat 150%.
2015 (Sedang
Januari 2013 2016
Berlangsung)
STATUS TERAKHIR
Prastudi Kelayakan, pemilihan kontraktor, dan Bankability Study untuk proyek RDMP
telah selesai dilakukan pada akhir 2014. PT Pertamina telah menandatangani
Memorandum of Understanding (MoU) dengan investor terpilih pada 10 Desember
2014 dengan mitra dari Saudi Aramco, JX Nippon, dan Sinopec China. Dalam
pelaksanaaannya, PT Pertamina akan melakukan revitalisasi secara bertahap,
dengan Tahap 1 dimulai dari kilang Balikpapan dan kilang Cilacap.
SKEMA PENDANAAN
Dalam pelaksanaan upaya revitalisasi, PT Pertamina akan melakukan kerjasama
dengan berbagai perusahaan dalam bentuk strategic partnership. Beberapa
kerjasama yang telah disepakati adalah JX Nippon untuk kilang Balikpapan dan
Saudi Aramco untuk kilang Cilacap.
PENGADAAN TANAH
Revitalisasi akan dilakukan di dalam lokasi kilang minyak yang sudah ada sehingga
tidak membutuhkan pengadaan tanah.
Persetujuan izin
lingkungan.
Persetujuan tax
holiday atau tax
allowance di 2016.
LOKASI:
SUMATERA
SELATAN,
LAMPUNG,
BANTEN, SKEMA PENDANAAN:
JAWA BARAT APBN DENGAN PINJAMAN
LUAR NEGERI
RENCANA
MULAI OPERASI:
2019
DESKRIPSI PROYEK
High Voltage Direct Current (HVDC) adalah proyek pembangunan sistem transmisi
interkoneksi antara Sumatra dan Jawa dimana salah satu fungsinya adalah untuk
mengalirkan listrik yang dihasilkan oleh PLTU Mulut Tambang Sumatera Selatan 8, 9,
dan 10 ke Pulau Jawa.
PAKET2
Saluran transmisi kabel bawah laut 500kV DC
WAKTU
PELAKSANAAN sepanjang 40 km dari Ketapang (Lampung)-Salira
41 BULAN (Banten), yang melintasi Selat Sunda.
PAKET4
6
Saluran transmisi udara 500 kV AC dari stasiun
WAKTU konverter Muara Enim (Sumatera Selatan) ke PLTU
PELAKSANAAN Mulut Tambang dan dari stasiun konverter Bogor
30 BULAN (Jawa Barat) ke Sistem Transmisi 500 kV Jawa-Bali.
SKEMA PENDANAAN
Skema Pendanaan proyek HVDC telah ditetapkan untuk menggunakan dana APBN dengan
Pinjaman Luar Negeri berasal dari JICA sebesar JPY 181.87 Milyar (~Rp 33,4 Triliun).
IZIN LOI
PRINSIP
PAKET 1
CONVERTER / TENDER K 42
INVERTER
AKTIVITAS
STATION CRITICAL
KRITIS
LOI PATH 4:
PAKET 1-3 HARUS
DISELESAIKAN
SEBELUM COD
PAKET 2 TENDER K 41 SUMSEL 8
MARINE CABLE
LOI
PAKET 3
TENDER K 41
DC T/L
M. ENIM - BOGOR
LOI
CRITICAL
PATH 3:
PAKET 4 KONSTRUKSI PAKET 4 HARUS
PQ TENDER KONTRAK
DISELESAIKAN
AC OVERHEAT SEBELUM BACK
T/L SUMSEL 8 FEEDING SUMSEL 8
CRITICAL LOI
PATH 2:
PAKET 5 KONTRAK UNTUK
PAKET 4 DAPAT KONSTRUKSI
AC OVERHEAT DISETUJUI SETELAH PO TENDER
T/L SUMSEL FINANCIAL CLOSE
9,10 DARI SUMSEL 8
Surat Penetapan Lokasi untuk lahan di Sumatera Selatan telah diperba- Surat Penetapan Lokasi sudah direvisi dan sedang dalam proses
harui dan diterbitkan dalam surat Sekda Pemprov Sumsel No. menunggu penandatanganan oleh Gubernur. Revisi Penetapan Lokasi
393/1068/IV/2015. Sebagian besar lahan sudah masuk dalam tahap tersebut dibutuhkan untuk dapat mengumumkan hasil inventarisasi
inventarisasi, kecuali wilayah Ogan Konering Ulu Timur (OKUT) dimana converter station. Sampai saat ini, pengadaan lahan untuk converter
hanya 44 dari 111 titik pengadaan telah diselesaikan. station sudah mencapai 51 ha dari 55 ha yang dibutuhkan.
Lahan PTPN 7 yang akan menjadi tempat converter station sudah selesai Selain proses pengadaan tanah, PT PLN juga sedang mengajukan Izin
diinventarisasi dan sedang memasuki tahap appraisal sebelum dapat Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk kawasan hutan produksi di
dilakukan proses ganti rugi. Sumatera Selatan dan Lampung.
BANTEN LAMPUNG
Surat Penetapan Lokasi dari Gubernur Banten belum perlu direvisi Surat Penetapan Lokasi untuk lahan di Lampung sudah diperbaharui
karena masih dapat menggunakan Undang-Undang pengadaan tanah dan diterbitkan dalam Keputusan Gubernur Lampung No. G/268/II.06/H-
yang lalu dan masih berlaku sampai tahun 2017. Sebagian besar lahan K/2015. Sebagian besar lahan masih dalam tahap inventarisasi kecuali
masih dalam tahap inventarisasi kecuali daerah Cilegon dimana 12 dalam Kabupaten Lampung Selatan dimana 17 titik sudah dibebaskan.
lokasi sudah dalam tahap pembayaran ganti rugi.
STATUS TERAKHIR
Pengadaan HVDC Paket 1 telah dilakukan dimana RFP dan pemasukan proposal dilaksanakan
pada bulan Mei 2015. Estimasi penandatangan kontrak adalah pada Oktober 2015.
Pengadaan HVDC Paket 2 telah dilakukan dimana RFP Tahap 2 dipublikasikan pada April 2015.
Saat ini sedang dilakukan proses evaluasi Tahap 1 (teknis). Estimasi penandatanganan kontrak
pada akhir 2015.
Kontrak untuk HVDC Paket 3 telah ditandatangani pada 29 Oktober 2014.
Prakualifikasi pengadaan HVDC Paket 4 telah selesai dilakukan dan publikasi dokumen RFP
dilakukan pada bulan April 2015. Estimasi penandatanganan kontrak adalah pada November
2015 dan sebelum penandatanganan kontrak, dibutuhkan pemenuhan prasyarat penerbitan LoI
oleh pihak investor terpilih untuk PLTU Mulut Tambang Sumsel 8.
HVDC Paket 5 akan melakukan prakualifikasi pada awal 2016.
Percepatan pengadaan
tanah baik di sisi Jawa
dan Sumatera.
SKEMA PENDANAAN:
IPP DIMANA PEMENANG
LOKASI: LELANG ADALAH PT BUKIT
SUMATERA ASAM DAN CHINA HUADIAN
SELATAN CORPORATION YANG
MEMBENTUK KONSORSIUM
PT HUADIAN BUKIT ASAM
POWER HBAP
RENCANA MULAI
OPERASI: 2018
DESKRIPSI PROYEK
PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 adalah pembangkit listrik tenaga batubara dengan skema
Mine-to-Mouth dimana lokasi pembangkit terletak paralel terhadap lokasi tambang batu
bara sehingga biaya logistik dapat dikurangi. PLTU ini direncanakan akan memiliki
kapasitas 1.200 MW dan akan tersambung dengan transmisi HVDC (Proyek No 6).
7 SIGNIFIKANSI PROYEK
Pertumbuhan penduduk dan industri di Pulau Jawa, terutama Jawa bagian Barat, telah
meningkatkan kebutuhan tenaga listrik yang tidak dapat dicukupi oleh pembangkit listrik
di pulau Jawa saja. Melihat besarnya potensi batubara dan pembangunan pembangkit
listrik tenaga batubara di Pulau Sumatera, Pemerintah Indonesia telah menyusun rencana
pembangunan pembangkit dan transmisi untuk memberikan suplai berkesinambungan
untuk Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.
IZIN LOI
PRINSIP
PAKET 1
CONVERTER / TENDER K 42
INVERTER
AKTIVITAS
STATION CRITICAL
KRITIS
LOI PATH 4:
PAKET 1-3 HARUS
DISELESAIKAN
SEBELUM COD
PAKET 2 TENDER K 41 SUMSEL 8
MARINE CABLE
LOI
PAKET 3
TENDER K 41
DC T/L
M. ENIM - BOGOR
LOI
CRITICAL
PATH 3:
PAKET 4 KONSTRUKSI PAKET 4 HARUS
PQ TENDER KONTRAK
DISELESAIKAN
AC OVERHEAT SEBELUM BACK
T/L SUMSEL 8 FEEDING SUMSEL 8
CRITICAL LOI
PATH 2:
PAKET 5 KONTRAK UNTUK
PAKET 4 DAPAT KONSTRUKSI
AC OVERHEAT DISETUJUI SETELAH PO TENDER
T/L SUMSEL FINANCIAL CLOSE
9,10 DARI SUMSEL 8
STATUS TERAKHIR
Power Purchase Agreement (PPA) untuk Sumsel 8 telah ditandatangani pada 17 September
2012 dengan mengizikan 3 kali perpanjangan waktu untuk financial close. Jadwal financial
close telah diubah menjadi September 2015.
