Laporan Farter 1
Laporan Farter 1
MATERI I
OLEH :
NAMA : FIRDARINI
NIM : O1A114120
KELAS :C
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Contoh : CTM
4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu :
a. Golongan I
Untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, dan dilarang diproduksi
atau untuk pengobatan. Contohnya heroin, dan kokain.
b. Golongan II dan III
Untuk pengobatan asalkan sudah memiliki izin edar (nomor registrasi).
Contohnya morfin, petidin, kodein, doveri, dan kodipron.
Contoh : Morfin, Petidin
1. HASIL PENGAMATAN
A ALAT ALAT KESEHATAN
a Pembalut
b Alat Perawatan
e Catheters
f Jarum Suntik
h Paratus
j Benang Bedah
2. PEMBAHASAN
A. PENGGOLONGAN OBAT
Obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologis. Menurut
WHO, obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik atau psikis.
Sedangkan menurut KONAS, obat adalah bahan atau sediaan yang digunakann
untuk mempengaruhi atau menyelidiki system biologis atau kondisi patologis
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari
rasa sakit, dan/atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi
(priyanto, 2008). Berdasarkan Keamanan (Permenkes No.949/Menkes/Per/
VI/2000 tentang Penggolongan Obat).
1 Obat Bebas
Obat golongan ini termasuk obat yang relatif paling aman, dapat
diperoleh tanpa resep dokter, selain di apotik juga dapat diperoleh di warung-
warung.
Contohnya Parasetamol, vitamin C, asetosal (aspirin), antasida daftar
obat esensial (DOEN), dan obat batuk hitam (OBH).
4 Obat Keras
Disebut obat keras karena jika pemakai tidak memperhatikan dosis,
aturan pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat menimbulkan efek
berbahaya. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter di apotik.
Contohnya semua obat dalam bentuk injeksi, semua obat baru, dll.
5 Psikotropika
Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika atau dulu lebih dikenal
dengan nama obat keras tertentu, sebenarnya termasuk golongan obat keras,
tetapi bedanya dapat mempengaruhi aktivitas psikis. Psikotropika dibagi
menjadi :
Golongan I
Sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu pengetahuan,
dilarang diproduksi, dan digunakann untuk pengobatan. Contohnya
metamfetamin.
Golongan II, III, IV
Dapat digunakann untuk pengobatan asalkan sudah didaftarkan. Namun,
kenyataannya saat ini hanya sebagian dari golongan IV saja yang
terdaftar dan digunakann, seperti diazepam, fenobarbital, lorasepam, dan
klordiazepoksid.
6 Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantung . Kelompok
obat yang paling berbahaya karena dapat menimbulkan adiksi
(ketergantungan) dan toleransi. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep
dokter. Karena berbahaya, dalam peredaran, produksi, dan pemakaiannya
narkotika diawasi secara ketat. Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
Golongan I
Untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, dan dilarang diproduksi
atau untuk pengobatan. Contohnya heroin, dan kokain.
Golongan II dan III
Untuk pengobatan asalkan sudah memiliki izin edar (nomor registrasi).
Contohnya morfin, petidin, kodein, doveri, dan kodipron.
Penandaan Narkotika
Perhatian :
1 Obat tetes mata berisi cairan yang steril (bebas dari bakteri) sbelum tutup
botolnya dibuka. Setelah tutup botol obat tetes mata dibuka maka: simpan
ditempat yang sejuk dan gelap serta jangan menyentuh ujung penetes
dengan apapum.
2 Jangan menggunakan satu obat tetes mata untuk bersama-sama
3 Buanglah botol setelah waktu yang direkomendasikan. Kecuali ada
keterangan lain biasanya 4 minggu setelah paertama kali botol dibuka.
4 Jika menggunakan obat tetes mata lebih dari satu, tunggulah 2 menit
sebelum meneteskan obat yang lain
5 Setelah menggunakan tetes mata mungkin obat akan terasa dimulut atau
ditenggorokan
6 Jangan menggunakan lensaa kontak ketika menggunakan obat tetes mata.
Karena beberapa obat dan pengawet yang ada dalam tetes mata dapat
terakumulasi di lensa kontak.
2 Salep Mata
a Cuci tangan dengan sabun
b Duduk atau berdirilah didepan cermin
c Buka tutup salep
d Tengadahkanlah kepala
e Tarik kelopak mata bagian bawah kebawah sehingga terbentuk cekungan
f Peganglah tube sedekat mungkin dengan cekungan tetapi tidak
menyentuhnya dan perlahan-lahan tekan sehingga keluar salep sepanjang
1 cm (atau sejumlah yang dianjurkan) dan masukkan kedalam cekungan
tersebut.
3 Tetes telinga
a. Perlahan-lahan cucilah telinga dengan kain yang lembab dan keringkan
b. Cuci tangan dengan sabun
c. Hangatkan botol tetes telinga sampai mendekati temperatur tubuh dengan
menggenggamnya beberapa menit
d. Kocoklah botol obat tetes telinga
e. Buka tutup botol tetes telinga dan periksalah ujung penetesnya untuk
memastikan tidak pecah atau patah. Jangan menyetuh ujung penetes
dengan apapun
f. Miringkanlah kepala ke satu sisi atau barbaringlah miring sehingga telinga
yang akan diobati berada diatas
g. Tarik daun telinga perlahan untuk membuka liang telinga
h. Teteskan sasuai jumlah yang diinginkan ke dalam telinga
i. Teteaplah pada posisi miring atau berbaring miring selama beberapa menit
untuk memastikan obat masuk kedalam telinga
j. (untuk tetes telingan tertentu) gunakan kapas untuk menutup liang telinga
setelas ditetesi obat
k. Ulangi langkah tersebut untuk telinga lain jika perlu
l. Cuci tangan kembali.
