Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KIMIA ANALISIS

PERMANGANOMETRI

Dosen Pengampu : Drs. Mardiyono, M.Si.

Disusun oleh:

Nama : Asis Gusbiantoro

NIM : 22164961A

Teori : 5

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak
jenisnya, diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri,
iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya titrasi ini dikarenakan
tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua senyawa oksidator dan
reduktor sehingga pastinya akan melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi
redoks melibatkan rekasi oksidasi dan reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau
titrannya oksidator maka sampelnya adalah oksidator.

Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi oksidasi-


reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa permanganate. Kalium
permanganate merupakan oksidator kuat yang dapar bereaksi dengan cara berbeda-beda,
tergantung dari pH larutannya. Kekuatan sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai
dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam-macam ini
disebabkan oleh keragaman valensi mangan.

KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia biasanya
digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi menjadi Mn2+(aq). Pada
analisi besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara yang sama untuk reaksi dan
dititrasi dengan MnO4-. Mn2+mempunyai warna pink (merah muda) sangat pucat yang
dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO4- berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir
titrasi larutan yang dititrasi mempunyai warna akhir pink (merah muda) dengan hanya
penambahan satu tetes lagi MnO4-. MnO4- dapat digunakan untuk menetukan kadar besi.
Untuk mempelajari metode permanganometri lebih lanjut maka perlu dilakukannya
praktikum ini (penentuan kadar besi secara permanganometri).

1
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian titrasi permanganometri ?
2. Apa manfaat dari titrasi permanganometri ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari titrasi permanganometri ?
4. Apa saja sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri ?
5. Apa saja sifat-sifat Kalium Permanganat (KMnO4) ?
6. Apa saja standar-standar primer untuk Permanganat ?
7. Bagaimana penentuan-penentuan dengan Permanganat ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian titrasi permanganometri
2. Untuk mengetahui manfaat dari titrasi permanganometri
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari titrasi permanganometri
4. Untuk mengetahui sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri
5. Untuk mengetahui sifat-sifat Kalium Permanganat (KMnO4)
6. Untuk mengetahui standar-standar primer untuk Permanganat
7. Untuk mengetahui penentuan-penentuan dengan Permanganat

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu :
1. Mendapatkan pengetahuan tentangpengertian titrasi permanganometri
2. Mendapatkan pengetahuan tentang manfaat dari titrasi permanganometri
3. Mendapatkan pengetahuan tentang kelebihan dan kekurangan dari titrasi
permanganometri
4. Mendapatkan pengetahuan tentang sumber-sumber kesalahan pada titrasi
permanganometri
5. Mendapatkan pengetahuan tentang sifat-sifat Kalium Permanganat (KMnO4)
6. Mendapatkan pengetahuan tentang standar-standar primer untuk Kalium
Permanganat(KMnO4)
7. Mendapatkan pengetahuan tentang penentuan-penentuan dengan Kalium
Permanganat (KMnO4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Titrasi Permanganometri


Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan hasil oksidasi dengan
KMnO4. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat.
Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.

2
MnO4- + 8H+ + 5e Mn 2+ + 4H2O

Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indicator, jadi titrasi


permanganometri ini tidak memerlukan indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam
suasana asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun
ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis
contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat .
1) Dalam suasana asam atau [H+] 0,1 N, ion permanganat mengalami reduksi menjadi ion
mangan (II) sesuai reaksi :

MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + H2O Eo= 1,51 Volt

2) Dalam suasana netral, ion permanganate mengalami reduksi menjadi mangan dioksida
seperti reaksi berikut :

MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2 + 2H2O Eo= 1,70 Volt

3) Dan dalam suasana basa atau [OH -] 0,1 N, ion permanganate akan mengalami reduksi
sebagai berikut :

MnO4- + e- MnO42- Eo= 0,56 Volt


Reaksi dalam suasana alkalis :
MnO4- + 3e MnO42-
MnO42- + 2H2 O + 2e MnO2 + 4OH-
MnO4- + 2H2 O + 3e MnO2 +4OH-

Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral.
Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-
jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis
dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat
sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu
menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang
telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan
pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah
3
katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi
permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan
dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida,
yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan

3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O 5MnO2 + 4H+

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup
untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan
permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-
jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara
permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada
dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk
menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau
gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi
dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak
berubah selama beberapa bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam
titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida
dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi
besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II)
klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat
tidak ada ion klorida yang masuk .
Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi
dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan
panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya
warna kuning dari ion besi.

Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi :

2MnO4- + 10Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O


4
Dan sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan klor. Reaksi ini
terutama berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam besi, kecuali jika tindakan-
tindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang sedikit berlebih,
larutan yang sangat encer, temperatur yang rendah, dan titrasi yang lambat sambil
mengocok terus-menerus, bahaya dari penyebab ini telah dikurangi sampai
minimal. Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan
karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu. Pada percobaan ini untuk membakukan
kalium permanganat ini dapat digunakan natrium oksalat yang merupakan standar primer
yang baik untuk permanganat dalam larutan asam (Basset, 1994).

Kalium permanganat bukanlah merupakan bahan kimia standar primer.


Permanganat selalu tercampur dengan oksidanya. Air sebagai pelarut sering mangandung
bahan pereduksi (seperti bahan organik dalam jumlah yang sedikit). Keberadaan bahan
kimia semakin meningkatkan terbentuknya oksida mangan. Adanya bahan pereduksi
tersebut perlu dihindari, karena keberadaannya dapat mengkatalisis proses
autodekomposisi larutan permanganat (selama penyimpanan).

4MnO4- + 2H2O --> 4MnO2 + 4OH-

Reaksi autodekomposisi ini dikatalisis oleh adanya mangan dioksida. Sehingga


permanganat tidak stabil dalam keberadaan ion Mn2+
4MnO4- + Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4OH-

Pada kondisi asam, reaksi ini berlangsung lambat dan pada kondisi netral sangat
capat. Atas dasar inilah preparasi kalium permanganat jarang dilakukan dengan cara
menimbang dan melarutkan langsung KMnO 4 di dalam aquadest. Melainkan dengan
perlakuan pemanasan hingga mendidih dan tetap meletakkan larutan ini dalam sistem
penangas uap selama beberapa jam, kemudian menyaringnya melalui media tak mereduksi
permanganat: glasswool, crush berpori (sinterglass)(utomo,2010).

B. Manfaat Dari Titrasi Permanganometri


Untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat
dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air,
dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat

5
oksidasi reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan
atau berbahaya.

C. Kelebihan Dan Kekurangan Dari Titrasi Permanganometri


1. Kelebihan Titrasi Permanganometri

Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini
tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO 4 sudah berfungsi
sebagai indicator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah diredukdsi menjadi ion Mn-
tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator.
2. Kekurangan Titrasi Permanganometri
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak
pada: Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu
yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi
MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat
yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang
terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada
larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung
menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 +
4H+Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian
KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan
telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2
H2O2 H2O + O2
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk
titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang
dilaksanakan.

D. Sumber-sumber Kesalahan Pada Titrasi Permanganometri

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganomet, antara lain:

Larutan pentiter KMnO4 pada buret.


Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO 4 pada buret yang
terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan

6
diperoleh pembentukan presipilat coklat yang seharusnya adalah larutan yang
berwarna merah rosa.
Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4.
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO 4- dengan
Mn2+.
MnO4-+3Mn++2H2O 5MnO2+4H+
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah
ditambahkan asam sulfat dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4+O2 H2O2+2CO2

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan


pereaksi ini, namaun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan
sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak
pereaksi permanganat berjalan, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan
dalam penggunaan reagen ini, sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur
pengoksida yang cukup kuat.
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh
kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan
KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan
cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat
yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat
dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr,
Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring
dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara
kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung
banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan
sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam,
ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh
khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan
KMnO4.