Dalam tindak lanjut pelaksanaanya, pada 27 Maret 2015 telah ditandatangani Financing
Agreement antara PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) selaku Pengembang IPP dengan
CEXIM selaku lender yang berasal dari Tiongkok. Draw down akan menunggu penerbitan
LOI Paket 1 dan 2 HVDC.
SKEMA PENDANAAN
PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 adalah proyek dengan skema Independent Power
Producer (IPP) dimana PT PLN melakukan lelang kepada Badan Usaha yang akan
memberikan pendanaan dan membangun proyek. Pemenang lelang adalah PT Huadian
Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan konsorsium dari PT Bukit Asam dan China
Huadian Corporation.
PENGADAAN TANAH
AMDAL untuk proyek telah diterbitkan dan pengadaan tanah telah dilakukan. Saat ini
sedang dalam proses penerbitan sertifikat tanah yang sudah diadakan.
Pencapaian
financial close
pada September
2015.
NILAI
INVESTASI: RENCANA MULAI
SUMSEL 9 RP KONSTRUKSI: 2016 PENANGGUNG
36 TRILIUN, JAWAB
SUMSEL 10 RP PROYEK:
18 TRILIUN PT PLN
RENCANA MULAI
OPERASI: 2020
DESKRIPSI PROYEK
PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 & 10 adalah pembangkit listrik tenaga batubara
dengan skema Mine-to-Mouth dimana lokasi pembangkit terletak paralel terhadap
lokasi tambang batu bara sehingga biaya logistik dapat dikurangi. PLTU ini
direncanakan akan memiliki kapasitas 1.200 MW dan 600 MW yang akan tersambung
dengan transmisi HVDC.
SIGNIFIKANSI PROYEK
Pertumbuhan penduduk dan industri di Pulau Jawa, terutama Jawa bagian barat, telah
meningkatkan kebutuhan tenaga listrik yang tidak dapat dicukupi oleh pembangkit
listrik di pulau Jawa. Melihat besarnya potensi batubara dan pembangunan pembang-
kit listrik tenaga batubara di Pulau Sumatera, Pemerintah Indonesia telah menyusun
rencana pembangunan pembangkit dan transmisi untuk memberikan suplai
berkesinambungan untuk Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. PLTU Mulut Tambang
Sumsel 8, 9, 10 adalah pembangkit yang akan disambung dengan transmisi High
Voltage Direct Current (HVDC).
IZIN LOI
PRINSIP
PAKET 1
CONVERTER / TENDER K 42
INVERTER
AKTIVITAS
STATION CRITICAL
KRITIS
LOI PATH 4:
PAKET 1-3 HARUS
DISELESAIKAN
SEBELUM COD
PAKET 2 TENDER K 41 SUMSEL 8
MARINE CABLE
LOI
PAKET 3
TENDER K 41
DC T/L
M. ENIM - BOGOR
LOI
CRITICAL
PATH 3:
PAKET 4 KONSTRUKSI PAKET 4 HARUS
PQ TENDER KONTRAK
DISELESAIKAN
AC OVERHEAT SEBELUM BACK
T/L SUMSEL 8 FEEDING SUMSEL 8
CRITICAL LOI
PATH 2:
PAKET 5 KONTRAK UNTUK
PAKET 4 DAPAT KONSTRUKSI
AC OVERHEAT DISETUJUI SETELAH PO TENDER
T/L SUMSEL FINANCIAL CLOSE
9,10 DARI SUMSEL 8
STATUS TERAKHIR
Hasil PQ 2 telah diumumkan pada 8 Maret 2013 dan 8 peserta dinyatakan lulus kualifikasi:
rQFOBXBSMVMVTLVBMJLBTJVOUVLQSPZFLTE.8
rQFOBXBSMVMVTLVBMJLBTJVOUVLQSPZFLTE.8
Melanjutkan hasil PQ, Request for Proposals (RFP) Sumsel 9 dan Sumsel 10 diterbitkan tanggal 1
Agustus 2013 dan revisi final telah diterbitkan tanggal 18 Desember 2014. Agar diperoleh proposal
yang berkualitas dan memiliki nilai kompetisi yang baik tanggal pemasukan penawaran (bid
submision date) telah diperpanjang sampai dengan tanggal 18 Agustus 2015 dari sebelumnya
dijadwalkan pada 18 Mei 2015.
Untuk mendukung proyek, persetujuan prinsip untuk penjaminan (In-Principal Approval) telah
diterbitkan oleh PT PII tanggal 18 Desember 2014.
PENGADAAN TANAH
Proyek belum memasuki tahap pengadaan tanah. Pengadaan tanah untuk PLTU Mulut Tambang akan
dilakukan setelah penetapan pemenang.
TINDAK LANJUT
Memastikan Penetapan Pemenang Lelang tercapai pada Desember 2015.
IZIN LOI
PRINSIP
PAKET 1
CONVERTER / TENDER K 42
INVERTER
AKTIVITAS
STATION CRITICAL
KRITIS
LOI PATH 4:
PAKET 1-3 HARUS
DISELESAIKAN
SEBELUM COD
PAKET 2 TENDER K 41 SUMSEL 8
MARINE CABLE
LOI
PAKET 3
TENDER K 41
DC T/L
M. ENIM - BOGOR
LOI
CRITICAL
PATH 3:
PAKET 4 KONSTRUKSI PAKET 4 HARUS
PQ TENDER KONTRAK
DISELESAIKAN
AC OVERHEAT SEBELUM BACK
T/L SUMSEL 8 FEEDING SUMSEL 8
CRITICAL LOI
PATH 2:
PAKET 5 KONTRAK UNTUK
PAKET 4 DAPAT KONSTRUKSI
AC OVERHEAT DISETUJUI SETELAH PO TENDER
T/L SUMSEL FINANCIAL CLOSE
9,10 DARI SUMSEL 8
SKEMA PENDANAAN:
LOKASI: DARI TOTAL 1.330 KM, 430 KM
PULAU BERPOTENSI DIBIAYAI BUMN
SUMATERA DALAM NEGERI DAN 900 KM
BELUM DITETAPKAN SKEMA
PENDANAANNYA
RENCANA MULAI
OPERASI:
DARI 2017 SAMPAI
DENGAN 2023
DESKRIPSI PROYEK
Proyek pembangunan Transmisi Sumatera 500 kV ini bertujuan untuk mengalirkan
listrik yang dihasilkan di bagian Selatan ke bagian Utara Sumatera dengan menggu-
nakan jalur transmisi sepanjang 1.330 km dari Muara Enim, Sumatera Selatan sampai
8
ke Langsa, Aceh.
SIGNIFIKANSI PROYEK
Transmisi Sumatera dibutuhkan untuk mengalirkan listrik dari PLTU di Sumatera
Selatan ke wilayah utara Pulau Sumatera dalam upaya untuk meningkatkan akses listrik
untuk masyarakat. Jadwal pembangunan proyek ini akan diselaraskan dengan penyele-
saian pembangunan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, 9, 10 dan pembangunan HVDC
agar menghindari ketidakmerataan penyediaan listrik di Pulau Sumatera dan Jawa.
PRAPAT RENCANA
OPERASI
2020 LARGA RENCANA
OPERASI
2023
PT PLN sedang melakukan proses lelang untuk ruas New Aur Duri Peranap (210 km) dan
ruas PeranapPerawang (220 km) dimana penetapan pemenang dijadwalkan pada
September 2015.
Sisa proyek sepanjang 900 km masih dalam tahap penjajakan skema pendanaan. Beberapa
opsi sedang dikaji, di antaranya: (1) Melakukan penunjukan langsung BUMN Cina (State
Grid Corporation of China). Untuk itu PT PLN membutuhkan legal opinion dari Kejaksaan
Agung sebagai landasan Penunjukan Langsung State Grid Corporation of China (SGCC)
sebagai kontraktor dengan skema Build Operate Transfer (BOT); (2) melakukan beauty
contest terhadap shortlisted bidders.
SKEMA PENDANAAN
Untuk 430 km ruas dari New Aur Duri Peranap Perawang, PT PLN sedang melakukan
lelang kepada BUMN konstruksi untuk pembagian ruas yang dapat dikerjakan terlebih
dahulu. Penetapan pemenang lelang ditargetkan pada Agustus 2015 dan BUMN pemenang
akan membiayai pembangunan ruas tersebut.
Untuk ~900 km porsi Transmisi Sumatera lainnya, Pemerintah Indonesia masih mengkaji
beberapa opsi skema pendanaan.
PENGADAAN TANAH
Proyek belum memasuki tahap pengadaan tanah.
Penetapan skema
pendanaan untuk sisa
900 km ruas transmisi.
RENCANA MULAI
NILAI KONSTRUKSI:
INVESTASI: 2017 PENANGGUNG
RP 7,64 TRILIUN JAWAB
PROYEK:
PT PLN
LOKASI:
SKEMA PENDANAAN:
JAWA BARAT
DIRECT LENDING DENGAN
DAN JAWA
PINJAMAN DARI KFW DAN
TENGAH
JICA
RENCANA MULAI
OPERASI:
2019
DESKRIPSI PROYEK
Pembangunan transmisi 500 kV untuk mengalirkan listrik yang dihasilkan di Jawa
Tengah ke load center Jakarta yang berada di wilayah Barat Pulau Jawa.
