Anda di halaman 1dari 132

Laporan KPPIP

Juni 2014 - Juli 2015


Daftar Isi
DAFTAR ISI i

UCAPAN TERIMA KASIH ii

SAMBUTAN MENKO PEREKONOMIAN iii

BAB 1 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA 1

BAB 2 KOMITE PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS (KPPIP) 11

BAB 3 DAFTAR PROYEK PRIORITAS KPPIP 2015 23

BAB 4 SINKRONISASI REGULASI TERKAIT INFRASTRUKTUR 105

BAB 5 RENCANA KPPIP KE DEPAN 115

DAFTAR ISTILAH 121

DAFTAR GAMBAR 123

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 i


Ucapan Terima Kasih

Laporan pelaksanaan KPPIP ini disusun dalam rangka memenuhi amanat Peraturan Presiden No. 75 Tahun
2014 pasal 29. Pada Laporan yang pertama ini, informasi yang disajikan adalah informasi pencapaian KPPIP
yang efektif beroperasi sejak Januari 2015.

Laporan ini dapat terwujud berkat dukungan informasi yang telah diberikan berbagai pihak dari jajaran dan
pejabat Kementerian dan Lembaga terkait, jajaran dan pimpinan Pemerintah Daerah, serta jajaran dan
pimpinan Badan Usaha Milik Negara/Daerah. Selain memberikan informasi terkini secara lengkap, berbagai
pihak di atas juga terlibat secara aktif dalam upaya mendukung percepatan implementasi pembangunan
infrastruktur dari mulai persiapan teknis dan regulasi, melakukan debottlenecking untuk memfasilitasi
penyelesaian masalah koordinasi yang dihadapi, sampai dengan percepatan implementasi proyek-proyek
prioritas.

Secara khusus, laporan ini tidak akan tersusun tanpa dukungan dan pembinaan oleh Yang Terhormat: Dr.
Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua KPPIP; Dr. Sofyan Djalil, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional yang merupakan mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
Dr. Rizal Ramli, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Dr. Dwisuryo Indroyono Soesilo, mantan Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman; Dr. Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan selaku anggota KPPIP;
Drs. Ferry Mursyidan Baldan, Menteri Agraria dan Tata Ruang selaku anggota KPPIP; Dr. Ir. Lukita Dinarsyah
Tuwo, Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Wakil Ketua Tim Pelaksana KPPIP; Dr. Ir.
Ridwan Djamaluddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman;
Dr. Ir. Dedy S. Priatna, mantan Deputi Sarana dan Prasarana, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional; Prof. Dr. Budi Mulyanto, Direktur Jenderal Pengadaan Tanah selaku anggota Tim Pelaksana KPPIP;
dan Dr. Ir. Wahyu Utomo, Staf Ahli Pembangunan Daerah selaku Sekretaris Tim Pelaksana KPPIP.

Berdasarkan berbagai arahan yang telah diperoleh dari para petinggi di atas, naskah laporan ini disusun oleh
Sekretariat Tim Pelaksana dan para profesional dalam Project Management Office (PMO) KPPIP, dengan
dukungan Tusk Advisory. Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh
jajaran profesional dan tim konsultan yang telah menyiapkan naskah laporan pelaksanaan yang sangat
komprehensif ini.

Sekali lagi, dengan perasaan yang tulus, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas dukungan
dan kerjasamanya. Marilah kita terus bekerja keras untuk bersama membangun infrastruktur yang berkuali-
tas demi kejayaan negeri kita tercinta di masa yang akan datang.

Luky Eko Wuryanto


Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
Selaku Ketua Tim Pelaksana KPPIP

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 ii


Sambutan Menko Perekonomian

Assalamulaikum Wr. Wb.,

Dalam membangun sebuah negara dan bangsa, apapun tahapan kemajuannya, penyediaan dan
pembangunan infrastruktur senantiasa memiliki peran yang strategis. Hal tersebut adalah karena
pembangunan infrastruktur adalah tugas hakiki dari sebuah pemerintahan. Bila pada tahap awal kemajuan
ekonomi, sebagian pembangunan umumnya diarahkan untuk lebih besar pada penyediaan infrastruktur
untuk memenuhi kebutuhan dasar, maka seiring dengan peningkatan kemajuan ekonomi, konsentrasinya
perlu dititikberatkan pada peningkatan kapasitas dan kehandalan sedemikian rupa hingga dapat mendorong
daya saing ekonomi dan pada akhirnya mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Tersedianya infrastruktur yang handal dan berkualitas, sering digunakan sebagai ukuran yang representatif
untuk menakar kualitas hidup atau kondisi yang sering diyakini menggambarkan kesejahteraan sebuah
masyarakat. Walaupun terkesan klise, hal tersebut sesungguhnya benar adanya karena dengan hanya
melalui sediaan infrastruktur yang akses dan kualitasnya senantiasa memadai sesuai perkembangan
ekonomi, masyarakat pada akhirnya memiliki banyak pilihan untuk melakukan usaha, bertempat tinggal
ataupun hanya sekedar memilih cara bersosialisasi.

Dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo dewasa ini, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu
prioritas utama. Hal tersebut tercermin dari tingginya target-target pencapaian sebagaimana dirumuskan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 2019. Perwujudan target dari
kebijakan pembangunan infrastruktur tersebut tentunya membutuhkan kerja keras dan komitmen yang
tinggi. Belajar dari pengalaman selama ini, berbagai langkah terobosan untuk mempercepat
implementasinya sangat diperlukan, bahkan merupakan prasyarat mutlaknya.

Salah satu langkah penting yang telah dilakukan pemerintah adalah menerbitkan Perpres No. 75 Tahun 2014
tentang Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas dimana Menteri Koordinator Perekonomian
menjadi Ketuanya. Mandat utama dari Komite ini adalah merevitalisasi berbagai kebijakan pembangunan
infrastruktur terkait dalam rangka mendorong percepatan ke arah impelementasi sekaligus memperluas
berbagai potensi pendanaan di luar pemerintah. Selain itu, mandat lain yang tidak kalah pentingnya adalah
mengawal pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur yang dikategorikan sebagai infrastruktur prioritas, mulai
dari proses perencanaan, penetapan skema pendanaan yang paling efisien dan efektif, sampai pada fasilitasi
koordinasi penyelesaian masalah untuk percepatan implementasi.

Komite ini telah mulai aktif menjalankan tugaskan sejak awal tahun 2015 dan sejumlah langkah konkrit telah
dilakukan, baik pada tataran kebijakan maupun pada tataran koordinasi untuk penyelesaian masalah
operasional. Memang belum semuanya menghasilkan kemajuan sebagaimana diharapkan, namun
setidaknya dengan mekanisme kerja yang disusun berdasarkan standard operating procedure yang dipelajari
dari pengalaman terbaik internasional, langkah yang telah dilakukan ini ternyata banyak mendapatkan
sambutan positif tidak hanya dari dalam negeri saja, melainkan juga dari masyarakat internasional. Beberapa
lembaga keuangan dan konsultansi internasional berminat untuk bekerjasama dengan KPPIP.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 iii


Berbeda dengan pola pembentukan tim koordinasi pada umumnya, KPPIP diperkuat dengan bantuan para
profesional dan konsultan yang ahli dalam bidangnya. Bahkan dalam beberapa tugas penyiapan proyek
ataupun evaluasi terhadap proposal proyek prioritas yang diusulkan oleh Kementerian terkait, KPPIP
menggunakan konsultan internasional yang memiliki reputasi dan kompetensi tinggi.

Laporan pelaksanaan pertama ini disusun untuk periode paruh pertama 2015. Dari materi yang telah disusun,
saya mengharapkan agar semua pihak dapat mempelajari mana langkah-langkah yang baik dan efektif
ataupun mana langkah-langkah yang perlu diperbaiki. Saya bahkan berharap bahwa para pemangku
kepentingan terkait dapat memberikan masukan demi perbaikan kinerja KPPIP di masa akan datang.
Dengan harapan ini, kita tidak selalu terus mulai dari awal. Keberhasilan membangun infrastruktur umumnya
berdimensi jangka panjang. Oleh karenanya kebijakan yang dikembangkan perlu terus dijaga agar
senantiasa konsisten dan berkelanjutan.

Wassalamulaikum Wr. Wb.,

Dr. Darmin Nasution


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Selaku Ketua KPPIP

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 iv


RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 1


Pendahuluan
Indonesia merupakan perekonomian terbesar ke-16 dunia dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang hampir mencapai
USD 1 Triliun. Berdasarkan kajian Goldman Sachs Global Investment Research tahun 2009, pendapatan per kapita Indonesia
diprediksi akan meningkat menjadi sebesar USD 14.900 pada tahun 2025 (peringkat 12 dunia) serta USD 46.900 pada tahun
2045 (peringkat 7 atau 8 dunia). Jika sesuai dengan rencana Pemerintah, maka Indonesia akan masuk ke dalam negara
kategori high income country pada tahun 2025, namun hal ini akan sangat tergantung kepada pertumbuhan ekonomi yang
salah satunya didukung dengan perkembangan penyediaan infrastruktur di Indonesia (RPJMN 2015-2019, 2015).

Indonesia memiliki kemampuan dasar yang diperlukan untuk mencapai target tersebut berupa sumber daya alam yang
berlimpah, lokasi yang strategis, dan jumlah penduduk yang besar (tenaga kerja dan pasar yang besar) namun perlu disadari
bahwa potensi yang dimiliki Indonesia untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia tidak serta merta bisa terwujud.

Terdapat tantangan-tantangan yang perlu dihadapi, yaitu sebagai berikut:

1. Saat ini Indonesia sedang dilanda fase krisis 2. Keterbatasan infrastruktur: Berdasarkan Global
infrastruktur sebagaimana tercermin dalam Competitiveness Index tahun 2014-2015,
beberapa indikator seperti Global Competitiveness penyediaan infrastruktur di Indonesia masih berada
Index (World Economic Forum, 2014) serta logistics pada peringkat 56 dari 144 negara. Peringkat
performance index tahun 2014 sebagai berikut: tersebut masih jauh di bawah Singapura yang
menempati peringkat 2 dan Malaysia yang
a. Biaya logistik di Indonesia mencapai 17% dari
menempati peringkat 25.
total biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha.
Angka itu tergolong paling boros dibanding biaya 3. Keterbatasan ketersediaan anggaran
logistik di Malaysia yang hanya 8%, Filipina 7% pembiayaan infrastruktur: Anggaran untuk
dan Singapura 6%; infrastruktur di Indonesia baru dialokasikan sebesar
b. Biaya logistik di Indonesia mencapai 24% dari 5% dari PDB Indonesia di tahun 2015 dan di
total Produk Domestik Bruto (PDB) dan tahun-tahun sebelumnya hanya 2-3%. Sebagai
merupakan biaya logistik paling tinggi di kawasan perbandingan, Pemerintah Republik Rakyat
Asia Tenggara (Bank Dunia, 2013). Tiongkok (RRT) menganggarkan setidaknya 8-10%
dari PDB. (Bank Dunia, 2013)
Tingginya biaya logistik secara langsung mengurangi
daya saing produk-produk ekspor Indonesia akibat
dari tingginya biaya produksi di dalam negeri.

Peningkatan daya saing suatu negara berbanding lurus dengan prospek pertumbuhannya, sedangkan infrastruktur merupakan
pendorong adanya pertumbuhan ekonomi. Global Competitiveness Index di atas menunjukkan bahwa peningkatan daya saing
infrastruktur Indonesia masih belum dapat mendongkrak potensi daya saing Indonesia secara keseluruhan.

Oleh karenanya, penyusunan rencana pembangunan infrastruktur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 diupayakan untuk menjawab defisit infrastruktur di Indonesia sekaligus mencapai target Nawacita dari
Pemerintah. Dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, Pemerintah menargetkan
pembangunan dan pengembangan infrastruktur meliputi pembangunan 10 pelabuhan container baru, revitalisasi 6 pelabuhan
sebagai hub internasional (Belawan, Makassar, Sorong, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Bitung), pengembangan 76 rute
perintis, pembangunan 2.000 km jalan baru, pengembangan bandar udara khusus barang, pembangunan 10 kawasan industri
baru beserta hunian untuk tenaga kerjanya, pembangunan dan modernisasi 5.000 pasar tradisional, disertai dengan pendirian
bank infrastruktur. Target Nawacita ini kemudian disusun dan dimasukkan dalam rencana pembangunan infrastruktur dalam
RPJMN 2015-2019.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 3


A. Rencana Pembangunan Infrastruktur Sesuai RPJMN 2015-2019
Inisitatif untuk melakukan perubahan dalam rangka Ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan
menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada tahun kemajuan ekonomi masih terbatas dimana hal ini merupakan
2025 sesungguhnya telah menjadi dasar penyusunan hambatan utama untuk memanfaatkan peluang dalam
Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi peningkatan investasi serta menyebabkan tingginya biaya
Indonesia (MP3EI). Melalui Peraturan Presiden No. 32 Tahun logistik.
2011, esensi dari MP3EI menekankan pada inisiatif
perubahan dalam pengelolaan pengembangan potensi Dalam rumusan RPJMN 2015-2019, Pemerintah Indonesia
daerah melalui koridor ekonomi, konektivitas nasional telah membagi arahan prioritas kebijakan pembangunan
melalui sinkronisasi rencana aksi nasional terkait infrastruktur guna menjawab sejumlah permasalahan
infrastruktur dan regulasi dan kemitraan melalui dukungan meliputi kondisi jalan yang tidak memadai, terbatasnya
pihak swasta melalui skema Kerjasama Pemerintah Swasta pembangunan jalur kereta api, kinerja pelabuhan yang tidak
(KPS). berdaya saing, rendahnya rasio ketenagalistrikan dan
terbatasnya kapasitas sumber air.
Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju,
adil dan makmur, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Menanggapi permasalahan tersebut, Pemerintah telah
RPJMN dengan rumusan arahan prioritas kebijakan menyusun target pencapaian pembangunan dan
pembangunan infrastruktur periode 2015-2019 sesuai yang peningkatan infrastruktur sebagai berikut:
ditetapkan dalam Peraturan Presiden No.3 Tahun 2015.

Indikator 2014 (Baseline) 2019

Rasio Elektrifikasi 81,5% 100%


Konsumsi Listrik per kapita 843 KWh 1.200 KWh
Akses Air Minum Layak 70% 100%
Akses Sanitasi Layak 60.5% 100%
Kondisi Mantap Jalan Nasional 94% 99%
Jalan Nasional 38.570 km 46.770 km
Jalan Baru 1.028 km 2.650 km
Jalan Tol 260 km 1.000 km
Jalur Kereta Api 5.434 km 8.692 km
Jumlah Pelabuhan 278 450
Dwelling Time Pelabuhan 6-7 hari 3-4 hari
Jumlah Bandara 237 252
On-Time Performance Penerbangan 75% 95%
Kab/Kota yang Dijangkau Broadband 82% 100%
Jumlah Dermaga Penyeberangan 210 270
Pangsa Pasar Angkutan Umum Perkotaan 23% 32%
Kapasitas Air Baku Nasional 41,44 m3/det 118,6 m3/det
Jumlah Waduk 21 waduk 49 waduk
Unit Regasifikasi Onshore 0 6
Pembangunan FSRU 2 3
Jaringan Pipa Gas 11.960 km 17.960 km
Unit SPBG 40 118
Jumlah Rumah Tersambung Jaringan Gas Kota 200.000 1.000.000
Pembangunan Kilang Baru 0 2

(Sumber: RPJMN 2015-2019, 2015)

B. Permasalahan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia


Dalam tahapan penyiapan dan pelaksanaan penyediaan infrastruktur, terdapat sejumlah permasalahan yang menjadi
tantangan realisasi penyediaan infrastruktur di Indonesia. Adapun hambatan yang dimaksud meliputi:

1. Kurangnya koordinasi terkait pendistribusian 4. Kurang memadainya kapasitas Kementerian/


kewenangan dan pengambilan keputusan; Lembaga dan/atau Penanggung Jawab Proyek
dalam penyediaan infrastruktur terutama yang
2. Ketidaksesuaian perencanaan pendanaan dilaksanakan dengan skema Kerjasama
dengan kebutuhan implementasi; Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU);
3. Sulitnya proses pengadaan dan pembebasan
5. Lambatnya proses penyusunan peraturan dan
lahan;
keberadaan peraturan yang tumpang tindih
sehingga menghambat investasi.

4 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


1. Kendala dalam Pendistribusian Kewenangan dan Pengambilan Keputusan
Penerapan desentralisasi kewenangan dan pengambilan keputusan sejak Indonesia memasuki era
reformasi tidak diikuti dengan kesiapan kapasitas, seperti kepegawaian dan alokasi pendanaan, dari
aparatur di tingkat daerah. Tingginya jumlah proyek infrastruktur di daerah secara langsung mengharuskan
Pemerintah Daerah untuk berperan sebagai penanggung jawab dan pelaksana proyek.

Pembagian tanggung jawab Pemerintah Daerah pada dasarnya telah diatur dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Baik Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki
tanggung jawab untuk menentukan rencana pembangunan dan tata ruang, menyediakan fasilitas dan
infrastruktur publik dan memegang kendali atas dampak lingkungan. Selanjutnya, Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 dengan amandemen Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 mengatur pedoman terkait
standar minimum pelayanan dimana standar ini dapat dijadikan acuan oleh Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan perencanaan infrastruktur.

Ketika kebutuhan dasar infrastruktur tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah Daerah, pada dasarnya
Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk memberikan hukuman dan sanksi kepada Pemerintah
Daerah, namun tidak terdapat pedoman yang jelas bagi Pemerintah Pusat terutama bagi Kementerian
untuk memberikan hukuman dan sanksi tersebut. Kondisi ini menyebabkan penyiapan dan pelaksanaan
penyediaan infrastruktur terhambat.

Tidak hanya kendala pada Pemerintah Daerah semata, melainkan juga belum terciptanya koordinasi lintas
kementerian dan lembaga pemerintah di tingkat pusat yang turut menghambat dalam proses pelaksanaan
proyek. Sebagai contoh, penetapan skala prioritas suatu proyek seringkali tidak dikoordinasikan antar
kementerian dan lembaga di tingkat pusat. Akibatnya, pelaksanaan proyek seringkali terhambat atau
mengalami penundaan bahkan pembatalan karena tidak memperoleh dukungan dari seluruh instansi
terkait.

2. Ketidaksesuaian Perencanaan Pendanaan dengan Kebutuhan


Implementasi Proyek
Hambatan dalam penyediaan infrastruktur juga mencakup pengalokasian dana untuk memenuhi
kebutuhan implementasi proyek. Besarnya anggaran yang dibutuhkan seringkali membuat sebuah proyek
infrastruktur memperoleh pendanaan lebih dari satu sumber.

Sebagai contoh, sebuah proyek menggunakan sumber pendanaan dari APBN, APBD dan Badan Usaha.
Tidak sinkronnya jadwal penganggaran, pelaksanaan pengadaan tanah dan lelang badan usaha dapat
mengakibatkan terhambatnya penyediaan proyek karena tidak tersedianya dana saat implementasi.

Kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas menunjukan bahwa dengan


kebutuhan total investasi sebesar Rp 4.792,6 Triliun untuk tahun 20152019, dana APBN dan APBD hanya
dapat memenuhi Rp 1.978 Triliun (41,52%) sehingga dibutuhkan skema pendanaan alternatif yang
bersumber dari BUMN (Rp 1.066 Triliun atau 22,23%) dan investasi swasta (Rp 1.751 Triliun atau 36,52%).

Perencanaan yang baik terkait proyek dan sumber pendanaannya sangatlah penting agar APBN dan APBD
dapat dialokasikan untuk infrastruktur yang kritikal sementara infrastruktur yang terindikasi
menguntungkan dapat digunakan untuk menarik investasi swasta.

~ Rp 1.433 Triliun
APBN ~29,88% 2)
APBN
dan APBD ~ Rp 545 Triliun
Total Investasi APBD ~11,37%
Infrastruktur yang ~ Rp 1.066 Triliun
dibutuhkan 1) BUMN ~22,23%
Skema
(Rp 4.796,2 Triliun3) Kesenjangan Investasi Swasta (KPBU
Pendanaan
Pembiayaan ~ Rp 1.751 Triliun Off Balance Sheet, Alternatif
Pinjaman, Obligasi,dll)
~36,52%

Catatan:
1) Angka tersebut merupakan perkiraan target kebutuhan pendanaan
2) Porsi APBN berdasarkan penganggaran yang diajukan oleh BAPPENAS dan disetujui oleh Kementerian Keuangan
3) Perkiraan hanya berdasarkan investasi dan rehabilitasi proyek-proyek besar, belum termasuk biaya operasional dan pemeliharaan
inftrastruktur eksisting

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 5


3. Kendala dalam Proses Pengadaan dan Pembebasan Lahan
Pelaksanaan pengadaan dan pembebasan lahan hampir selalu menjadi momok dalam penyediaan
infrastruktur. Proses yang panjang memberikan kesempatan bagi para spekulan tanah untuk
meningkatkan harga tanah sehingga dana yang telah disiapkan oleh Pemerintah seringkali tidak
mencukupi saat pelaksanaan proses pembayaran uang ganti rugi. Kurang memadainya kapasitas
personel dan ketersediaan teknologi untuk melakukan pendataan dan pendaftaran juga turut
memperlambat proses pengadaan lahan proyek.

Selain itu, ketimpangan ketersediaan dan kelengkapan peralatan antara Pusat dan Daerah yang
digunakan untuk pengukuran tanah juga seringkali menghambat proses pengadaan tanah.

4. Kurangnya Kapasitas Kementerian/Lembaga/Pemerintah


Daerah dan/atau Penanggung Jawab Proyek dalam
Penyiapan dan Pelaksanaan Proyek Infrastruktur
Permasalahan tidak hanya terhenti pada tataran pendistribusian kewenangan, melainkan juga kurang
memadainya kapasitas sumber daya manusia di tingkat daerah untuk menyiapkan, melaksanakan dan
memelihara infrastruktur di wilayahnya.

Kenyataan saat ini adalah Pemerintah Daerah menggunakan sebagian besar anggarannya untuk gaji
pegawai dan pengeluaran rutin. Minimnya anggaran untuk infrastruktur seringkali menjadi hambatan
dalam penyediaan infrastruktur di tingkat daerah. Hal ini semakin mengkhawatirkan mengingat tidak
adanya keharusan Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan dananya untuk pembangunan
infrastruktur baru yang dibutuhkan guna mendukung perekonomian daerah.

Selain itu, Pemerintah Daerah kekurangan sumber daya manusia yang memadai untuk mengemban
tanggung jawab selaku pelaksana maupun Penanggung Jawab Proyek. Permasalahan yang
menghambat penyediaan infrastruktur di daerah tidak lepas dari lemahnya peran Pemerintah Pusat
dalam memastikan peningkatan kapasitas dan sumber daya dari Pusat ke Daerah sehingga terjadinya
inefisiensi dalam penyediaan infrastruktur.

Pelaksanaan proyek dengan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
memerlukan kematangan konseptualisasi proyek, kerangka peraturan dan pembangunan kapasitas
Pemerintah Pusat dan Daerah selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK).

Untuk proyek KPBU dimana lelang akan dilakukan secara kompetitif dan terbuka, maka proyek pun
harus disiapkan dengan baik dan memiliki kualitas internasional sehingga dapat memenuhi standar
dan menarik investor. Mengingat jumlah proyek KPBU yang masih sedikit di Indonesia, Pemerintah
Pusat perlu memberikan dukungan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang akan
menjadi PJPK dalam bentuk standar kualitas kajian dan sistem pengadaan konsultan penyiapan atau
pemilihan Badan Usaha yang transparan dan kompetitif. Dengan demikian, akan tercipta peningkatan
kapasitas pada masing-masing PJPK yang berkontribusi pada pertumbuhan proyek KPBU di
Indonesia di tahun-tahun mendatang.

5. Kendala dalam Penyusunan dan Implementasi Peraturan


Kendala dalam penyusunan dan implementasi kebijakan dan peraturan masih menjadi hambatan
besar dalam penyediaan infrastruktur. Kurangnya koordinasi antar kementerian dan lembaga negara
dalam penyusunan peraturan seringkali menghambat proses penetapan suatu peraturan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek. Suatu proyek seringkali mundur dari jadwal proyek yang telah
ditetapkan karena belum terbitnya peraturan yang dijadikan landasan hukum pelaksanaan proyek.

Selain itu, peraturan yang telah ada pun seringkali tumpang tindih atau bertentangan satu dengan yang
lain sehingga mengakibatkan kebingungan di pihak Penanggung Jawab Proyek dalam melaksanakan
kewajibannya. Peraturan yang ada pun sering kali membutuhkan revisi agar sesuai dengan peraturan
yang baru diterbitkan. Proses penyusunan atau revisi peraturan yang akan mendukung pembangunan
infrastruktur membutuhkan koordinator untuk mengawal proses penyusunan dan penerbitannya.

6 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


Usaha-Usaha Yang Telah Dilakukan Pemerintah Indonesia
Dalam upaya mempercepat penyediaan infrastruktur, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan paket-paket peraturan
perundang-undangan, penyusunan inisiatif, dan pembangunan institusi sebagai berikut:

Perubahan peraturan pendukung Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha

Dengan mempertimbangkan pertumbuhan potensi proyek Perpres baru ini menjawab kendala-kendala yang sebelumnya
dengan skema KPBU, maka Pemerintah Indonesia telah menghambat pelaksanaan KPBU, seperti aplikasi KPBU pada
melakukan revisi Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 infrastruktur sosial, lemahnya kualitas pra-studi kelayakan,
tentang Kerjasama Pemerintah dan Swasta beserta peraturan perbedaan kualitas aset yang dibangun dengan dukungan
peraturan perubahannya dengan menerbitkan Peraturan konstruksi sebagian dari Pemerintah, skema pengembalian
Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Perpres investasi yang kurang menarik, dan lemahnya komitmen K/L
Pemerintah dan Badan Usaha pada 20 Maret 2015. untuk proyek KPBU sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 1.

Sebelum Sesudah

Perluasan jenis infrastruktur yang dapat menggunakan skema KPBU


Penyediaan infrastruktur sosial belum dapat
mencakup infrastruktur sekolah, rumah sakit, dan lembaga
menerapkan skema KPBU.
pemasyarakatan.

Instansi internasional diizinkan untuk berpartisipasi dalam penyiapan


Kualitas prastudi kelayakan di bawah standar
proyek dengan skema pembayaran seperti success fee dan retainer fee
internasional sehingga perlu dilakukan studi ulang.
sehingga standar kualitas prastudi kelayakan bisa ditingkatkan.

Skema hybrid financing (pembiayaan sebagian) memungkinkan


Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan lebih
pelaksanaan proyek dilakukan oleh Badan Usaha pemenang lelang
diminati daripada dukungan konstruksi sebagian karena
dengan dana yang disediakan oleh PJPK sehingga kualitas
adanya resiko perbedaan kualitas aset.
pembangunan dapat diselaraskan.

Pembayaran Ketersediaan Layanan (availability payment) dan Jaminan


Proyek KPBU yang ditawarkan dan skema
Pemerintah untuk proyek prakarsa Badan Usaha dapat meningkatkan
pengembalian investasi belum dapat menarik minat
kelayakan finansial proyek.
pihak swasta.

Pembentukan Simpul KPBU di K/L yang bertugas untuk menyiapkan


Komitmen K/L rendah karena tidak ada unit kerja KPBU
perumusan kebijakan, sinkronisasi, koordinasi, pengawasan, dan
dalam K/L terkait dan tidak ada kewajiban
evaluasi pembangunan KPBU. K/L wajib melakukan penganggaran
penganggaran perencanaan proyek KPBU.
perencanaan proyek KPBU.