5 Tablet Sublingual
a. Minum atau berkumurlah dengan sedikit air untuk melembabkan jika mulut
kering.
b. Letakkan tablet di bawah lidah.
c. Tutuplah mulut dan jangan menelan sampai terdisolusi seluruhnya.
d. Jangan makan, minum atau merokok selama proses disolusi tablet.
e. Janganlah berkumur atau mencuci mulut selama beberapa menit setelah
tablet terdisolusi sempurna.
6 Tablet Bukal
a. Minum atau berkumurlah dengan sedikit air untuk melembabkan jika
mulut kering.
b. Letakkan tablet diantara pipi dan gusi atas atau gusi bawah.
c. Tutuplah mulut dan janganlah menelan sampai tablet terdisolusi dengan
sempurna.
d. Jangan makan, minum atau merokok selama proses disolusi tablet.
e. Janganlah berrkumur atau mencuci mulut selama beberapa menit setelah
tablet terdisolusi dengan sempurna.
7 Tablet Kunyah
Tablet kunyah dalam pemakaiannya harus dikunyah dengan sebelum ditelan.
8 Talet Effervescent
a. Taruh tablet sejumlah yang diperlukan untuk satu dosis dalam gelas.
b. Tambahkan air dingin sampai 1/2 gelas.
c. Tunggulah sampai tablet melarut semua (tidak terlihat lagi).
d. Minumlah semuanya sekaligus.
e. Tambahkan air sedikit lagi ke dalam gelas dan minumlah lagi untuk
memastikan bahwa obat terminum semua.
9 Tetes Hidung
g. Jika diperlukan, ulangi tahapan di atas untuk lubang hidung yang lain.
c. Kocok obat.
g. Cabut ujung sediaan dari hidung dan kepala dimiringkan ke depan sehingga
posisi kepala diantara lutut.
11 Transdermal Patch
a. Untuk letak penempelan patch lihat instruksi yang terdapat pada kemasan
obat atau konsultasikan dengan apoteker.
g. Tempelkan pada kulit dan tekan kuat. Gosok bagian tepi agar menempel.
h. Lepaskan dan ganti sesuai petunjuk.
Langkah 7 Langkah 8
13 Suppositoria
a. Cuci tangan.
d. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).
g. Tarik aplikator.
i. Bila bukan alat sekali pakai, cucilah kedua bagian dari aplikator dengan sabun
dan air hangat jika bukan merupakan alat sekali pakai.
j. Cuci tangan.
d. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).
f. Cuci tangan.
Langkah 4 dan 5
g. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).
l. Buang aplikator jika merupakan alat sekali pakai atau cuci bersih seluruhnya
dengan air mendidih jika bukan merupakan alat sekali pakai.
m. Cuci tangan.
a Hilangkan udara di dalam pen melalui jarum. Hal ini untuk mengatur
ketepatan pen dan jarum dalam mengatur dosis insulin. Putar tombol pemilih
dosis pada ujung pen untuk 1 atau 2 unit (pengaturan dosis dengan cara
memutar botol).
b Tahan pena dengan jarum mengarah ke atas. Tekan tombol dosis dengan
benar sambil mengamati keluarnya insulin. Ulangi, jika perlu, sampai insulin
terlihat di ujung jarum. Tombol pemutar harus kembali ke nol setelah insulin
terlihat di dalam pen.
a Genggam pen dengan 4 jari, latekkan ibu jari pada tombol dosis.
d Gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis sampai berhenti
(klep dosis akan kembali pada nol). Biarkan jarum di tempat selama 5-10
detik untuk membantu mencegah insulin dari keluar dari tempat injeksi.
e Tarik jarum dari kulit. Kadang-kadang terlihat memar atau tetesan darah,
tetapi itu tidak berbahaya. Bisa di usap dengan tissue atau kapas, tetapi jangan
di pijat pada daerah bekas suntikan.
Langkah 7 : Persiapkan pen insulin untuk penggunaan berikutnya
Lepaskan tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen.
Tempatkan jarum yang telah digunakann pada wadah yang aman (kaleng
kosong). Buang ke tempat sampah jangan dibuang ditempat pendaur ulang
sampah
Langkah-langkah :
Suntikkan sedikit insulin keluar dari ampul ke udara, untuk memastikan ujung
jarum terisi penuh oleh insulin, dan bukan udara. Langkah ini disebut air
shot
Suntikkan jarum ke area yang Anda inginkan. Jika area Anda terasa sakit
setelah Anda selesai menyuntik, kompres dengan es selama 15-20 detik.
Pastikan jarum suntik dan pen benar-benar masuk ke dalam kulit dan hitung
selama 10 detik sebelum mencabut suntikan
Perut : Berikan jarak sekitar 5 cm dari pusar atau tempat bekas luka.
Lengan : jjaringan lemak di bagian lengan atas adalah daerah yang paling
tepat untuk injeksi.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2007, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Depkes RI,
Jakarta.