9
6. Indramayu Cibatu (110 km)
SIGNIFIKANSI PROYEK
Jalur transmisi dari Jawa Barat ke Jawa Tengah sangatlah dibutuhkan untuk
mengalirkan listrik yang akan dihasilkan oleh PLTU Indramayu (1.000 MW), PLTU
Jawa 1 (1.000 MW), PLTU Pemalang (2x1.000 MW), PLTU Jawa 3 (2 x 660 MW), PLTU
Jawa 4 (2x1.000 MW) dan PLTU Batang (2.000 MW). Oleh karena itu, dibutuhkan
sinkronisasi jadwal pembangunan dan penyelesaian seluruh proyek tersebut.
STATUS TERAKHIR
Saat ini proyek sedang dalam proses perizinan, pembebasan tanah, dan penyusunan
dokumen lelang.
SKEMA PENDANAAN
Proyek akan didanai dengan Direct Lending atau Pinjaman Langsung kepada PT PLN dari
KfW dan JICA.
PENGADAAN TANAH
Proyek terindikasi membutuhkan tanah sebesar 77,5 ha yang saat ini pada tahap
perencanaan dan penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah. PT PLN sedang
melakukan revisi AMDAL untuk ruas Indramayu Cibatu yang merupakan bagian Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah.
Pengadaan tanah untuk tapak tower transmisi akan menggunakan UU No. 2 Tahun 2012
tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum. Dalam pelaksanaannya, pembayaran
ganti rugi untuk bangunan yang terdampak dan right of way akan dilakukan sesuai dengan
Peraturan Menteri ESDM No. 38 Tahun 2013 tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan,
dan Tanaman yang berada di Bawah Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi dan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi.
Perizinan untuk kawasan hutan produksi pada ruas Ungaran (Pedan) Mandirancan (38 km)
dan Indramayu Cibatu akan dilakukan sesuai peraturan di Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, dengan upaya percepatan oleh KPPIP.
Dibutuhkan penyelesaian
revisi AMDAL untuk ruas
Indramayu Cibatu pada
Agustus 2015. Percepatan pengadaan
tanah yang saat ini
sedang dalam tahap
penyusunan Dokumen
Penyiapan.
LOKASI:
INDRAMAYU, SKEMA PENDANAAN:
JAWA BARAT APBN DENGAN PINJAMAN
LUAR NEGERI (JICA)
RENCANA MULAI
OPERASI: 2019
DESKRIPSI PROYEK
Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap dengan kapasitas 1.000 MW yang akan
menghasilkan listrik untuk kebutuhan di Pulau Jawa dan Pulau Bali.
SIGNIFIKANSI PROYEK
Pembangunan PLTU ini bertujuan untuk mendukung penyediaan sistem listrik dan
mengurangi krisis listrik di wilayah Jawa dan Bali. Selain itu proyek ini juga berguna untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan dampak positif di masyarakat
dengan mendukung pertumbuhan kawasan industri di Jakarta wilayah Timur dan Jawa
Barat.
STATUS TERAKHIR
10
KPPIP memberikan dukungan koordinasi pemangku kepentingan dan kajian upaya
percepatan lainnya ketika penerbitan Izin Lingkungan terhambat, seperti membawa isu
tersebut ke tingkat Kantor Staf Presiden dan Wakil Presiden untuk dikoordinasikan dari
level pemerintah pusat. Dengan tindak lanjut tersebut, Izin Lingkungan sudah
ditandatangani dengan terbitnya Keputusan Bupati Indramayu tentang Izin Lingkungan
Kegiatan Pembangunan PLTU Indramayu 2 x 1000 MW yang diajukan oleh PT PLN Unit
Induk Pembangunan VIII di Kab Indramayu Jawa Barat No. 660/Kep, 51. A-BLH/2015
tanggal 26 Mei 2015.
Board of Directors PT PLN akan membuat keputusan terkait kelanjutan pengadaan untuk
konsultan Detailed Engineering Design (DED) dan pengadaan kontraktor EPC yang sempat
terhenti karena Izin Lingkungan belum diterbitkan.
SKEMA PENDANAAN
PLTU Indramayu telah ditetapkan menggunakan pendanaan dari APBN dengan pinjaman
luar negeri berasal dari JICA sebesar USD 2 milyar.
PENGADAAN TANAH
Setelah terbitnya Izin Lingkungan pada 26 Mei 2015, maka PLTU Indramayu memasuki
proses penyiapan Dokumen Perencanaan pengadaan tanah untuk mengadakan lahan.
Penetapan Lokasi ditargetkan pada Desember 2015 sehingga penyelesaian pengadaan
tanah dapat dilakukan pada Mei 2016.
Penyelesaian revisi
AMDAL dan penyiapan
Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah. Memastikan komitmen pendanaan
dengan melakukan finalisasi Blue
Book 2015 dan pre-request untuk
Blue Book 2016 sebelum Request
for Proposal (RFP) diterbitk an untuk
lelang kontraktor EPC.
Melakukan pengadaan
untuk konsultan DED
dan kontraktor EPC.
1.2 Revisi RTRW untuk akomodir Kilang Bontang 10/16/15 Kemenko Ekon
5.6 Pengumuman Pemenang Lelang dan tanda tangan Perjanjian KPBU 8/31/16 Pertamina, SPV
6.1 Construction related (Site Prep, BED, FEED, EPC) SPV, Pertamina
RENCANA MULAI
OPERASI: 2019
DESKRIPSI PROYEK
PLTU Batang atau Central Java Power Plant (CJPP) adalah proyek pembangkit
listrik tenaga uap ultra critical sebesar 2 x 1.000 MW di Kabupaten Batang,
Jawa Tengah. PLTU Batang akan dibangun oleh Special Purpose Vehicle (SPV)
PT Bhimasena Power Indonesia yang beranggotakan J-POWER (34%), Adaro
(34%), dan Itochu (32%). Proyek ini telah mendapatkan penjaminan dari PT
Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) dan Pemerintah Pusat untuk risiko
politik dan force majeure.
11 SIGNIFIKANSI PROYEK
Pembangunan pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas 2.000 MW untuk
menyediakan listrik bagi masyarakat di Pulau Jawa. Proyek ini juga merupakan
pilot project untuk Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dengan nilai
terbesar di Indonesia.
Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi Target Operasi
Pembiayaan
Menunggu pembebasan
Ditargetkan dicapai Belum Dimulai 2019
lahan untuk 18,87 ha
pada Desember 2015
menggunakan
Undang-Undang
No. 2 Tahun 2012
STATUS TERAKHIR
Penandatanganan Power Purchase Agreement (PPA) antara PT PLN dan PT BPI
telah dilakukan pada 6 Oktober 2011 dengan jadwal Financial Close telah diundur
beberapa kali dari 6 Oktober 2012 menjadi 6 Oktober 2013, 6 Oktober 2014 dan
akhirnya sekarang menjadi 6 Oktober 2015.
Proyek ini mengalami masalah dalam pengadaan tanah dan dalam upaya
mengatasi masalah tersebut, PT PLN tengah melakukan lelang penilai tanah
(appraisal) yang akan direkomendasikan kepada Kantor Wilayah BPN Jawa
Tengah untuk ditetapkan.
SKEMA PENDANAAN
Skema pendanaan sudah ditetapkan sebagai IPP dimana pihak investor
pemenang lelang adalah PT Bhimasena Power Indonesia yang didirikan oleh
J-Power (34%), Adaro (34%), dan Itochu (32%).
Dengan fasilitasi KPPIP, kendala pengadaan tanah telah dibahas di rapat yang dipimpin
oleh Wakil Presiden untuk memutuskan upaya percepatan. Sesuai permintaan percepatan
dari Wakil Presiden, Penetapan Lokasi untuk tanah hamparan yang tersisa sudah
diterbitkan oleh Gubernur Jawa Tengah pada 30 Juni 2015. Berdasarkan jadwal yang telah
disusun Kantor Wilayah BPN Jawa Tengah, pengadaan tanah diestimasi selesai pada 28
September 2015 sehingga diharapkan target financial close pada 6 Oktober 2015 dapat
tercapai.
Status pengadaan tanah di area power block dapat dilihat di Tabel. Dari 18,87 ha yang
akan diadakan, 12,51 ha tanah masyarakat akan diadakan PT PLN dengan menggunakan
UU No. 2 Tahun 2012. Diluar pengadaan melalui UU No. 2 Tahun 2012, PT BPI
bertanggung jawab untuk mengadakan 3,88 ha merupakan tanah bengkok dan wakaf
dimana, dan juga 2,48 ha yang merupakan irigasi/sungai/jalan kecil.
Undang-Undang
1. Tanah Individual No. 2 Tahun 2012 105.704m2 76 49
Undang-Undang
2. Tanah GG 17.484 m2 13 11
No. 2 Tahun 2012
Undang-Undang
3-1. Tanah Bengkok 1 No. 2 Tahun 2012 1.959 m2 3 -
Tidak Undang-Undang
3-2. Tanah Bengkok 2 No. 2 Tahun 2012 37.305m2 6(+3) -
Tidak Undang-Undang
4. Tanah Wakaf No. 2 Tahun 2012 1.503 m2 2 -
Tidak Undang-Undang
5. Irigasi dan Pematang 24.780 m2 -
No. 2 Tahun 2012
LAUT JAWA
LAUT JAWA
Di luar status yang disebut di atas, di area power block juga terdapat Tanah Cadangan Umum Negara (TCUN)
sebesar 16 ha yang memerlukan kejelasan tentang mekanisme peralihannya kepada PT BPI. Terdapat dua opsi
dimana Opsi 1 TCUN dialihkan menjadi Hak Guna Bangunan (HGB) PT BPI secara langsung atau Opsi 2 dimana
HGB diberikan kepada PT BPI di atas Hak Penggunaan Lain (HPL) yang diprioritaskan pemberiannya kepada
BUMN dari Pemerintah, dalam hal ini kepada PT PLN.