Gambar 1: Perbaikan dalam Perpres No. 38 tahun 2015

Kementerian PPN/Bappenas telah menerbitkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan


Nasional/Kepala Bappenas No. 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur yang merupakan peraturan
turunan dari Peraturan Presiden No. 38/2015 tentang KPBU.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 7


Perubahan peraturan untuk mempercepat pengadaan tanah

Pada tahun 2012, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan 2014 dan Peraturan Presiden No. 30 Tahun 2015 dimana
UndangUndang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan perubahan peraturan memberikan ruang bagi Badan Usaha
Tanah Untuk Kepentingan Umum yang bertujuan untuk untuk memberikan dana pengadaan tanah yang akan
memberikan kepastian waktu untuk pengadaan lahan dibayar kembali oleh Pemerintah setelah proses pengadaan
kepada Penanggung Jawab Proyek dan investor. tanah selesai. Dengan demikian, diharapkan pengadaan
Pembatasan waktu maksimum pada sebagian besar tahap tanah tidak akan tertunda akibat ketidaktersediaan atau
dalam Undang-Undang tersebut memberikan estimasi keterlambatan anggaran Pemerintah.
waktu maksimum 583 hari untuk menyelesaikan pengadaan
tanah (Gambar 2). Undang-Undang No. 2 Tahun 2012
didukung dengan Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 Undang-Undang No. 2 tahun 2012 berhasil
tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi diterapkan di proyek Jalan Tol Trans
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang telah diubah Sumatera ruas Palembang-Indralaya.
beberapa kali menjadi Peraturan Presiden No. 99 Tahun

PERENCANAAN PERSIAPAN PELAKSANAAN PENGALIHAN HAK

tidak diatur max 289 hari max 257 hari max 37 hari

Jadwal waktu (hari kerja) dengan asumsi adanya penolakan dari pemilik tanah

TOTAL 583 HARI

Jika tidak ada penolakan, jumlah hari yang dibutuhkan dapat dipercepat 15-20 % dari jumlah
maksimum hari di atas

Gambar 2: Proses Pengadaan Tanah Sesuai Undang-Undang No. 2 Tahun 2012

Inisiatif lain untuk percepatan penyediaan infrastruktur

Guna mendukung proyek infrastruktur, Pemerintah mezzanine financing sehingga dapat mendorong confidence
Indonesia juga membangun beberapa institusi seperti PT dari para investor.
Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) yang berperan dalam
memberikan pendanaan jangka panjang sekaligus Pemerintah Indonesia juga telah menyediakan inisiatif
pendampingan dalam penyiapan proyek, PT Penjaminan pendukung proyek KPBU seperti land capping dan land
Infrastruktur Indonesia (PT PII) yang memiliki mandat revolving fund sebagai instrumen pendukung pengadaan
memberikan jaminan untuk proyek KPBU, dan PT Indonesia tanah, Viability Gap Funding (VGF) yang merupakan
Infrastructure Finance (IIF) yang dibentuk untuk mengisi dukungan pendanaan dari Kementerian Keuangan guna
kekosongan pendanaan jangka panjang dengan tenor lebih meningkatkan kelayakan komersial dan finansial proyek
dari 15 tahun serta membentuk produk pendanaan seperti KPBU sehingga menarik untuk Badan Usaha.

Upaya-upaya di atas telah dilakukan bagi percepatan penyediaan infrastruktur di Indonesia dalam hal pengadaan tanah,
peningkatan kelayakan proyek, dan dukungan penyiapan proyek. Namun Indonesia masih membutuhkan penguatan di sisi
implementasi, terutama terkait koordinasi (pelaksanaan monitoring dan debottlenecking), peningkatan kualitas penyiapan
proyek, dan capacity building. Oleh karenanya, diperlukan suatu komite yang fokus dalam mendorong peningkatan
kualitas penyiapan proyek dan percepatan implementasi. Sebagai Project Management Office (PMO) untuk infrastruktur
prioritas, komite akan meningkatkan koordinasi serta ketepatan jadwal implementasi infrastruktur prioritas. Melalui teladan
dalam penyiapan proyek prioritas serta pengembangan standar kualitas penyiapan proyek, komite akan menyebarkan
know-how dalam penyiapan infrastruktur yang berkualitas. Melalui pelatihan serta hands-on experience bagi K/L, komite dapat
mendorong peningkatan kapasitas dan tanggung jawab sumber daya manusia.

8 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


Kesimpulan
Penyusunan RPJMN 2015-2019 diupayakan untuk menjawab defisit infrastruktur di Indonesia yang meliputi pembangunan dan
peningkatan infrastruktur dasar, ketahanan air, kedaulatan energi dan konektivitas. Rencana yang telah disusun akan
menghadapi sejumlah hambatan di tingkat persiapan dan implementasi proyek. Pemerintah telah mencanangkan dan
melakukan inisiatif, namun masih terdapat beberapa hambatan yang memerlukan solusi yang lebih komprehensif. Oleh
karenanya, masih diperlukan beragam upaya lain diantaranya penguatan koordinasi di tahapan penyiapan dan implementasi,
serta sinkronisasi regulasi yang mampu menyediakan fasilitas dan sumber daya guna mendukung kelancaran penyediaan
infrastruktur di Indonesia.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 9


KOMITE PERCEPATAN PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR PRIORITAS
(KPPIP)

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 11


A. LATAR BELAKANG KPPIP
Pada tahun 2001 Pemerintah Indonesia membentuk Komite Pertama, landasan hukum yang ada tidak secara eksplisit
Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) memberikan kewenangan kepada KPPIP untuk membuat
melalui Keputusan Presiden No. 81 Tahun 2001 yang berisi keputusan jika terjadi masalah ataupun dispute antar satu
mandat untuk mendorong penyediaan infrastruktur. atau lebih Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah. KPPIP
Keppres tersebut telah mengalami dua kali perubahan juga tidak dapat memberikan insentif/disinsentif sebagai
menjadi Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2005 dan tindak lanjut dari upaya pemantauan dan pelaksanaan
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2011. penyediaan infrastruktur. Seringkali kewenangan harus
dikembalikan kepada Presiden untuk permasalahan yang
Di dalam Keppres No. 81 Tahun 2001, KKPPI memiliki tugas
melibatkan lintas Kementrian/Lembaga dan Pemerintah
merumuskan strategi dan kebijakan percepatan
Daerah. Kedua, keterlibatan KKPPI dalam tahap
pembangunan infrastruktur, mengkoordinasikan
perencanaan proyek infrastruktur sangatlah minim sehingga
keterpaduan rencana dan program serta memantau
tidak dapat mencegah terjadinya masalah di kemudian hari,
pelaksanaan kebijakan, dan memecahkan permasalahan
tidak dapat mengendalikan implementasi proyek, dan tidak
terkait pembangunan infrastruktur. Perubahan di tahun 2005
ada insentif bagi K/L untuk melibatkan KKPPI sedari awal.
menambahkan mandat KKPPI untuk merumuskan kebijakan
Pendekatan penyelesaian masalah pun dilakukan secara
pelaksanaan kewajiban pelayanan umum (Public Service
reaktif bukan preventif. Ketiga, keanggotaan KKPPI yang
Obligation) dan perubahan di tahun 2011 menambahkan
terlalu besar mengakibatkan sulitnya koordinasi dan
mandat untuk memantau kebijakan di tingkat Menteri dan
lambatnya pengambilan keputusan. KKPPI juga tidak
Pemerintah Daerah.
memiliki staf ahli penuh waktu untuk mengawal pelaksanaan
Struktur keanggotaan KKPPI pada tahun 2001 terdiri dari proyek, dan para anggota Menteri yang ada memiliki
Menko Perekonomian sebagai ketua dan 11 menteri dari keterbatasan waktu diantara tugas utama lainnya yang
Kementerian terkait sebagai anggota. Dalam revisi tahun diemban.
2005, jumlah anggota turun dari 11 menjadi 8 Menteri tetapi
Sebagai konsekuensi, KKPPI menjadi kurang efektif dalam
pada tahun 2011 keanggotaan ditambahkan dengan menteri
melakukan tugasnya dan tidak dapat memberikan kontribusi
yang terkait dengan perizinan yang diperlukan dalam
yang signifikan kepada percepatan proyek. KKPPI
pembangunan infrastruktur.
dibubarkan dan direvitalisasi menjadi Komite Percepatan
Walaupun dengan Keputusan dan Peraturan Presiden Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) dengan
sebagai landasan hukum dan keanggotaan dari penguatan-penguatan yang ditambah dari pembelajaran
menteri-menteri terkait, KKPPI tetap mengalami tantangan. kelemahan KKPPI sebelumnya.

B. TUJUAN PEMBENTUKAN KPPIP


Melihat performa KKPPI yang kurang efektif, Komite Mengatasi keterbatasan kapasitas di struktur KKPPI
Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) sebelumnya, maka penguatan komite yang baru dilakukan
dibentuk dengan mempertimbangkan masukan untuk dengan merampingkan struktur organisasi dengan hanya
penguatan yang tidak ada di KKPPI sebelumnya. beranggotakan K/L yang berperan besar dalam tahap
penyiapan serta dalam pemberian dukungan fiskal dan
Komite yang baru diberikan mandat untuk memberikan
non-fiskal atas proyek infrastruktur. Koordinasi dengan K/L
dukungan dengan berfokus kepada proyek prioritas yang
teknis dan institusi lainnya yang dibutuhkan, dapat
sudah ditetapkan. Penguatan paling mendasar memberikan
dilakukan ketika ada isu terkait dengan K/L tersebut. Selain
KPPIP mandat untuk memutuskan dan mengendalikan
itu, kehadiran KPPIP juga berperan sebagai koordinator
kegiatan penyelesaian permasalahan dan dapat terlibat dari
yang menghubungkan dua institusi yang berperan besar
tahap penyiapan sampai implementasi proyek sehingga
dalam tahap penyiapan dan pelaksanaan proyek kerjasama
permasalahan yang ada dapat diantisipasi sedari awal,
pemerintah badan usaha (KPBU), yaitu Direktorat Kerjasama
pemantauan dapat dilakukan secara intensif dan keputusan
Pemerintah Swasta (Kementerian Perencanaan
tindak lanjut proyek dapat dipastikan terlaksana.
Pembangunan) dan Direktorat Jenderal Pengelolaan
KPPIP menerapkan skema insentif/disinsentif yang berguna Pembiayaan dan Risiko (Kementerian Keuangan).
sebagai tindak lanjut hasil pemantauan proyek dan juga
Anggota KPPIP juga didukung dengan Program
menjadi daya tarik K/L/Pemda untuk mempercepat
Management Office (PMO) yang terdiri dari profesional
penyediaan proyek prioritas dan bersedia mengajukan
dengan latar belakang swasta yang memiliki pengalaman
proyeknya sebagai calon proyek prioritas KPPIP.
dan keahlian mendalam di sektor (Contoh: jalan, pelabuhan,

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 13


dll) dan lintas sektor (Contoh: keuangan). Selanjutnya, pemerintah dari tahap perencanaan, tahap pra-studi
KPPIP diharapkan dapat melakukan pengalihan kelayakan, hingga tahap pembangunan infrastruktur.
pengetahuan (knowledge transfer) kepada K/L dan Percepatan penyediaan infrastruktur melalui KPPIP
Pemerintah Daerah yang terlibat dalam proyek sehingga diharapkan dapat menciptakan dengan baik potensi
kapasitas mereka dapat berkembang. Bentuk utama dari peningkatan perekonomian Indonesia dan kesejahteraan
pengalihan pengetahuan yang dilakukan oleh KPPIP adalah masyarakat Indonesia.
dengan menyusun standar kualitas penyiapan pra-studi
Revitalisasi KPPIP diperlukan untuk menjadi signal positif
kelayakan (Pre-Feasibility Study (Pre-FS)/Outline Business
kepada pasar sehingga perlu fokus melaksanakan
Case (OBC)) serta pedoman penetapan skema pendanaan
fungsi-fungsi yang sebelumnya belum ada dan sedapat
(Funding Scheme Guidelines). Ke depannya diharapkan
mungkin menghindari tumpang-tindih peran dan wewenang
kapasitas K/L dan Pemda dalam menyiapkan proyek dapat
dengan kelembagaan/komite lainnya.
ditingkatkan sehingga peran KPPIP lebih banyak dalam hal
debottlenecking dan tidak lagi berfokus pada penyediaan Berikut merupakan gambaran secara ringkas peran dan
fasilitas Pre-FS atau OBC. fungsi KPPIP yang merupakan turunan dari tujuan
pembentukan KPPIP (Gambar 3).
Dengan terbentuknya KPPIP diharapkan penyediaan
infrastruktur prioritas dapat dipercepat dengan keterlibatan

6 TUGAS UTAMA KPPIP SEBAGAIMANA DIAMANATKAN DALAM PERPRES NO. 75 TAHUN 2014

Penerapan standar kualitas


Proyek Top Down Pra-Studi Kelayakan (OBC) Proyek Bottom Up
(usulan presiden/wakil) serta melakukan revisi/re-do (usulan K/L/Pemda)
bila diperlukan (3-6 bulan)

2
Penetapan Daftar Proyek Prioritas

3
Penetapan skema & sumber pendanaan untuk
proyek yang ditetapkan sebagai prioritas

KPBU Strategic Funding


PPP Unit di Kemenkeu
APBN Penugasan BUMN untuk mengkoordinasikan
Koordinasi antara PJP ditujukan untuk percepatan penyusunan Final Business Case
dengan Kementerian PPN pelaksanaan dan pemanfaatan (FBC) dan transaction advisory
terkait sumber pendanaan kapasitas finansial BUMN untuk implementasi proyek
(APBN, APBD, PHLN) KPBU (melibatkan konsultan
bertaraf internasional)
OUTPUT KPPIP

Rencana Aksi dengan


Daftar Proyek Prioritas Service Level Agreement
target pencapaian serta
yang disetujui semua pihak (SLA) yang mengikat
insentif dan disinsentif

4 5 6

Monitoring and debottlenecking Memetakan strategi dan Memfasilitasi peningkatan


KPPIP menyusun rencana aksi kebijakan di sektor infrastruktur kapasitas aparatur dan
dan memantau serta melakukan kelembagaan terkait penyediaan
debottlenecking infrastruktur prioritas

Gambar 3: Tugas dan Mandat KPPIP sesuai Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014

14 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


C. DASAR HUKUM PEMBENTUKAN KPPIP
Pembentukan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur menerbitkan Keputusan Menko Perekonomian Selaku Ketua
Prioritas (KPPIP) diatur dalam Peraturan Presiden No. 75 KPPIP No. 127 Tahun 2015 tentang Tim Pelaksana Komite
Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas yang
Prioritas. Perpres tersebut mengatur tentang kriteria, jenis mengatur tugas dan susunan keanggotaan Tim Pelaksana.
dan tahapan pelaksanaan proyek infrastruktur prioritas, Tim Pelaksana KPPIP diketuai oleh Deputi Bidang
pendanaan, pembentukan komite, pelaporan, dan Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan
penerbitan daftar infrastruktur prioritas. Peraturan Presiden Wilayah, Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian.
No. 75 tahun 2014 juga mengatur anggota KPPIP yang
Selain Peraturan Presiden, KPPIP telah melakukan
terdiri dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian,
penyusunan Peraturan Menko Perekonomian selaku Ketua
Menteri PPN/Bappenas, Menteri Keuangan dan Menteri
KPPIP tentang Daftar Infrastruktur Prioritas tahun 2015.
Agraria dan Tata Ruang (BPN).
Rancangan Permenko tengah menunggu penandatanganan
Menko Perekonomian selaku Ketua KPPIP telah Ketua KPPIP. Saat ini KPPIP telah memilih 22 proyek
memberikan arahan untuk menambahkan Menteri infrastruktur prioritas yang ditargetkan untuk direalisasikan
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Menteri Lingkungan hingga tahun 2019 dan akan menjadi fokus utama dari
Hidup dan Kehutanan ke dalam susunan Komite KPPIP KPPIP. Pemilihan proyek prioritas ini melibatkan
guna mengakomodir adanya perubahan struktur K/L pada instansi-instansi terkait pembangunan infrastruktur, mulai
Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Selain itu diharapkan tingkat kementerian pusat, pemerintah daerah, dunia usaha,
dengan struktur organisasi baru KPPIP dapat memiliki hingga masyarakat.
kewenangan yang lebih besar dalam mendukung
KPPIP juga sudah merancang tata laksana/Standard
penyediaan infrastruktur prioritas. Saat ini revisi Perpres No.
Operating Procedures (SOP) yang sudah dibahas di tingkat
75/2014 sedang dilakukan oleh Biro Hukum Kemenko
Eselon 2 dari Kementerian terkait. Di Semester 2 tahun
Perekonomian.
2015, KPPIP akan melakukan pembahasan di tingkat Eselon
Dalam pelaksanaan harian dari tugas Komite (tingkat 1 dan menyusun Permenko atas SOP tersebut sebagai
Menteri) dibantu oleh Tim Pelaksana (tingkat Eselon 1). dasar pelaksanaan operasional Komite.
Untuk Tim Pelaksana, Menko Perekonomian telah

D. VISI DAN MISI KPPIP

VISI MISI
Menjalankan mandat yang telah Berfungsi sebagai organisasi yang
ditentukan dalam Peraturan Presiden No. memperkuat koordinasi dan memfasilitasi
75 Tahun 2014 untuk mendorong berbagai usaha dalam mempersiapkan
percepatan dan pencapaian penyediaan dan menyelesaikan masalah-masalah
pembangunan infrastruktur prioritas yang dalam penyediaan Infrastruktur Prioritas
berkualitas secara efektif, efisien, tepat yang telah teridentifikasi oleh KPPIP.
sasaran dan tepat waktu.

E. TUGAS KPPIP
Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014, tugas KPPIP adalah :
a. Menetapkan strategi dan kebijakan dalam rangka d. Menetapkan standar kualitas pra-studi kelayakan dan
percepatan penyediaan infrastruktur prioritas; tata cara evaluasinya;
b. Memantau dan mengendalikan pelaksanaan strategi e. Memfasilitasi penyiapan infrastruktur prioritas;
dan kebijakan dalam rangka percepatan penyediaan f. Melakukan penyelesaian terhadap permasalahan yang
infrastruktur prioritas; timbul dari pelaksanaan penyediaan infrastruktur
c. Memfasilitasi peningkatan kapasitas aparatur dan prioritas.
kelembagaan terkait dengan penyediaan infrastruktur
prioritas;

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 15


F. SUSUNAN DAN STRUKTUR ORGANISASI KPPIP
KPPIP merupakan komite lintas kementerian/lembaga pemerintah dengan susunan organisasi sebagai berikut:

Komite (Tingkat Menteri)


Sesuai Peraturan Presiden No. 75 tahun 2014, KPPIP rangka mempercepat pelaksanaan proyek priorits. Oleh
diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian karena itu keanggotaan berfokus pada Kementrian/
dengan anggota Menteri PPN/Bappenas, Menteri Keuangan Lembaga yang memiliki kewenangan lintas sektor dan
dan Menteri Agraria dan Tata Ruang (BPN). Rancangan sektor lain yang seringkali bersinggungan dengan
revisi Peraturan Presiden No. 75 tahun 2014 akan Kementrian teknis penyelenggara proyek infrastruktur.
memasukan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Selain itu diharapkan dengan adanya keterlibatan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam Komite. Kementrian Keuangan dari tahap penyiapan proyek,
koordinasi terkait pemberian dukungan fiskal untuk proyek
Susunan keanggotaan Komite di atas mempertimbangkan prioritas bisa diperkuat mekanisme dan pelaksanaan di
mandat utama KPPIP yang berfokus pada peningkatan tatanan implementasi.
kualitas penyiapan proyek serta debottlenecking dalam

Tim Pelaksana

Sesuai Keputusan Menko No. 127 Tahun 2015, Tim Pelaksana adalah tim pembuat keputusan yang dilakukan secara kolektif
dari tingkat Eselon I yang diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah,
Kemenko Perekonomian dengan sekretaris Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah, Kemenko Perekonomian, dan
beranggotakan:

1. Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber 7. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Daya Alam, dan Lingkungan Hidup, Kemenko Lingkungan, KemenLH dan Kehutanan
Perekonomian 8. Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara
2. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur, Kemenko 9. Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan,
Kemaritiman Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset,
3. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan Teknologi, dan Perguruan Tinggi
4. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan 10. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah,
Risiko, Kementerian Keuangan Kemendagri
5. Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian 11. Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kemendagri
Perencanaan Pembangunan Nasional
6. Direktur Jenderal Pengadaan Tanah, Kementerian
Agraria dan Tata Ruang

16 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


Adapun Tim Pelaksana memiliki tugas untuk membantu Komite dalam :

1. Menyusun rancangan strategi dan kebijakan dalam 4. Menyusun standar pra-studi kelayakan dan tata cara
rangka percepatan penyediaan infrastruktur prioritas evaluasinya
2. Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan 5. Melakukan fasilitasi terhadap penyiapan infrastruktur
strategi dan kebijakan dalam rangka percepatan prioritas
penyediaan infrastruktur prioritas 6. Melakukan inventarisasi permasalahan dan hambatan
3. Melakukan fasilitasi peningkatan kapasitas aparatur serta menyampaikan rekomendasi dalam
dan kelembagaan terkait dengan penyediaan penyelesaian permasalahan yang timbul dari
infrastruktur prioritas pelaksanaan penyediaan infrastruktur prioritas

Tim Kerja

Seperti diatur di dalam Peraturan Presiden No. 75 tahun Selain Tim Kerja Ketenagalistrikan, telah dibentuk Tim Kerja
2014, Menko Perekonomian selaku Ketua KPPIP memiliki Percepatan Pembangunan Kilang Minyak Bontang melalui
wewenang untuk membentuk Tim Kerja sektor dan lintas Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
sektor sebagaimana dibutuhkan. Saat ini, sudah dibentuk selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Tim Kerja Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas No. 159 Tahun 2015.
Ketenagalistrikan dengan Surat Keputusan Menko
Perekonomian selaku Ketua KPPIP No. 129 Tahun 2015. Tim Kerja ini memiliki mandat untuk memastikan
pelaksanaan pembangunan Kilang Minyak Bontang sesuai
Tim Kerja Ketenagalistrikan tersebut diketuai oleh Menteri target waktu yang diamanatkan dalam RPJMN.
Energi dan Sumber Daya Mineral dan menjadi dasar hukum
pembentukan Unit Pelaksana Program Pembangunan KPPIP sedang merancang Surat Keputusan untuk
Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN) yang akan diatur lebih pembentukan Tim Kerja Koordinasi Percepatan Pengadaan
lanjut dalam Peraturan turunan dari Menteri Energi dan Tanah Infrastruktur Prioritas yang sudah dikoordinasikan
Sumber Daya Mineral. dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

Project Management Office (PMO)

Untuk mendukung pengambilan keputusan oleh Tim Direktur Program yang didukung oleh Direktur Sektor yang
Pelaksana dan Komite, KPPIP dilengkapi dengan Project berpengalaman di sektor pelabuhan, bandar udara, jalan,
Management Office (PMO) yang diisi oleh tenaga ahli kereta api, energi dan ketenagalistrikan, dan sumber daya
profesional yang memiliki pengalaman di bidangnya. PMO air yang memiliki pengalaman di bidang masing-masing.
bertugas memberikan rekomendasi kepada Tim Pelaksana Direktur Sektor bertugas untuk memastikan proyek di sektor
terkait pemilihan dan pelaksanaan proyek prioritas serta tersebut dipersiapkan dengan kualitas yang baik dan
tindak lanjut penyelesaian masalah. mendorong implementasi sampai mulai konstruksi. Untuk
proyek yang sudah dalam tahap pembangunan, Direktur
PMO terdiri dari Direktur Program sebagai pimpinan PMO Sektor bertugas memastikan proyek berjalan sesuai waktu
yang bertugas untuk memastikan tercapainya mandat dan memberikan dukungan pemecahan kendala yang
KPPIP, memberikan rekomendasi kebijakan kepada Tim muncul. Selain itu, Direktur Sektor juga melakukan analisis
Pelaksana, membangun organisasi KPPIP, memastikan terkait hambatan, kebutuhan perbaikan regulasi, dan upaya
penyediaan proyek prioritas terlaksana, dan membangun percepatan spesifik pada sektornya sehingga dapat
kapasitas serta memperbaiki regulasi pendukung diterapkan pada proyek-proyek lainnya.
infrastruktur prioritas.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 17


Rincian struktur organisasi dijelaskan lebih lanjut

KOMITE

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian


Menteri Keuangan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
Menteri Agraria dan Tata Ruang

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman*


Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan*

TIM PELAKSANA PMO

PROFESIONAL
TIM KERJA SEKTOR
LINTAS SEKTOR

Tim Kerja UP3KN Tim Kerja Kilang Minyak Bontang Tim Kerja Lainnya*
TIM KERJA

Tim Percepatan
Pengadaan Lahan*

Tim Keuangan*

Tim Legal*

PANEL KONSULTAN

* Perpres penambahan keanggotaan KPPIP dalam rancangan revisi


Gambar 4: Struktur Organisasi KPPIP

G. PENCAPAIAN KPPIP DALAM 6 BULAN TERAKHIR

Percepatan persiapan proyek dan proses pengambilan keputusan

Kilang Mendorong kelanjutan penyiapan proyek yang sudah tertunda selama 5


Minyak tahun.
Bontang Menyediakan fasilitas penyusunan Outline Business Case (OBC) sebesar
~Rp 14 Miliar yang akan dilakukan perusahaan internasional.

Menyediakan fasilitas penyusunan Value for Money untuk mendukung


penyiapan proyek dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan
Usaha dan menjadi justifikasi penetapan skema pendanaan.
Jalan Tol
Panimbang- Menyusun standar Pra-studi Kelayakan/Outline Business Case (OBC)
Serang untuk sektor jalan tol.
Menyediakan fasilitas penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah.

Menyediakan fasilitas review untuk kajian yang sudah ada untuk


Bendungan Matenggeng.
Menyediakan fasilitas penyusunan prastudi kelayakan/OBC untuk sektor
Water PLTA di Indonesia.
to Energy
Menyediakan fasilitas penyusunan rekomendasi peraturan dan/atau
pembentukan institusi yang dibutuhkan untuk percepatan program Water
to Energy.

18 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


High Speed Mengambil tindak lanjut penyelesaian deadlock dimana ada dua proposal
HSR yang diterima oleh Pemerintah Indonesia, yakni dari Pemerintah
Railway (HSR)
Jepang dan Pemerintah RRT.
Jakarta-
Bandung Menyediakan fasilitasi konsultan independen bertaraf internasional untuk
membandingkan dua proposal HSR tersebut.

Percepatan penetapan skema pendanaan proyek

Jakarta Memberikan panduan penyusunan OBC sesuai standar KPPIP yang


Sewerage menjadi dasar rekomendasi skema pendanaan.
System (JSS) Memfasilitasi rapat antar pemangku kepentingan untuk membahas
rekomendasi skema pendanaan.

Light Rail
Transit Melakukan review atas kajian finansial proyek yang ada.
Sumatera Memberikan rekomendasi pada pengambil keputusan terkait penetapan
Selatan skema pendanaan.

Debottlenecking masalah pengadaan tanah

Menyediakan rekomendasi percepatan pengadaan tanah sesuai


Central Java peraturan yang berlaku.
Power Plant Melakukan koordinasi pengambil keputusan dalam rangka percepatan
(CJPP)/ PLTU pengadaan tanah.
Batang
Memfasilitasi rapat percepatan proyek di tingkat Wakil Presiden.

PLTU Mendorong percepatan penerbitan Izin Lingkungan oleh Bupati (yang


telah tertunda selama 3 tahun), sehingga penyiapan proyek dapat
Indramayu
dilanjutkan.

Mendorong pengambilan keputusan terkait pembagian tanggung jawab


penyusunan AMDAL antara pemerintah dan investor.
NCICD
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) telah menyetujui pembagian AMDAL
yang diusulkan dan sedang melakukan lelang konsultan penyusunan
kajian AMDAL.

MRT Mendorong percepatan persetujuan Presiden untuk hibah area rumah


Jakarta dinas POLRI yang dibutuhkan untuk pembangunan stasiun.
(Jalur Mendorong percepatan pencairan dana pinjaman asing sehingga
Utara-Selatan) pelaksanaan konstruksi bisa dilakukan sesuai jadwal.

Debottlenecking masalah pengadaan

PLTU Mulut Memfasilitasi masukan peserta lelang (bidder) tentang jadwal pemasukan
dokumen lelang yang terlalu ketat.
Tambang
Sumsel 9 & 10 Dengan dorongan dari KPPIP, PT PLN telah memundurkan tenggat
waktu pemasukan dokumen selama tiga bulan.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 19


Perbaikan peraturan terkait infrastruktur

Jalan Tol Melakukan percepatan penerbitan Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN


Manado- No. 6 Tahun 2015 guna menyesuaikan dengan Peraturan Presiden
Bitung No. 30 Tahun 2015 dalam rangka percepatan lelang investasi.

