B. Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut : Dbn
Mata : Cekung (-/-), refleks cahaya (+/+), konj. Palp inf pucat (+/+), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-/-)
C. Mulut
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Lidah : Beslag (-), deviasi (-)
Tonsil : Dbn
D. Leher
Inspeksi : Kesan simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-), TVJ R + 2 cm H2O
F. Thorax
1. Thoraks depan
Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris.
Tipe pernafasan : Abdomino-thorakal
Retraksi : (-)
Palpasi
Stem premitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap.Paru bawah Normal Normal
Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap.Paru bawah Sonor Sonor
Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(-) Rh(-) , Wh(-)
Lap. Paru tengah Rh(+) , Wh(-) Rh(+), Wh(-)
Lap. Paru bawah Rh(+) , Wh(-) Rh(+), Wh(-)
2. Thoraks Belakang
Inspeksi
Bentuk dan Gerak : normochest, pergerakan simetris.
Tipe pernafasan : thorako-abdominal
Retraksi : interkostal (-)
Palpasi
Stem premitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap.Paru bawah Normal Normal
Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Parutengah Sonor Sonor
Lap.Paru bawah Sonor Sonor
Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru bawah Vesikuler Vesikuler
G. Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di ICS VI 3 jari lateral LMCS
- Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS VI 3 jari lateral LMCS
- Perkusi : Batas jantung atas: di ICS III
Batas jantung kanan: di 2 jari lateral LPSD
Batas jantung kiri: di ICS VI 3 jari Lateral LMCS
- Auskultasi : HR : 92 x/menit, ireguler, bising (-).
H. Abdomen
- Inspeksi : Kesan simetris, distensi (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-),
Lien tidak teraba,
- Perkusi : Tympani (+), Shifting Dullness (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
K. Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -
Gerakan Kurang aktif Aktif Kurang aktif Aktif
Tonus otot Hipotonus Normotonus Hipotonus Normotonus
Sensibilitas N N
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
V. PLANNING
- Ekg serial setiap hari
- Balance cairan
- Echocardiografi (rujuk)
VI. PENATALAKSANAAN
UMUM
Bed rest semi fowler
Oksigen 2 4 L/menit
Pemasangan catheter
Kurangi asupan garam
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur, dan kurangi konsumsi lemak
KHUSUS
IVFD RL 5 gtt/i
Furosemide 1 amp / 8 jam
KSR tab 1 x 1
Digoksin tab 2 x
Aspilet 1 x 80 mg
ISDN tab 3 x 5 mg
Lisinopril 1 x 10 mg
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Daftar Pustaka:
1 Dumitru, I. et al.Heart Failure. Medscape. [Online] Oktober 4, 2012. [Cited: October 20 , 2012.]
http://emedicine.medscape.com/article/163062-overview.
2. Crouch MA, DiDomenico RJ, Rodgers Jo E. Applying Consensus Guidelines in the Management of acute decompensated heart
failure. California : 41st ASHP Midyear Clinical Meeting. [Online] 2006. [Cited: October 20, 2012.]
www.ashpadvantage.com/website_images/pdf/adhf_scios_06.pdf.
3. McMurray, J., Adamopoulos, S., Anker, S., et al.ESC Guidelines for the diagnosis and treatment. United Kingdom : The European
Society of Cardiology 2012., 2012, Vol. 33. 17871847.
4. Davis RC, Hobbs FDR, Lip GYH.ABC of heart failure: History and epidemiology. 320, s.l. : BMJ, 2000. 39-42.
5. Lindenfeld J.Evaluation and Management of Patients with Acute Decompensated Heart Failure. Journal of Cardiac Failure [serial
on the internet. [Online] Juni 2010 . [Cited: Oktober 20, 2012.] http://www.heartfailureguideline.org/
6. Santoso A, Erwinanto, Munawar M, Suryawan R, Rifqi S, Soerianata S.Diagnosis dan Tatalaksana Praktis Gagal Jantung Akut.
2007.
7. McBride BF, White M.Acute Decompensated Heart Failure: Pathophysiology. Journal of Medicine. [Online] 2010. [Cited: October
20, 2012.] http://www.medscape.com/viewarticle/459179_3.
8. Hollander JE.Current Diagnosis of Patients With Acute Decompensated Heart Failure. [Online] Philadelphia : Departement of
Emergency Medicine University of Pennsylvania, 2001. [Cited: Oktober 20, 2012.] www.emcreg.org.
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui kasus pasien dengan gagal jantung
2. Menegakkan diagnosa gagal jantung
3. Tatalaksana gagal jantung
Rangkuman
1. Subjektif:
Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu dan memberat selama 2 hari sebelum masuk rumah
sakit. Keluhan sesak napas timbul dengan aktivitas. Keluhan ini juga sering dirasakan memberat di malam hari, saat pasien tidur. Pasien
sering terbangun di malam hari karena sesak. Pasien lebih nyaman tidur menggunakan 2 sampai 3 buah bantal, dan jika merasakan sesak
napas, pasien merasa lebih nyaman dengan posisi setengah duduk.