Penyelesaian pengadaan
lahan sesuai dijadwalkan
pada 28 September
Percepatan proses
2015.
sertifikasi tanah power
block sebesar 5,06 ha
yang sekarang berada
di Kantor Wilayah BPN
Jawa Tengah dan 49,98
ha yang masih diproses
di PT BPI oleh notaris.
Penetapan penanganan TCUN di
antara Opsi 1: HGB langsung ke BPI
atau Opsi 2: HGB BPI di atas HPL PT
PLN.
SKEMA PENDANAAN:
PENUNJUKAN BUMN UNTUK
LOKASI:
PEMBANGUAN PLTA KARANGKATES
SELURUH
IV & V, KESAMBEN DAN PLTM
INDONESIA
LODOYO, DAN POTENSI KERJASAMA
PEMERINTAH DAN BADAN
USAHA UNTUK PROYEK LAINNYA,
TERMASUK PENGEMBANGAN
KAPASITAS BENDUNGAN MENJADI
PEMBANGKIT LISTRIK.
RENCANA
MULAI OPERASI:
BELUM
DITENTUKAN
DESKRIPSI PROYEK
Program Water to Energy dibagi menjadi 4 program percepatan, dimana salah satunya
adalah terobosan percepatan pembangunan PLTA Karangkates IV & V, Kesamben, dan
Lodoyo dengan total kapasitas 147 MW. Lokasi PLTA Karangkates IV & V dan
Kesamben berada di wilayah Sungai Brantas, Jawa Timur sementara PLTM Lodoyo
akan memanfaatkan Bendung Gerak. Total kapasitas pembangkit listrik ke-3 PLTA dan
1 PLTM ini mencapai 147 MW.
Salah satu pembangunan bendungan yang menjadi perhatian KPPIP adalah
Bendungan Matenggeng yang memiliki potensi menghasilkan listrik sebesar 900 MW.
12
Proyek masih dalam tahap kajian dan skema pendanaan belum ditetapkan.
SIGNIFIKANSI PROYEK
PLTA Karangkates IV & V memiliki kemampuan menghasilkan listrik sebesar 100 MW.
PLTA Kesamben memiliki kapasitas tenaga 37 MW dan PLTA Lodoyo dapat meng-
hasilkan 10 MW. Dengan total 147 MW, keempat pembangkit listrik ini dipilih karena
memiliki potensi dimulainya konstruksi paling cepat.
GROUNDBREAKING AMDAL
CEREMONY (AGUSTUS - OKT 2015)
(NOV 2015)
PENYUSUNAN
Commercial Operation PENANDATANGANAN COD
Date (COD)(SEPT 2015) PJBL (DES 2015) (DES 2017)
GROUNDBREAKING PELAKSANAAN
CEREMONY KONSTRUKSI
TIMELINE PLTM LODOYO
(OKT 2015) (DES 2015)
STATUS TERAKHIR
Studi kelayakan untuk pembangunan PLTA Karangkates IV & V, PLTA Kesamben dan PLTA Lodoyo
sudah diselesaikan oleh konsultan dan sedang dalam proses perizinan dan penyusunan basic
design.
SKEMA PENDANAAN
PLTA Karangates IV & V dan PLTA Kesamben menggunakan pendanaan dari sinergi BUMN yang
terdiri dari PT Pembangkit Jawa Bali (PJB), PT Wijaya Karya, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya,
PT Brantas Energi, dan Perum Jasa Tirta I.
PLTM Lodoyo menggunakan pendanaan dari sinergi BUMN yang terdiri dari PT Pembangkit Jawa
Bali (PJB), Perum Jasa Tirta I, dan PT Brantas Energi.
PENGADAAN TANAH
RENCANA MULAI
OPERASI: 2018
DESKRIPSI PROYEK
Pembangunan jalan tol sepanjang 83,6 km untuk menyediakan akses ke Kawasan
13
Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon.
SIGNIFIKANSI PROYEK
Jalan tol ini diharapkan dapat mengurangi biaya logistik pengiriman barang dari
kawasan industri di Pandeglang ke pelabuhan di Jakarta dan sebaliknya.
Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan
STATUS TERAKHIR
KPPIP telah berkoordinasi dengan BPJT dan Bina Marga untuk mengadakan konsultan untuk penyusunan kajian AMDAL dan
kajian VfM agar sesuai dengan standar dokumen studi kelayakan KPPIP. Selanjutnya kajian VfM akan diintegrasikan dengan
studi kelayakan yang akan diajukan oleh Pemerintah Provinsi Banten kepada Kementerian PUPERA. Studi kelayakan tersebut
akan menjadi basis penetapan trase dengan Peraturan Kementerian PUPERA. Saat ini KPPIP sedang melakukan proses
lelang Jasa Konsultasi untuk penyusunan kajian AMDAL dan kajian VfM.
Izin Penetapan Lokasi oleh Gubernur Banten ditargetkan terbit 1-2 bulan setelah penyampaian kedua dokumen tersebut.
PENGADAAN TANAH
Telah disepakati pada Rapat Koordinasi Jalan Tol Serang Panimbang pada tanggal 14 Juli 2015
bahwa proses pengadaan lahan akan menggunakan Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum. Estimasi kebutuhan lahan Jalan Tol Serang
Panimbang adalah seluas 700 ha - 800 ha. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
belum menetapkan besaran anggaran yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah. Penetapan
Lokasi oleh Gubernur Banten ditargetkan selesai pada awal tahun 2016.
Berdasarkan hasil kajian sementara, sebagian besar rute berada di kawasan perkebunan dan
sawah milik negara yang tidak diduduki oleh masyarakat. Permukiman warga yang memiliki
kemungkinan terkena rencana jalan tol diperhitungkan kurang dari 10% dari total lahan yang
dibutuhkan.
PT Banten West Java (selaku pengembang KEK Tanjung Lesung) telah menyatakan kesediaanya
untuk melakukan pengadaan tanah sepanjang 25 km awal setelah Penetapan Lokasi diterbitkan
dan ditandatanganinya perjanjian kerjasama antara Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat dengan PT Banten West Java untuk penjaminan bahwa uang pengadaan
tanah untuk 25 km awal dari PT Banten West Java akan digantikan oleh APBN.
Penyusunan dokumen
Penyusunan kajian VfM
perjanjian kerjasama antara
Kementerian Pekerjaan oleh KPPIP dan penyusunan
Umum dan Perumahan kajian AMDAL oleh
Pengalokasian
Rakyat selaku instansi yang Pemerintah Provinsi Banten
memerlukan lahan dan PT anggaran tahun
ditargetkan selesai pada
Banten West Java untuk 2016 untuk biaya
bulan Desember 2015.
proses pengadaan lahan pengadaan tanah
KPPIP sedang melakukan
oleh Badan Usaha. oleh Bina Marga,
lelang untuk konsultan
Kementerian
penyusun VfM dan kajian AMDAL.
PUPERA.
SKEMA PENDANAAN:
LOKASI: KERJASAMA PEMERINTAH
SULAWESI DAN BADAN U KPBU
UTARA DENGAN DUKUNGAN
PEMERINTAH DALAM
BENTUK KONSTRUKSI
SEBAGIAN
RENCANA MULAI
OPERASI: 2018
DESKRIPSI PROYEK
Jalan tol sepanjang 39 km ini akan menghubungkan dua kota terbesar di Sulawesi
Utara, yakni Manado dan Bitung. Proyek ini dibagi menjadi dua tahap yakni (1) Seksi 1:
Manado Airmadidi dan (2) Seksi 2: Airmadidi Bitung.
14 SIGNIFIKANSI PROYEK
Proyek ini diharapkan mendukung peningkatan lalu lintas pada rute Manado Bitung
sehingga dapat mendukung pertumbuhan sektor wisata serta pertumbuhan ekonomi di
Manado, Minahasa Utara dan Bitung. Jalan tol ini juga akan menjadi jalan akses utama
ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung dan Pelabuhan Hub Internasional Bitung
yang akan dibangun.
Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan
STATUS TERAKHIR
BPJT telah menghitung ulang kelayakan proyek dan telah diputuskan bahwa dukungan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara akan dianggap sebagai sunk cost. Pelaksanaan lelang
pengusahaan jalan tol (pra-kualifikasi) untuk seluruh seksi telah dilaksanakan pada 31 Juli
2015 dan berlangsung hingga 31 Agustus 2015.
PENGADAAN TANAH
Proses pengadaan tanah untuk Jalan Tol Manado Bitung telah berlangsung sejak bulan Juni 2015 dimana proses
pengadaan tanah Seksi 1 (Manado Airmadidi) sudah mencapai 90,16% dengan dana Rp 6,72 Milyar dari APBD
Sulawesi Utara. Kebutuhan dana pengadaan tanah telah dianggarkan ke dalam APBD 2016. Selanjutnya sepan-
jang bulan Agustus 2015 akan dilakukan musyawarah, verifikasi lahan dan proses pembayaran lahan. Dengan
demikian diharapkan seluruh lahan Seksi 1 akan siap pada akhir bulan Agustus 2015.