SPAM Mendorong agar rancangan Peraturan Pemerintah tentang Sistem


Penyediaan Air Minum dapat mengakomodir Pemerintah Kota untuk
Semarang
menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) proyek Kerjasama
Barat Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Peraturan
turunan dari
Peraturan
Melakukan koordinasi antar pemangku kepentingan dalam penyusunan:
Presiden 1. Peraturan Kepala LKPP tentang Penyediaan Penyiapan Proyek
No. 38 Tahun Infrastruktur dan Lelang Badan Usaha,
2015 tentang 2. Peraturan Menteri Keuangan tentang Pembayaran Ketersediaan
Kerjasama Layanan (Availability Payment),
Pemerintah 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pembayaran Ketersediaan
dan Badan Layanan (Availability Payment).
Usaha

H. LAPORAN KEUANGAN KPPIP

Dalam kurun waktu 5 tahun ke depan, KPPIP telah


mendapatkan persetujuan prinsip untuk alokasi
anggaran sebesar ~Rp 80 Milyar per tahunnya.
Mengingat operasional efektif KPPIP di tahun 2015 12%
hanya 6-9 bulan (terdapat proses pengadaan untuk
tenaga ahli PMO di 3-6 bulan awal), anggaran tahun 32%
2015 dialokasikan lebih rendah, yakni sebesar Rp
42%
56.406.500.000.
30%
58%
Dari jumlah anggaran tahun 2015 tersebut, Fasilitas Kajian Pra-
mayoritas anggaran (58%) atau sebesar Rp 12% Studi Kelayakan
Rp 18.500.000.000
32.800.000.000, dialokasikan untuk fasilitas 3%
6% 11% Pengembangan Sistem
penyiapan proyek untuk proyek-proyek prioritas Teknologi Informasi
yang belum ditetapkan skema pendanaannya serta Rp 6.500.000.000 58%
pengembangan sistem TI (Decision Dashboard Fasilitas Kajian Value Penyiapan
for Money dan
System) dalam rangka mendukung pelaksanaan Rp 3.500.000.000 Monitoring
peran monitoring and debottlenecking KPPIP. Penguatan Komite melalui Proyek
Fasilitas Kajian Strategis
PMO dan Tim Kerja Prioritas
Sebesar Rp 23.606.500.000,00 (42%) dialokasikan High Speed Railway
Rp 23.606.500.000 42% Jakarta Bandung
untuk operasional Komite (termasuk penguatan Operasional Rp 3.200.000.000
Sosialisasi dan
Komite
kapasitas melalui PMO dan Tim Kerja) dan sisanya Pengembangan Kapasitas Fasilitas Kajian AMDAL
Rp 9.193.500.000 Rp 1.100.000.000
untuk sosialisasi serta pengembangan kapasitas.
Berikut merupakan pembagian alokasi anggaran
KPPIP secara lebih detil (Gambar 5). Gambar 5: Klasifikasi Anggaran KPPIP

20 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


Sampai dengan Juli 2015, fasilitas untuk Pra-Studi Adapun proses pengadaan konsultan untuk seluruh fasilitas
Kelayakan dan fasilitas lain terkait penyiapan proyek (seperti Pra-Studi Kelayakan dan penyiapan proyek masih
kajian Value for Money, AMDAL, dan sebagainya), telah berlangsung sampai dengan Laporan ini disusun.
disiapkan sebesar 91% dari total anggaran yang
dialokasikan. Ini menunjukan komitmen KPPIP untuk Diharapkan sebagian besar penetapan Konsultan dapat
menjalankan mandat peningkatan kualitas penyiapan dilakukan di bulan September. Berikut merupakan status
proyek sehingga pengambilan keputusan atas skema pengadaan Konsultan untuk fasilitas Pra-Studi Kelayakan
pendanaan dapat dilakukan secara berkualitas. dan penyiapan proyek:

Alokasi Fasilitas
Proyek Lingkup Pekerjaan
Anggaran

1 Kilang Minyak Bontang Penyusunan dokumen Pra-Studi Kelayakan/ Rp 14 Milyar


Outline Business Case (OBC)

2 Water to Energy Penyusunan Pra-studi Kelayakan/ OBC Rp. 4,5 Milyar


untuk pilot projects bendungan Matengeng
dan Maung serta rekomendasi penyusunan
peraturan serta desain institusi untuk
percepatan program Water to Energy

3 Jalan Tol SerangPanimbang Penyusunan kajian Value for Money Rp. 3,5 Milyar

Penyusunan Kajian AMDAL Rp. 1,1 Milyar

4 High Speed Railway (HSR) Penyusunan kajian atas proposal HSR dari Rp. 3,2 Milyar
Jakarta-Bandung Pemerintah Jepang dan Pemerintah RRT
dan rekomendasi tindak lanjut untuk
Pemerintah Indonesia

5 Pengembangan TI Based Mengembangkan mock up aplikasi sistem Rp. 6,5 Milyar


Decision Dashboard System TI sebagai platform Decision Support
System

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 21


DAFTAR PROYEK
PRIORITAS KPPIP 2015

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 23


A. PROSES
PRIORITISASI
Seperti diamanatkan dalam
Perpres No. 75 Tahun 2014
Pasal 15 (1), KPPIP bertugas PRIORITISASI LEVEL I
untuk menetapkan proyek
prioritas berdasarkan hasil
(PERSYARATAN)
analisa KPPIP terhadap Proses prioritisasi dimulai dengan menyeleksi 1.781 proyek
infrastruktur prioritas atau menjadi 200 Kandidat Proyek Prioritas dengan kriteria sebagai
usulan infrastruktur prioritas berikut:
oleh menteri, kepala lembaga,
kepala daerah, pimpinan
1. Kesesuaian dengan RPJMN dan RTRW serta memiliki
BUMN, atau pimpinan BUMD.
keterkaitan antar sektor infrastruktur dan antar wilayah.
Perpres pasal 15 ayat (2) dan
(3) mengatur bahwa identifikasi
proyek prioritas harus
dilakukan dengan mempertim- 2. Total nilai investasi: Proyek yang disertakan/dipertimbang-
bangkan kriteria infrastruktur kan hanya jika nilai proyek > Rp 500 Milyar dan < Rp 50
prioritas yang akan diatur lebih Triliun.
lanjut dalam Peraturan Menko
Perekonomian selaku Ketua 3. Tipe proyek: Proyek-proyek pemeliharaan / pengadaan dan
KPPIP. pembangkit listrik eksisting (kecuali transmisi listrik) tidak
diikutsertakan.
Proses pemilihan proyek
prioritas untuk periode 2015
dilakukan dengan melakukan
konsultasi dengan seluruh PRIORITISASI LEVEL II
pemangku kepentingan terkait,
meliputi Kementrian/Lembaga, (MODEL SCORING DAN
Pemerintah Daerah, Institusi RANKING)
terkait seperti PT. Sarana Multi
Infrastruktur, PT Indonesia Setelah melalui proses prioritisasi level I, proses prioritas level II
Infrastructure Finance, dan PT menghasilkan 60 Kandidat Proyek Prioritas yang dikaji dan
Penjaminan Infrastruktur dinilai menggunakan kriteria tambahan yang telah disepakati
Indonesia. bersama. Adapun kriteria yang dimaksud meliputi:

Adapun metodologi prioritisasi 1. Tujuan proyek.


dilakukan dengan 3 tahapan,
yakni: 2. Kemudahan pelaksanaan proyek, termasuk di dalamnya
identifikasi atas faktor-faktor penghambat seperti pembebasan
lahan, AMDAL, kapasitas dan komitmen penanggung jawab
proyek, kesesuaian dengan RTRW dan perizinan.

3. Dampak sosial-ekonomi, meliputi kontribusi kepada PDRB


dan PDB serta penyerapan tenaga kerja.

4. Dampak lingkungan.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 25


PRIORITISASI LEVEL III
(DISKUSI DENGAN PEMANGKU
KEPENTINGAN)

Pada level III ini, 41 Kandidat Proyek Prioritas kemudian diseleksi dan dibahas
lebih terperinci. Dalam Kandidat Proyek tersebut, termasuk proyek-proyek
usulan dalam PPP Book yang ditetapkan oleh Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional dan usulan proyek strategis oleh Kementerian/Lemba-
ga. Pembahasan dilakukan melalui diskusi lebih mendalam dari hasil kajian
Prioritisasi Proyek Level II dan tambahan usulan proyek dari Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kementerian/Lembaga Negara
dengan mempertimbangkan tiga hal, di antaranya:

A B C
Keragaman pulau Tingkat kesiapan
(persebaran Keragaman jenis proyek untuk
proyek di pulau-
pulau besar di infrastruktur dilaksanakan di
Indonesia) tahun 2015

Setelah dilakukan prioritisasi melalui ketiga level tersebut, maka 22 proyek


terpilih sebagai proyek prioritas KPPIP untuk tahun 2015. Atas total 22 proyek
prioritas tersebut, KPPIP kemudian membaginya menjadi dua kategori besar
yakni: (1) proyek yang masih membutuhkan keputusan skema pendanaan; dan
(2) proyek yang hanya perlu membutuhkan upaya monitoring dan
debottlenecking.

26 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


DAFTAR PROYEK PRIORITAS 2015

Untuk tahun 2015, KPPIP telah memilih 22 proyek infrastruktur prioritas yang ditargetkan untuk
direalisasikan hingga tahun 2019 sebagai fokus pertama dari KPPIP. Adapun 22 proyek prioritas
tersebut memiliki total nilai investasi sebesar Rp 851 Triliun dengan persebaran sektor
infrastruktur:

Tujuh proyek di Sektor Ketenagalistrikan, meliputi proyek High Voltage Direct Current (HVDC), PLTU Mulut
7 Tambang Sumsel 8, 9, 10, Transmisi Sumatera 500 kV, Central West Java Transmission Line 500 kV, PLTU
Indramayu, PLTU Batang/ Central Java Power Plant (CJPP) dan Water to Energy;

Tiga proyek di Sektor Air dan Sanitasi, meliputi proyek Pengolahan Limbah Jakarta, SPAM Semarang Barat,
3 dan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase 1;

Empat proyek di Sektor Jalan, meliputi proyek 4 Ruas Jalan Tol Trans Sumatera, Jalan Tol Balikpapan
4 Samarinda, Jalan Tol Manado Bitung dan Jalan Tol Serang Panimbang;

1 Satu proyek di Sektor Tranportasi Umum, yaitu proyek MRT Jakarta (Jalur Selatan Utara);

1 Satu proyek di Sektor Bandar Udara, yaitu proyek Revitalisasi 10 Bandara;

Dua proyek di Sektor Pelabuhan, meliputi proyek Pelabuhan Internasional Hub Kuala Tanjung dan
2 Pelabuhan Internasional Hub Bitung;

Dua proyek di Sektor Energi, meliputi proyek Kilang Minyak Bontang dan Revitalisasi Kilang Minyak
2 Eksisting (RDMP);

Dua proyek di Sektor Kereta Api, meliputi proyek Kereta Api Ekspres Bandara Soekarno-Hatta (SHIA) dan
2 Kereta Api Makassar Parepare.

Dari 22 proyek infrastruktur prioritas tersebut, terdapat 9 proyek yang berpotensi untuk
dilaksanakan dengan skema KPBU dan 2 diantaranya siap lelang pada tahun 2015.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 27


DAFTAR PROYEK

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


RITAS
PRIORITAS
2015 2015

Legenda:
Air & Sanitasi Bandara

Energi Jalan
Ketenagalistrikan Transportasi Perkotaan

Pelabuhan Kereta Api

29
Daftar 22 Proyek Prioritas KPPIP
Penanggung Nilai investasi
No. Nama Proyek
Jawab Proyek (Rp Milyar)
Skema Pendanaan

Pengolahan Pemerintah 8.000 untuk Potensi APBN dan APBD


1 provinsi Zona 1 dengan Pinjaman Luar Negeri
DKI Jakarta
KemenPUPERA

SPAM Semarang Pemerintah 1.170 Potensi Kerjasama Pemerintah


2 Barat kota dan Badan Usaha (Availability
AIR & Semarang
Payment) dengan dukungan
pemerintah VGF
SANITASI National Capital Pemerintah 26.000 APBN dan APBD (50:50) untuk
3 Integrated Coastal provinsi (Fase A) Fase 1. Potensi KPBU untuk
Development DKI Jakarta Fase lainnya
(NCICD) KemenPUPERA
Fase 1

Penanggung Nilai investasi


Nama Proyek Skema Pendanaan
No. Jawab Proyek (Rp Milyar)

Kilang Minyak Kementerian Energi 75.000 Potensi Kerjasama Pemerintah


4 Bontang dan Sumber Daya 140.000 dan Badan Usaha
Mineral/
PT Pertamina

ENERGI Revitalisasi 5 PT Pertamina 210.000 Business to Business


5 Kilang Minyak Strategic Partnership
Eksisting (RDMP)

30 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


Penanggung Nilai investasi
No. Nama Proyek
Jawab Proyek (Rp Milyar)
Skema Pendanaan

High Voltage PT PLN 33.400 APBN dengan Pinjaman Luar


6 Direct Current Negeri
(HVDC)

PLTU Mulut PT PLN 72.000 IPP


7 Tambang

Transmisi BUMN dan 24.400 Potensi pendanaan dari


8 Sumatera 500 kV PT PLN BUMN untuk beberapa ruas
dan IPP menggunakan
Direct Lending

Central West Java PT PLN 7.640 Potensi APBN dengan


9 Transmission Line Pinjaman Luar Negeri
500 kV dengan menggunakan KETENAGA-
mekanisme Direct Lending
LISTRIKAN
PLTU Indramayu PT PLN 20.000 APBN dengan Pinjaman Luar
10 Negeri

Batang Power PT PLN 40.000 Kerjasama Pemerintah dan


11 Plant / Central Badan Usaha
West Java Power
Plant

Water to Energy PT PLN Masih Penugasan kepada


12 (4 Pembangunan dalam BUMN untuk PLTA
PLTA Baru: perhitungan Karangkates IV & V,
Karangkates IV, V, PLTA Kesamben,
Kesamben, Lodoyo) PLTM Lodoyo
dan pembangunan
PLTA lainnya

Penanggung Nilai investasi


No. Nama Proyek
Jawab Proyek (Rp Milyar)
Skema Pendanaan

Pelabuhan Kementerian 30.000 Belum ditentukan


13 Internasional Perhubungan
Hub Kuala
Tanjung
PELABUHAN
Pelabuhan Kementerian 34.000 Belum ditentukan
14 Internasional Perhubungan
Hub Bitung

Penanggung Nilai investasi


No. Nama Proyek
Jawab Proyek (Rp Milyar)
Skema Pendanaan

Revitalisasi 10 Kementerian Masih Belum ditentukan


15 Bandara Perhubungan dalam
perhitungan BANDARA

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 31


Penanggung Nilai investasi
No. Nama Proyek
Jawab Proyek (Rp Milyar)
Skema Pendanaan

4 Ruas Jalan Tol PT Hutama 31.000 Penugasan BUMN


16 Trans Sumatera Karya

Jalan Tol BPJT 11.400 Kerjasama Pemerintah dan


17 Balikpapan Badan Usaha dengan dukung-
Samarinda an pemerintah dalam bentuk
partial construction
JALAN Jalan Tol BPJT 3.900 Kerjasama Pemerintah dan
18 Manado - Badan Usaha dengan dukung-
Bitung an pemerintah dalam bentuk
partial construction

Jalan Tol Serang BPJT 12.000 Potensi Kerjasama Pemerintah


19 - Panimbang dan Badan Usaha

Penanggung Nilai investasi


Nama Proyek Skema Pendanaan
No. Jawab Proyek (Rp Milyar)

MRT Jakarta Pemerintah 25.000 APBN dengan


TRASPORTASI 20 (Jalur Selatan Provinsi DKI Pinjaman Luar Negeri
UMUM Utara) Jakarta

Penanggung Nilai investasi


No. Nama Proyek
Jawab Proyek (Rp Milyar)
Skema Pendanaan

Kereta Api Kementerian 24.000 Potensi Kerjasama Pemerintah


21 Ekspres SHIA Perhubungan dan Badan Usaha, kerjasama
dengan BUMN yang ada

KERETA API Kereta Api Kementerian 6.400 APBN


22 Makassar Perhubungan
Parepare

32 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


PENGOLAHAN AIR JAKARTA/
C. PROFIL
JAKARTA SEWERAGE SYSTEM (JSS)
22 PROYEK
PRIORITAS RENCANA
MULAI PENANGGUNG
KONSTRUKSI: JAWAB
NILAI INVESTASI: ZON PROYEK:
RP 8 TRILIUN
PEMERINTAH
ZON
PROVINSI DKI
JAKARTA

SKEMA PENDANAAN: POTENSI


LOKASI: DKI APBN DENGAN PINJAMAN
JAKARTA ASIN JEPAN NTUK ZONA
1. UNTUK ZONA LAINNYA
SKEMA PENDANAAN BELUM
DITETAPKAN, DAN POTE NSI
UNTUK DIKERJASAMAKAN
RENCANA DENGAN BADAN USAHA
MULAI OPERASI:
ZON

DESKRIPSI PROYEK
Proyek Jakarta Sewerage System akan menangani pengolahan limbah domestik di 15
zona (termasuk Zona yang sudah beroperasi), dengan rencana pembangunan awal
pada Zona 1 dan 6. Kedua zona ini diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2021;
dimana Zona 1 akan melayani wilayah pusat dan utara dan Zona 6 akan melayani
wilayah barat. Biaya total proyek Zona 1 adalah 8 Triliun sedangkan pengembangan
Zona 6 akan membutuhkan biaya sebesar 5 Triliun.

Zona 1 merupakan pembangunan sistem pengolahan limbah terpusat yang terdiri dari:
1) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL); 2) Sistem perpipaan; 3) Sambungan rumah,
dengan cakupan wilayah seluas 4.901 Ha. IPAL Zona 1 akan dibangun di Pluit dengan
kapasitas rata-rata 198.000 m3 per hari. Pada saat ini, percepatan proyek difokuskan
pada Zona 1.

SIGNIFIKANSI PROYEK
Sebagai ibukota negara, DKI Jakarta telah berkembang sebagai pusat pemerintahan,
bisnis, dan industri. Karena perkembangan tersebut tidak disertai dengan perbaikan
sistem pembuangan untuk menangani limbah yang dihasilkan, maka kondisi air dan
sanitasi di Jakarta semakin memburuk. Kondisi saat ini, cakupan wilayah (coverage
ratio) di DKI Jakarta hanya meliputi 4% dari keseluruhan wilayah dengan tingkat
pencemaran BOD sebesar 84 mg/l. Dengan kondisi tersebut, DKI Jakarta berada di
posisi kedua terendah dalam hal sanitasi di antara ibu kota di Asia Tenggara. Selain itu,
JSS juga dibutuhkan untuk mendukung efektivitas Pengembangan Terpadu Pesisir
Ibukota Negara (PTPIN)/National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)

1
yang juga sudah mulai dibangun. NCICD memerlukan percepatan pembangunan
proyek pengolahan air limbah sehingga proyek ini mendapatkan prioritas khusus dari
pemerintah pusat dengan diterbitkannya surat No: S-130/D.VI.M.EKON/09/2013
mengenai Percepatan Pengembangan Pengolahan Sistem Air Limbah Terpusat di DKI
Jakarta, dengan target pencapaian 75% cakupan wilayah pelayanan air limbah pada
tahun 2022.

Pembangunan Zona 1 dan Zona 6 akan meningkatkan 20% dari cakupan wilayah
pelayanan air limbah di DKI Jakarta. Diharapkan dengan dimulainya penyiapan proyek

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 33


untuk Zona 1 dapat menjadi spillover effect kepada pembangunan Zona lainnya. Pada akhir-
nya pembangunan seluruh proyek Jakarta Sewerage System (JSS) dapat melebihi target
jangkauan layanan limbah di DKI Jakarta.

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK JSS

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Dokumen AMDAL
(DED)

Target selesai di Menunggu persetujuan


Selesai di Juli 2015 Sedang disusun
Desember 2015 skema pendanaan

STATUS TERAKHIR
JICA telah memberikan dukungan dalam penyusunan Pra-Studi Kelayakan untuk Zona 1 dan
hasilnya sudah disosialisasikan kepada pihak terkait, termasuk Kemenko Perekonomian,
Dirjen Cipta Karya-Kementerian PUPR, Bappenas, dan Bappeda DKI Jakarta. Selanjutnya
akan dilakukan rapat koordinasi di tingkat Menteri untuk menetapkan skema pendanaan yang
paling optimal berdasarkan hasil kajian tersebut. Rapat koordinasi tingkat Menteri
direncanakan akan dilakukan paling lambat September 2015.

Mengingat proyek ini berkaitan erat dengan NCICD, maka dukungan akan diberikan agar
proyek tidak tertunda dan mengurangi tingkat keoptimalan manfaat lingkungan/ekonomi dari
NCICD, terutama bila nantinya sudah mulai pembangunan NCICD tahap B.

SKEMA PENDANAAN
SKEMA PENDANAAN UNTUK IPAL DI ZONA 1 BELUM DITETAPKAN.
Outline Business Case (OBC)/pra-studi kelayakan sudah dilakukan dengan dukungan dari
Japan International Corporation Agency (JICA). Berdasarkan rapat pembahasan ditingkat
Eselon 1 yang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2015 mengerucut kepada dua rekomendasi
skema pendanaan, yaitu APBN dengan Pinjaman Asing dari Jepang dan skema Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Rapat pembahasan menyimpulkan bahwa skema
pendanaan akan diputuskan pada rapat tingkat Menteri.

PENGADAAN TANAH
Pembangunan Zona 1 tidak membutuhkan pengadaan tanah karena status lahan telah dimiliki
oleh BUMD DKI Jakarta sehingga hal-hal terkait permasalahan lahan di Zona 1 akan disele-
saikan secara internal dalam lingkungan DKI Jakarta.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN


Percepatan penetapan skema pendanaan proyek di tingkat Menteri untuk IPAL JSS Zona 1.

34 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


SPAM SEMARANG BARAT
C. PROFIL
22 PROYEK
PRIORITAS RENCANA
PENANGGUNG
MULAI
NILAI INVESTASI: JAWAB
KONSTRUKSI:
RP 1.170 MILYAR PROYEK:
2017
PEMERINTAH
KOTA
SEMARANG

LOKASI:
SEMARANG,
JAWA SKEMA PENDANAAN: POTENSI
KERJASAMA PEMERINTAH DAN
TENGAH BADAN KP M
TAHAP KAJIAN

RENCANA
MULAI
BEOPERASI:
2019

DESKRIPSI PROYEK
SPAM Semarang Barat adalah proyek penyediaan air minum yang direncanakan
dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Penanggung
Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) adalah Pemerintah Kota Semarang yang didukung
oleh PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) sebagai transaction advisor. Proyek ini
juga menjadi salah satu pilot project untuk proyek KPBU dengan skema availability
payment dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

PROYEK SPAM DIBAGI


MENJADI 2 BAGIAN:

2 JARINGAN
DISTRIBUSI
SISTEM PENYEDIAAN
AIR BAKU
r'BTJMJUBTTVNCFSBJSCBLV
r+BSJOHBOUSBOTNJTJ
rWater Treatment Plant (WTP)
r+BSJOHBOUSBOTNJTJBJSCFSTJI
r1FOBNQVOH

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 35


SIGNIFIKANSI PROYEK
Proyek akan menggunakan air dari Bendungan Jatibarang untuk menyelesaikan masalah
kurangnya penyediaan air baku kota Semarang yang selama ini mengandalkan penyediaan
dari Kabupaten Kudus. Proyek ini bertujuan menyediakan air minum untuk 31 kelurahan di 3
kecamatan dengan estimasi 60.000 keluarga yang belum tersambung dengan jaringan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) dalam wilayah Semarang Barat, Tugu, dan Ngaliyan. Proyek ini
diharapkan dapat menyelesaikan krisis air bersih dan mengurangi penggunaan air tanah di
Kota Semarang.

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK DAN STATUS


PROYEK DENGAN ASUMSI SKEMA KPBU

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Dokumen AMDAL
(DED)

Akan disusun oleh Telah disusun


Juni 2012 2014
pemenang lelang dan disetujui

Penetapan Skema Pelelangan Dukungan


Penjaminan
Pendanaan Investasi Kelayakan/ VGF

Pra-Kualifikasi
Persetujuan Izin Penerbitan
Ditargetkan pada ditargetkan setelah
Prinsip dikeluarkan Letter of Intent
Kuartal IV 2015 penetapan skema
pada Mei 2015 pada Maret 2015
pendanaan

RTRW Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah

Menunggu Penetapan
Telah diakomodir Telah disetujui n/a
Lokasi

Pencapaian
Konstruksi Target Operasi
Pembiayaan

Ditargetkan
Belum dimulai 2019
November 2016

36 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


STATUS TERAKHIR
Persetujuan prinsip untuk Viability Gap Fund (VGF) sudah diterbitkan oleh Kementerian Keuangan sehingga
Prakualifikasi direncanakan dapat dilakukan dalam waktu dekat.

Sebagai tindak lanjut pembatalan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang mengaki-
batkan tidak adanya landasan hukum untuk penggunaan skema KPBU pada proyek SPAM, maka KPPIP
mendorong agar Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) SPAM yang baru mengizinkan pengelolaan SPAM
dilakukan dengan skema business to business (B2B) antara BUMN/BUMD, yaitu PDAM, dengan Badan Usaha
atau dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) jika BUMN/BUMD belum memiliki
kapasitas untuk menyediakan air minum. Masukan tersebut bertujuan untuk menjaga kepercayaan investor
untuk berpartisipasi di proyek SPAM selanjutnya.

KPPIP telah mendorong agar RPP tentang SPAM menyebutkan bahwa Pemerintah Kota atau Pemerintah
Daerah dapat menjadi pihak yang bekerja sama dengan Badan Usaha, sehingga tidak menghambat peran
Pemerintah Kota Semarang sebagai PJPK dalam proyek ini jika skema KPBU digunakan.

Dalam pembahasan pada rapat tertanggal 3 Juni 2015, Wakil Presiden memberikan arahan untuk mengubah
skema proyek dari KPBU menjadi penugasan kepada PDAM dalam upaya percepatan penyediaan air untuk
masyarakat. Dalam menindaklanjuti arahan Wakil Presiden, KPPIP akan melakukan koordinasi kajian perban-
dingan kedua skema yang disebutkan di atas agar dapat menentukan skema pendanaan proyek yang paling
efektif.

SKEMA PENDANAAN
Proyek SPAM Semarang Barat telah disiapkan dengan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha (KPBU) yang direncanakan akan menerima Dukungan Pemerintah dalam bentuk Viability Gap
Fund (VGF). Izin Prinsip VGF (in-principle approval of VGF) telah dikeluarkan di bulan Mei 2015. SPAM Sema-
rang Barat juga merupakan salah satu proyek yang direncanakan akan menggunakan availability payment atau
pembayaran ketersediaan layanan dari APBD kota Semarang.

Kajian lebih lanjut atas skema pendanaan akan dilakukan untuk menentukan skema pendanaan proyek yang
paling efektif.

PENGADAAN TANAH
Dokumen Perencanaan untuk pengadaan tanah sudah disiapkan dan Penetapan Lokasi dari Gubernur Jawa
Tengah dijadwalkan terbit pada Minggu ke-4 bulan September 2015. Penyelesaian pengadaan tanah
ditargetkan pada minggu pertama bulan April 2016.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN


Penyelesaian dua kajian perbandingan dua skema yang diusulkan yakni skema KPBU dan skema penugasan
kepada PDAM dengan target penyelesaian pada September 2015.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 37


NATIONAL CAPITAL INTEGRATED COASTAL
C. PROFIL
22 PROYEK DEVELOPMENT (NCICD) FASE A
PRIORITAS
RENCANA
NILAI INVESTASI:
RP 600 TRILIUN
MULAI PENANGGUNG
(KESELURUHAN KONSTRUKSI : JAWAB PROYEK:
FASE). NILAI 2016 PEMPROV DKI
INVESTASI FASE JAKARTA DAN
A SEBESAR RP KEMENPUPERA
26 TRILIUN

LOKASI: SKEMA PENDANAAN:


DKI APBN DAN APBD
JAKARTA UNTUK FASE A.
POTENSI KPBU
UNTUK FASE
LAINNYA
RENCANA
MULAI
OPERASI
:
2018

DESKRIPSI PROYEK
National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) mencakup pembangunan
sebuah tanggul raksasa di bagian utara dari Teluk Jakarta sebagai cara untuk
melindungi ibukota dari banjir. Di dalam tanggul ini akan dibuat laguna-laguna besar
untuk menampung aliran dari 13 sungai di Jakarta (tempat-tempat penampungan air
yang menjadi waduk raksasa).

