Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

TATA LAKSANA KASUS


SILOAM HOSPITALS KEBON
JERUK
Tanggal dibuat: Tgl / Bln / Thn Revisi: Direkur RS

Dr. Agus Tanjung,


MHA

DEMAM TIFOID

1. Pengertian Demam tifoid adalah infeksi sistemik akut yang


(Definisi) disebabkan oleh Salmonella enteric serotype typhi atau
paratyphi. Nama lain penyakit ini adalah enteric fever,
tifus, dan paratifus abdominalis. Tifoid karier adalah
seseorang yang kotorannya (feses atau urin)
mengandung S.typhi setelah satu tahun pascademam
tifoid tanpa gejala klinis.

2. Anamnesis Keluhan
o Demam turun naik terutama sore dan malam hari
dengan pola intermiten dan kenaikan suhu step-
ladder. Demam tinggi dapat terjadi terus menerus
(demam kontinu) hingga minggu kedua.
o Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering
dirasakan di area frontal
o Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan
meteorismus atau diare, mual, muntah, nyeri
abdomen dan BAB berdarah
o Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan pegal-
pegal, batuk, anoreksia, insomnia
o Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai
penurunan kesadaran atau kejang.
Faktor Risiko
o Higiene personal yang kurang baik, terutama
jarang mencuci tangan.
o Higiene makanan dan minuman yang kurang
baik, misalnya makanan yang dicuci dengan air
yang terkontaminasi, sayuran yang dipupuk
dengan tinja manusia, makanan yang tercemar
debu atau sampah atau dihinggapi lalat.
o Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
o Adanya outbreak demam tifoid di sekitar tempat
tinggal sehari-hari.
o Adanya carrier tifoid di sekitar pasien.
o Kondisi imunodefisiensi.
3. Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik
Fisik o Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang
atau sakit berat.
o Kesadaran: dapat compos mentis atau penurunan
kesadaran (mulai dari yang ringan, seperti apatis,
somnolen, hingga yang berat misalnya delirium
atau koma)
o Demam, suhu > 37,5oC.
o Dapat ditemukan bradikardia relatif, yaitu
penurunan frekuensi nadi sebanyak 8 denyut per
menit setiap kenaikan suhu 1oC.
o Ikterus
o Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah,
halitosis
o Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama regio
epigastrik), hepatosplenomegali
o Delirium pada kasus yang berat
Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut
o Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa
apatis dengan kesadaran seperti berkabut. Bila
klinis berat, pasien dapat menjadi somnolen dan
koma atau dengan gejala-gejala psikosis (organic
brain syndrome).
o Pada penderita dengan toksik, gejala delirium
lebih menonjol.
o Nyeri perut dengan tanda-tanda akut abdomen

4. Kriteria 1. Suspek demam tifoid (Suspect case)


Diagnosis Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan
gejala demam, gangguan saluran cerna dan
petanda gangguan kesadaran. Diagnosis suspek
tifoid hanya dibuat pada pelayanan kesehatan
primer.
2. Demam tifoid klinis (Probable case)
Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran
laboratorium yang menunjukkan tifoid.

5. Diagnosa Kerja Demam Tifoid

6. Diagnosa 1. Demam berdarah dengue


Banding 2. Malaria
3. Leptospirosis
4. Infeksi saluran kemih
5. Hepatitis
6. Sepsis
7. Tuberkulosis milier
8. Endokarditis infektif
9. Demam rematik akut
10.Abses dalam
11.Demam yang berhubungan dengan infeksi HIV
7. Pemeriksaan 1. Darah perifer lengkap beserta hitung jenis
Penunjang leukosis
Dapat menunjukkan: leukopenia / leukositosis /
jumlah leukosit normal, limfositosis relatif,
monositosis, trombositopenia (biasanya ringan),
anemia.
2. Serologi
o IgM antigen O9 Salmonella thypi (Tubex-
TF)
o Hanya dapat mendeteksi antibody
IgM Salmonella typhi
o Dapat dilakukan pada 4-5 hari
pertama demam
o Enzyme Immunoassay test (Typhidot)
o Dapat mendeteksi IgM dan IgG
Salmonella typhi
o Dapat dilakukan pada 4-5 hari
pertama demam
o Uji IgM Dipstick
o Deteksi khusus IgM spesifik S.typhi
pada specimen serum atau darah
dengan menggunakan strip yang
mengandung antigen
lipopolisakarida S.typhi dan anti IgM
sebagai control.
o Akurasi diperoleh bila pemeriksaan
dilakukan 1 minggu setelah timbul
gejala.
o Tes Widal
o Dilakukan setelah demam
berlangsung 7 hari.
o Interpretasi hasil positif bila titer
aglutinin O minimal 1/320 atau
terdapat kenaikan titer hingga 4 kali
lipat pada pemeriksaan ulang
dengan interval 5 7 hari.
o Hasil pemeriksaan Widal positif palsu
sering terjadi oleh karena reaksi
silang dengan non-typhoidal
Salmonella, enterobacteriaceae,
daerah endemis infeksi dengue dan
malaria, riwayat imunisasi tifoid dan
preparat antigen komersial yang
bervariasi dan standaridisasi kurang
baik. Oleh karena itu, pemeriksaan
Widal tidak direkomendasi jika hanya
dari 1 kali pemeriksaan serum akut
karena terjadinya positif palsu tinggi
yang dapat mengakibatkan over-
diagnosis dan over-treatment.
3. Kultur Salmonella typhi (gold standard)
Dapat dilakukan pada spesimen:
o Darah : Pada minggu pertama sampai akhir
minggu ke-2 sakit, saat demam tinggi
o Feses : Pada minggu kedua sakit
o Urin : Pada minggu kedua atau ketiga sakit
o Cairan empedu : Pada stadium lanjut
penyakit, untuk mendeteksi carrier typhoid
4. Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis,
misalnya: SGOT/SGPT, kadar lipase dan amilase