Setelah Penetapan Lokasi diterbitkan oleh Gubernur Sulawesi Utara pada 22 Maret 2012 dan dilakukan perubahan
pada tanggal 7 April 2015, pembebasan tanah Seksi 2 (Airmadidi Bitung) ditargetkan untuk dimulai pada bulan
Agustus tahun 2015.
Dengan dukungan koordinasi yang dilakukan oleh KPPIP, penyiapan proses pengadaan tanah yang sempat
terhambat akibat tidak dimilikinya alat ukur GPS Geodetik saat ini telah terselesaikan dan pihak Kantor Wilayah
BPN Provinsi Sulawesi Utara telah melakukan koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum setempat terkait penye-
diaan alat tersebut. Penyelesaian pengadaan tanah Seksi 2 ditargetkan selesai pada bulan Desember 2015.
SKEMA PENDANAAN:
LOKASI: KERJASAMA PEMERINTAH
KALIMANTAN DAN BADAN U KPBU
TIMUR DENGAN DUKUNGAN
PEMERINTAH DALAM
BENTUK PARTIAL
CONSTRUCTION
RENCANA MULAI
OPERASI: 2018
DESKRIPSI PROYEK
Jalan tol sepanjang 99 km ini akan menghubungkan dua kota terbesar di Kalimantan
Timur, yakni Balikapapan dan Samarinda. Proyek ini dibagi menjadi dua seksi, yaitu Seksi
1 yang terdiri atas Paket 1 (25,07 km) dan Paket 5 (11,09 km) dan Seksi 2 yang terdiri atas
Paket 2 (23,26 km), Paket 3 (21,9 km) dan Paket 4 (17,7 km).
15 SIGNIFIKANSI PROYEK
Jalan tol akan mengembangkan kawasan-kawasan industri berbasis kelapa sawit,
batubara, migas, dan pertanian di kedua kota dan di sepanjang jalan tol. Proyek jalan tol
ini juga akan mendukung proyeksi pertambahan perpindahan penumpang dan barang
serta mengurangi biaya logistik dan waktu tempuh antara Kota Samarinda dan Kota
Balikpapan.
Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan
STATUS TERAKHIR
BPJT sedang melaksanakan Pra-kualifikasi lelang KPBU sejak 31 Juli 31 Agustus 2015.
PENGADAAN TANAH
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah mengeluarkan dana Rp 1,2 Triliun yang akan
dianggap sebagai sunk cost dan Rp 1,5 Triliun untuk konstruksi. Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur sudah menyatakan komitmennya untuk menambahkan dana dari APBD
apabila dibutuhkan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah mengirimkan surat
kepada BPJT menyatakan bahwa pengadaan tanah telah melebihi 75% sehingga BPJT
dapat melakukan lelang. Status per Juli 2015 menunjukkan bahwa pengadaan tanah
sudah mencapai 86%.
Pelaksanaan lelang
investasi sesuai
dengan jadwal yang
telah disusun oleh
BPJT.
LOKASI:
SUMATERA
UTARA, RIAU,
SUMATERA
SELATAN DAN SKEMA PENDANAAN:
LAMPUNG PENUGASAN PT HUTAMA
KARYA
RENCANA MULAI
OPERASI: 2016
RUAS
MEDAN BINJ
DESKRIPSI PROYEK
Jalan Tol Trans Sumatera sepanjang 304 km akan menghubungkan Pulau Sumatera
dari Aceh hingga Bakauheni. Tahap 1 terdiri atas 8 ruas, terbagi menjadi 4 ruas awal:
(1) Medan - Binjai, (2) Palembang - Indralaya, (3) Pekanbaru - Dumai, (4) Bakauheni -
Terbanggi Besar; dan empat ruas tambahan: (5) Terbanggi Besar - Pematang
Panggang, (6) Pematang Panggang - Kayu Agung, (7) Palembang Tanjung Api - Api
16
dan (8) Kisaran Tebing Tinggi.
SIGNIFIKANSI PROYEK
Diharapkan proyek jalan tol ini dapat meningkatkan konektivitas, mengurangi biaya
logistik dan mendorong pertumbuhan industri di Pulau Sumatera.
Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan
Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan
Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan
Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan
STATUS TERAKHIR
Saat ini tengah dilakukan harmonisasi terkait perubahan Peraturan Presiden No. 100
Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera untuk
mengakomodir empat ruas tambahan yaitu ruas Pematang Panggang Terbanggi Besar,
Kayuagung Pematang Panggang, Palembang Tanjung Api-Api, dan Tebing Tinggi
Kisaran yang ditugaskan kepada PT Hutama Karya. Peraturan Presiden No. 100 Tahun
2014 baru mengatur empat ruas awal.
SKEMA PENDANAAN
Proyek ini menggunakan skema pendanaan melalui penugasan BUMN kepada PT
Hutama Karya dimana Pemerintah memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk
porsi ekuitas dan porsi pinjaman akan bersumber dari pendanaan dalam negeri maupun
skema direct lending. Untuk dana pengadaan tanah sepenuhnya ditanggung oleh
Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
PENGADAAN TANAH
Total kebutuhan dana untuk pengadaan lahan yang dibutuhkan untuk empat ruas pertama
sepanjang 304 km adalah sebesar Rp 3,178 Triliun. Saat ini proses pengadaan tanah
sedang berjalan dan terdapat beberapa hambatan terkait proses pelepasan hak tanah
milik masyarakat untuk ruas Medan-Binjai dan ruas Palembang - Indralaya serta Surat
Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan (SP2LP) ruas Bakauheni - Terbanggi Besar
yang baru terbit sebagian. Hambatan dalam pengadaan tanah ini telah dikoordinasikan
dengan baik di tingkat daerah.
RUA
Saat ini Penetapan Lokasi sepanjang 79,6 km oleh Gubernur Lampung telah
diterbitkan sehingga dibutuhkan Penetapan Lokasi untuk sisa seksi jalan tol agar
pengadaan tanah dapat dilaksanakan. Penetapan SP2LP telah dilakukan untuk
Penetapan Lokasi Pelabuhan Bakauheni, Lematang Kota Baru, dan Tegineneng.
Pengumpulan tanda
tangan SLA oleh Menteri
dan Gubernur terkait. Penerbitan PPJT
Finalisasi dan
penerbitan revisi ruas Palembang
Peraturan Presiden Indralaya, ruas
No. 100/2014 terkait Bakauheni Penetapan
empat ruas Terbanggi Besar dan
tambahan yang Lokasi untuk
ruas Pekanbaru- sisa ruas
ditugaskan kepada
Dumai. Bakauheni
PT Hutama Karya.
Terbanggi Besar.
MULAI
KONSTRUKSI: 2013 PENANGGUNG
NILAI JAWAB PROYEK:
INVESTASI: RP PT MASS RAPID
25 TRILIUN TRANSIT JAKARTA
RENCANA MULAI
OPERASI: 2018
DESKRIPSI PROYEK
Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di ibukota ditujukan untuk
meningkatkan fasilitas transportasi umum dan mengurangi kemacetan di Jakarta.
Tahap pertama dari proyek ini terdiri dari 2 fase: (1) Lebak Bulus - Bundaran HI
15
dan (2) Bundaran HI - Kampung Bandan.
SIGNIFIKANSI PROYEK
MRT Jakarta adalah transportasi umum yang akan membantu menyelesaikan
masalah kemacetan, meningkatkan mobilitas penduduk ibukota, mengurangi
emisi karbon dan menciptakan lapangan kerja baru di DKI Jakarta.
April Desember 2015 April Desember 2015 Juli 2016 Juni 2017 Sudah selesai
Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi Target Operasi
Pembiayaan
Penetapan Lokasi Skema pendanaan Juli 2017 Juli 2019 Agustus 2018
telah diterbitkan ditetapkan pada
Desember 2015
Teridentifikasi adanya potensi cost overrun yang saat ini belum disepakati dan akan
dibebankan kepada Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Saat ini sedang
dilakukan audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi DKI
Jakarta. Setelah audit selesai dilakukan, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan
meminta masukan finansial dari BPKP Provinsi DKI Jakarta.
SKEMA PENDANAAN
Proyek MRT Jakarta menggunakan pendanaan APBN dengan pinjaman luar negeri yang
bersumber dari Official Development Assistance (ODA) Pemerintah Jepang sebesar Rp 14,3
Milyar. Pinjaman asing ini dibagi ke dalam tiga paket pinjaman, yaitu Paket 536 sebesar
JPY 1,869 Milyar, Paket 554 sebesar JPY 48,15 Milyar dan Paket 571 sebesar JPY 75,218
Milyar.
PENGADAAN TANAH
Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta, total
kebutuhan dana pengadaan tanah proyek MRT Jakarta sebesar Rp 2,148 Triliun. Target
kontruksi untuk mencapai rencana operasi awal tahun 2018 Fase 1 hingga saat ini belum
tercapai karena terkendala proses pengadaan tanah. Konstruksi baru mencapai 17% dari
target sebesar 31% per Maret 2015 dan terdapat sejumlah isu pengadaan tanah dengan
rincian sebagai berikut:
DEPO
STASIUN
Keputusan top-
down terkait pihak
yang lebih tepat
menanggung biaya
investasi tambahan
tersebut.