Tiga fase dari mega proyek ini adalah:

a Fase A difokuskan untuk meningkatkan perlindungan pantai yang ada saat


ini. Penguatan dan pengembangan tanggul-tanggul pantai yang sudah ada
sepanjang 30 kilometer, dan membangun 17 pulau buatan di Teluk Jakarta,
kegiatan pencanangan dari fase pertama ini dilaksanakan pada awal
September 2014. Pelaksanaan konstruksi direncanakan untuk dilaksanakan
di awal tahun 2016.

Tanggul-tanggul sungai diperkuat

3
Memperkuat tanggul laut
Memperkuat Peningkatan
Memperkuat tanggul laut pompa drainase Peningkatan pompa
tanggul sungai

Pengalihan air
hulu
Pengalihan air
hulu Penyediaan air pepipaan di
Jakarta bagian utara

Konstruksi: 2014-2017
Mempercepat pembangunan
sistem pengolahan limbah dan Penyediaan pasokan
air limbah air perpipaan
Flood safety: until 2020

38 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


b
Fase B difokuskan pada upaya membangun tanggul laut luar barat dan waduk besar
yang diperkirakan akan dibangun dalam kurun waktu 2018 sampai dengan 2022.

Jembatan jalan raya Tangerang


Tanggul laut luar dan - Bekasi Tangerang - Bekasi
reklamasi lahan seluas dengan tiang Tanggul-tanggul sungai akan diperkuat
1.250 hektar
Memperkuat tanggul laut

Peningkatan pompa drainase


Restensi waduk dan air Restensi waduk dan air Stasiun pompa baru
dalam volume besar dalam volume besar
Pintu air baru

Jembatan dan ketinggian bebas

Transportasi cepat massal

Jalan kota

Jalan toll nasional

Pengolahan limbah dan


air limbah
Konstruksi: 2018-2022
Flood safety: until 2080

c Fase C difokuskan untuk membangun tanggul luar timur yang akan dibangun setelah
tahun 2023. Beberapa pengembangan jangka panjang di sisi timur teluk Jakarta
dilakukan dengan menutup bagian dari teluk untuk mengantisipasi jika penurunan
muka tanah di Jakarta bagian timur tidak dapat dihentikan. Dalam pelaksanaannya,
akan disediakan bagian tanggul timur dengan jalan tol akses Tangerang Bekasi untuk
mengurangi dampak atas penutupan ini.

Pengembangan Tanggul-tanggul sungai akan diperkuat


pelabuhan 400 hektar
Memperkuat tanggul laut

Peningkatan pompa drainase


Penutupan reservoir
bagian timur Stasiun pompa baru

Ruang untuk bandara Pintu air baru


di masa depan
Jembatan dan ketinggian bebas

Transportasi cepat masal

Jalan kota

Jalan tol nasional

Pengolahan air dan limbah

Konstruksi: setelah 2022

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 39


SIGNIFIKANSI PROYEK
Lebih dari separuh penduduk Jakarta tinggal di area pesisir dan aktivitas perekonomian
utama perkotaan juga banyak berkembang di kawasan pesisir. Di kawasan ini terdapat
aliran 13 sungai besar yang bermuara di Teluk Jakarta dan 40% wilayahnya merupakan
dataran rendah yang berada di bawah muka air laut pasang. Banjir di kawasan pesisir
Jakarta diperburuk dengan menurunnya muka tanah akibat ekstrasi pemanfaatan air
tanah dalam yang berlebihan.

Dengan adanya ancaman yang ada saat ini, maka diperlukan sebuah mega proyek
National Capital Integrated Coastal Development (NCICD), yang akan dilakukan dalam
3 tahap dimana tahap pertama akan dilakukan dengan meninggikan tanggul-tanggul
eksisting.

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK NCICD FASE A

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Dokumen AMDAL
(DED)

Dokumen AMDAL
Selesai di Juli 2015 n/a n/a ditargetkan selesai
di Desember 2015

STATUS TERAKHIR
Dalam usaha mempercepat penyediaan proyek ini, maka studi AMDAL dijadwalkan
selesai pada tahun 2015 dan segera dilanjutkan dengan pekerjaan konstruksi fisik.
Penyelesaian pekerjaan tanggul Fase A diharapkan tercapai pada tahun 2018.

Untuk pelaksanaan pekerjaan AMDAL tersebut, Proyek NCICD membutuhkan


penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang akan mengidentifikasi
dampak-dampak sosial dan ekonomi dari pembangunan proyek dan menyediakan
alternatif rekomendasi untuk memastikan agar standar kehidupan masyarakat
terdampak tidak menurun.

Kajian KLHS dan AMDAL sedang dalam proses penyusunan dan dijadwalkan selesai
pada Desember 2015.

40 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


SKEMA PENDANAAN
Pendanaan Fase A akan menggunakan APBN dan APBD dengan pembagian alokasi
pendanaan yang akan ditentukan lebih lanjut. Fase selanjutnya akan direncanakan
dengan menggandeng pihak swasta yang akan berinvestasi di kawasan NCICD.

PENGADAAN TANAH
National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang berlokasi di utara
Jakarta akan melakukan reklamasi lahan dimana 90 juta m3 pasir akan dibutuhkan
untuk membangun tanggul laut luar saja. Tambahan sejumlah 210 juta m3 pasir akan
dibutuhkan untuk mereklamasi lahan seluas 1.250 ha yang akan menjadi lokasi
pengembangan perkotaan.

Peninggian tanggul di Fase A akan menggunakan trase tanggul yang sudah ada sehing-
ga tidak membutuhkan pengadaan lahan.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN


Percepatan pengambilan keputusan terkait pembagian trase untuk konstruksi antara
Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian PUPR.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 41


KILANG MINYAK DI BONTANG
C. PROFIL
22 PROYEK
PRIORITAS RENCANA PENANGGUNG
MULAI JAWAB
NILAI INVESTASI: KONSTRUKSI: PROYEK:
ESTIMASI 2017 PT PERTAMINA
RP 75 T 140 T (MENUNGGU
PENETAPAN)

LOKASI:
BONTANG,
KALIMANTAN
TIMUR SKEMA PENDANAAN:
BELUM DITENTUKAN,
MENUNGGU HASIL
PRA-STUDI KELAYAKAN
RENCANA MULAI
OPERASI/
COMMERCIAL
OPERATION
DATE: 2019

DESKRIPSI PROYEK
Kilang minyak Bontang adalah proyek pembangunan kilang minyak baru dengan
kapasitas produksi bahan bakar minimal 235 ribu barel per hari yang akan dibangun di
Bontang, Kalimantan Timur. Perencanaan pembangunan Kilang Minyak Bontang akan
menggunakan konfigurasi yang mempertimbangkan sistem lain seperti sistem
petrokimia. Hasil produksi kilang minyak tersebut akan diutamakan untuk memenuhi
kebutuhan bahan bakar dalam negeri.

SIGNIFIKANSI PROYEK
Mengingat kebutuhan bahan bakar dan upaya pencapaian ketahanan energi di dalam
negeri, maka Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak dalam
negeri. Kombinasi Grass Root Refinery (GRR) dan Refining Development Master Plan

4
(RDMP) dibutuhkan untuk meningkatkan penyediaan minyak mentah dan bahan bakar
di Indonesia sehingga dapat menurunkan ketergantungan pada impor.

Dalam pelaksanaannya, diharapkan pembangunan kilang minyak di Bontang tidak


akan mengalami kendala karena pengadaan lahan yang merupakan salah satu
kebutuhan proyek telah teratasi dengan tersedianya lahan seluas 300 hektar. Selain itu
infrastruktur pendukung seperti jalan akses, jetty dan pendukung lain untuk alokasi
lahan yang dimaksud telah tersedia untuk pelaksanaan operasi kilang minyak Bontang
ini.

42 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


JADWAL PELAKSANAAN PROYEK DENGAN
ASUMSI SKEMA KPBU

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Dokumen AMDAL
(DED)

Ditargetkan selesai Akan disusun oleh Akan disusun oleh Sedang disusun
pada Desember 2015 Pemenang Lelang Pemenang Lelang dan ditargetkan

Penetapan Skema Pelelangan Dukungan


Penjaminan
Pendanaan Investasi Kelayakan/ VGF

Akan ditentukan setelah Akan ditentukan setelah


Ditargetkan ditetapkan Ditargetkan pada
Pra-Studi Kelayakan Pra-Studi Kelayakan
pada Desember 2015 Kuartal I 2016
diselesaikan diselesaikan

STATUS TERAKHIR
KPPIP telah melakukan usaha untuk mengurai permasalahan yang menyebabkan proyek kilang
minyak Bontang ini tertunda selama 4 tahun. Salah satu isu yang mengemuka adalah terkait atas
persetujuan dukungan Pemerintah untuk meningkatkan kelayakan investasi proyek jika
dikerjasamakan dengan pihak swasta. Dukungan yang dimaksud diidentifikasi melalui
pelaksanaan Market Sounding pada Maret 2014 dimana 12 investor menyatakan minat
investasi. Dalam Market Sounding tersebut, investor menyatakan harapan dukungan insentif
dari Pemerintah seperti income tax holiday, duty free import on crude, penyediaan tanah, open
market/export for petrochemical products, performance guarantee, dan penyediaan infrastruktur
pendukung. Dukungan-dukungan yang disebutkan dianggap akan membebani fiskal negara
secara signifikan.

Untuk mendorong good governance dalam pemberian insentif fiskal tersebut (dengan
mempertimbangkan aspek kompetisi), skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
merupakan salah satu opsi yang bisa digunakan. KPPIP telah mengalokasikan dana Rp 14
Milyar untuk penyusunan Pre-FS yang akan menghasilkan dokumen Outline Business Case
yang akan menjadi dasar penetapan skema pendanaan. Untuk mendukung kegiatan ini, PT
Pertamina telah setuju untuk menjadi PJPK tetapi hal ini membutuhkan landasan hukum berupa
Peraturan Presiden yang sedang disusun oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

SKEMA PENDANAAN
Untuk pembangunan kilang minyak di Bontang, salah satu rencana adalah menggunakan skema
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dimana PT Pertamina akan menjadi
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK). Skema KPBU dipertimbangkan mengingat
keterbatasan kapasitas pendanaan dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)
untuk membiayai pembangunan kilang. Dengan skema KPBU, maka proyek berkesempatan
untuk mendapatkan berbagai Dukungan Pemerintah khusus KPBU, seperti Viability Gap Fund,
Jaminan Pemerintah, dan dukungan-dukungan insentif non-sektoral.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 43


Dengan skema KPBU, PT Pertamina sebagai PJPK dan Badan Usaha Pemenang Lelang akan
bekerja sama dalam pembangunan dan operasi kilang minyak Bontang dengan pembiayaan
dari Badan Usaha yang disertai Dukungan Pemerintah. Bentuk dan besaran dukungan
pemerintah akan diidentifikasi pada tahap prastudi kelayakan/Outline Business Case (OBC)
yang sedang disiapkan oleh KPPIP.

PENGADAAN TANAH
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan, telah menyediakan lahan
seluas 300 ha di Kabupaten Bontang yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan kilang
minyak dengan mekanisme sewa Rp 0 rupiah (nol Rupiah).

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN


Dalam mempercepat proyek kilang minyak baru Bontang, maka dibutuhkan usaha tindak
lanjut sebagai berikut:

Percepatan penerbitan Perpres Percepatan pelaksanaan lelang


yang akan menjadi dasar dan penunjukan konsultan
PT Pertamina menjadi PJPK. prastudi kelayakan/OBC Penunjukan transaction advisor agar
sehingga target penyelesaian di tidak ada penundaan dari
Desember 2015 dapat tercapai. penyelesaian studi Pre-FS oleh KPPIP
dengan proses lelang investasi yang
akan dikoordinasikan di bawah unit
PPP Kemenkeu. Untuk mencapai
target produksi di 2019, maka lelang
investasi KPBU harus dilakukan paling
lambat di Kuartal 1 2016.

44 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


REVITALISASI KILANG EKSISTING / REFINERY
C. PROFIL
DEVELOPMENT MASTER PLAN (RDMP)
22 PROYEK
PRIORITAS
RENCANA MULAI
KONSTRUKSI: 2018
UNTUK TAHAP 1
NILAI INVESTASI: KILANG CILACAP PENANGGUNG
RP210 TRILIUN DAN KILANG JAWAB
BALIKPAPAN PROYEK: PT
PERTAMINA

LOKASI:
CILACAP,
BALONGAN, SKEMA PENDANAAN:
DUMAI, BUSINESS TO BUSINESS/
BALIKPAPAN, STRATEGIC PARTNERSHIP
PLAJU

RENCANA MULAI
OPERASI: 2021
UNTUK TAHAP 1
KILANG CILACAP
DAN KILANG
BALIKPAPAN

DESKRIPSI PROYEK
Proyek RDMP adalah proyek untuk merevitalisasi 5 kilang yang ada di Cilacap, Jawa
Tengah; Balongan, Jawa Barat; Dumai, Riau; Balikpapan, Kalimantan Timur; Plaju,
Sumatera Selatan; untuk meningkatkan kapasitas kilang minyak di Indonesia.

SIGNIFIKANSI PROYEK
Mengingat kebutuhan bahan bakar dan upaya untuk mencapai ketahanan energi dalam

5
negeri, maka Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak dalam negeri.
Pada saat ini, kemampuan Indonesia memenuhi kebutuhan produk dalam negeri sangat
rendah, yaitu hanya dapat memenuni kebutuhan selama 48 hari pada tahun 2013 dan
diperkirakan turun menjadi 38 hari pada tahun 2025. Jika dibiarkan, hal ini berpotensi
menjadi ancaman ketahanan energi.

RDMP dibutuhkan bersamaan dengan proyek kilang minyak baru (Grass Root Refinery)
untuk meningkatkan kapasitas produksi kilang minyak yang sudah ada di Indonesia.
Dengan revitalisasi 5 kilang di Cilacap, Balikpapan, Plaju, Balongan, dan Dumai, maka
produksi diestimasi akan meningkat 150%.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 45


JADWAL PELAKSANAAN PROYEK RDMP TAHAP I

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan
(DED)

2015 (Sedang
Januari 2013 2016
Berlangsung)

STATUS TERAKHIR
Prastudi Kelayakan, pemilihan kontraktor, dan Bankability Study untuk proyek RDMP
telah selesai dilakukan pada akhir 2014. PT Pertamina telah menandatangani
Memorandum of Understanding (MoU) dengan investor terpilih pada 10 Desember
2014 dengan mitra dari Saudi Aramco, JX Nippon, dan Sinopec China. Dalam
pelaksanaaannya, PT Pertamina akan melakukan revitalisasi secara bertahap,
dengan Tahap 1 dimulai dari kilang Balikpapan dan kilang Cilacap.

SKEMA PENDANAAN
Dalam pelaksanaan upaya revitalisasi, PT Pertamina akan melakukan kerjasama
dengan berbagai perusahaan dalam bentuk strategic partnership. Beberapa
kerjasama yang telah disepakati adalah JX Nippon untuk kilang Balikpapan dan
Saudi Aramco untuk kilang Cilacap.

PENGADAAN TANAH
Revitalisasi akan dilakukan di dalam lokasi kilang minyak yang sudah ada sehingga
tidak membutuhkan pengadaan tanah.

Untuk mendapatkan TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN


long term kontrak
dari suplai minyak
mentah, dibutuhkan
G2G agreement, Penerbitan izin prinsip
contohnya dengan investasi PMA untuk
Irak, Iran, Azerbaijan, pembentukan
dan Arab Saudi. perusahaan JV paling
lambat tahun 2017.

Persetujuan izin
lingkungan.
Persetujuan tax
holiday atau tax
allowance di 2016.

Penerbitan sertifikasi dan


perizinan terkait migas
lainnya pada saat tahap EPC
sampai dengan operasi.

46 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


C. PROFIL HIGH VOLTAGE DIRECT CURRENT (HVDC)
22 PROYEK
PRIORITAS RENCANA MULAI
KONSTRUKSI:
PAKET 1, 2, DAN 3
PADA 2015.
PAKET 4 PADA 2016.
PAKET 5 PADA 2017.
NILAI INVESTASI: PENANGGUNG
RP 33,4 TRILIUN JAWAB PROYEK:
PT PLN

LOKASI:
SUMATERA
SELATAN,
LAMPUNG,
BANTEN, SKEMA PENDANAAN:
JAWA BARAT APBN DENGAN PINJAMAN
LUAR NEGERI

RENCANA
MULAI OPERASI:
2019

DESKRIPSI PROYEK
High Voltage Direct Current (HVDC) adalah proyek pembangunan sistem transmisi
interkoneksi antara Sumatra dan Jawa dimana salah satu fungsinya adalah untuk
mengalirkan listrik yang dihasilkan oleh PLTU Mulut Tambang Sumatera Selatan 8, 9,
dan 10 ke Pulau Jawa.

PAKET1 Stasiun konverter/inverter di Kabupaten Muara


WAKTU Enim (Sumatera Selatan) & Kabupaten Bogor
PELAKSANAAN
42 BULAN (Jawa Barat).

PAKET2
Saluran transmisi kabel bawah laut 500kV DC
WAKTU
PELAKSANAAN sepanjang 40 km dari Ketapang (Lampung)-Salira
41 BULAN (Banten), yang melintasi Selat Sunda.

PAKET3 Saluran transmisi udara 500 kV DC dari Muara Enim


WAKTU (Sumatera Selatan) ke Ketapang (Lampung) dan
PELAKSANAAN
41 BULAN dari Salira (banten) ke Bogor (Jawa Barat).

PAKET4

6
Saluran transmisi udara 500 kV AC dari stasiun
WAKTU konverter Muara Enim (Sumatera Selatan) ke PLTU
PELAKSANAAN Mulut Tambang dan dari stasiun konverter Bogor
30 BULAN (Jawa Barat) ke Sistem Transmisi 500 kV Jawa-Bali.

PAKET5 Saluran transmisi udara 500 kV AC dari stasiun


WAKTU konverter Muara Enim (Sumatera Selatan) ke sistem
PELAKSANAAN
26 BULAN transmisi 500 kV Sumatera.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 47


SIGNIFIKANSI PROYEK
Proyek HVDC akan mengembangkan jalur transmisi sepanjang 742 km dan dalam
pelaksanaannya akan membutuhkan lahan seluas 300 ha. Transmisi HVDC direncanakan memiliki
kemampuan transfer daya sebesar 3.000 MW dari Sumatera ke Jawa dan sebaliknya dengan
tujuan untuk meningkatkan kemampuan pasokan listrik di Sumatera dan Jawa sehingga biaya
produksi energi listrik dapat ditekan dengan mengoptimalkan pemanfaatan batubara low grade
yang melimpah di Pulau Sumatera.

SKEMA PENDANAAN
Skema Pendanaan proyek HVDC telah ditetapkan untuk menggunakan dana APBN dengan
Pinjaman Luar Negeri berasal dari JICA sebesar JPY 181.87 Milyar (~Rp 33,4 Triliun).

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK HVDC


Pengadaan lahan stasiun konverter merupakan aktivitas kritis
terhadap penyelesaian Proyek HVDC dan PLTU Sumsel 8
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

IZIN LOI
PRINSIP
PAKET 1
CONVERTER / TENDER K 42
INVERTER
AKTIVITAS
STATION CRITICAL
KRITIS
LOI PATH 4:
PAKET 1-3 HARUS
DISELESAIKAN
SEBELUM COD
PAKET 2 TENDER K 41 SUMSEL 8
MARINE CABLE

LOI

PAKET 3
TENDER K 41
DC T/L
M. ENIM - BOGOR
LOI
CRITICAL
PATH 3:
PAKET 4 KONSTRUKSI PAKET 4 HARUS
PQ TENDER KONTRAK
DISELESAIKAN
AC OVERHEAT SEBELUM BACK
T/L SUMSEL 8 FEEDING SUMSEL 8

CRITICAL LOI
PATH 2:
PAKET 5 KONTRAK UNTUK
PAKET 4 DAPAT KONSTRUKSI
AC OVERHEAT DISETUJUI SETELAH PO TENDER
T/L SUMSEL FINANCIAL CLOSE
9,10 DARI SUMSEL 8

FINANCIAL CLOSE COD


CRITICAL
PATH 1:
KONSTRUKSI C-TEST
SUMSEL 8 SUMSEL 8 MENCAPAI
FINANCIAL CLOSE
SETELAH PEMENANG
TENDER PAKET 1, 2 BACK FEEDING
DAN 3 DIDAPATKAN PPA FINANCIAL CLOSE
COD
SUMSEL TENDER KONSTRUKSI C-TEST
9,10
BACK FEEDING

48 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


PENGADAAN TANAH

SUMATERA SELATAN JAWA BARAT

Surat Penetapan Lokasi untuk lahan di Sumatera Selatan telah diperba- Surat Penetapan Lokasi sudah direvisi dan sedang dalam proses
harui dan diterbitkan dalam surat Sekda Pemprov Sumsel No. menunggu penandatanganan oleh Gubernur. Revisi Penetapan Lokasi
393/1068/IV/2015. Sebagian besar lahan sudah masuk dalam tahap tersebut dibutuhkan untuk dapat mengumumkan hasil inventarisasi
inventarisasi, kecuali wilayah Ogan Konering Ulu Timur (OKUT) dimana converter station. Sampai saat ini, pengadaan lahan untuk converter
hanya 44 dari 111 titik pengadaan telah diselesaikan. station sudah mencapai 51 ha dari 55 ha yang dibutuhkan.

Lahan PTPN 7 yang akan menjadi tempat converter station sudah selesai Selain proses pengadaan tanah, PT PLN juga sedang mengajukan Izin
diinventarisasi dan sedang memasuki tahap appraisal sebelum dapat Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk kawasan hutan produksi di
dilakukan proses ganti rugi. Sumatera Selatan dan Lampung.

Saat ini sedang dilakukan juga percepatan pengadaan lahan untuk


perubahan ruas transmisi Lahat Gumawang 275 kV menjadi Lahat
Lumut Balai Gumawang. Pengadaan tanah dari sisi selatan membutuh-
kan revisi Penetapan Lokasi dari Gubernur Sumatera Selatan dan
sosialisasi ulang kepada masyarakat terdampak.

BANTEN LAMPUNG

Surat Penetapan Lokasi dari Gubernur Banten belum perlu direvisi Surat Penetapan Lokasi untuk lahan di Lampung sudah diperbaharui
karena masih dapat menggunakan Undang-Undang pengadaan tanah dan diterbitkan dalam Keputusan Gubernur Lampung No. G/268/II.06/H-
yang lalu dan masih berlaku sampai tahun 2017. Sebagian besar lahan K/2015. Sebagian besar lahan masih dalam tahap inventarisasi kecuali
masih dalam tahap inventarisasi kecuali daerah Cilegon dimana 12 dalam Kabupaten Lampung Selatan dimana 17 titik sudah dibebaskan.
lokasi sudah dalam tahap pembayaran ganti rugi.

STATUS TERAKHIR
Pengadaan HVDC Paket 1 telah dilakukan dimana RFP dan pemasukan proposal dilaksanakan
pada bulan Mei 2015. Estimasi penandatangan kontrak adalah pada Oktober 2015.
Pengadaan HVDC Paket 2 telah dilakukan dimana RFP Tahap 2 dipublikasikan pada April 2015.
Saat ini sedang dilakukan proses evaluasi Tahap 1 (teknis). Estimasi penandatanganan kontrak
pada akhir 2015.
Kontrak untuk HVDC Paket 3 telah ditandatangani pada 29 Oktober 2014.
Prakualifikasi pengadaan HVDC Paket 4 telah selesai dilakukan dan publikasi dokumen RFP
dilakukan pada bulan April 2015. Estimasi penandatanganan kontrak adalah pada November
2015 dan sebelum penandatanganan kontrak, dibutuhkan pemenuhan prasyarat penerbitan LoI
oleh pihak investor terpilih untuk PLTU Mulut Tambang Sumsel 8.
HVDC Paket 5 akan melakukan prakualifikasi pada awal 2016.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Percepatan penerbitan Penetapan


Lokasi baru di sisi Gumawang,
Sumatera Selatan untuk ruas transmisi
Lahat Lumut Balai Gumawang.

Percepatan pengadaan
tanah baik di sisi Jawa
dan Sumatera.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 49


PLTU MULUT TAMBANG SUMSEL 8
C. PROFIL
22 PROYEK
PRIORITAS
RENCANA MULAI
NILAI KONSTRUKSI: 2015 PENANGGUNG
INVESTASI: JAWAB
RP 18 TRILIUN PROYEK:
PT PLN

SKEMA PENDANAAN:
IPP DIMANA PEMENANG
LOKASI: LELANG ADALAH PT BUKIT
SUMATERA ASAM DAN CHINA HUADIAN
SELATAN CORPORATION YANG
MEMBENTUK KONSORSIUM
PT HUADIAN BUKIT ASAM
POWER HBAP

RENCANA MULAI
OPERASI: 2018

DESKRIPSI PROYEK
PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 adalah pembangkit listrik tenaga batubara dengan skema
Mine-to-Mouth dimana lokasi pembangkit terletak paralel terhadap lokasi tambang batu
bara sehingga biaya logistik dapat dikurangi. PLTU ini direncanakan akan memiliki
kapasitas 1.200 MW dan akan tersambung dengan transmisi HVDC (Proyek No 6).

7 SIGNIFIKANSI PROYEK
Pertumbuhan penduduk dan industri di Pulau Jawa, terutama Jawa bagian Barat, telah
meningkatkan kebutuhan tenaga listrik yang tidak dapat dicukupi oleh pembangkit listrik
di pulau Jawa saja. Melihat besarnya potensi batubara dan pembangunan pembangkit
listrik tenaga batubara di Pulau Sumatera, Pemerintah Indonesia telah menyusun rencana
pembangunan pembangkit dan transmisi untuk memberikan suplai berkesinambungan
untuk Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.

50 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


JADWAL PELAKSANAAN PROYEK PLTU SUMSEL 8

Pengadaan lahan stasiun konverter merupakan aktivitas kritis


terhadap penyelesaian Proyek HVDC dan PLTU Sumsel 8
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

IZIN LOI
PRINSIP
PAKET 1
CONVERTER / TENDER K 42
INVERTER
AKTIVITAS
STATION CRITICAL
KRITIS
LOI PATH 4:
PAKET 1-3 HARUS
DISELESAIKAN
SEBELUM COD
PAKET 2 TENDER K 41 SUMSEL 8
MARINE CABLE

LOI

PAKET 3
TENDER K 41
DC T/L
M. ENIM - BOGOR
LOI
CRITICAL
PATH 3:
PAKET 4 KONSTRUKSI PAKET 4 HARUS
PQ TENDER KONTRAK
DISELESAIKAN
AC OVERHEAT SEBELUM BACK
T/L SUMSEL 8 FEEDING SUMSEL 8

CRITICAL LOI
PATH 2:
PAKET 5 KONTRAK UNTUK
PAKET 4 DAPAT KONSTRUKSI
AC OVERHEAT DISETUJUI SETELAH PO TENDER
T/L SUMSEL FINANCIAL CLOSE
9,10 DARI SUMSEL 8

FINANCIAL CLOSE COD


CRITICAL
PATH 1:
KONSTRUKSI C-TEST
SUMSEL 8 SUMSEL 8 MENCAPAI
FINANCIAL CLOSE
SETELAH PEMENANG
TENDER PAKET 1, 2 BACK FEEDING
DAN 3 DIDAPATKAN PPA FINANCIAL CLOSE
COD
SUMSEL TENDER KONSTRUKSI C-TEST
9,10
BACK FEEDING

STATUS TERAKHIR
Power Purchase Agreement (PPA) untuk Sumsel 8 telah ditandatangani pada 17 September
2012 dengan mengizikan 3 kali perpanjangan waktu untuk financial close. Jadwal financial
close telah diubah menjadi September 2015.
Dalam tindak lanjut pelaksanaanya, pada 27 Maret 2015 telah ditandatangani Financing
Agreement antara PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) selaku Pengembang IPP dengan
CEXIM selaku lender yang berasal dari Tiongkok. Draw down akan menunggu penerbitan
LOI Paket 1 dan 2 HVDC.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 51


Draw down pertama dilakukan pada pertengahan tahun 2015 mengingat LoI untuk HVDC
Paket 3 telah diterbitkan oleh PT PLN pada Oktober 2014.
KPPIP melakukan upaya debottlenecking untuk pengadaan tanah transmisi 275 kV Lahat
Gumawang menjadi Lahat Lumut Balai yang dibutuhkan untuk backfeeding test pada
2017/2018 yang berpotensi menghambat, tercapainya target Financial Close.