8. Terapi 1. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:


o Istirahat tirah baring dan mengatur
tahapan mobilisasi
o Menjaga kecukupan asupan cairan, yang
dapat diberikan secara oral maupun
parenteral.
o Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak,
cukup kalori dan protein, rendah serat.
o Konsumsi obat-obatan secara rutin dan
tuntas
o Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu, kesadaran), kemudian
dicatat dengan baik di rekam medik pasien
2. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam
(antipiretik) dan mengurangi keluhan
gastrointestinal.
3. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik.
Antibiotik lini pertama untuk demam tifoid adalah
Kloramfenikol, Ampisilin atau Amoksisilin (aman
untuk penderita yang sedang hamil), atau
Trimetroprim-sulfametoxazole (Kotrimoksazol).
4. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama
dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan
antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua
yaitu Seftriakson, Sefiksim, Kuinolon (tidak
dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai
mengganggu pertumbuhan tulang).

ANTIBIOTI DOSIS KETERANGAN


KA
Kloramfeni- Dewasa: 4x500 Merupakan obat
kol mg selama 10 yang sering
hari digunakan dan
Anak 100 telah lama dikenal
mg/kgBB/har, per efektif untuk tifoid
oral atau Murah dan dapat
intravena, dibagi diberikan peroral
4 dosis, selama serta sensitivitas
10-14 hari masih tinggi
Pemberian PO/IV
Tidak diberikan bila
lekosit <2000/mm3
Seftriakson Dewasa: 2- Cepat menurunkan
4gr/hari selama suhu, lama
3-5 hari pemberian pendek
Anak: 80 dan dapat dosis
mg/kgBB/hari, IM tunggal serta cukup
atau IV, dosis aman untuk anak.
tunggal selama 5 Pemberian PO/IV
hari
Ampisilin & Dewasa: (1.5-2) Aman untuk
Amoksisilin gr/hr selama 7-10 penderita hamil
hari Sering dikombinasi
Anak: 100 dengan
mg/kgbb/hari per kloramfenikol pada
oral atau pasien kritis
intravena, dibagi Tidak mahal
3 dosis, selama Pemberian PO/IV
10 hari.
Kotrimok- Dewasa: 2x(160- Tidak mahal
sazole 800) selama 7-10 Pemberian per oral
(TMP-SMX) hari
Anak:
Kotrimoksazol 4-6
mg/kgBB/hari, per
oral, dibagi 2
dosis, selama 10
hari.
Kuinolon Ciprofloxacin Pefloxacin dan
2x500 mg selama Fleroxacin lebih
1 minggu cepat menurunkan
Ofloxacin 2x(200- suhu
400) selama 1 Efektif mencegah
minggu relaps dan kanker
Pemberian peroral
Pemberian pada
anak tidak
dianjurkan karena
efek samping pada
pertumbuhan
tulang
Sefiksim Anak: 20 Aman untuk anak
mg/kgBB/hari, per Efektif
oral, dibagi Pemberian per oral
menjadi 2 dosis,
selama 10 hari
Thiamfeniko Dewasa: 4x500 Dapat dipakai untuk
l mg/hari anak dan dewasa
Anak: 50 Dilaporkan cukup
mg/kgbb/hari sensitif pada
selama 5-7 hari beberapa daerah
bebas panas

9. Edukasi Edukasi pasien tentang tata cara:


1. Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari
demam tifoid yang harus diketahui pasien dan
keluarganya.
2. Diet, jumlah cairan yang dibutuhkan, pentahapan
mobilisasi, dan konsumsi obat sebaiknya
diperhatikan atau dilihat langsung oleh dokter,
dan keluarga pasien telah memahami serta
mampu melaksanakan.
3. Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada
pasien dan keluarga supaya bisa segera dibawa
ke rumah sakit terdekat untuk perawatan.
Pendekatan Community Oriented
Melakukan konseling atau edukasi pada masyarakat
tentang aspek pencegahan dan pengendalian demam
tifoid, melalui:
1. Perbaikan sanitasi lingkungan
2. Peningkatan higiene makanan dan minuman
3. Peningkatan higiene perorangan
4. Pencegahan dengan imunisasi

10.Prognosis Prognosis adalah bonam, namun ad sanationam dubia


ad bonam, karena penyakit dapat terjadi berulang.

11.Kriteria 1. Gejala klinis ringan, tidak ada tanda-tanda


Pulang/Discharge komplikasi atau komorbid yang membahayakan.
2. Kesadaran baik.
3. Dapat makan serta minum dengan baik.
4. Keluarga cukup mengerti cara-cara merawat dan
tanda-tanda bahaya yang akan timbul dari tifoid.
5. Rumah tangga pasien memiliki dan melaksanakan
sistem pembuangan eksreta (feses, urin, cairan
muntah) yang memenuhi persyaratan kesehatan.
6. Keluarga pasien mampu menjalani rencana
tatalaksana dengan baik.

12.Indikator Medis

13.Kepustakaan 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No:


364/Menkes/SK/V/2006 tentang Pedoman
Pengendalian Demam Tifoid. (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, t.thn.)
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4
ed. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. (Sudoyo, et al.,
2006)
3. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer Edisi Revisi 2014.
Jakarta. 2014.
4. WHO. Background document:The diagnosis,
treatment and prevention of typhoid fever,
Communicable Surveillance and Response
Vaccines and Biologicals. Geneva: WHO;2009.

Ketua Komite Medik Penyusun

Dr. Maizul Anwar, SpBTKV

Anda mungkin juga menyukai