LOKASI: DKI
JAKARTA DAN SKEMA PENDANAAN:
BANTEN POTENSI KERJASAMA
PEMERINTAH DAN BADAN
U KPBU
RENCANA MULAI
OPERASI: 2022
DESKRIPSI PROYEK
Proyek Kereta Ekspres Bandara adalah transportasi alternatif menuju Soekarno-Hatta
International Airport (SHIA) dengan perkiraan waktu dari pusat kota ke bandara adalah
maksimal 30 menit. Kereta Ekspres SHIA sepanjang 37 km dari Bandara Soekarno-Hatta
menuju ke Bandara Halim Perdanakusuma akan menyediakan stasiun-stasiun di dalam
kota yang akan mudah diakses melalui jalan dan moda transportasi lainnya serta
berlokasi dekat dengan pusat-pusat kegiatan komersial dan wilayah-wilayah
permukiman padat yang terhubung dengan sistem transportasi MRT Jakarta dan jalur
kereta lainnya.
Lokasi stasiun di Bandara diharapkan akan berlokasi dekat dengan terminal-terminal
penumpang dimana lokasinya dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari stasiun kereta
ke terminal keberangkatan atau dari tempat pengambilan bagasi dan terminal
kedatangan.
Kereta Ekspres SHIA akan mengutamakan kenyamanan dengan kapasitas untuk
menyimpan bagasi penumpang, mempersingkat waktu tempuh, dan dapat diandalkan
dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Tarif akan bersaing dengan moda
transportasi lainnya dan kereta akan memiliki kecepatan yang lebih cepat dibandingkan
dengan Kereta Jalur Komuter dan dengan pemberhentian yang lebih sedikit.
18 SIGNIFIKANSI PROYEK
Proyek ini diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan akses dari dan ke Bandara
SHIA mengingat pengembangan kapasitas dan lalu lintas Bandara SHIA. Keuntungan
ekonomi dari proyek ini diantaranya adalah mendorong peningkatan aktivitas komersial
dan industrial di jalur tersebut serta peningkatan lapangan kerja bagi penduduk lokal.
September 2015 April Desember 2015 Juli 2016 Juni 2017 Juli Oktober 2015
Januari 2016
Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan
STATUS TERAKHIR
Dalam rangka mempercepat persiapan proyek maka terdapat arahan dalam rapat koordinasi dengan Kantor Staf Presiden
pada tanggal 24 Juni 2015 untuk mempercepat penerbitan izin lingkungan setelah mendapat persetujuan dari Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Saat ini sedang dilakukan kajian lanjutan oleh PT SMI dikarenakan adanya perubahan spesifikasi teknis, rute dan potensi
skema pendanaan KPBU (dengan potensi keterlibatan BUMN eksisting untuk mendukung pembangunan dan operasional
proyek).
PENGADAAN TANAH
Kereta Ekspres SHIA akan membutuhkan lahan seluas 84,68 ha, dimana sebagian besar
lahan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Lahan pihak swasta yang terdaftar di
Kementerian Agraria dan Tata Ruang diestimasi sepanjang 5,2 km atau seluas 13,09 ha.
Kebutuhan lahan stasiun Dukuh Atas dan Manggarai tidak akan memerlukan lahan
swasta. Sedangkan kebutuhan lahan untuk tiga stasiun (Pluit, Tanah Abang dan Halim)
diperkirakan seluas 16,86 ha. Perlu diperhatikan bahwa terdapat lahan permukiman untuk
pembangunan Stasiun Halim seluas 7,2 ha dan untuk Stasiun Tanah Abang seluas 0,3 ha
yang tidak terdaftar di Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Kebutuhan lahan tidak
terdaftar ini belum dimasukan dalam perhitungan total kebutuhan lahan. Total estimasi
kebutuhan lahan non-pemerintah dan lahan dan permukiman swasta adalah sebesar ~Rp
2,3 Triliun. Proses pengadaan tanah dan permukiman kembali akan mengacu pada UU
No. 2 Tahun 2012 dan Perpres No. 71 Tahun 2012.
LOKASI:
MAKASSAR
DAN PAREPARE, NILAI INVESTASI:
SULAWESI
SELATAN RP 6,4 TRILIUN
RENCANA MULAI
OPERASI : 2018
DESKRIPSI PROYEK
Proyek Kereta Api Makassar Parepare sepanjang 144 km merupakan bagian
dari jaringan kereta api Trans Sulawesi yang akan menghubungkan seluruh Pulau
Sulawesi.
PRA- KUALIFIKASI
1 KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN
19
PENGUMUMAN PEMENANG
2 KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN
PENGADAAN TANAH
3 KEMENTERIAN
AGRARIA
KONSTRUKSI
44 PEMENANG
LELANG
OPERASI
5 PEMENANG
LELANG
SKEMA PENDANAAN
Proyek ini akan menggunakan dana yang telah dialokasikan dalam APBN melalui
Kementerian Perhubungan.
PENGADAAN TANAH
Telah dialokasikan dana sebesar Rp 350 milyar oleh pemerintah pusat untuk
pembayaran dana pengadaan tanah sepanjang 70 km.
Pengumuman
lelang konstruksi
Penandatanganan dokumen kontrak
pada awal bulan
antara Kementerian Perhubungan
Agustus 2015.
dan pemenang lelang berdasarkan
hasil pengumuman lelang konstruksi
pada pertengahan bulan Agustus 2015.
LOKASI:
KUALA
TANJUNG,
SUMATERA
SKEMA PENDANAAN:
UTARA
BELUM DITENTUKAN
RENCANA MULAI
OPERASI: 2019
DESKRIPSI PROYEK
Pembangunan hub internasional Kuala Tanjung bertujuan untuk menjadi pintu masuk
lalu lintas logistik internasional ke wilayah barat Indonesia. Berdasarkan hasil kajian
yang telah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan pada tahun 2015, pembangunan
pelabuhan ini akan meningkatkan volume arus peti kemas hingga 12,4 juta TEUs pada
tahun 2039.
Peningkatan volume arus peti kemas ini berasal dari permintaan yang berasal dari
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei hingga Provinsi Jambi dan diasumsikan
bahwa pelabuhan akan memperoleh tambahan permintaan dari empat pelabuhan
kompetitor yaitu Port of Singapore, Port of Tanjung Pelepas, Port Klang dan Pelabuhan
Penang.
20 SIGNIFIKANSI PROYEK
Dengan hub internasional diharapkan Indonesia dapat menikmati demand pelabuhan
yang selama ini dinikmati oleh Singapura dan Malaysia. Berdasarkan dari Rencana
Pelabuhan Kuala Tanjung Tahun 2012, pembangunan Pelabuhan ini akan
mengakomodir kargo untuk mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Sei Mangkei dan Pelabuhan Belawan.
STATUS TERAKHIR
Kementerian Perhubungan telah melakukan kajian dengan hasil berupa studi
kelayakan untuk pembangunan Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung dengan
skema pendanaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Akan tetapi
masih diperlukan penyempurnaan studi kelayakan tersebut terutama terkait skema
pendanaan yang lebih baik dan cepat. Opsi pendanaan adalah dengan APBN,
Penugasan BUMN (PT Pelindo I) atau KPBU. KPPIP akan mengalokasikan anggaran
untuk penyempurnaan studi kelayakan tersebut.
SKEMA PENDANAAN
Skema pendanaan belum ditentukan. Proyek ini berpotensi menggunakan skema
KPBU. Peran pemerintah dan pihak swasta akan ditentukan kemudian setelah studi
selesai.
PENGADAAN TANAH
Saat ini proses pengadaan tanah belum ditentukan dan masih menunggu hingga studi
selesai.
Mendorong Kementrian
Perhubungan untuk mempercepat
penyiapan proyek Pelabuhan Hub Penyempurnaan kebijakan di sektor
Internasional Kuala Tanjung melalui kepelabuhanan terkait sinkronisasi
koordinasi dengan KPPIP. Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Tanjung
Sauh (Batam) serta efektifitas pelaksanaan
sistem cabotage.
LOKASI: BITUNG,
SULAWESI SKEMA PENDANAAN:
UTARA BELUM DITENTUKAN
RENCANA MULAI
OPERASI: 2019
DESKRIPSI PROYEK
Pelabuhan ini dipilih sebagai Pelabuhan Hub Internasional di Kawasan Timur Indonesia
dengan pertimbangan sebagai berikut:
21 SIGNIFIKANSI PROYEK
Pelabuhan ini akan mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung
yang dinyatakan sebagai salah satu prioritas pemerintah. Di samping itu, keberadaan
Pelabuhan Hub Internasional Bitung juga akan mendukung kegiatan industri di kawasan
timur Indonesia meliputi Ambon dan Ternate (pertanian, industri dan pertambangan) serta
Samarinda, Balikpapan, Tarakan dan Nunukan (batubara, minyak bumi dan kayu lapis).
STATUS TERAKHIR
Lokasi pelabuhan sudah ditetapkan di lokasi pelabuhan eksisting. Apabila dibutuhkan
pengembangan kapasitas, maka dapat diperluas ke lokasi KEK Bitung.
Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) tertarik untuk melakukan kerjasama dengan
pemerintah Indonesia untuk pengembangan Pelabuhan Hub Internasional Bitung dan
kawasan KEK di sekitarnya. Di sisi lain, Pemerintah Korea Selatan juga melakukan studi
terkait pengembangan KEK Bitung.
SKEMA PENDANAAN
Proyek ini memiliki potensi untuk dikembangkan melalui skema KPBU. Peran pemerintah
dan pihak swasta akan ditentukan kemudian setelah studi selesai.
PENGADAAN TANAH
Saat ini proses pengadaan tanah belum ditentukan dan masih menunggu hingga studi
selesai.