SKEMA PENDANAAN
PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 adalah proyek dengan skema Independent Power
Producer (IPP) dimana PT PLN melakukan lelang kepada Badan Usaha yang akan
memberikan pendanaan dan membangun proyek. Pemenang lelang adalah PT Huadian
Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan konsorsium dari PT Bukit Asam dan China
Huadian Corporation.

PENGADAAN TANAH
AMDAL untuk proyek telah diterbitkan dan pengadaan tanah telah dilakukan. Saat ini
sedang dalam proses penerbitan sertifikat tanah yang sudah diadakan.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN


Memastikan
penerbitan LoI
Penetapan Lokasi
HVDC Paket 1
untuk transmisi ruas
pada September
Lahat-Gumawang yang
2015. dibutuhkan untuk
backfeeding oleh Gubernur Memastikan
Sumatera Selatan. penerbitan LoI
HVDC Paket 2 Penyelesaian
pada Agustus sertifikasi tanah.
2015.

Pencapaian
financial close
pada September
2015.

52 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


PLTU MULUT TAMBANG SUMSEL 9 & 10

NILAI
INVESTASI: RENCANA MULAI
SUMSEL 9 RP KONSTRUKSI: 2016 PENANGGUNG
36 TRILIUN, JAWAB
SUMSEL 10 RP PROYEK:
18 TRILIUN PT PLN

LOKASI: SKEMA PENDANAAN: IPP


SUMATERA PEMENANG LELANG BELUM
SELATAN DITETAPKAN

RENCANA MULAI
OPERASI: 2020

DESKRIPSI PROYEK
PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 & 10 adalah pembangkit listrik tenaga batubara
dengan skema Mine-to-Mouth dimana lokasi pembangkit terletak paralel terhadap
lokasi tambang batu bara sehingga biaya logistik dapat dikurangi. PLTU ini
direncanakan akan memiliki kapasitas 1.200 MW dan 600 MW yang akan tersambung
dengan transmisi HVDC.

SIGNIFIKANSI PROYEK
Pertumbuhan penduduk dan industri di Pulau Jawa, terutama Jawa bagian barat, telah
meningkatkan kebutuhan tenaga listrik yang tidak dapat dicukupi oleh pembangkit
listrik di pulau Jawa. Melihat besarnya potensi batubara dan pembangunan pembang-
kit listrik tenaga batubara di Pulau Sumatera, Pemerintah Indonesia telah menyusun
rencana pembangunan pembangkit dan transmisi untuk memberikan suplai
berkesinambungan untuk Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. PLTU Mulut Tambang
Sumsel 8, 9, 10 adalah pembangkit yang akan disambung dengan transmisi High
Voltage Direct Current (HVDC).

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 53


JADWAL PELAKSANAAN PROYEK SUMSEL 9 & 10
Pengadaan lahan stasiun konverter merupakan aktivitas kritis
terhadap penyelesaian Proyek HVDC dan PLTU Sumsel 8
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

IZIN LOI
PRINSIP
PAKET 1
CONVERTER / TENDER K 42
INVERTER
AKTIVITAS
STATION CRITICAL
KRITIS
LOI PATH 4:
PAKET 1-3 HARUS
DISELESAIKAN
SEBELUM COD
PAKET 2 TENDER K 41 SUMSEL 8
MARINE CABLE

LOI

PAKET 3
TENDER K 41
DC T/L
M. ENIM - BOGOR
LOI
CRITICAL
PATH 3:
PAKET 4 KONSTRUKSI PAKET 4 HARUS
PQ TENDER KONTRAK
DISELESAIKAN
AC OVERHEAT SEBELUM BACK
T/L SUMSEL 8 FEEDING SUMSEL 8

CRITICAL LOI
PATH 2:
PAKET 5 KONTRAK UNTUK
PAKET 4 DAPAT KONSTRUKSI
AC OVERHEAT DISETUJUI SETELAH PO TENDER
T/L SUMSEL FINANCIAL CLOSE
9,10 DARI SUMSEL 8

FINANCIAL CLOSE COD


CRITICAL
PATH 1:
KONSTRUKSI C-TEST
SUMSEL 8 SUMSEL 8 MENCAPAI
FINANCIAL CLOSE
SETELAH PEMENANG
TENDER PAKET 1, 2 BACK FEEDING
DAN 3 DIDAPATKAN PPA FINANCIAL CLOSE
COD
SUMSEL TENDER KONSTRUKSI C-TEST
9,10
BACK FEEDING

STATUS TERAKHIR
Hasil PQ 2 telah diumumkan pada 8 Maret 2013 dan 8 peserta dinyatakan lulus kualifikasi:
rQFOBXBSMVMVTLVBMJLBTJVOUVLQSPZFLTE.8
rQFOBXBSMVMVTLVBMJLBTJVOUVLQSPZFLTE.8

Melanjutkan hasil PQ, Request for Proposals (RFP) Sumsel 9 dan Sumsel 10 diterbitkan tanggal 1
Agustus 2013 dan revisi final telah diterbitkan tanggal 18 Desember 2014. Agar diperoleh proposal
yang berkualitas dan memiliki nilai kompetisi yang baik tanggal pemasukan penawaran (bid
submision date) telah diperpanjang sampai dengan tanggal 18 Agustus 2015 dari sebelumnya
dijadwalkan pada 18 Mei 2015.

Untuk mendukung proyek, persetujuan prinsip untuk penjaminan (In-Principal Approval) telah
diterbitkan oleh PT PII tanggal 18 Desember 2014.

54 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


SKEMA PENDANAAN
PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 & 10 menggunakan skema Independent Power Producer (IPP) dimana
PT PLN melakukan lelang kepada Badan Usaha yang akan memberikan pendanaan dan membangun
proyek. Proses lelang sedang berlangsung dengan jadwal pengumuman pemenang lelang pada bulan
Desember 2015.

PENGADAAN TANAH
Proyek belum memasuki tahap pengadaan tanah. Pengadaan tanah untuk PLTU Mulut Tambang akan
dilakukan setelah penetapan pemenang.

TINDAK LANJUT
Memastikan Penetapan Pemenang Lelang tercapai pada Desember 2015.

TINGKAT KESIAPAN PROYEK DAN RENCANA


JADWAL PELAKSANAAN
Pengadaan lahan stasiun konverter merupakan aktivitas kritis
terhadap penyelesaian Proyek HVDC dan PLTU Sumsel 8
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

IZIN LOI
PRINSIP
PAKET 1
CONVERTER / TENDER K 42
INVERTER
AKTIVITAS
STATION CRITICAL
KRITIS
LOI PATH 4:
PAKET 1-3 HARUS
DISELESAIKAN
SEBELUM COD
PAKET 2 TENDER K 41 SUMSEL 8
MARINE CABLE

LOI

PAKET 3
TENDER K 41
DC T/L
M. ENIM - BOGOR
LOI
CRITICAL
PATH 3:
PAKET 4 KONSTRUKSI PAKET 4 HARUS
PQ TENDER KONTRAK
DISELESAIKAN
AC OVERHEAT SEBELUM BACK
T/L SUMSEL 8 FEEDING SUMSEL 8

CRITICAL LOI
PATH 2:
PAKET 5 KONTRAK UNTUK
PAKET 4 DAPAT KONSTRUKSI
AC OVERHEAT DISETUJUI SETELAH PO TENDER
T/L SUMSEL FINANCIAL CLOSE
9,10 DARI SUMSEL 8

FINANCIAL CLOSE COD


CRITICAL
PATH 1:
KONSTRUKSI C-TEST
SUMSEL 8 SUMSEL 8 MENCAPAI
FINANCIAL CLOSE
SETELAH PEMENANG
TENDER PAKET 1, 2 BACK FEEDING
DAN 3 DIDAPATKAN PPA FINANCIAL CLOSE
COD
SUMSEL TENDER KONSTRUKSI C-TEST
9,10
BACK FEEDING

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 55


TRANSMISI SUMATERA 500 KV
C. PROFIL
22 PROYEK
PRIORITAS
RENCANA
MULAI KONSTRUKSI:
NILAI BELUM PENANGGUNG
INVESTASI: DITENTUKAN JAWAB
RP 24,4 TRILIUN PROYEK:
PT PLN

SKEMA PENDANAAN:
LOKASI: DARI TOTAL 1.330 KM, 430 KM
PULAU BERPOTENSI DIBIAYAI BUMN
SUMATERA DALAM NEGERI DAN 900 KM
BELUM DITETAPKAN SKEMA
PENDANAANNYA

RENCANA MULAI
OPERASI:
DARI 2017 SAMPAI
DENGAN 2023

DESKRIPSI PROYEK
Proyek pembangunan Transmisi Sumatera 500 kV ini bertujuan untuk mengalirkan
listrik yang dihasilkan di bagian Selatan ke bagian Utara Sumatera dengan menggu-
nakan jalur transmisi sepanjang 1.330 km dari Muara Enim, Sumatera Selatan sampai

8
ke Langsa, Aceh.

SIGNIFIKANSI PROYEK
Transmisi Sumatera dibutuhkan untuk mengalirkan listrik dari PLTU di Sumatera
Selatan ke wilayah utara Pulau Sumatera dalam upaya untuk meningkatkan akses listrik
untuk masyarakat. Jadwal pembangunan proyek ini akan diselaraskan dengan penyele-
saian pembangunan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, 9, 10 dan pembangunan HVDC
agar menghindari ketidakmerataan penyediaan listrik di Pulau Sumatera dan Jawa.

56 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


RENCANA JADWAL PELAKSANAAN

PROGRES PERENCANAAN PROGRES PERENCANAAN


JUMLAH SIRKUIT 2 JUMLAH SIRKUIT 2
MUARA KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2
RANTAU
KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2
ENIM- PANJANG 120 PRAPAT- PANJANG 270
AUR DURI RENCANA
OPERASI
2019 PERDAGANGAN RENCANA 2020
OPERASI

PROGRES PENGADAAN PROGRES PERENCANAAN


JUMLAH SIRKUIT 2 JUMLAH SIRKUIT 2
MUARA KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2 KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2
AUR DURI- PANJANG 210 PERDAGANGAN- PANJANG 80
PERANAP RENCANA
OPERASI
2017 GALANG RENCANA
OPERASI
2020

PROGRES PENGADAAN PROGRES PERENCANAAN


JUMLAH SIRKUIT 2
JUMLAH SIRKUIT 2
GALANG-
KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2 KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2
PERANAP- PANJANG 220 PANGKALAN PANJANG 70
PERAWANG RENCANA
2017 SUSU RENCANA 2023
OPERASI OPERASI

PROGRES PERENCANAAN PROGRES PERENCANAAN


JUMLAH SIRKUIT 2 JUMLAH SIRKUIT 2
PERAWANG- KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2
PANGKALAN KONDUKTOR ACSR 4X 430 MM2
RANTAU PANJANG 280 SUSU- PANJANG 80

PRAPAT RENCANA
OPERASI
2020 LARGA RENCANA
OPERASI
2023

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 57


STATUS TERAKHIR
Proyek Transmisi Sumatera untuk transmisi sepanjang 430 km (New Aur Duri - Peranap -
Perawang) pada awalnya akan ditugaskan kepada 5 BUMN (Hutama Karya, Adhi Karya,
Waskita Karya, Wijaya Karya, Pembangunan Perumahan) melalui penunjukan langsung.
Namun, karena belum adanya landasan hukum untuk penunjukan langsung, PT. PLN
memutuskan untuk mengadakan proses lelang.

PT PLN sedang melakukan proses lelang untuk ruas New Aur Duri Peranap (210 km) dan
ruas PeranapPerawang (220 km) dimana penetapan pemenang dijadwalkan pada
September 2015.

Sisa proyek sepanjang 900 km masih dalam tahap penjajakan skema pendanaan. Beberapa
opsi sedang dikaji, di antaranya: (1) Melakukan penunjukan langsung BUMN Cina (State
Grid Corporation of China). Untuk itu PT PLN membutuhkan legal opinion dari Kejaksaan
Agung sebagai landasan Penunjukan Langsung State Grid Corporation of China (SGCC)
sebagai kontraktor dengan skema Build Operate Transfer (BOT); (2) melakukan beauty
contest terhadap shortlisted bidders.

SKEMA PENDANAAN
Untuk 430 km ruas dari New Aur Duri Peranap Perawang, PT PLN sedang melakukan
lelang kepada BUMN konstruksi untuk pembagian ruas yang dapat dikerjakan terlebih
dahulu. Penetapan pemenang lelang ditargetkan pada Agustus 2015 dan BUMN pemenang
akan membiayai pembangunan ruas tersebut.

Untuk ~900 km porsi Transmisi Sumatera lainnya, Pemerintah Indonesia masih mengkaji
beberapa opsi skema pendanaan.

PENGADAAN TANAH
Proyek belum memasuki tahap pengadaan tanah.

58 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Penetapan pemenang lelang


ruas New Aur Duri Peranap
Perawang (430 km).

Penetapan skema
pendanaan untuk sisa
900 km ruas transmisi.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 59


C. PROFIL CENTRAL WEST JAVA 500 kV
22 PROYEK TRANSMISSION LINE
PRIORITAS

RENCANA MULAI
NILAI KONSTRUKSI:
INVESTASI: 2017 PENANGGUNG
RP 7,64 TRILIUN JAWAB
PROYEK:
PT PLN

LOKASI:
SKEMA PENDANAAN:
JAWA BARAT
DIRECT LENDING DENGAN
DAN JAWA
PINJAMAN DARI KFW DAN
TENGAH
JICA

RENCANA MULAI
OPERASI:
2019

DESKRIPSI PROYEK
Pembangunan transmisi 500 kV untuk mengalirkan listrik yang dihasilkan di Jawa
Tengah ke load center Jakarta yang berada di wilayah Barat Pulau Jawa.

Pembagian ruas proyek transmisi:


1. Ungaran (Pedan) Pemalang (86 km)
2. Pemalang Mandirancan (167 km)
3. Pemalang Incomer 2 pi (110 km)
4. Pemalang Incomer 2 pi (Batang Weleri) 2 km
5. Mandirancan Indramayu (90 km)

9
6. Indramayu Cibatu (110 km)

SIGNIFIKANSI PROYEK
Jalur transmisi dari Jawa Barat ke Jawa Tengah sangatlah dibutuhkan untuk
mengalirkan listrik yang akan dihasilkan oleh PLTU Indramayu (1.000 MW), PLTU
Jawa 1 (1.000 MW), PLTU Pemalang (2x1.000 MW), PLTU Jawa 3 (2 x 660 MW), PLTU
Jawa 4 (2x1.000 MW) dan PLTU Batang (2.000 MW). Oleh karena itu, dibutuhkan
sinkronisasi jadwal pembangunan dan penyelesaian seluruh proyek tersebut.

60 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


JADWAL PELAKSANAAN PROYEK CENTRAL
WEST JAVA 500 kV TRANSMISSION LINE

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan
(DED)

Ditargetkan selesai Menunggu persetujuan


Sedang disusun
di 2016 skema pendanaan

STATUS TERAKHIR
Saat ini proyek sedang dalam proses perizinan, pembebasan tanah, dan penyusunan
dokumen lelang.

SKEMA PENDANAAN
Proyek akan didanai dengan Direct Lending atau Pinjaman Langsung kepada PT PLN dari
KfW dan JICA.

PENGADAAN TANAH
Proyek terindikasi membutuhkan tanah sebesar 77,5 ha yang saat ini pada tahap
perencanaan dan penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah. PT PLN sedang
melakukan revisi AMDAL untuk ruas Indramayu Cibatu yang merupakan bagian Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah.

Pengadaan tanah untuk tapak tower transmisi akan menggunakan UU No. 2 Tahun 2012
tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum. Dalam pelaksanaannya, pembayaran
ganti rugi untuk bangunan yang terdampak dan right of way akan dilakukan sesuai dengan
Peraturan Menteri ESDM No. 38 Tahun 2013 tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan,
dan Tanaman yang berada di Bawah Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi dan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi.

Perizinan untuk kawasan hutan produksi pada ruas Ungaran (Pedan) Mandirancan (38 km)
dan Indramayu Cibatu akan dilakukan sesuai peraturan di Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, dengan upaya percepatan oleh KPPIP.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 61


TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Dibutuhkan penyelesaian
revisi AMDAL untuk ruas
Indramayu Cibatu pada
Agustus 2015. Percepatan pengadaan
tanah yang saat ini
sedang dalam tahap
penyusunan Dokumen
Penyiapan.

62 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


C. PROFIL
PLTU INDRAMAYU
22 PROYEK
PRIORITAS
NILAI RENCANA MULAI
INVESTASI: KONSTRUKSI: 2017 PENANGGUNG
RP 20 TRILIUN JAWAB
PROYEK:
PT PLN

LOKASI:
INDRAMAYU, SKEMA PENDANAAN:
JAWA BARAT APBN DENGAN PINJAMAN
LUAR NEGERI (JICA)

RENCANA MULAI
OPERASI: 2019

DESKRIPSI PROYEK
Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap dengan kapasitas 1.000 MW yang akan
menghasilkan listrik untuk kebutuhan di Pulau Jawa dan Pulau Bali.

SIGNIFIKANSI PROYEK
Pembangunan PLTU ini bertujuan untuk mendukung penyediaan sistem listrik dan
mengurangi krisis listrik di wilayah Jawa dan Bali. Selain itu proyek ini juga berguna untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan dampak positif di masyarakat
dengan mendukung pertumbuhan kawasan industri di Jakarta wilayah Timur dan Jawa
Barat.

STATUS TERAKHIR

10
KPPIP memberikan dukungan koordinasi pemangku kepentingan dan kajian upaya
percepatan lainnya ketika penerbitan Izin Lingkungan terhambat, seperti membawa isu
tersebut ke tingkat Kantor Staf Presiden dan Wakil Presiden untuk dikoordinasikan dari
level pemerintah pusat. Dengan tindak lanjut tersebut, Izin Lingkungan sudah
ditandatangani dengan terbitnya Keputusan Bupati Indramayu tentang Izin Lingkungan
Kegiatan Pembangunan PLTU Indramayu 2 x 1000 MW yang diajukan oleh PT PLN Unit
Induk Pembangunan VIII di Kab Indramayu Jawa Barat No. 660/Kep, 51. A-BLH/2015
tanggal 26 Mei 2015.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 63


Saat ini, PT PLN sedang melakukan revisi minor pada Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) tetapi tidak berpengaruh pada Izin Lingkungan yang sudah
diterbitkan. Revisi Dokumen AMDAL akan dimasukan ke dalam Dokumen Perencanaan
untuk pengadaan tanah. Dengan diterbitkannya Izin Lingkungan, maka PT PLN dapat
memulai kegiatan inisiasi proyek termasuk pengurusan perizinan.

Board of Directors PT PLN akan membuat keputusan terkait kelanjutan pengadaan untuk
konsultan Detailed Engineering Design (DED) dan pengadaan kontraktor EPC yang sempat
terhenti karena Izin Lingkungan belum diterbitkan.

SKEMA PENDANAAN
PLTU Indramayu telah ditetapkan menggunakan pendanaan dari APBN dengan pinjaman
luar negeri berasal dari JICA sebesar USD 2 milyar.

PENGADAAN TANAH
Setelah terbitnya Izin Lingkungan pada 26 Mei 2015, maka PLTU Indramayu memasuki
proses penyiapan Dokumen Perencanaan pengadaan tanah untuk mengadakan lahan.
Penetapan Lokasi ditargetkan pada Desember 2015 sehingga penyelesaian pengadaan
tanah dapat dilakukan pada Mei 2016.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Penyelesaian revisi
AMDAL dan penyiapan
Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah. Memastikan komitmen pendanaan
dengan melakukan finalisasi Blue
Book 2015 dan pre-request untuk
Blue Book 2016 sebelum Request
for Proposal (RFP) diterbitk an untuk
lelang kontraktor EPC.

Melakukan pengadaan
untuk konsultan DED
dan kontraktor EPC.

64 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


TINGKAT KESIAPAN PROYEK DAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN

AKTIVITAS 2015 2016 2017 2018 2019 PIC

1. Tahap Penyiapan Perizinan Umum

1.1 Perpres Penugasan Pertamina sebagai PJPK 8/31/15 Kemen ESDM

1.2 Revisi RTRW untuk akomodir Kilang Bontang 10/16/15 Kemenko Ekon

1.3 Penyampaian Dokumen ANDAL 10/19/15 Pertamina

1.4 Penyampaian Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah 11/16/15 Pertamina

1.5 Izin Lingkungan 11/20/15 Gubernur

1.5 Penetapan Lokasi 12/18/15 Gubernur

2. Tahap Penyiapan Fasilitas On-Shore

2.1 Kepastian alokasi anggaran untuk tanah 9/7/15 Kemenkeu

2.2 On-site preparation Pertamina

3. Tahap Penyiapan Fasilitas Off-Shore

3.1 Berbagai perizinan terkait kemenhub, Pupera, ESDM Kemenko Maritim

4. Tahap Penyiapan Pra-Studi Kelayakan

4.1 Market Sounding Pertamina, KPPIP

4.2 OBC Development 12/18/15 Pertamina, KPPIP

5. Tahap Transaksi/Lelang Investasi

5.1 Penunjukan Transaction Advisor 9/14/15 Pertamina, PPP Unit

5.2 IIGF guarantee application Pertamina

5.3 Persiapan Dokumen Lelang/Transaction Advisor Pertamina/TA

5.4 Pra-Kualifikasi (PQ) 12/28/15 Pertamina/TA

5.5 Proses lelang KPBU Pertamina/TA

5.6 Pengumuman Pemenang Lelang dan tanda tangan Perjanjian KPBU 8/31/16 Pertamina, SPV

5.7 Financial Close 11/30/16 SPV

6. Pembangunan dan Operasi

6.1 Construction related (Site Prep, BED, FEED, EPC) SPV, Pertamina

6.2 Commercial Operation Date (COD) SPV, Pertamina

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 65


PLTU BATANG/CENTRAL JAVA POWER PLANT
C. PROFIL
22 PROYEK
PRIORITAS
RENCANA MULAI
NILAI KONSTRUKSI: 2016 PENANGGUNG
INVESTASI: JAWAB
RP 40 TRILIUN PROYEK:
PT PLN

LOKASI: SKEMA PENDANAAN:


BATANG, JAWA IPP DENGAN INVESTOR
TENGAH TERPILIH ADALAH PT
BIMASENA POWER
INDON PI

RENCANA MULAI
OPERASI: 2019

DESKRIPSI PROYEK
PLTU Batang atau Central Java Power Plant (CJPP) adalah proyek pembangkit
listrik tenaga uap ultra critical sebesar 2 x 1.000 MW di Kabupaten Batang,
Jawa Tengah. PLTU Batang akan dibangun oleh Special Purpose Vehicle (SPV)
PT Bhimasena Power Indonesia yang beranggotakan J-POWER (34%), Adaro
(34%), dan Itochu (32%). Proyek ini telah mendapatkan penjaminan dari PT
Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) dan Pemerintah Pusat untuk risiko
politik dan force majeure.

11 SIGNIFIKANSI PROYEK
Pembangunan pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas 2.000 MW untuk
menyediakan listrik bagi masyarakat di Pulau Jawa. Proyek ini juga merupakan
pilot project untuk Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dengan nilai
terbesar di Indonesia.

66 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


JADWAL PELAKSANAAN PROYEK DENGAN
SKEMA KPBU

Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi Target Operasi
Pembiayaan

Menunggu pembebasan
Ditargetkan dicapai Belum Dimulai 2019
lahan untuk 18,87 ha
pada Desember 2015
menggunakan
Undang-Undang
No. 2 Tahun 2012

STATUS TERAKHIR
Penandatanganan Power Purchase Agreement (PPA) antara PT PLN dan PT BPI
telah dilakukan pada 6 Oktober 2011 dengan jadwal Financial Close telah diundur
beberapa kali dari 6 Oktober 2012 menjadi 6 Oktober 2013, 6 Oktober 2014 dan
akhirnya sekarang menjadi 6 Oktober 2015.

Proyek ini mengalami masalah dalam pengadaan tanah dan dalam upaya
mengatasi masalah tersebut, PT PLN tengah melakukan lelang penilai tanah
(appraisal) yang akan direkomendasikan kepada Kantor Wilayah BPN Jawa
Tengah untuk ditetapkan.

Walaupun dengan estimasi penyelesaian pembebasan lahan pada 28 September


2015, diestimasikan masih cukup waktu untuk mencapai financial close diatas.

SKEMA PENDANAAN
Skema pendanaan sudah ditetapkan sebagai IPP dimana pihak investor
pemenang lelang adalah PT Bhimasena Power Indonesia yang didirikan oleh
J-Power (34%), Adaro (34%), dan Itochu (32%).

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 67


PENGADAAN TANAH
Proyek ini terkendala pengadaan tanah karena penolakan masyarakat di beberapa titik
area power block sehingga memundurkan jadwal financial close. Untuk mengatasi hal
tersebut, PT PLN diberikan penugasan untuk melakukan pengadaan tanah hamparan yang
tersisa dengan menggunakan Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 yang memberikan batas
waktu maksimum penyelesaian pengadaan tanah.

Dengan fasilitasi KPPIP, kendala pengadaan tanah telah dibahas di rapat yang dipimpin
oleh Wakil Presiden untuk memutuskan upaya percepatan. Sesuai permintaan percepatan
dari Wakil Presiden, Penetapan Lokasi untuk tanah hamparan yang tersisa sudah
diterbitkan oleh Gubernur Jawa Tengah pada 30 Juni 2015. Berdasarkan jadwal yang telah
disusun Kantor Wilayah BPN Jawa Tengah, pengadaan tanah diestimasi selesai pada 28
September 2015 sehingga diharapkan target financial close pada 6 Oktober 2015 dapat
tercapai.

Status pengadaan tanah di area power block dapat dilihat di Tabel. Dari 18,87 ha yang
akan diadakan, 12,51 ha tanah masyarakat akan diadakan PT PLN dengan menggunakan
UU No. 2 Tahun 2012. Diluar pengadaan melalui UU No. 2 Tahun 2012, PT BPI
bertanggung jawab untuk mengadakan 3,88 ha merupakan tanah bengkok dan wakaf
dimana, dan juga 2,48 ha yang merupakan irigasi/sungai/jalan kecil.