Pasien juga mengeluhkan sering merasa cepat lelah. Pasien juga mengeluhkan batuk, tidak berdahak. BAK dan BAB tidak ada keluhan
2. Objektif:
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat mendukung diagnosa CHF FC NYHA II dengan udema paru + Post Stroke dengan
hemiparese kanan. Pada kasus ini ditegakkan berdasarkan:
Gejala klinis : sesak napas yang sudah dirasakan sejak lama dan memberat dalam 2 hari, memberat dengan aktivitas dan berkurang
dengan istirahat, mendapat serangan sesak di malam hari dan pasien juga mengeluhkan perasaan cepat lelah
Pemeriksaan fisik : keadaan umum lemah, tekanan darah 160/120 mmHg, nadi 92 x/menit ireguler, rhonki basah dan suara pernapasan
vesikuler yang menurun, disertai dengan gejala sisa post stroke pada ekstremitas.
Klasifikasi Gagal jantung menurut American College of Cardiology / American College Heart Association yaitu :4,8
Stadium A : Memiliki resiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal jantung.
tidak terdapat gangguan fungsional jantung, tidak terdapat tanda
atau gejala.
Stadium B : Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang berhubungan
dengan perkembangan gagal jantung, tidak terdapat tanda atau
gejala.
Stadium C : Gagal jantung yang simtomatis berhubungan dengan penyakit
Struktural jantung yang mendasari.
Stadium D : Penyakit struktural jantung yang lanjut serta gagal jantung yang
sangat bermakna saat istirahat walaupun sudah mendapat terapi
medis maksimal.
Faktor Penyebab
Meskipun gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat dari sebagian besar bentuk penyakit jantung, di Amerika Serikat dan Eropa Barat,
penyakit jantung iskemik bertanggung jawab sebanyak tiga perempat dari semua kasus. Kardiomiopati menempati urutan kedua, sementara
kasus bawaan, penyakit katup jantung, dan penyakit jantung hipertensi adalah penyebab lain yang posisinya terletak di bawah dua penyebab
di atas. Hal ini penting untuk mengidentifikasi potensi pengobatan penyebab gagal jantung, seperti ketiga kelompok di atas.
4. Plan:
Diagnosis:
Elektrokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang sangat berguna pada gagal jantung. Ekokardiografi dapat menunjukkan
gambaran obyektif mengenai struktur dan fungsi jantung. Penderita yang perlu dilakukan ekokardiografi adalah : semua pasien dengan tanda
gagal jantung, susah bernafas yang berhubungan dengan murmur, sesak yang berhubungan dengan fibrilasi atrium. Serta penderita dengan
resiko disfungsi ventrikel kiri (infark miokard anterior, hipertensi tak terkontrol, atau aritmia). Ekokardiografi dapat mengidentifikasi
gangguan fungsi sistolik, fungsi diastolik, mengetahui adanya gangguan katup, serta mengetahui resiko emboli.
Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia sebagai penyebab susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya penyakit
dasar serta komplikasi. Pada gagal jantung yang berat akibat berkurangnya kemampuan mengeluarkan air sehingga dapat timbul
hiponatremia delusional, karena itu adanya hiponatremia menunjukkan adanya gagal jantung yang berat. Pemeriksaan serum kreatinin perlu
dikerjakan selain untuk mengetahui adanya gangguan ginjal, juga mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi peningkatan
serum kreatini setelah pemberian angiotensin converting enzyme inhibitor dan diuretic dosis tinggi. Pada gagal jantung berat dapat terjadi
proteinuria. Hipokalemia dapat terjadi pada pemberian diuretic tanpa suplementasi kalium dan obat potassium sparring. Hiperkalemia timbul
pada gagal jantung berat dengan penurunan fungsi ginjal, penggunaan ACE-inhibitor serta obat hemat kalium.
Pengobatan:
Terapi yang diberikan pada pasien ini yaitu:
Penatalaksanaan umum
Bed rest semi fowler
Oksigen 2 4 L/menit
Pemasangan catheter
Kurangi asupan garam
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur, dan kurangi konsumsi lemak
Khusus
IVFD RL 5 gtt/i
Furosemide 1 amp / 8 jam
KSR tab 1 x 1
Digoksin tab 2 x
Aspilet 1 x 80 mg
ISDN tab 3 x 5 mg
Lisinopril 1 x 10 mg
Pendidikan:
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dideritanya, menjelaskan faktor resiko dan rencana terapi untuk
membantu proses penyembuhan dan pemulihan. Memberikan anjuran untuk membantu pasien mengurangi gejala seperti modifikasi gaya
hidup dan menjalani pengobatan yang diberikan secara teratur.
Konsultasi:
Terapi selanjutnya dan perawatan di ruangan dikonsultasikan kepada dokter spesialis Penyakit Dalam.
LAPORAN KASUS
(PORTOFOLIO)
NAMA PESERTA : dr. Devi Fitriani
WAHANA : RSUD Teungku Peukan, Aceh Barat Daya
JENIS KASUS :
JUDUL : GAGAL JANTUNG
Mengetahui,
Pendamping
dr. Munawwar