L SENTANI,
TARAKAN
SOEKARNO, BEN SKEMA PENDANAAN:
S. BABULLAH, TERN BELUM DITENTUKAN
RADEN INTEN II, LAMPUN
TJILIK RIWUT, PALANGKARAYA;
MUTIARA, P HAS
HANANDJOEDIN, TANJUNG
PANDAN MATAHORA,
WAKATOBI; DAN LABUAN
BAJO, KOMODO
RENCANA MULAI
OPERASI: BELUM
DITENTUKAN
DESKRIPSI PROYEK
Revitalisasi 10 bandara kecil-menengah di seluruh Indonesia yang akan meningkatkan
standar operasional bandara-bandara tersebut sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kunjungan wisata dan perekonomian wilayah serta menyediakan
pelayanan yang lebih baik untuk masyarakat.
SIGNIFIKANSI PROYEK
Revitalisasi 10 bandara skala kecil-menengah di seluruh Indonesia bertujuan untuk
22
meningkatkan konektivitas antar wilayah di Indonesia dan menopang pertumbuhan
ekonomi.
Proyek ini diharapkan dapat menggunakan skema KPBU. Selain terkendala pendanaan,
motivasi dalam mengundang Badan Usaha ialah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, meningkatkan efisiensi, penilaian manajemen berbasis standar kinerja,
terciptanya sharing risiko dan sumber daya. Harapannya dengan skema KPBU,
pemeliharaan dan operasional bandara ke depannya dapat lebih efisien dan berkualitas
tinggi.
SKEMA PENDANAAN
Saat ini PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) tengah melakukan kajian untuk mengidentifikasi
bandara yang paling siap untuk dikerjasamakan melalui skema KPBU.
PENGADAAN TANAH
Saat ini proses pengadaan tanah belum berjalan mengingat masih dibutuhkannya kepastian
kebijakan untuk pelaksanaan proyek ini.
6. Melakukan penyelesaian
4. Menetapkan standar kualitas 5. Memfasilitasi penyiapan terhadap permasalahan yang
pra-studi kelayakan dan tata cara infrastruktur prioritas timbul dari pelaksanaan
evaluasinya penyediaan infrastruktur prioritas
Berdasarkan tugas yang diberikan, KPPIP dapat mendampingi, memfasilitasi, mengkoordinasikan, memberikan rekomendasi
perubahan dan/atau penerbitan baru peraturan perundang-undangan dengan tujuan untuk percepatan penyediaan
infrastruktur, termasuk menyelesaikan hambatan yang timbul dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, dalam rangka
sinkronisasi regulasi terkait infrastruktur, berikut ini merupakan hal-hal yang telah dilakukan oleh KPPIP terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku guna mempercepat penyediaan infrastruktur.
Namun demikian, masih terdapat peraturan-peraturan yang masih berlangsung proses penyusunan dan/atau pendampingan-
nya oleh KPPIP. Peraturan-peraturan tersebut antara lain:
a. Rancangan Peraturan Presiden tentang Pelaksanaan g. Peraturan tentang Tim Pelaksana dan Tim Kerja
Pembangunan dan Pengembangan Kilang Minyak di Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas;
Dalam Negeri;
h. Peraturan tentang Sekretariat Tim Pelaksana Komite
b. Perubahan Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas;
tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Prioritas; i. Peraturan tentang Pelaksana Manajemen Proyek
(Project Management Office); dan
c. Perubahan Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014
tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol Trans j. Peraturan tentang Tim Teknis dari Tim Pelaksana
Sumatera; Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas.
KPPIP telah melakukan identifikasi awal terhadap beberapa peraturan yang menghambat dan/atau diperlukan guna
mempercepat penyediaan infrastruktur. Berikut ini merupakan identifikasi awal atas peraturan yang dimaksud:
LINTAS SEKTORAL
Pemerintah melalui Undang-Undang No. 3 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan Belanja
Negara Perubahan ("UU 3/2015") telah mengalokasikan penambahan penyertaan modal negara
pada BUMN antara lain: PT SMI, PT PII, PT Angkasa Pura II, PT ASDP, PT Pelni, PT PLN,
PT Pelindo IV, PT KAI, dan Perum Perumnas.
Penerbitan Peraturan
Pemerintah tentang BUMN tersebut memiliki peran strategis dalam pengembangan infrastruktur di indonesia, baik
Penyertaan Modal Negara dalam sisi pembiayaan, penjaminan, konstruksi, maupun pengelolaan infrastruktur.
Peraturan Presiden mengenai penugasan ini perlu segera diterbitkan, sehingga penyediaan
infrastruktur dapat segera dilaksanakan oleh BUMN bersangkutan.
Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengatur
bahwa penanaman modal dalam pembangunan infrastruktur bisa diberikan fasilitas perpajakan
Perubahan terhadap seperti pembebasan/keringanan bea masuk/PPh/PPN impor barang modal.
Peraturan Menteri Salah satu Peraturan Menteri Keuangan No. 154/PMK.03/2010 j.o. Peraturan Menteri Keuangan
Keuangan No. 154/PM- No. 146/PMK.011/2013 hanya mengatur pengecualian PPh untuk kereta api dan suku cadang
K.03/2010 j.o. Peraturan serta peralatan perbaikan atau pemeliharaan sarana dan prasarana yang di impor dan digunakan
Menteri Keuangan oleh PT KAI.
No. 146/PMK.011/2013
terkait insentif pajak Belum terdapat peraturan khusus yang mengatur insentif perpajakan untuk penanaman modal
dalam rangka pena- dalam bidang infrastruktur secara luas sehingga perlu ditetapkan suatu Peraturan Menteri
Keuangan terkait dengan insentif perpajakan tersebut.
naman modal
Insentif perpajakan untuk penanaman modal di bidang infrastruktur diharapkan mampu
meningkatkan minat investor untuk investasi pada bidang infrastruktur.
Penerbitan Peraturan Belum terdapat pengaturan secara tegas mengenai penjaminan pemerintah terhadap
Presiden tentang penyediaan infrastruktur yang dilakukan melalui penugasan BUMN.
Penjaminan Pemerintah Dengan adanya penjaminan pemerintah terhadap BUMN dalam rangka pengembangan
untuk proyek penugasan infrastruktur, diharapkan mampu memberikan kelayakan keuangan bagi BUMN yang menerima
BUMN penugasan sehingga dapat memudahkan BUMN tersebut memperoleh pembiayaan.
Penerbitan Peraturan
Menteri Keuangan dan Pasal 13 ayat (5) Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Peraturan Menteri Dalam Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur ("Perpres 38/2015") memberikan mandat bagi
Negeri tentang Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri untuk menerbitkan peraturan menteri
Pembayaran mengenai pembayaran ketersediaan layanan. Hingga laporan ini diterbitkan kedua Kementerian
Ketersediaan Layanan tersebut masih dalam tahap penyusunan peraturan yang dibutuhkan.
(Availability Payment)
Penerbitan Peraturan
Kepala Lembaga
Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
tentang Pengadaan Badan Hingga Juli 2015 lembaga tersebut masih dalam tahap penyusunan peraturan yang dibutuhkan.
Usaha dalam Kerjasama
Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur
Pasal 122 Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Penerbitan Peraturan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum (dan perubahannya) mengatur bahwa Pihak yang
Menteri Keuangan berhak menerima ganti kerugian dapat diberikan insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan
tentang Insentif peraturan perundang-undangan. Insentif tersebut diberikan apabila Pihak yang berhak:
Perpajakan bagi Pihak a. Mendukung penyelenggaraan pengadaan tanah;
yang Berhak dalam b. Tidak melakukan gugatan atas penetapan lokasi dan/atau putusan bentuk dan/atau besarnya
Pengadaan Tanah bagi ganti kerugian.
Kepentingan Umum Belum terdapat peraturan yang mengatur tata cara memperoleh dan mendapatkan insentif
tersebut.
Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 telah menetapkan para ketua dan anggota KPPIP. Dalam
Perubahan Peraturan perkembangannya terdapat anggota lain yang perlu diikutsertakan dalam KPPIP, antara lain
Presiden No. 75 Tahun Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Kementerian Lingkungan Hidup dan
2014 tentang Percepatan Kehutanan.
Penyediaan Infrastruktur
Prioritas Untuk meningkatkan koordinasi dalam percepatan penyediaan infrastruktur prioritas, perlu
mengubah Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014.
Penerbitan Peraturan Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 tentang Infrastruktur Prioritas memberikan mandat
Menteri Koordinator kepada Ketua KPPIP untuk mengatur mengenai standar kualitas pra-studi kelayakan hingga tata
cara penyediaan infrastruktur prioritas.
Bidang Perekonomian
Tata Cara Penyediaan Salah satu hambatan penyediaan infrastruktur adalah kurangnya kualitas studi atas infrastruktur
Infrastruktur Prioritas sehingga mengakibatkan kurangnya kelayakan proyek penyediaan infrastruktur.
Ditambahkan syarat keadaan tertentu dalam peraturan perundangan tentang jasa konstruksi
dalam hal penunjukan/pemilihan langsung kontraktor.
Perubahan Peraturan Pasal 14 ayat (2) Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 45 Tahun 2015 mensyaratkan modal
Menteri Perhubungan disetor untuk izin Badan Usaha Bandar Udara sebesar Rp 1 Triliun.
No. PM 45 Tahun 2015
tentang Persyaratan Apabila modal disetor sebesar Rp 1 Triliun, maka badan usaha bandar udara harus memiliki
modal dasar minimal Rp 4 Triliun.