Metode Size (m2) Plot Pemilik Lahan

Undang-Undang
1. Tanah Individual No. 2 Tahun 2012 105.704m2 76 49

Undang-Undang
2. Tanah GG 17.484 m2 13 11
No. 2 Tahun 2012

Undang-Undang
3-1. Tanah Bengkok 1 No. 2 Tahun 2012 1.959 m2 3 -

Tidak Undang-Undang
3-2. Tanah Bengkok 2 No. 2 Tahun 2012 37.305m2 6(+3) -

Tidak Undang-Undang
4. Tanah Wakaf No. 2 Tahun 2012 1.503 m2 2 -

Sub Total 163.955 m2 100 60

Tidak Undang-Undang
5. Irigasi dan Pematang 24.780 m2 -
No. 2 Tahun 2012

Grand Total 188.735 m2 100 60

68 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


PETA SISA LAHAN POWER BLOCK

LAUT JAWA

LAUT JAWA

Akan diperoleh menggunakan UU 2/2012: 12.51 Ha

Tanah Bengkok dan Wakaf (ditangani BPI): 3.88 Ha

Irigasi/Sungai (ditangani BPI):


2.48 Ha
Jalan/jalur kecil (ditangani BPI):
500m
18.87 Ha

Di luar status yang disebut di atas, di area power block juga terdapat Tanah Cadangan Umum Negara (TCUN)
sebesar 16 ha yang memerlukan kejelasan tentang mekanisme peralihannya kepada PT BPI. Terdapat dua opsi
dimana Opsi 1 TCUN dialihkan menjadi Hak Guna Bangunan (HGB) PT BPI secara langsung atau Opsi 2 dimana
HGB diberikan kepada PT BPI di atas Hak Penggunaan Lain (HPL) yang diprioritaskan pemberiannya kepada
BUMN dari Pemerintah, dalam hal ini kepada PT PLN.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Penyelesaian pengadaan
lahan sesuai dijadwalkan
pada 28 September
Percepatan proses
2015.
sertifikasi tanah power
block sebesar 5,06 ha
yang sekarang berada
di Kantor Wilayah BPN
Jawa Tengah dan 49,98
ha yang masih diproses
di PT BPI oleh notaris.
Penetapan penanganan TCUN di
antara Opsi 1: HGB langsung ke BPI
atau Opsi 2: HGB BPI di atas HPL PT
PLN.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 69


WATER TO ENERGY (PEMBANGUNAN 4 PLTA BARU
C. PROFIL
KARANGKATES IV & V, KESAMBEN, DAN PLTM LODOYO)
22 PROYEK
PRIORITAS

NILAI RENCANA MULAI


INVESTASI: KONSTRUKSI: 2016 PENANGGUNG
BELUM JAWAB
DITENTUKAN PROYEK:
PT PLN

SKEMA PENDANAAN:
PENUNJUKAN BUMN UNTUK
LOKASI:
PEMBANGUAN PLTA KARANGKATES
SELURUH
IV & V, KESAMBEN DAN PLTM
INDONESIA
LODOYO, DAN POTENSI KERJASAMA
PEMERINTAH DAN BADAN
USAHA UNTUK PROYEK LAINNYA,
TERMASUK PENGEMBANGAN
KAPASITAS BENDUNGAN MENJADI
PEMBANGKIT LISTRIK.
RENCANA
MULAI OPERASI:
BELUM
DITENTUKAN

DESKRIPSI PROYEK
Program Water to Energy dibagi menjadi 4 program percepatan, dimana salah satunya
adalah terobosan percepatan pembangunan PLTA Karangkates IV & V, Kesamben, dan
Lodoyo dengan total kapasitas 147 MW. Lokasi PLTA Karangkates IV & V dan
Kesamben berada di wilayah Sungai Brantas, Jawa Timur sementara PLTM Lodoyo
akan memanfaatkan Bendung Gerak. Total kapasitas pembangkit listrik ke-3 PLTA dan
1 PLTM ini mencapai 147 MW.
Salah satu pembangunan bendungan yang menjadi perhatian KPPIP adalah
Bendungan Matenggeng yang memiliki potensi menghasilkan listrik sebesar 900 MW.

12
Proyek masih dalam tahap kajian dan skema pendanaan belum ditetapkan.

SIGNIFIKANSI PROYEK
PLTA Karangkates IV & V memiliki kemampuan menghasilkan listrik sebesar 100 MW.
PLTA Kesamben memiliki kapasitas tenaga 37 MW dan PLTA Lodoyo dapat meng-
hasilkan 10 MW. Dengan total 147 MW, keempat pembangkit listrik ini dipilih karena
memiliki potensi dimulainya konstruksi paling cepat.

70 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


RENCANA JADWAL PELAKSANAAN
TIMELINE UNTUK PLTA
KARANGKATES IV & V DAN
PLTA KESAMBEN

FINALISASI PPA COD PELAKSANAAN


(SEPT 2015) (APRIL 2015) KONSTRUKSI
(DES 2015)

GROUNDBREAKING AMDAL
CEREMONY (AGUSTUS - OKT 2015)
(NOV 2015)

PENYUSUNAN
Commercial Operation PENANDATANGANAN COD
Date (COD)(SEPT 2015) PJBL (DES 2015) (DES 2017)

GROUNDBREAKING PELAKSANAAN
CEREMONY KONSTRUKSI
TIMELINE PLTM LODOYO
(OKT 2015) (DES 2015)

STATUS TERAKHIR
Studi kelayakan untuk pembangunan PLTA Karangkates IV & V, PLTA Kesamben dan PLTA Lodoyo
sudah diselesaikan oleh konsultan dan sedang dalam proses perizinan dan penyusunan basic
design.

SKEMA PENDANAAN
PLTA Karangates IV & V dan PLTA Kesamben menggunakan pendanaan dari sinergi BUMN yang
terdiri dari PT Pembangkit Jawa Bali (PJB), PT Wijaya Karya, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya,
PT Brantas Energi, dan Perum Jasa Tirta I.
PLTM Lodoyo menggunakan pendanaan dari sinergi BUMN yang terdiri dari PT Pembangkit Jawa
Bali (PJB), Perum Jasa Tirta I, dan PT Brantas Energi.

PENGADAAN TANAH

PLTA Karangkates IV & Pengadaan tanah PLTA PLTA Lodoyo tidak


V akan menggunakan Kesamben masih menunggu membutuhkan
lahan milik Perum Jasa proses penandatanganan Power pengadaan lahan.
Tirta I. Purchase Agreement (PPA).

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 71


JALAN TOL SER ANIMBANG
C. PROFIL
22 PROYEK
PRIORITAS
RENCANA MULAI
NILAI PENANGGUNG
KONSTRUKSI: 2017
INVESTASI: JAWAB PROYEK:
RP 12 TRILIUN BADAN PENGATUR
JALAN T PJT

LOKASI: SKEMA PENDANAAN:


BANTEN, JAWA POTENSI KERJASAMA
BARAT PEMERINTAH DAN BADAN
U KPBU

RENCANA MULAI
OPERASI: 2018

DESKRIPSI PROYEK
Pembangunan jalan tol sepanjang 83,6 km untuk menyediakan akses ke Kawasan

13
Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon.

SIGNIFIKANSI PROYEK
Jalan tol ini diharapkan dapat mengurangi biaya logistik pengiriman barang dari
kawasan industri di Pandeglang ke pelabuhan di Jakarta dan sebaliknya.

72 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PROYEK

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Dokumen AMDAL
(DED)

Ditargetkan selesai Ditargetkan pada September


April Desember 2015
pada Desember 2015 tahun 2016 Desember 2015

Penetapan Skema Pelelangan Dukungan


Penjaminan
Pendanaan Investasi Kelayakan/ VGF

Ditetapkan setelah Menunggu hasil Menunggu hasil Menunggu hasil


kajian VfM selesai kajian VfM kajian VfM kajian VfM

RTRW Izin Lingkungan IPPKH Target Operasi

Sudah terdaftar Belum diterbitkan Tidak diperlukan 2018

Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan

Ditargetkan pada Target konstruksi


Belum dimulai
Juli 2017 dimulai Juli 2017

STATUS TERAKHIR
KPPIP telah berkoordinasi dengan BPJT dan Bina Marga untuk mengadakan konsultan untuk penyusunan kajian AMDAL dan
kajian VfM agar sesuai dengan standar dokumen studi kelayakan KPPIP. Selanjutnya kajian VfM akan diintegrasikan dengan
studi kelayakan yang akan diajukan oleh Pemerintah Provinsi Banten kepada Kementerian PUPERA. Studi kelayakan tersebut
akan menjadi basis penetapan trase dengan Peraturan Kementerian PUPERA. Saat ini KPPIP sedang melakukan proses
lelang Jasa Konsultasi untuk penyusunan kajian AMDAL dan kajian VfM.
Izin Penetapan Lokasi oleh Gubernur Banten ditargetkan terbit 1-2 bulan setelah penyampaian kedua dokumen tersebut.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 73


SKEMA PENDANAAN
Proyek ini memiliki potensi menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
(KPBU). Keputusan penetapan skema pendanaan baru dapat ditetapkan setelah kajian Value for
Money (VfM) selesai dilakukan. KPPIP saat ini sedang melakukan lelang konsultan independen
untuk penyusunan kajian VfM dan kajian tersebut ditargetkan selesai pada bulan Desember 2015.
Kajian VfM ini akan menunjukkan skema pendanaan dengan total biaya dan risiko proyek terendah
bagi Pemerintah Indonesia diantara pilihan menggunakan pendanaan dari APBN, Penugasan
BUMN atau KPBU.

PENGADAAN TANAH
Telah disepakati pada Rapat Koordinasi Jalan Tol Serang Panimbang pada tanggal 14 Juli 2015
bahwa proses pengadaan lahan akan menggunakan Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum. Estimasi kebutuhan lahan Jalan Tol Serang
Panimbang adalah seluas 700 ha - 800 ha. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
belum menetapkan besaran anggaran yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah. Penetapan
Lokasi oleh Gubernur Banten ditargetkan selesai pada awal tahun 2016.
Berdasarkan hasil kajian sementara, sebagian besar rute berada di kawasan perkebunan dan
sawah milik negara yang tidak diduduki oleh masyarakat. Permukiman warga yang memiliki
kemungkinan terkena rencana jalan tol diperhitungkan kurang dari 10% dari total lahan yang
dibutuhkan.
PT Banten West Java (selaku pengembang KEK Tanjung Lesung) telah menyatakan kesediaanya
untuk melakukan pengadaan tanah sepanjang 25 km awal setelah Penetapan Lokasi diterbitkan
dan ditandatanganinya perjanjian kerjasama antara Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat dengan PT Banten West Java untuk penjaminan bahwa uang pengadaan
tanah untuk 25 km awal dari PT Banten West Java akan digantikan oleh APBN.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Penyusunan dokumen
Penyusunan kajian VfM
perjanjian kerjasama antara
Kementerian Pekerjaan oleh KPPIP dan penyusunan
Umum dan Perumahan kajian AMDAL oleh
Pengalokasian
Rakyat selaku instansi yang Pemerintah Provinsi Banten
memerlukan lahan dan PT anggaran tahun
ditargetkan selesai pada
Banten West Java untuk 2016 untuk biaya
bulan Desember 2015.
proses pengadaan lahan pengadaan tanah
KPPIP sedang melakukan
oleh Badan Usaha. oleh Bina Marga,
lelang untuk konsultan
Kementerian
penyusun VfM dan kajian AMDAL.
PUPERA.

Penerbitan Penetapan Lokasi untuk pelaksanaan


proses pengadaan tanah oleh Gubernur Banten
setelah dokumen perencanaan pengadaan
tanah dan kajian lingkungan disampaikan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.

74 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


JALAN TO
C. PROFIL
22 PROYEK
PRIORITAS
RENCANA MULAI
NILAI PENANGGUNG
KONSTRUKSI: 2017
INVESTASI: RP JAWAB PROYEK:
3,9 TRILIUN BADAN PENGATUR
JALAN T BPJT

SKEMA PENDANAAN:
LOKASI: KERJASAMA PEMERINTAH
SULAWESI DAN BADAN U KPBU
UTARA DENGAN DUKUNGAN
PEMERINTAH DALAM
BENTUK KONSTRUKSI
SEBAGIAN

RENCANA MULAI
OPERASI: 2018

DESKRIPSI PROYEK
Jalan tol sepanjang 39 km ini akan menghubungkan dua kota terbesar di Sulawesi
Utara, yakni Manado dan Bitung. Proyek ini dibagi menjadi dua tahap yakni (1) Seksi 1:
Manado Airmadidi dan (2) Seksi 2: Airmadidi Bitung.

14 SIGNIFIKANSI PROYEK
Proyek ini diharapkan mendukung peningkatan lalu lintas pada rute Manado Bitung
sehingga dapat mendukung pertumbuhan sektor wisata serta pertumbuhan ekonomi di
Manado, Minahasa Utara dan Bitung. Jalan tol ini juga akan menjadi jalan akses utama
ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung dan Pelabuhan Hub Internasional Bitung
yang akan dibangun.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 75


JADWAL PELAKSANAAN PROYEK

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Dokumen AMDAL
(DED)

Selesai pada Selesai pada Selesai pada Selesai pada


2012 2012 Desember 2013 2013

Penetapan Skema Pelelangan Dukungan


Penjaminan
Pendanaan Investasi Kelayakan/ VGF

Sudah ditetapkan Pra-kualifikasi dilakukan Konstruksi sebagian Belum diproses


pada Agustus 2015 oleh Pemerintah

RTRW Izin Lingkungan IPPKH Target Operasi

Sudah terdaftar Sudah diterbitkan Tidak diperlukan 2018

Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan

Revisi Penetapan Lokasi Ditargetkan pada Target konstruksi


telah diterbitkan pada Desember 2016 dimulai Februari 2017
April 2015

Status pengadaan tanah


per Juli 2015 telah
mencapai 31,55%

STATUS TERAKHIR
BPJT telah menghitung ulang kelayakan proyek dan telah diputuskan bahwa dukungan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara akan dianggap sebagai sunk cost. Pelaksanaan lelang
pengusahaan jalan tol (pra-kualifikasi) untuk seluruh seksi telah dilaksanakan pada 31 Juli
2015 dan berlangsung hingga 31 Agustus 2015.

76 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


SKEMA PENDANAAN
Skema pendanaan proyek ini adalah Supported Build Operate Transfer (SBOT). Pemerintah akan memberikan
dukungan berupa konstruksi sebagian untuk seksi 1, yaitu rute Manado Airmadidi sepanjang 14 km.
Dana yang digunakan untuk pembangunan konstruksi seksi 1 bersumber dari APBN melalui pinjaman Pemerintah
Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Pembangunan Seksi 2, yaitu rute Airmadidi Bitung sepanjang 25 km yang akan
dilaksanakan oleh pihak swasta. Adapun estimasi investasi oleh pihak swasta sebesar Rp 3 Triliun. Pendanaan
dari pihak swasta akan dialokasikan untuk pendanaan konstruksi, operasional dan pemeliharaan selama masa
konsensi.
Pembiayaan pengadaan tanah untuk seksi 1 bersumber dari APBN 2015 sebesar Rp 19 Milyar dan sekitar Rp 440
Milyar untuk seksi 2. Terdapat pula dukungan pendanaan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melalui APBD
Tahun 2016 sebesar Rp 6,72 Milyar untuk pengadaan lahan seksi 1 dan Rp 100 Milyar untuk seksi 2.

PENGADAAN TANAH
Proses pengadaan tanah untuk Jalan Tol Manado Bitung telah berlangsung sejak bulan Juni 2015 dimana proses
pengadaan tanah Seksi 1 (Manado Airmadidi) sudah mencapai 90,16% dengan dana Rp 6,72 Milyar dari APBD
Sulawesi Utara. Kebutuhan dana pengadaan tanah telah dianggarkan ke dalam APBD 2016. Selanjutnya sepan-
jang bulan Agustus 2015 akan dilakukan musyawarah, verifikasi lahan dan proses pembayaran lahan. Dengan
demikian diharapkan seluruh lahan Seksi 1 akan siap pada akhir bulan Agustus 2015.
Setelah Penetapan Lokasi diterbitkan oleh Gubernur Sulawesi Utara pada 22 Maret 2012 dan dilakukan perubahan
pada tanggal 7 April 2015, pembebasan tanah Seksi 2 (Airmadidi Bitung) ditargetkan untuk dimulai pada bulan
Agustus tahun 2015.
Dengan dukungan koordinasi yang dilakukan oleh KPPIP, penyiapan proses pengadaan tanah yang sempat
terhambat akibat tidak dimilikinya alat ukur GPS Geodetik saat ini telah terselesaikan dan pihak Kantor Wilayah
BPN Provinsi Sulawesi Utara telah melakukan koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum setempat terkait penye-
diaan alat tersebut. Penyelesaian pengadaan tanah Seksi 2 ditargetkan selesai pada bulan Desember 2015.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Percepatan negosiasi antara Kementerian


Keuangan dengan pihak Pemerintah Republik
Rakyat Tiongkok (lender) terkait tambahan
pinjaman senilai ~USD 600 juta untuk sebagian
konstruksi ruas yang dibangun oleh Pemerintah. Memastikan terdapatnya anggaran tahun
2016 untuk dana pengadaan tanah
oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara dan melanjutkan pengadaan
tanah untuk Seksi 2.

Pelaksanaan lelang investasi untuk


seluruh seksi oleh BPJT dimulai
pada 31 Juli 31 Agustus 2015.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 77


C. PROFIL
22 PROYEK JALAN TOL BALIKPAPA
PRIORITAS

NILAI RENCANA MULAI


PENANGGUNG
INVESTASI: RP KONSTRUKSI: 2016
JAWAB PROYEK:
11,4 TRILIUN BADAN PENGATUR
JALAN T BPJT

SKEMA PENDANAAN:
LOKASI: KERJASAMA PEMERINTAH
KALIMANTAN DAN BADAN U KPBU
TIMUR DENGAN DUKUNGAN
PEMERINTAH DALAM
BENTUK PARTIAL
CONSTRUCTION

RENCANA MULAI
OPERASI: 2018

DESKRIPSI PROYEK
Jalan tol sepanjang 99 km ini akan menghubungkan dua kota terbesar di Kalimantan
Timur, yakni Balikapapan dan Samarinda. Proyek ini dibagi menjadi dua seksi, yaitu Seksi
1 yang terdiri atas Paket 1 (25,07 km) dan Paket 5 (11,09 km) dan Seksi 2 yang terdiri atas
Paket 2 (23,26 km), Paket 3 (21,9 km) dan Paket 4 (17,7 km).

15 SIGNIFIKANSI PROYEK
Jalan tol akan mengembangkan kawasan-kawasan industri berbasis kelapa sawit,
batubara, migas, dan pertanian di kedua kota dan di sepanjang jalan tol. Proyek jalan tol
ini juga akan mendukung proyeksi pertambahan perpindahan penumpang dan barang
serta mengurangi biaya logistik dan waktu tempuh antara Kota Samarinda dan Kota
Balikpapan.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


78
JADWAL PELAKSANAAN PROYEK

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Dokumen AMDAL
(DED)

Sudah selesai Selesai pada Sudah selesai Selesai pada


2014 2014

Penetapan Skema Pelelangan Dukungan


Penjaminan
Pendanaan Investasi Kelayakan/ VGF

Sudah ditetapkan Pra-kualifikasi dilakukan Konstruksi sebagian Belum diproses


pada Agustus 2015 oleh Pemerintah

RTRW Izin Lingkungan IPPKH Target Operasi

Sudah terdaftar Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan Agustus 2018

Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan

Penetapan Lokasi Ditargetkan pada Target konstruksi


telah diterbitkan pada Oktober 2016 dimulai November 2016
2009

Status pengadaan tanah


per Juli 2015 telah
mencapai 86%

STATUS TERAKHIR
BPJT sedang melaksanakan Pra-kualifikasi lelang KPBU sejak 31 Juli 31 Agustus 2015.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


79
SKEMA PENDANAAN
Skema pendanaan untuk proyek ini adalah Supported Build-Operate-Transfer (SBOT).
Proyek ini akan menggunakan skema KPBU dengan dukungan konstruksi sebagian
(partial construction) untuk Paket 1 dan 5 dari Pemerintah Pusat dan Provinsi Kalimantan
Timur. Pihak swasta akan berperan sebagai mitra pembangunan konstruksi untuk Paket
2-4 dan operasional jalan tol untuk seluruh paket.

PENGADAAN TANAH
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah mengeluarkan dana Rp 1,2 Triliun yang akan
dianggap sebagai sunk cost dan Rp 1,5 Triliun untuk konstruksi. Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur sudah menyatakan komitmennya untuk menambahkan dana dari APBD
apabila dibutuhkan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah mengirimkan surat
kepada BPJT menyatakan bahwa pengadaan tanah telah melebihi 75% sehingga BPJT
dapat melakukan lelang. Status per Juli 2015 menunjukkan bahwa pengadaan tanah
sudah mencapai 86%.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Percepatan proses pengadaan untuk


lahan yang tersisa hingga akhir tahun
2015.

Pelaksanaan lelang
investasi sesuai
dengan jadwal yang
telah disusun oleh
BPJT.

Dibutuhkan tambahan dokumen rincian penyerahan


lahan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
kepada Bina Marga untuk disertakan dalam dokumen
kelengkapan lelang.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


80
EMPAT RUAS JALAN TOL TRANS SUMATERA
C. PROFIL
22 PROYEK
PRIORITAS RENCANA MULAI
KONSTRUKSI: 2015 PENANGGUNG
NILAI NTUK SEBAGIAN
INVESTASI: RP JAWAB PROYEK:
30 TRILIUN PENUGASAN PT
HUTAMA KARYA

LOKASI:
SUMATERA
UTARA, RIAU,
SUMATERA
SELATAN DAN SKEMA PENDANAAN:
LAMPUNG PENUGASAN PT HUTAMA
KARYA

RENCANA MULAI
OPERASI: 2016
RUAS
MEDAN BINJ

DESKRIPSI PROYEK
Jalan Tol Trans Sumatera sepanjang 304 km akan menghubungkan Pulau Sumatera
dari Aceh hingga Bakauheni. Tahap 1 terdiri atas 8 ruas, terbagi menjadi 4 ruas awal:
(1) Medan - Binjai, (2) Palembang - Indralaya, (3) Pekanbaru - Dumai, (4) Bakauheni -
Terbanggi Besar; dan empat ruas tambahan: (5) Terbanggi Besar - Pematang
Panggang, (6) Pematang Panggang - Kayu Agung, (7) Palembang Tanjung Api - Api

16
dan (8) Kisaran Tebing Tinggi.

SIGNIFIKANSI PROYEK
Diharapkan proyek jalan tol ini dapat meningkatkan konektivitas, mengurangi biaya
logistik dan mendorong pertumbuhan industri di Pulau Sumatera.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 81


RENCANA PELAKSANAAN PROYEK

Ruas Medan Binjai

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Dokumen AMDAL
(DED)

Sudah selesai Sudah selesai Ditargetkan selesai Selesai pada


pada Agustus 2015 Desember 2013

RTRW Izin Lingkungan IPPKH Target Operasi

Sudah terdaftar Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan Agustus 2018

Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan

Penetapan Lokasi Skema pendanaan Belum dimulai


telah diterbitkan ditetapkan pada
Desember 2014
Status pengadaan tanah (70% PMN, 30% pinjaman)
telah mencapai 70%
untuk Seksi 1 Ditargetkan pada
Agustus 2015
(pinjaman dari PT SMI)

82 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


Ruas Palembang - Indralaya

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Dokumen AMDAL
(DED)

Sudah selesai Sudah selesai Sudah tersedia Sudah selesai


dan finalisasi menunggu
selesainya pengadaan
tanah

RTRW Izin Lingkungan IPPKH Target Operasi

Sudah terdaftar Sudah diterbitkan Tidak diperlukan Agustus 2018

Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan

Penetapan Lokasi Skema pendanaan Belum dimulai


telah diterbitkan ditetapkan pada
Desember 2014
Pengadaan tanah (70% PMN, 30% pinjaman)
ditargetkan selesai
pada Desember 2015 Ditargetkan pada
Agustus 2015
(pinjaman dari PT SMI)

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 83


Ruas Bakauheni Terbanggi Besar

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Dokumen AMDAL
(DED)

Sudah selesai Sudah selesai Sudah tersedia dan Sudah selesai


finalisasi menunggu
selesainya pengadaan
tanah

RTRW Izin Lingkungan IPPKH Target Operasi

Sudah terdaftar Sudah diterbitkan Tidak diperlukan Agustus 2018

Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan

Penetapan lokasi Skema pendanaan Belum dimulai


baru diterbitkan 80 km ditetapkan pada
karena terdapat usulan Juni 2015
pelebaran trase (45% PMN,
dari 80 km 55% pinjaman)
menjadi 120 km

84 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


Ruas Pekanbaru Dumai

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Dokumen AMDAL
(DED)

Sudah selesai Sudah selesai Sudah tersedia Sudah selesai


dan finalisasi menunggu
selesainya pengadaan
tanah

RTRW Izin Lingkungan IPPKH Target Operasi

Sudah terdaftar, Sudah diterbitkan Diperlukan koordinasi Juli 2019


kecuali untuk RTRW dengan Kementerian
Kabupaten masih menunggu Lingkungan Hidup dan
penetapan kawasan Kehutanan untuk
hutan menjadi APL penetapan status kawasan
hutan menjadi APL

Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan

Masih dalam tahap Skema pendanaan Belum dimulai


finalisasi trase ditetapkan
untuk seluruh seksi pada Juni 2015
(45% PMN,
55% pinjaman)

STATUS TERAKHIR
Saat ini tengah dilakukan harmonisasi terkait perubahan Peraturan Presiden No. 100
Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera untuk
mengakomodir empat ruas tambahan yaitu ruas Pematang Panggang Terbanggi Besar,
Kayuagung Pematang Panggang, Palembang Tanjung Api-Api, dan Tebing Tinggi
Kisaran yang ditugaskan kepada PT Hutama Karya. Peraturan Presiden No. 100 Tahun
2014 baru mengatur empat ruas awal.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 85


Sirkulasi penandatangan Service Level Agreement (SLA) tentang Percepatan
Pembangunan Jalan Tol di Sumatera di tingkat Menteri dan Gubernur sedang
berlangsung. SLA ini bermaksud untuk memperoleh kesepakatan dan komitmen bersama
untuk mempercepat pembangunan jalan tol di Sumatera melalui percepatan proses
perizinan, sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan serta tindakan terpadu dari para
pemangku kepentingan meliputi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Menteri Keuangan, Menteri BUMN, Menteri Dalam Negeri, Menteri Agraria dan Tata
Ruang, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Gubernur Provinsi Riau, Gubernur
Provinsi Sumatera Selatan, Gubernur Provinsi Lampung dan Direktur Utama PT Hutama
Karya.

SKEMA PENDANAAN
Proyek ini menggunakan skema pendanaan melalui penugasan BUMN kepada PT
Hutama Karya dimana Pemerintah memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk
porsi ekuitas dan porsi pinjaman akan bersumber dari pendanaan dalam negeri maupun
skema direct lending. Untuk dana pengadaan tanah sepenuhnya ditanggung oleh
Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

PENGADAAN TANAH
Total kebutuhan dana untuk pengadaan lahan yang dibutuhkan untuk empat ruas pertama
sepanjang 304 km adalah sebesar Rp 3,178 Triliun. Saat ini proses pengadaan tanah
sedang berjalan dan terdapat beberapa hambatan terkait proses pelepasan hak tanah
milik masyarakat untuk ruas Medan-Binjai dan ruas Palembang - Indralaya serta Surat
Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan (SP2LP) ruas Bakauheni - Terbanggi Besar
yang baru terbit sebagian. Hambatan dalam pengadaan tanah ini telah dikoordinasikan
dengan baik di tingkat daerah.

RUA

Penetapan Lokasi tanah milik masyarakat telah ditandatangani oleh Gubernur


Sumatera Utara pada tanggal 12 Juni 2015. Saat ini rekening pembayaran ganti
rugi lahan belum aktif di PPK Bina Marga sehingga penyelesaian pembayaran
ganti rugi berpotensi tertunda.

Pembentukan Tim Pelaksana Pengadaan Tanah diharapkan akan selesai pada


awal bulan Agustus 2015 agar pengadaan tanah dapat segera dimulai.
Penetapan Lokasi untuk tanah milik masyarakat saat ini teleh memperoleh paraf
Sekretaris Daerah Sumatera Utara dan diproses di Biro Hukum Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan untuk tanah PT Perkebunan Nusantara II
telah dibebaskan melalui Surat Pernyataan Pelepasan Hak dengan Menerima
Ganti Rugi.

86 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


RUAS P AYA
Saat ini lahan bebas dan sudah dibayarkan sebanyak 202 bidang dari total 210 bidang
untuk Seksi 1. Terkait lahan untuk Seksi 2 dan Seksi 3, saat ini masih dalam proses
persidangan atas gugatan pemilikan tanah bermasalah sebanyak 277 bidang dari total
564 bidang. Untuk lahan tidak bermasalah yakni sebanyak 287 bidang, proses
pembebasan lahan sedang berjalan.

Pada April 2015 telah dikeluarkan Berita Acara kesepakatan/musyawarah antara


pemilik tanah dengan panitia pembebasan lahan namun belum diterbitkan surat
validasi oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang sebagai tindak lanjut kesepakatan
dalam musyawarah mengingat masih terdapat kemungkinan pendekatan atas tanah
bermasalah.

RUAS BAKAUHENI TERBANGGI BESAR

Saat ini Penetapan Lokasi sepanjang 79,6 km oleh Gubernur Lampung telah
diterbitkan sehingga dibutuhkan Penetapan Lokasi untuk sisa seksi jalan tol agar
pengadaan tanah dapat dilaksanakan. Penetapan SP2LP telah dilakukan untuk
Penetapan Lokasi Pelabuhan Bakauheni, Lematang Kota Baru, dan Tegineneng.

RUAS PEKANBARU DUMAI


Status pengadaan tanah saat ini telah mencapai 7,7 km untuk seksi Minas Petapahan
dari total 126 km dan sedang dilakukan kajian tata ruang daerah untuk sisa tanah yang
belum bebas.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Pengumpulan tanda
tangan SLA oleh Menteri
dan Gubernur terkait. Penerbitan PPJT
Finalisasi dan
penerbitan revisi ruas Palembang
Peraturan Presiden Indralaya, ruas
No. 100/2014 terkait Bakauheni Penetapan
empat ruas Terbanggi Besar dan
tambahan yang Lokasi untuk
ruas Pekanbaru- sisa ruas
ditugaskan kepada
Dumai. Bakauheni
PT Hutama Karya.
Terbanggi Besar.

Revisi Peraturan Pemerintah No. 29/2000 tentang


Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagai landasan
hukum Penunjukan Langsung kepada BUMN/anak
perusahaan BUMN dalam rangka penugasan.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 87


MRT JAKARTA NORTH-SOUTH
C. PROFIL
22 PROYEK
PRIORITAS

MULAI
KONSTRUKSI: 2013 PENANGGUNG
NILAI JAWAB PROYEK:
INVESTASI: RP PT MASS RAPID
25 TRILIUN TRANSIT JAKARTA

SKEMA PENDANAAN: APBN


LOKASI: DKI
DAN APBD PROVINSI
JAKARTA
DKI JAKARTA DENGAN
PINJAMAN LUAR
NEGERI

RENCANA MULAI
OPERASI: 2018

DESKRIPSI PROYEK
Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di ibukota ditujukan untuk
meningkatkan fasilitas transportasi umum dan mengurangi kemacetan di Jakarta.
Tahap pertama dari proyek ini terdiri dari 2 fase: (1) Lebak Bulus - Bundaran HI

15
dan (2) Bundaran HI - Kampung Bandan.

SIGNIFIKANSI PROYEK
MRT Jakarta adalah transportasi umum yang akan membantu menyelesaikan
masalah kemacetan, meningkatkan mobilitas penduduk ibukota, mengurangi
emisi karbon dan menciptakan lapangan kerja baru di DKI Jakarta.

88 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


RENCANA PELAKSANAAN PROYEK

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Dokumen AMDAL
(DED)

April Desember 2015 April Desember 2015 Juli 2016 Juni 2017 Sudah selesai

RTRW Izin Lingkungan IPPKH Izin Lainnya

Sudah terdaftar Sudah diterbitkan Tidak diperlukan Rekomendasi Menteri


Pemuda dan Olah Raga
untuk Relokasi Stadion
Lebak Bulus (Desember
2014), Persetujuan
Menteri Keuangan
untuk hibah lahan
POLRI (Maret 2015)

Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi Target Operasi
Pembiayaan

Penetapan Lokasi Skema pendanaan Juli 2017 Juli 2019 Agustus 2018
telah diterbitkan ditetapkan pada
Desember 2015

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 89


STATUS TERAKHIR
Telah diterbitkannya Permenko No. 3 Tahun 2015 tentang Komposisi Pembebanan
Pinjaman Pembangunan MRT di Provinsi DKI Jakara Jalur Utara Selatan pada tanggal 18
Maret 2015 yang merupakan perubahan atas Permenko No. 5 Tahun 2015 dengan
memperhatikan keputusan Rapat Koordinasi KPPIP pada tanggal 4 Maret 2015. Perubahan
yang dimaksud adalah terkait pengaturan pembagian pembebanan pinjaman antara
Pemerintah Pusat sebesar JPY 61,4 Milyar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebesar JPY
63,9 Milyar dan melalui anggaran Kementerian Perhubungan dan penerusan hibah dari
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Teridentifikasi adanya potensi cost overrun yang saat ini belum disepakati dan akan
dibebankan kepada Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Saat ini sedang
dilakukan audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi DKI
Jakarta. Setelah audit selesai dilakukan, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan
meminta masukan finansial dari BPKP Provinsi DKI Jakarta.

SKEMA PENDANAAN
Proyek MRT Jakarta menggunakan pendanaan APBN dengan pinjaman luar negeri yang
bersumber dari Official Development Assistance (ODA) Pemerintah Jepang sebesar Rp 14,3
Milyar. Pinjaman asing ini dibagi ke dalam tiga paket pinjaman, yaitu Paket 536 sebesar
JPY 1,869 Milyar, Paket 554 sebesar JPY 48,15 Milyar dan Paket 571 sebesar JPY 75,218
Milyar.

PENGADAAN TANAH
Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta, total
kebutuhan dana pengadaan tanah proyek MRT Jakarta sebesar Rp 2,148 Triliun. Target
kontruksi untuk mencapai rencana operasi awal tahun 2018 Fase 1 hingga saat ini belum
tercapai karena terkendala proses pengadaan tanah. Konstruksi baru mencapai 17% dari
target sebesar 31% per Maret 2015 dan terdapat sejumlah isu pengadaan tanah dengan
rincian sebagai berikut:

DEPO

Sedang dilakukan proses lelang untuk pembongkaran stadion Lebak Bulus,


pembongkaran pengerjaan relokasi pipa PDAM, dan pengerjaan kolom MRT
yang masih menunggu pembongkaran perumahan POLRI.

90 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


KORIDOR

Pembebasan lahan di area Jembatan Khusus di atas JORR telah mencapai


823 m2 dari total 2.350 m2. Sebagian besar lahan yang mencakup tanah
negara (tanah milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Agama dan Kementerian Keuangan) dan swasta belum
dibebaskan di wilayah pembebasan lahan untuk pelebaran Jl. TB
Simatupang.

STASIUN

Saat ini tengah dilakukan musyawarah dan negosiasi dengan warga


menggunakan harga appraisal untuk pembebasan lahan Stasiun Cipete
Raya dan Stasiun Haji Nawi. Apabila belum mencapai kesepakatan, maka
akan dikonsultasikan dengan Gubernur DKI Jakarta untuk arahan
selanjutnya. Keterlambatan pembebasan lahan di kedua stasiun ini
berpotensi menunda operasi pada saat pengoperasian koridor
Selatan-Utara di tahun 2018. Pembebasan lahan Stasiun Blok A saat ini
mencapai 900 m2 dari total 2.500 m2 lahan yang dibutuhkan. Diperlukan
pula lahan dengan total 411 m2 untuk pembangunan Stasiun
Sisingamangaraja.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Mempercepat pelaksanaan audit oleh


Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dari
biaya investasi yang telah dikeluarkan
dan menentukan besaran kebutuhan
nilai investasi tambahan. Mempercepat pelaksanaan
pengadaan tanah sehingga target
operasi awal dapat tercapai pada
tahun 2018.

Keputusan top-
down terkait pihak
yang lebih tepat
menanggung biaya
investasi tambahan
tersebut.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 91


C. PROFIL KERETA EKSPRES BANDARA SOEK TTA
22 PROYEK
PRIORITAS
NILAI RENCANA MULAI
INVESTASI: RP PENANGGUNG
KONSTRUKSI: 2018
24 TRILIUN JAWAB PROYEK:
KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN

LOKASI: DKI
JAKARTA DAN SKEMA PENDANAAN:
BANTEN POTENSI KERJASAMA
PEMERINTAH DAN BADAN
U KPBU

RENCANA MULAI
OPERASI: 2022

DESKRIPSI PROYEK
Proyek Kereta Ekspres Bandara adalah transportasi alternatif menuju Soekarno-Hatta
International Airport (SHIA) dengan perkiraan waktu dari pusat kota ke bandara adalah
maksimal 30 menit. Kereta Ekspres SHIA sepanjang 37 km dari Bandara Soekarno-Hatta
menuju ke Bandara Halim Perdanakusuma akan menyediakan stasiun-stasiun di dalam
kota yang akan mudah diakses melalui jalan dan moda transportasi lainnya serta
berlokasi dekat dengan pusat-pusat kegiatan komersial dan wilayah-wilayah
permukiman padat yang terhubung dengan sistem transportasi MRT Jakarta dan jalur
kereta lainnya.
Lokasi stasiun di Bandara diharapkan akan berlokasi dekat dengan terminal-terminal
penumpang dimana lokasinya dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari stasiun kereta
ke terminal keberangkatan atau dari tempat pengambilan bagasi dan terminal
kedatangan.
Kereta Ekspres SHIA akan mengutamakan kenyamanan dengan kapasitas untuk
menyimpan bagasi penumpang, mempersingkat waktu tempuh, dan dapat diandalkan
dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Tarif akan bersaing dengan moda
transportasi lainnya dan kereta akan memiliki kecepatan yang lebih cepat dibandingkan
dengan Kereta Jalur Komuter dan dengan pemberhentian yang lebih sedikit.

18 SIGNIFIKANSI PROYEK
Proyek ini diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan akses dari dan ke Bandara
SHIA mengingat pengembangan kapasitas dan lalu lintas Bandara SHIA. Keuntungan
ekonomi dari proyek ini diantaranya adalah mendorong peningkatan aktivitas komersial
dan industrial di jalur tersebut serta peningkatan lapangan kerja bagi penduduk lokal.

92 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PROYEK

Rencana Teknik Terinci


Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Dokumen AMDAL
(DED)

September 2015 April Desember 2015 Juli 2016 Juni 2017 Juli Oktober 2015
Januari 2016

Penetapan Skema Pelelangan Dukungan


Penjaminan
Pendanaan Investasi Kelayakan/ VGF

Belum ditetapkan Belum ditentukan In principle diproses Belum diproses


secara resmi pada Januari
Februari 2016

RTRW Izin Lingkungan IPPKH Target Operasi

Perda DKI Jakarta No. 1


Tahun 2014 (koridor Halim - Belum diterbitkan Tidak diperlukan Maret 2022
Palmerah-SHIA);
Perda DKI Jakarta No. 1
Tahun 2012 (rute SHIA-
Manggarai)

Pencapaian
Pengadaan Tanah Konstruksi
Pembiayaan

Belum diterbitkan Ditargetkan pada Target konstruksi


Penetapan Lokasi April 2018 dimulai Mei 2018

STATUS TERAKHIR
Dalam rangka mempercepat persiapan proyek maka terdapat arahan dalam rapat koordinasi dengan Kantor Staf Presiden
pada tanggal 24 Juni 2015 untuk mempercepat penerbitan izin lingkungan setelah mendapat persetujuan dari Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Saat ini sedang dilakukan kajian lanjutan oleh PT SMI dikarenakan adanya perubahan spesifikasi teknis, rute dan potensi
skema pendanaan KPBU (dengan potensi keterlibatan BUMN eksisting untuk mendukung pembangunan dan operasional
proyek).

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 93


SKEMA PENDANAAN
Belum ditetapkan, menunggu kajian lebih lanjut oleh PT SMI dikarenakan adanya
perubahan penggunaan gauge dari standard ke narrow serta adanya perubahan rute.
Ditargetkan kajian akan diselesaikan di kuartal I 2016.

PENGADAAN TANAH
Kereta Ekspres SHIA akan membutuhkan lahan seluas 84,68 ha, dimana sebagian besar
lahan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Lahan pihak swasta yang terdaftar di
Kementerian Agraria dan Tata Ruang diestimasi sepanjang 5,2 km atau seluas 13,09 ha.
Kebutuhan lahan stasiun Dukuh Atas dan Manggarai tidak akan memerlukan lahan
swasta. Sedangkan kebutuhan lahan untuk tiga stasiun (Pluit, Tanah Abang dan Halim)
diperkirakan seluas 16,86 ha. Perlu diperhatikan bahwa terdapat lahan permukiman untuk
pembangunan Stasiun Halim seluas 7,2 ha dan untuk Stasiun Tanah Abang seluas 0,3 ha
yang tidak terdaftar di Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Kebutuhan lahan tidak
terdaftar ini belum dimasukan dalam perhitungan total kebutuhan lahan. Total estimasi
kebutuhan lahan non-pemerintah dan lahan dan permukiman swasta adalah sebesar ~Rp
2,3 Triliun. Proses pengadaan tanah dan permukiman kembali akan mengacu pada UU
No. 2 Tahun 2012 dan Perpres No. 71 Tahun 2012.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Diperlukan penetapan secara tertulis bahwa


proyek ini akan menggunakan trase dengan
melalui rute Stasiun Gambir.
Diperlukan kesepakatan kelanjutan
fasilitas PT SMI dan perubahan
Keputusan Menteri Keuangan terkait
penugasan PT SMI selaku penyedia
fasilitasi penyiapan dan transaksi Proyek
KPBU KA. Perjanjian Fasilitasi PT SMI
telah berakhir pada tanggal 2 Desember
Diperlukan penetapan oleh Menteri 2014. Atas perubahan timeline dan
Perhubungan terkait penggunaan narrow struktur Proyek, maka diperlukan
gauge untuk pemilihan rel. kesepakatan kelanjutan fasilitasi PT SMI
dan perubahan Keputusan Menteri
Keuangan terkait penugasan PT SMI.

Diperlukan persetujuan dari Menteri Lingkungan


Hidup dan Kehutanan untuk percepatan
penerbitan izin lingkungan.

94 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


KERETA API MAK AREPARE
C. PROFIL
22 PROYEK
PRIORITAS RENCANA MULAI
SKEMA KONSTRUKSI: 2017 PENANGGUNG
PENDANAAN: JAWAB PROYEK:
APBN KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN

LOKASI:
MAKASSAR
DAN PAREPARE, NILAI INVESTASI:
SULAWESI
SELATAN RP 6,4 TRILIUN

RENCANA MULAI
OPERASI : 2018

DESKRIPSI PROYEK
Proyek Kereta Api Makassar Parepare sepanjang 144 km merupakan bagian
dari jaringan kereta api Trans Sulawesi yang akan menghubungkan seluruh Pulau
Sulawesi.

SIGNIFIK ANSI PROYEK


Merupakan sarana perkerataapian Sulawesi Selatan bagian barat dimana dapat
berperan sebagai sarana transportasi yang mampu mendukung permintaan
angkutan penumpang dan perpindahan barang. Jalur kereta api akan
menghubungkan pelabuhan di Parepare dan di Makassar.

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN


NO KEGIATAN JUL-15 AUG-15 2016 2017 2018

PRA- KUALIFIKASI
1 KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN

19
PENGUMUMAN PEMENANG
2 KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN

PENGADAAN TANAH
3 KEMENTERIAN
AGRARIA

KONSTRUKSI
44 PEMENANG
LELANG

OPERASI
5 PEMENANG
LELANG

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 95


STATUS TERAKHIR
Saat ini sedang dilakukan proses lelang untuk konstruksi pengerukan tanah jalur rel
untuk pembangunan 30 km pertama dan proses pengadaan tanah. Pengumuman
lelang akan dilakukan pada awal bulan Agustus 2015 dan penandatanganan
kontrak ditargetkan pada pertengah bulan Agustus 2015.

SKEMA PENDANAAN
Proyek ini akan menggunakan dana yang telah dialokasikan dalam APBN melalui
Kementerian Perhubungan.

PENGADAAN TANAH
Telah dialokasikan dana sebesar Rp 350 milyar oleh pemerintah pusat untuk
pembayaran dana pengadaan tanah sepanjang 70 km.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Pengumuman
lelang konstruksi
Penandatanganan dokumen kontrak
pada awal bulan
antara Kementerian Perhubungan
Agustus 2015.
dan pemenang lelang berdasarkan
hasil pengumuman lelang konstruksi
pada pertengahan bulan Agustus 2015.

96 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


PELABUHAN HUB INTERNASIONAL KUALA TANJUNG
C. PROFIL
22 PROYEK
PRIORITAS
RENCANA MULAI
NILAI PENANGGUNG
KONSTRUKSI: 2017
INVESTASI: RP JAWAB PROYEK:
30 TRILIUN KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN

LOKASI:
KUALA
TANJUNG,
SUMATERA
SKEMA PENDANAAN:
UTARA
BELUM DITENTUKAN

RENCANA MULAI
OPERASI: 2019

DESKRIPSI PROYEK
Pembangunan hub internasional Kuala Tanjung bertujuan untuk menjadi pintu masuk
lalu lintas logistik internasional ke wilayah barat Indonesia. Berdasarkan hasil kajian
yang telah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan pada tahun 2015, pembangunan
pelabuhan ini akan meningkatkan volume arus peti kemas hingga 12,4 juta TEUs pada
tahun 2039.
Peningkatan volume arus peti kemas ini berasal dari permintaan yang berasal dari
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei hingga Provinsi Jambi dan diasumsikan
bahwa pelabuhan akan memperoleh tambahan permintaan dari empat pelabuhan
kompetitor yaitu Port of Singapore, Port of Tanjung Pelepas, Port Klang dan Pelabuhan
Penang.

20 SIGNIFIKANSI PROYEK
Dengan hub internasional diharapkan Indonesia dapat menikmati demand pelabuhan
yang selama ini dinikmati oleh Singapura dan Malaysia. Berdasarkan dari Rencana
Pelabuhan Kuala Tanjung Tahun 2012, pembangunan Pelabuhan ini akan
mengakomodir kargo untuk mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Sei Mangkei dan Pelabuhan Belawan.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 97


RENCANA JADWAL PELAKSANAAN

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan

Desember 2013 2016

STATUS TERAKHIR
Kementerian Perhubungan telah melakukan kajian dengan hasil berupa studi
kelayakan untuk pembangunan Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung dengan
skema pendanaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Akan tetapi
masih diperlukan penyempurnaan studi kelayakan tersebut terutama terkait skema
pendanaan yang lebih baik dan cepat. Opsi pendanaan adalah dengan APBN,
Penugasan BUMN (PT Pelindo I) atau KPBU. KPPIP akan mengalokasikan anggaran
untuk penyempurnaan studi kelayakan tersebut.

SKEMA PENDANAAN
Skema pendanaan belum ditentukan. Proyek ini berpotensi menggunakan skema
KPBU. Peran pemerintah dan pihak swasta akan ditentukan kemudian setelah studi
selesai.

PENGADAAN TANAH
Saat ini proses pengadaan tanah belum ditentukan dan masih menunggu hingga studi
selesai.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Mendorong Kementrian
Perhubungan untuk mempercepat
penyiapan proyek Pelabuhan Hub Penyempurnaan kebijakan di sektor
Internasional Kuala Tanjung melalui kepelabuhanan terkait sinkronisasi
koordinasi dengan KPPIP. Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Tanjung
Sauh (Batam) serta efektifitas pelaksanaan
sistem cabotage.

98 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


C. PROFIL PELABUHAN HUB INTERNASIONAL BITUNG
22 PROYEK
PRIORITAS
RENCANA MULAI
NILAI PENANGGUNG
KONSTRUKSI: 2017
INVESTASI: RP JAWAB PROYEK:
34 TRILIUN KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN

LOKASI: BITUNG,
SULAWESI SKEMA PENDANAAN:
UTARA BELUM DITENTUKAN

RENCANA MULAI
OPERASI: 2019

DESKRIPSI PROYEK
Pelabuhan ini dipilih sebagai Pelabuhan Hub Internasional di Kawasan Timur Indonesia
dengan pertimbangan sebagai berikut:

1 Pertumbuhan di Wilayah Timur Indonesia memiliki potensi lebih tinggi


dibandingkan dengan Wilayah Barat Indonesia;

2 Dinamika logistik di Wilayah Timur Indonesia diharapkan bertumbuh secara


eksponensial.

21 SIGNIFIKANSI PROYEK
Pelabuhan ini akan mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung
yang dinyatakan sebagai salah satu prioritas pemerintah. Di samping itu, keberadaan
Pelabuhan Hub Internasional Bitung juga akan mendukung kegiatan industri di kawasan
timur Indonesia meliputi Ambon dan Ternate (pertanian, industri dan pertambangan) serta
Samarinda, Balikpapan, Tarakan dan Nunukan (batubara, minyak bumi dan kayu lapis).

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 99


RENCANA JADWAL PELAKSANAAN

Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan

Desember 2013 2016

STATUS TERAKHIR
Lokasi pelabuhan sudah ditetapkan di lokasi pelabuhan eksisting. Apabila dibutuhkan
pengembangan kapasitas, maka dapat diperluas ke lokasi KEK Bitung.

Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) tertarik untuk melakukan kerjasama dengan
pemerintah Indonesia untuk pengembangan Pelabuhan Hub Internasional Bitung dan
kawasan KEK di sekitarnya. Di sisi lain, Pemerintah Korea Selatan juga melakukan studi
terkait pengembangan KEK Bitung.

SKEMA PENDANAAN
Proyek ini memiliki potensi untuk dikembangkan melalui skema KPBU. Peran pemerintah
dan pihak swasta akan ditentukan kemudian setelah studi selesai.

PENGADAAN TANAH
Saat ini proses pengadaan tanah belum ditentukan dan masih menunggu hingga studi
selesai.

TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN


Setelah dilakukannya studi oleh Pemerintah RRT dan Korea Selatan, perlu diberikan
instruksi top down terkait skema pengembangan Pelabuhan Hub Internasional Bitung dan
KEK Bitung ke depannya sehingga terdapat kejelasan tenggat waktu pelaksanaan proyek
Hub Internasional Bitung.

100 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


REVITALISASI 10 BANDARA
C. PROFIL
22 PROYEK
PRIORITAS
RENCANA MULAI
NILAI KONSTRUKSI:
BELUM PENANGGUNG
INVESTASI:
DITENTUKAN JAWAB PROYEK:
BELUM
KEMENTERIAN
DITENTUKAN
PERHUBUNGAN

L SENTANI,

TARAKAN
SOEKARNO, BEN SKEMA PENDANAAN:
S. BABULLAH, TERN BELUM DITENTUKAN
RADEN INTEN II, LAMPUN
TJILIK RIWUT, PALANGKARAYA;
MUTIARA, P HAS
HANANDJOEDIN, TANJUNG
PANDAN MATAHORA,
WAKATOBI; DAN LABUAN
BAJO, KOMODO

RENCANA MULAI
OPERASI: BELUM
DITENTUKAN

DESKRIPSI PROYEK
Revitalisasi 10 bandara kecil-menengah di seluruh Indonesia yang akan meningkatkan
standar operasional bandara-bandara tersebut sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kunjungan wisata dan perekonomian wilayah serta menyediakan
pelayanan yang lebih baik untuk masyarakat.

SIGNIFIKANSI PROYEK
Revitalisasi 10 bandara skala kecil-menengah di seluruh Indonesia bertujuan untuk

22
meningkatkan konektivitas antar wilayah di Indonesia dan menopang pertumbuhan
ekonomi.
Proyek ini diharapkan dapat menggunakan skema KPBU. Selain terkendala pendanaan,
motivasi dalam mengundang Badan Usaha ialah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, meningkatkan efisiensi, penilaian manajemen berbasis standar kinerja,
terciptanya sharing risiko dan sumber daya. Harapannya dengan skema KPBU,
pemeliharaan dan operasional bandara ke depannya dapat lebih efisien dan berkualitas
tinggi.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 101


STATUS TERAKHIR
Proyek ini awalnya dicanangkan untuk digabungkan (bundle) menjadi satu proyek dan
menggunakan skema KPBU untuk brownfield project.
Pada 4 Desember 2013 telah dilakukan market consultation yang dihadiri oleh 38 institusi
dimana 25 institusi merupakan calon investor/operator.
International Finance Corporation (IFC) dan Indonesia Infrastructure Finance (IIF) telah
berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan terkait dukungan yang dapat mereka berikan
untuk menyiapkan prastudi kelayakan dan dukungan transaction advisory untuk skema KPBU.
Penandatanganan MoU antara IIF dan Kementerian Perhubungan tertunda karena terdapat
usulan dari Menteri Perhubungan untuk menjadikan proyek ini sebagai Badan Layanan Umum
(BLU).
Dalam hal Kementerian Perhubungan tidak mengubah posisinya terkait rencana mengundang
partisipasi Badan Usaha, maka opsi yang dapat segera dilaksanakan adalah mengembangkan
tiga bandara KPBU, yaitu Bandara Raden Inten II, Lampung; Bandara Mutiara, Palung; dan
Bandara Labuan Bajo, Komodo.
Opsi ini sejalan pula dengan arahan dari Wakil Presiden agar beberapa bandara menggunakan
KPBU sehingga diharapkan tiga bandara yang telah diseleksi dapat dijadikan sebagai proyek
percontohan (model project) KPBU. Saat ini Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
telah melakukan lelang konsultan untuk melakukan review studi salah satu bandara, yaitu
Bandara Raden Inten II di Lampung.

SKEMA PENDANAAN
Saat ini PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) tengah melakukan kajian untuk mengidentifikasi
bandara yang paling siap untuk dikerjasamakan melalui skema KPBU.

PENGADAAN TANAH
Saat ini proses pengadaan tanah belum berjalan mengingat masih dibutuhkannya kepastian
kebijakan untuk pelaksanaan proyek ini.

102 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


TINDAK LANJUT YANG DIBUTUHKAN

Mendorong Menteri Perhubungan


untuk mengambil keputusan terkait
kepastian kebijakan untuk proyek Diharapkan proyek ini dapat menjadi
revitalisasi 10 bandara sehingga pilot project KPBU brownfi eld yang dapat
dapat diperoleh kejelasan terkait menarik investor swasta untuk mengelola
tindak lanjut yang dibutuhkan. bandara secara profesional.

TINGKAT KESIAPAN PROYEK DAN RENCANA


JADWAL PELAKSANAAN
Belum ditentukan.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 103


SINKRONISASI REGULASI
TERKAIT INFRASTRUKTUR

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 105


Peraturan Presiden No. 75 Pasal 10 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas mengatur bahwa
KPPIP mempunyai tugas:

2. Memantau dan mengendalikan


1. Menetapkan strategi dan 3. Memfasilitasi peningkatan
pelaksanaan strategi dan
kebijakan dalam rangka kapasitas aparatur dan
kebijakan dalam rangka
percepatan penyediaan kelembagaan terkait dengan
percepatan penyediaan
infrastruktur prioritas penyediaan infrastruktur prioritas
infrastruktur prioritas

6. Melakukan penyelesaian
4. Menetapkan standar kualitas 5. Memfasilitasi penyiapan terhadap permasalahan yang
pra-studi kelayakan dan tata cara infrastruktur prioritas timbul dari pelaksanaan
evaluasinya penyediaan infrastruktur prioritas

Berdasarkan tugas yang diberikan, KPPIP dapat mendampingi, memfasilitasi, mengkoordinasikan, memberikan rekomendasi
perubahan dan/atau penerbitan baru peraturan perundang-undangan dengan tujuan untuk percepatan penyediaan
infrastruktur, termasuk menyelesaikan hambatan yang timbul dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, dalam rangka
sinkronisasi regulasi terkait infrastruktur, berikut ini merupakan hal-hal yang telah dilakukan oleh KPPIP terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku guna mempercepat penyediaan infrastruktur.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 107


A. REGULASI YANG MENJADI FOKUS KPPIP
Sesuai dengan mandat yang diberikan, kegiatan KPPIP akan Lebih lanjut, peraturan yang diperlukan untuk melakukan
lebih mengutamakan perbaikan terhadap peraturan percepatan penyediaan infrastruktur adalah peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan penyediaan perundang-undangan yang memerlukan perubahan karena
infrastruktur. Peraturan tersebut dapat berupa peraturan adanya tumpang tindih antar peraturan, atau pencabutan
yang diperlukan oleh internal KPPIP dalam melaksanakan dan penerbitan baru peraturan perundang-undangan terkait
tugasnya, maupun peraturan atas setiap jenis infrastruktur dikarenakan sudah tidak sesuai dengan perkembangan
(sektoral) dan peraturan lintas sektoral yang diperlukan penyediaan infrastruktur.
untuk melakukan percepatan penyediaan infrastruktur.
Sejak dibentuk pada tanggal 17 Juli 2014, KPPIP telah
Peraturan yang diperlukan oleh internal KPPIP meliputi mendampingi, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan
peraturan yang mengatur pembentukan organisasi perubahan-perubahan peraturan yang memiliki peran
dibawahnya, tata cara penetapan dan penyediaan strategis dalam penyediaan infrastruktur. Hingga tanggal
infrastruktur prioritas, serta pemantauan dan pengendalian- diterbitkannya laporan ini, peraturan-peraturan tersebut
nya. Hal ini sesuai dengan mandat yang diberikan dalam antara lain:
Pasal 12, Pasal 15, dan Pasal 27 dalam Peraturan Presiden
No. 75 Tahun 2014. Hingga tanggal diterbitkannya laporan
ini, berikut ini merupakan peraturan yang telah diterbitkan: a. Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang
Percepatan Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera;
a. Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Selaku Ketua Komite Percepatan b. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang
Penyediaan Infrastruktur Prioritas No. 127 Tahun 2015 Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
tentang Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur yang dicabut dan diganti
Penyediaan Infrastruktur Prioritas; dengan Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015
tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
b. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomi- dalam Penyediaan Infrastruktur; dan
an Selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan
Infrastruktur Prioritas No. 129 Tahun 2015 tentang Tim c. Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 tentang
Kerja Percepatan Penyediaan Infrastruktur Ketenaga- Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
listrikan; dan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, yang
diubah dengan Peraturan Presiden No. 30 Tahun 2015
c. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomi- tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden
an Selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Infrastruktur Prioritas No. 159 Tahun 2015 tentang Tim Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kerja Percepatan Pembangunan Kilang Minyak Kepentingan Umum.
Bontang.