Kepemilikan Modal
Badan Usaha di Bidang Apakah hal tersebut akan meningkatkan atau menghambat masuknya investor untuk terlibat
Transportasi dalam penyediaan inffrastruktur sektor Kebandar Udaraan.
Penerbitan Peraturan
Kepala Lembaga
Kebijakan Pengadaan Pasal 47 ayat (3) Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 mengatur bahwa ketentuan lebih lanjut
Barang/Jasa Pemerintah mengenai tata cara pengadaan Badan Usaha Pelaksana ditetapkan oleh LKPP dalam jangka
tentang Pengadaan waktu 30 hari sejak perpres ditetapkan (20 Maret 2015).
Badan Usaha dalam
Kerjasama Pemerintah Hingga saat ini peraturan tersebut belum diterbitkan, sehingga PJPK terkait belum dapat
dengan Badan Usaha melaksanakan pengadaan badan usaha dalam rangka KPBU penyediaan infrastruktur.
dalam Penyediaan
Infrastruktur
SEKTORAL
Pasal 237 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mengatur bahwa
untuk pengusahaan bandar udara yang dilakukan oleh badan usaha bandar udara, seluruh atau
sebagian modalnya harus dimiliki oleh badan hukum Indonesia atau warga negara Indonesia.
Perubahan Undang- Mengingat investasi pembangunan bandar udara memerlukan biaya investasi yang besar,
Undang No. 1 Tahun 2009 ketentuan tersebut dapat mengurangi minat investor asing untuk menanamkan modalnya dalam
tentang Penerbangan bidang bandar udara dikarenakan (1) sulitnya mencari partner investasi dan (2) pengembalian
biaya investasi yang kecil dikarenakan kepemilikan saham yang terbatas.
Disarankan agar investor asing dapat memiliki secara keseluruhan saham dalam badan usaha
bandar udara.
Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan mengatur bahwa jalan tol
yang diberikan oleh pemerintah kepada badan usaha dilakukan melalui pelelangan secara
transparan dan terbuka.
Perubahan Undang-
Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang KPBU membuka pemilihan badan usaha
Undang No. 38 Tahun 2004
penyedia infrastruktur dengan mekanisme penunjukan langsung.
tentang Jalan
Agar dipertimbangkan mekanisme penunjukan langsung dalam rangka pemilihan badan usaha
untuk penyelenggaraan jalan tol. Dengan demikian dapat dilakukan percepatan penyediaan
infrastruktur dalam sektor jalan tol.
Penerbitan Peraturan Preseden sebelumnya, fast track program pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW diatur
Presiden tentang melalui peraturan presiden dan diatur mengenai jaminan kelayakan usaha (business viability gap
Pembangunan Listrik letter atau BVGL) yang diberikan oleh Menteri Keuangan terhadap program tersebut.
35.000 MW
Perlu adanya peraturan yang menjamin kelayakan usaha atas percepatan pembangunan listrik
35.000 MW tersebut guna menarik minat investor untuk pengembangan tenaga listrik.
Pemerintah telah menyusun program pembangunan 1 juta rumah yang akan dilakukan
penugasan kepada Perusahaan Umum Perumnas.
Penerbitan Peraturan
Presiden tentang Belum terdapat peraturan yang mengatur untuk memberikan penugasan khusus bagi Perumnas
Penugasan Perumahan dalam melaksanakan program pemerintah tersebut.
Nasional Program 1 Juta
Rumah Selain itu, kami memahami bahwa pemerintah saat ini masih dalam proses penyusunan RUU
Tapera. RUU Tapera ini perlu segera disahkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat dalam
mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau.
Dalam Peraturan Menteri ESDM No. 27 Tahun 2014 mengatur bahwa tarif listrik untuk kapasitas
pembangkit listrik sampai dengan 10.000 MW mengikuti tarif sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ESDM No. 27 Tahun 2014 dan tanpa eskalasi harga.
Perubahan Peraturan Kerjasama pembelian tenaga listrik oleh PLN dari pembangkit listrik energi terbarukan bisa
Menteri ESDM No. 27 dilakukan sampai dengan 20 tahun.
Tahun 2014
Perlu dipertimbangkan adanya revisi ketentuan bahwa eskalasi tarif listrik dapat dilakukan
sepanjang waktu kerjasama mengingat kerjasama tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang
panjang.
1. Sektor Pelabuhan
a. Persyaratan modal sebesar Rp 50 Milyar memberatkan
para pengusaha perusahaan pelayaran kelas menengah
dan kecil. Usulan yang diberikan adalah untuk membagi
persyaratan modal berdasarkan kelas. (contoh: perusa-
haan pelayaran kelas A, B, atau C).
Ke depannya, KPPIP telah menyiapkan roadmap sebagai acuan pengembangan institusi dalam kurun waktu tiga tahun. Berikut
merupakan ringkasan dari roadmap KPPIP:
STRATEGI
Project Management Office (PMO) Seluruh tim kerja telah dibentuk dan Penguatan pengembangan
KPPIP telah terbentuk dan beroperasi institusi KPPIP dengan
beroperasi Penguatan kapasitas dan kinerja kewenangan yang lebih kuat
Fasilitas penyusunan pra-studi tim kerja KPPIP melalui penyediaan dalam mempercepat dan
kelayakan, Value for Money dan konsultan pendukung PMO tim memastikan penyediaan proyek
Kajian AMDAL disediakan untuk 3 kerja infrastruktur prioritas
pilot projects Panel konsultan telah dibentuk dan Sistem dan lingkungan yang
Tata Kelola Organisasi (SOP) dan berjalan kondusif untuk implementasi
mekanisme monitoring & proyek-proyek KPPIP telah
Pelaporan berbasis TI dan platform terbentuk melalui perbaikan
debottlenecking telah terbentuk pengambilan keputusan telah peraturan dan koordinasi
Pelaksanaan percepatan proyek tersedia dan mulai digunakan
prioritas (success story) Pedoman Pre-FS/OBC dan
Kontinuitas pemberian fasilitas penetapan skema pendanaan
Pemetaan perbaikan peraturan di Pre-FS/OBC dan fasilitas penyiapan telah diadopsi oleh penanggung-
sektor infrastruktur lainnya untuk Daftar Proyek jawab program
Platform pembuatan keputusan Prioritas 2016
Sosialisasi dan peningkatan
berbasis TI telah terbentuk Penyusunan serta penetapan kapasitas KPPIP secara
Rancangan organisasi dan sistem pedoman Pre-FS/OBC dan menyeluruh telah tersedia dan
pengadaan telah tersedia pengambilan keputusan atas skema telaksana dengan baik
pendanaan untuk beberapa sektor
Sosialisasi untuk pembentukan dengan urgensi dan kesiapan paling Pembentukan lembaga riset untuk
image KPPIP tinggi infrastruktur
Penyiapan program pengembangan Sosialisasi dan peningkatan PMO pengembangan kapasitas
kapasitas kapasitas, termasuk penyusunan telah menjalankan inisiatif atau
desain formal pengembangan program strategis yang telah
kapasitas yang dikembangkan dimanfaatkan
KPPIP
Pembentukan PMO pengembangan
kapasitas untuk mendorong
penyediaan SDM yang cukup dan
berkualitas di sektor infrastruktur
Sosialisasi &
Project Operasional Perbaikan Penguatan
Pengembangan
Delivery KPPIP Regulasi Kerja
Kapasitas
1. Penetapan proyek 1. Penyerapan dana APBN 1. Melakukan sinkronisasi 1. Mengirim 5 staf KPPIP 1. Seluruh tim kerja telah
prioritas tahun 2016; KPPIP yang maksimal berbagai aturan yang ada untuk mengikuti dibentuk dan beroperasi;
dan tepat guna; untuk meminimalisir short-course di
2. Mendorong minimum aturan yang tumpang universitas terbaik luar 2. Pemberdayaan tim kerja
20% proyek prioritas 2. Panel Konsultan tindih; negeri; KPPIP melalui
kategori A* yang terbentuk dalam upaya penyediaan konsultan
berjumlah maksimum 22 percepatan pelaksanaan 2. Mengadakan rangkaian 2. Penerbitan laporan pendukung PMO tim
proyek untuk mencapai pengadaan konsultan FGD untuk penyusunan semester; kerja;
Financial Close dan untuk penyerapan proyek Undang-Undang
memastikan pelaksana- (OBC facility); infrastruktur; 3. Sosialisasi KPPIP ke 20 3. Sosialisasi dan
annya tepat sasaran dan provinsi dan kota; peningkatan kapasitas
tepat waktu; 3. Tersedianya platform 3. Penyusunan peraturan KPPIP.
pengambilan keputusan- yang mengatur skema 4. Menetapkan program
3. Mendorong minimum berbasis TI. insentif dan disinsentif pengembangan
40% proyek prioritas guna mempercepat kapasitas secara formal
kategori tipe B** yang proyek prioritas. sebagai bagian dari
berjumlah maksimum 10 skema insentif.
proyek dan memastikan
pelaksanaannya tepat
sasaran dan tepat waktu;
4. Melakukan penyelesaian
terhadap 70%
permasalahan yang
timbul baik bersifat major
atau minor dari
pelaksanaan penyediaan
infrastruktur prioritas.
* Kategori tipe A merupakan proyek yang telah diseleksi dan sedang disiapkan/dipantau oleh KPPIP.
** Kategori tipe B merupakan proyek yang membutuhkan usaha minor (terkendala 1-2 perizinan) untuk memastikan proyek dapat berjalan.
W. www.kppip.go.id