Namun demikian, masih terdapat peraturan-peraturan yang masih berlangsung proses penyusunan dan/atau pendampingan-
nya oleh KPPIP. Peraturan-peraturan tersebut antara lain:

a. Rancangan Peraturan Presiden tentang Pelaksanaan g. Peraturan tentang Tim Pelaksana dan Tim Kerja
Pembangunan dan Pengembangan Kilang Minyak di Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas;
Dalam Negeri;
h. Peraturan tentang Sekretariat Tim Pelaksana Komite
b. Perubahan Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas;
tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Prioritas; i. Peraturan tentang Pelaksana Manajemen Proyek
(Project Management Office); dan
c. Perubahan Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014
tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol Trans j. Peraturan tentang Tim Teknis dari Tim Pelaksana
Sumatera; Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas.

d. Peraturan tentang Tata Cara Pelaksanaan Percepatan


Penyediaan Infrastruktur Prioritas;

e. Peraturan tentang Daftar Infrastruktur Prioritas;

f. Peraturan tentang Tim Kerja Percepatan Pengadaaan


Tanah Infrastruktur Prioritas;

108 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


B. KENDALA TERKAIT REGULASI

KPPIP telah melakukan identifikasi awal terhadap beberapa peraturan yang menghambat dan/atau diperlukan guna
mempercepat penyediaan infrastruktur. Berikut ini merupakan identifikasi awal atas peraturan yang dimaksud:

LINTAS SEKTORAL

Pemerintah melalui Undang-Undang No. 3 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan Belanja
Negara Perubahan ("UU 3/2015") telah mengalokasikan penambahan penyertaan modal negara
pada BUMN antara lain: PT SMI, PT PII, PT Angkasa Pura II, PT ASDP, PT Pelni, PT PLN,
PT Pelindo IV, PT KAI, dan Perum Perumnas.
Penerbitan Peraturan
Pemerintah tentang BUMN tersebut memiliki peran strategis dalam pengembangan infrastruktur di indonesia, baik
Penyertaan Modal Negara dalam sisi pembiayaan, penjaminan, konstruksi, maupun pengelolaan infrastruktur.

Dalam rangka mempercepat pembangunan dan meningkatkan kualitas infrastruktur di Indonesia,


perlu segera menerbitkan peraturan pemerintah tentang penambahan penyertaan modal negara
terhadap masing-masing BUMN tersebut.

Pemerintah akan melakukan beberapa penugasan pengembangan infrastruktur kepada BUMN,


seperti LRT kepada PT Adhi Karya dan Kilang Minyak Bontang kepada PT Pertamina. Selain itu,
diperlukan pula revisi terhadap peraturan presiden tentang penugasan kepada PT Hutama Karya
untuk pembangunan jalan tol Trans Sumatera.
Penerbitan Peraturan
Presiden dalam rangka Peraturan presiden penugasan terdiri atas:
penugasan terhadap 1. Peraturan Presiden penugasan LRT PT Adhi Karya;
BUMN untuk penyediaan 2. Peraturan Presiden penugasan refinery PT Pertamina;
infrastruktur 3. Peraturan Presiden pedoman refinery PT Pertamina; dan
4. Revisi Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 PT Hutama Karya.

Peraturan Presiden mengenai penugasan ini perlu segera diterbitkan, sehingga penyediaan
infrastruktur dapat segera dilaksanakan oleh BUMN bersangkutan.

Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengatur
bahwa penanaman modal dalam pembangunan infrastruktur bisa diberikan fasilitas perpajakan
Perubahan terhadap seperti pembebasan/keringanan bea masuk/PPh/PPN impor barang modal.
Peraturan Menteri Salah satu Peraturan Menteri Keuangan No. 154/PMK.03/2010 j.o. Peraturan Menteri Keuangan
Keuangan No. 154/PM- No. 146/PMK.011/2013 hanya mengatur pengecualian PPh untuk kereta api dan suku cadang
K.03/2010 j.o. Peraturan serta peralatan perbaikan atau pemeliharaan sarana dan prasarana yang di impor dan digunakan
Menteri Keuangan oleh PT KAI.
No. 146/PMK.011/2013
terkait insentif pajak Belum terdapat peraturan khusus yang mengatur insentif perpajakan untuk penanaman modal
dalam rangka pena- dalam bidang infrastruktur secara luas sehingga perlu ditetapkan suatu Peraturan Menteri
Keuangan terkait dengan insentif perpajakan tersebut.
naman modal
Insentif perpajakan untuk penanaman modal di bidang infrastruktur diharapkan mampu
meningkatkan minat investor untuk investasi pada bidang infrastruktur.

Penerbitan Peraturan Belum terdapat pengaturan secara tegas mengenai penjaminan pemerintah terhadap
Presiden tentang penyediaan infrastruktur yang dilakukan melalui penugasan BUMN.
Penjaminan Pemerintah Dengan adanya penjaminan pemerintah terhadap BUMN dalam rangka pengembangan
untuk proyek penugasan infrastruktur, diharapkan mampu memberikan kelayakan keuangan bagi BUMN yang menerima
BUMN penugasan sehingga dapat memudahkan BUMN tersebut memperoleh pembiayaan.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 109


Saat ini Kementerian Keuangan sedang melakukan penyusunan Peraturan Presiden mengenai
direct lending, dimana pemerintah akan juga memberikan jaminan terhadap direct lending oleh
Penerbitan Peraturan BUMN yang mendapat penugasan dari pemerintah.
Presiden tentang direct
Peraturan Presiden mengenai direct lending ini perlu untuk segera diterbitkan mengingat akan
lending BUMN terdapatnya beberapa penugasan pemerintah kepada BUMN dalam waktu dekat. Sehingga,
BUMN yang diberikan penugasan dapat memperoleh pembiayaan yang diperlukan dalam
melakukan penyediaan infrastruktur.

Penerbitan Peraturan
Menteri Keuangan dan Pasal 13 ayat (5) Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Peraturan Menteri Dalam Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur ("Perpres 38/2015") memberikan mandat bagi
Negeri tentang Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri untuk menerbitkan peraturan menteri
Pembayaran mengenai pembayaran ketersediaan layanan. Hingga laporan ini diterbitkan kedua Kementerian
Ketersediaan Layanan tersebut masih dalam tahap penyusunan peraturan yang dibutuhkan.
(Availability Payment)

Penerbitan Peraturan
Kepala Lembaga
Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
tentang Pengadaan Badan Hingga Juli 2015 lembaga tersebut masih dalam tahap penyusunan peraturan yang dibutuhkan.
Usaha dalam Kerjasama
Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur

Pasal 122 Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Penerbitan Peraturan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum (dan perubahannya) mengatur bahwa Pihak yang
Menteri Keuangan berhak menerima ganti kerugian dapat diberikan insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan
tentang Insentif peraturan perundang-undangan. Insentif tersebut diberikan apabila Pihak yang berhak:
Perpajakan bagi Pihak a. Mendukung penyelenggaraan pengadaan tanah;
yang Berhak dalam b. Tidak melakukan gugatan atas penetapan lokasi dan/atau putusan bentuk dan/atau besarnya
Pengadaan Tanah bagi ganti kerugian.
Kepentingan Umum Belum terdapat peraturan yang mengatur tata cara memperoleh dan mendapatkan insentif
tersebut.

Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 telah menetapkan para ketua dan anggota KPPIP. Dalam
Perubahan Peraturan perkembangannya terdapat anggota lain yang perlu diikutsertakan dalam KPPIP, antara lain
Presiden No. 75 Tahun Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Kementerian Lingkungan Hidup dan
2014 tentang Percepatan Kehutanan.
Penyediaan Infrastruktur
Prioritas Untuk meningkatkan koordinasi dalam percepatan penyediaan infrastruktur prioritas, perlu
mengubah Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014.

Penerbitan Peraturan Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 tentang Infrastruktur Prioritas memberikan mandat
Menteri Koordinator kepada Ketua KPPIP untuk mengatur mengenai standar kualitas pra-studi kelayakan hingga tata
cara penyediaan infrastruktur prioritas.
Bidang Perekonomian
Tata Cara Penyediaan Salah satu hambatan penyediaan infrastruktur adalah kurangnya kualitas studi atas infrastruktur
Infrastruktur Prioritas sehingga mengakibatkan kurangnya kelayakan proyek penyediaan infrastruktur.

110 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi mengatur bahwa
pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan
yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau terbatas.
Perubahan Undang-
Undang No. 18 Tahun 1999 Penunjukan langsung seharusnya dapat pula dilakukan dalam hal:
a. Penugasan kepada BUMN konstruksi; dan
tentang Jasa Konstruksi
b. Salah satu peserta konsorsium dalam pengadaan badan usaha KPBU merupakan kontraktor.

Ditambahkan syarat keadaan tertentu dalam peraturan perundangan tentang jasa konstruksi
dalam hal penunjukan/pemilihan langsung kontraktor.

Perubahan Peraturan Pasal 14 ayat (2) Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 45 Tahun 2015 mensyaratkan modal
Menteri Perhubungan disetor untuk izin Badan Usaha Bandar Udara sebesar Rp 1 Triliun.
No. PM 45 Tahun 2015
tentang Persyaratan Apabila modal disetor sebesar Rp 1 Triliun, maka badan usaha bandar udara harus memiliki
modal dasar minimal Rp 4 Triliun.
Kepemilikan Modal
Badan Usaha di Bidang Apakah hal tersebut akan meningkatkan atau menghambat masuknya investor untuk terlibat
Transportasi dalam penyediaan inffrastruktur sektor Kebandar Udaraan.

Penerbitan Peraturan
Kepala Lembaga
Kebijakan Pengadaan Pasal 47 ayat (3) Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 mengatur bahwa ketentuan lebih lanjut
Barang/Jasa Pemerintah mengenai tata cara pengadaan Badan Usaha Pelaksana ditetapkan oleh LKPP dalam jangka
tentang Pengadaan waktu 30 hari sejak perpres ditetapkan (20 Maret 2015).
Badan Usaha dalam
Kerjasama Pemerintah Hingga saat ini peraturan tersebut belum diterbitkan, sehingga PJPK terkait belum dapat
dengan Badan Usaha melaksanakan pengadaan badan usaha dalam rangka KPBU penyediaan infrastruktur.
dalam Penyediaan
Infrastruktur

SEKTORAL

Pasal 237 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mengatur bahwa
untuk pengusahaan bandar udara yang dilakukan oleh badan usaha bandar udara, seluruh atau
sebagian modalnya harus dimiliki oleh badan hukum Indonesia atau warga negara Indonesia.

Perubahan Undang- Mengingat investasi pembangunan bandar udara memerlukan biaya investasi yang besar,
Undang No. 1 Tahun 2009 ketentuan tersebut dapat mengurangi minat investor asing untuk menanamkan modalnya dalam
tentang Penerbangan bidang bandar udara dikarenakan (1) sulitnya mencari partner investasi dan (2) pengembalian
biaya investasi yang kecil dikarenakan kepemilikan saham yang terbatas.

Disarankan agar investor asing dapat memiliki secara keseluruhan saham dalam badan usaha
bandar udara.

Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan mengatur bahwa jalan tol
yang diberikan oleh pemerintah kepada badan usaha dilakukan melalui pelelangan secara
transparan dan terbuka.
Perubahan Undang-
Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang KPBU membuka pemilihan badan usaha
Undang No. 38 Tahun 2004
penyedia infrastruktur dengan mekanisme penunjukan langsung.
tentang Jalan
Agar dipertimbangkan mekanisme penunjukan langsung dalam rangka pemilihan badan usaha
untuk penyelenggaraan jalan tol. Dengan demikian dapat dilakukan percepatan penyediaan
infrastruktur dalam sektor jalan tol.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 111


Penerbitan Peraturan Dengan adanya pembatalan secara keseluruhan terhadap Undang-Undang No. 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air oleh Mahkamah Konstitusi mengakibatkan berlakunya kembali
Pemerintah tentang
Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
Penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum Dengan berlaku kembalinya Undang-Undang No. 11 Tahun 1974, pengusahaan dalam sektor
SDA hanya dapat dilakukan oleh badan hukum, badan sosial, atau perorangan dengan
Penerbitan Peraturan memperoleh izin dari pemerintah terlebih dahulu. Dengan demikian diperlukan kejelasan untuk
Pemerintah tentang memperoleh izin pengusahaan SDA dari pemerintah.
Pengusahaan Sumber
Diperlukan adanya suatu pengaturan yang memberikan kepastian hukum dalam perolehan izin
Daya Air
dari pemerintah untuk pengusahaan SDA.

Pemerintah berencana untuk melakukan pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW dalam


jangka waktu 2015-2019.

Penerbitan Peraturan Preseden sebelumnya, fast track program pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW diatur
Presiden tentang melalui peraturan presiden dan diatur mengenai jaminan kelayakan usaha (business viability gap
Pembangunan Listrik letter atau BVGL) yang diberikan oleh Menteri Keuangan terhadap program tersebut.
35.000 MW
Perlu adanya peraturan yang menjamin kelayakan usaha atas percepatan pembangunan listrik
35.000 MW tersebut guna menarik minat investor untuk pengembangan tenaga listrik.

Pemerintah telah menyusun program pembangunan 1 juta rumah yang akan dilakukan
penugasan kepada Perusahaan Umum Perumnas.
Penerbitan Peraturan
Presiden tentang Belum terdapat peraturan yang mengatur untuk memberikan penugasan khusus bagi Perumnas
Penugasan Perumahan dalam melaksanakan program pemerintah tersebut.
Nasional Program 1 Juta
Rumah Selain itu, kami memahami bahwa pemerintah saat ini masih dalam proses penyusunan RUU
Tapera. RUU Tapera ini perlu segera disahkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat dalam
mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau.

Dalam Peraturan Menteri ESDM No. 27 Tahun 2014 mengatur bahwa tarif listrik untuk kapasitas
pembangkit listrik sampai dengan 10.000 MW mengikuti tarif sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ESDM No. 27 Tahun 2014 dan tanpa eskalasi harga.
Perubahan Peraturan Kerjasama pembelian tenaga listrik oleh PLN dari pembangkit listrik energi terbarukan bisa
Menteri ESDM No. 27 dilakukan sampai dengan 20 tahun.
Tahun 2014
Perlu dipertimbangkan adanya revisi ketentuan bahwa eskalasi tarif listrik dapat dilakukan
sepanjang waktu kerjasama mengingat kerjasama tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang
panjang.

C. UPAYA PENYELESAIAN HAMBATAN OLEH KPPIP


Dalam rangka penyelesaian hambatan terkait peraturan sebagaimana disebutkan di atas, KPPIP telah merencanakan untuk
melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) bersama dengan pemangku kepentingan terkait. FGD akan dilakukan berdasar-
kan sektor masing-masing. Hingga diterbitkannya Laporan ini, KPPIP telah melakukan FGD dengan sektor pelabuhan dan
bandar udara. Berikut merupakan masukan yang diberikan dari FGD tersebut:

1. Sektor Pelabuhan
a. Persyaratan modal sebesar Rp 50 Milyar memberatkan
para pengusaha perusahaan pelayaran kelas menengah
dan kecil. Usulan yang diberikan adalah untuk membagi
persyaratan modal berdasarkan kelas. (contoh: perusa-
haan pelayaran kelas A, B, atau C).

112 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


b. Persyaratan modal disetor sebesar Rp 1 Triliun untuk Peraturan Presiden No. 40 Tahun 2015 tentang
pelabuhan umum ditujukan agar proyek infrastruktur Kementerian Perhubungan;
dimenangkan oleh pihak yang mampu.
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 40 Tahun
2015 tentang Standar Pelayanan Penyelenggaraan
Adapun hambatan secara umum adalah:
Terminal Penumpang Angkutan Jalan; dan
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 95 Tahun
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 95 Tahun
2015 tentang Pedoman Penetapan Harga Jual
2015 tentang Pedoman Penetapan Harga Jual
(Charge) Jasa Kepelabuhanan yang Diusahakan
(Charge) Jasa Kepelabuhanan yang Diusahakan
oleh Badan Usaha Pelabuhan.
oleh Badan Usaha Pelabuhan;
Koordinasi dengan pihak lain; dan
d. Mekanisme Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Keringanan dalam bidang investasi untuk menarik Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur merupakan opsi
para investor. pendanaan yang sangat potensial untuk pengembangan
infrastruktur pelabuhan dibandingkan pembiayaan
lainnya, sehingga perlu untuk dikembangkan lebih
c. Beberapa peraturan yang diidentifikasi menghambat
lanjut.
pelaku usaha sektor pelabuhan adalah:

Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2015 tentang


Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian
Perhubungan;

2. Sektor Bandar Udara


PT Sarana Multi Infrastruktur telah melakukan evaluasi
terkait regulasi yang menghambat dalam penyediaan
infrastruktur pada sektor bandar udara, namun evaluasi
yang dilakukan terbatas pada bidang Kerjasama Pemerintah
Swasta. PT Sarana Multi Infrastruktur akan menyampaikan
hasil evaluasi tersebut dan memberikan usulan antara lain:

Untuk memperkuat peraturan sektor; dan


Untuk membuat Peraturan Presiden.

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 113


RENCANA KPPIP
KE DEPAN

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 115


Tahun 2015 merupakan tahun pembentukan organisasi dan penguatan operasional KPPIP. Sejak awal operasi selama 6 bulan
pertama, fokus pelaksanaan mandat KPPIP ditekankan kepada:

1 Pemberian fasilitas penyiapan proyek, termasuk 3 Pemetaan perbaikan peraturan-peraturan di


di dalamnya fasilitas Pra-Studi Kelayakan/Outline sektor infrastruktur;
Business Case, fasilitas kajian AMDAL, dan
bentuk fasilitas lain dalam tahap penyiapan Pembentukan Project Management Office yang
4
Proyek Prioritas yang diidentifikasi di 2015; diisi oleh profesional dari swasta yang bekerja
penuh waktu di KPPIP;
2 Melakukan debottlenecking terhadap
permasalahan yang timbul dari pelaksanaan 5 Pembentukan image KPPIP terutama melalui
penyediaan infrastruktur prioritas; sosialisasi kepada pemangku kepentingan terkait.

Ke depannya, KPPIP telah menyiapkan roadmap sebagai acuan pengembangan institusi dalam kurun waktu tiga tahun. Berikut
merupakan ringkasan dari roadmap KPPIP:

ROADMAP KPPIP TAHUN 2015-2017

STRATEGI

2015 2016 2017

Project Management Office (PMO) Seluruh tim kerja telah dibentuk dan Penguatan pengembangan
KPPIP telah terbentuk dan beroperasi institusi KPPIP dengan
beroperasi Penguatan kapasitas dan kinerja kewenangan yang lebih kuat
Fasilitas penyusunan pra-studi tim kerja KPPIP melalui penyediaan dalam mempercepat dan
kelayakan, Value for Money dan konsultan pendukung PMO tim memastikan penyediaan proyek
Kajian AMDAL disediakan untuk 3 kerja infrastruktur prioritas
pilot projects Panel konsultan telah dibentuk dan Sistem dan lingkungan yang
Tata Kelola Organisasi (SOP) dan berjalan kondusif untuk implementasi
mekanisme monitoring & proyek-proyek KPPIP telah
Pelaporan berbasis TI dan platform terbentuk melalui perbaikan
debottlenecking telah terbentuk pengambilan keputusan telah peraturan dan koordinasi
Pelaksanaan percepatan proyek tersedia dan mulai digunakan
prioritas (success story) Pedoman Pre-FS/OBC dan
Kontinuitas pemberian fasilitas penetapan skema pendanaan
Pemetaan perbaikan peraturan di Pre-FS/OBC dan fasilitas penyiapan telah diadopsi oleh penanggung-
sektor infrastruktur lainnya untuk Daftar Proyek jawab program
Platform pembuatan keputusan Prioritas 2016
Sosialisasi dan peningkatan
berbasis TI telah terbentuk Penyusunan serta penetapan kapasitas KPPIP secara
Rancangan organisasi dan sistem pedoman Pre-FS/OBC dan menyeluruh telah tersedia dan
pengadaan telah tersedia pengambilan keputusan atas skema telaksana dengan baik
pendanaan untuk beberapa sektor
Sosialisasi untuk pembentukan dengan urgensi dan kesiapan paling Pembentukan lembaga riset untuk
image KPPIP tinggi infrastruktur
Penyiapan program pengembangan Sosialisasi dan peningkatan PMO pengembangan kapasitas
kapasitas kapasitas, termasuk penyusunan telah menjalankan inisiatif atau
desain formal pengembangan program strategis yang telah
kapasitas yang dikembangkan dimanfaatkan
KPPIP
Pembentukan PMO pengembangan
kapasitas untuk mendorong
penyediaan SDM yang cukup dan
berkualitas di sektor infrastruktur

Penciptaan sistem dan


Persiapan operasionalisasi
Penguatan kelembagaan lingkungan yang kondusif
TARGET dan pembentukan image
KPPIP termasuk tim kerja untuk percepatan proyek
KPPIP
infrastruktur

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 117


Untuk tahun 2016, KPPIP telah menyusunan target pencapaian yang akan disempurnakan dengan melihat kemajuan kinerja di
Semester II 2015. Target pencapaian untuk tahun 2016 akan ditetapkan di tingkat Tim Pelaksana KPPIP di akhir Semester II
2015.

Target Pencapaian Untuk Tahun 2016

Sosialisasi &
Project Operasional Perbaikan Penguatan
Pengembangan
Delivery KPPIP Regulasi Kerja
Kapasitas

1. Penetapan proyek 1. Penyerapan dana APBN 1. Melakukan sinkronisasi 1. Mengirim 5 staf KPPIP 1. Seluruh tim kerja telah
prioritas tahun 2016; KPPIP yang maksimal berbagai aturan yang ada untuk mengikuti dibentuk dan beroperasi;
dan tepat guna; untuk meminimalisir short-course di
2. Mendorong minimum aturan yang tumpang universitas terbaik luar 2. Pemberdayaan tim kerja
20% proyek prioritas 2. Panel Konsultan tindih; negeri; KPPIP melalui
kategori A* yang terbentuk dalam upaya penyediaan konsultan
berjumlah maksimum 22 percepatan pelaksanaan 2. Mengadakan rangkaian 2. Penerbitan laporan pendukung PMO tim
proyek untuk mencapai pengadaan konsultan FGD untuk penyusunan semester; kerja;
Financial Close dan untuk penyerapan proyek Undang-Undang
memastikan pelaksana- (OBC facility); infrastruktur; 3. Sosialisasi KPPIP ke 20 3. Sosialisasi dan
annya tepat sasaran dan provinsi dan kota; peningkatan kapasitas
tepat waktu; 3. Tersedianya platform 3. Penyusunan peraturan KPPIP.
pengambilan keputusan- yang mengatur skema 4. Menetapkan program
3. Mendorong minimum berbasis TI. insentif dan disinsentif pengembangan
40% proyek prioritas guna mempercepat kapasitas secara formal
kategori tipe B** yang proyek prioritas. sebagai bagian dari
berjumlah maksimum 10 skema insentif.
proyek dan memastikan
pelaksanaannya tepat
sasaran dan tepat waktu;

4. Melakukan penyelesaian
terhadap 70%
permasalahan yang
timbul baik bersifat major
atau minor dari
pelaksanaan penyediaan
infrastruktur prioritas.

* Kategori tipe A merupakan proyek yang telah diseleksi dan sedang disiapkan/dipantau oleh KPPIP.
** Kategori tipe B merupakan proyek yang membutuhkan usaha minor (terkendala 1-2 perizinan) untuk memastikan proyek dapat berjalan.

118 Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015


Daftar Istilah
ACSR Aluminum Conductor Steel Reinforced
AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
A/P Availability Payment/ Pembayaran Ketersediaan Layanan
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BBWS Balai Besar Wilayah Sungai
BED Basic Engineering Design
BLU Badan Layanan Umum
BOD Biological Oxygen Demand
BOT Build-Operate-Transfer
BPKP Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
BPN Badan Pertanahan Nasional
BUMD Badan Usaha Milik Daerah
BUMN Badan Usaha Milik Negara
B2B Business to Business
CJPP Central Java Power Plant
COD Commercial Operation Date
DED Detailed Engineering Design
EPC Engineering Procurement and Construction
FEED Front End Engineering Design
FID Final Investment Decision
FGD Focus Group Discussion
GRR Grass Root Refinery
G2G Government to Government
HoA Head of Agreement
HSR High Speed Railway
HVDC High Voltage Direct Current
IDC Indefinite Delivery Contract
IFC International Finance Corporation
IPP Independent Power Producer
IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah
JICA Japan International Corporation Agency
JSS Jakarta Sewerage System
JV Joint Venture
JVA Joint Venture Agreement
K/L Kementerian/Lembaga
KEK Kawasan Ekonomi Khusus
KfW Kreditanstalt fur Wiederaufbau/German Development Bank
Kepmenko Keputusan Menko Perekonomian
Kemenko Kementerian Koordinator
KLHS Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Kementerian PUPR Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
KPBU Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
KPPIP Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas
LoI Letter of Intent
LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
LRT Light Rail Transit
MoU Memorandum of Understanding
MP3EI Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 121


Daftar Istilah
MRT Mass Rapid Transportation
NCICD National Capital Integrated Coastal Development
OBC Outline Business Case/ Pra-Studi Kelayakan
ODA Official Development Assistance
PDB Produk Domestik Bruto
PDRB Produk Domestik Regional Bruto
PID Pre-Investment Decision
PMK Peraturan Menteri Keuangan
Perda Peraturan Daerah
Perpres Peraturan Presiden
Perum Perumahan Umum
PJP Penanggung Jawab Proyek
PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air
PLTM Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap
PMO Project Management Office
PMN Penyertaan Modal Negara
PJPK Penangggung Jawab Proyek Kerjasama
PP Peraturan Pemerintah
PPh Pajak Penghasilan
PPN Pajak Pertambahan Nilai
PPA Power Purchase Agreement
PPP Public-Private Partnership
PT IIF PT Indonesia Infrastructure Finance
PT PII PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia
PT PLN PT Perusahaan Listrik Negara
PTPIN Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara
PQ Pre-Qualification
PT SMI PT Sarana Multi Infrastruktur
PSO Public Service Obligation/ Kewajiban Pelayanan Umum
RDMP Refinery Development Master Plan/Revitalisasi Kilang Minyak Eksisting
RfP Request for Proposal
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RRT Republik Rakyat Tiongkok
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah
SBOT Supported-Build-Operate-Transfer
SHIA Soekarno-Hatta International Aiport
SLA Service Level Agreement
SOP Standard Operating Procedures
SPAM Sistem Penyediaan Air Minum
SGCC State Grid Coporation of China
TI Teknik Informatika
UP3KN Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN)
VfM Value for Money
VGF Viability Gap Funding/ Dukungan Kelayakan
WEF World Economic Forum
WTP Water Treatment Plant
W2E Water to Energy

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 122


Daftar Gambar
Gambar 1 Perbaikan dalam Perpres No. 38 Tahun 2015
Gambar 2 Proses Pengadaan Tanah Sesuai Undang-Undang No. 2 Tahun 2012
Gambar 3 Tugas dan Mandat KPPIP sesuai Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014
Gambar 4 Struktur Organisasi KPPIP
Gambar 5 Klasifikasi Anggaran KPPIP

Laporan KPPIP Juni 2014-Juli 2015 123


Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
A. Menara Merdeka, Lt. 8
Jalan Budi Kemuliaan I No. 2
Jakarta 10110, Indonesia

T. +62 21 2957 3771, +62 21 2957 3772


F. +62 21 2957 3773

W. www.kppip.go.id

Anda mungkin juga menyukai