7
E. Sifat-sifat Kalium Permanganat (KMnO4)

Sifat-sifat Kalium Permanganat (KMnO4) :

Kalium pemanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi selama


lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak
membutuhkan indikator kecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N
permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang
biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengidentifikasi
kelebihan reagen tersebut. Permanganatmenjadi beragam reaksi kimia, karena mangan
dapat hadir dalam kondisi-kondisioksidai +2,+3,+4,+6 dan +7.

Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang
terjadidalam larutan-lrutan yang bersifat amat asam 0,1 N atau lebih besar. Permanganat
merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat KMnO 4 .
Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan
bahan baku tertentu. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang
dapat dioksidasi seperti Fe3+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya.
Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri,seperti :

a. Ion-ion Ca, Ba,Sr, Pb, Zn, dan Hg yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk
asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil
titrasi dapat di hitung banyaknya ion lagam yang bersangkutan.
b. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam kromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO 4dioksidasi
oleh kromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan KMnO4.

F. Standar-standar Primer untuk Permanganat


1) Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik
untukpermanganat dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat
kemurnian tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan non higroskopis. Reaksinya
dengan permanganate agak sedikit rumit dan berjalan lambat pada suhu ruangan,
sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar 60C. Bahkan pada suhu yang
lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya eningkat ketika ion
8
mangan (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai katalis, dan reaksinya disebut
autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion tersebut
dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat dengan
permanganate untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau
+4), di mana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke
kondisi divalent.
Persamaan utnuk reaksi antara oksalat dan permanganate adalah
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain.
Selama beberapa tahun analisis-analisis prosedur yang disarankan oleh McBride 1,
yang mengharuskan seluruh titrasi berlangsung perlahan pada suhu yang lebih tinggi
dengan pengadukan yang kuat. Belakangan, Fowler dan Bright 2menyelidiki secara
menyeluruh reaksinya dan menganjurkan agar hampir semua permanganate
ditambahkan secara tepat ke larutan yang diasamkan pada suhu ruangan. Setelah
reaksinya selesai, larutan tersebut dipanaskan sampai 60C dan titrasi diselesaikan
pada suhu ini. Prosedur ini mengeliminasi kesalahan apa pun yang disebabkan oelh
pembentukan hydrogen peroksida.

2) Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai
standar primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi (III) yang
diproduksi selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion
klorida oleh permanganate berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian,
dengan kehadiran besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah
agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini
teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan
dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan asam klorida.
Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut
larutan pencegah, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke
dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganate. Asam
fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah
kompleks, membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai, dan juga
menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam media klorida.

9
Kompleks fosfat ini tidak berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas.Hidrogen
peroksida.

G. Penentuan-penentuan dengan Permanganat


Penentuan besi dalam bijih-bijih besi adalah salah satu aplikasi terpenting dari
titrasi-titrasi permanganate. Asam terbaik untuk melerutkan bijih-bijh besi adalah asm
klorida, dan Timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses pelarutan.
Sebelum titrasi dengan permanganate setiap besi (III) harus direduksi menjadi besi (II).
Timah (II) klorida biasanya dipergunakan untuk mereduksi besi dalam sampel-sampel
yang telah dilarutkan dalam asam klorida. Larutan pencegah Zimmermann-Reinhardt lalu
ditambahkan jika titrasi akan dilakukan dengan permanganate. Banyak agen pereduksi
selain besi (II) dapat ditentukan melalui titrasi langsung dengan permanganate dalam
larutan asam.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan hasil oksidasi dengan
KMnO4 untuk mengetahui kadar suatu zat sampel. Titrasi permanganometri ini lebih
mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indicator. Sumber-
sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter
KMnO4 pada buret, penambahan KMnO4 yang terlalu cepat ataupun terlalu lambat pada
larutan seperti H2C2O4

B. Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J.C., F.C. Denay, S.B. Jefferey & J. Mendham.1994.


Buku Ajar VogelKimia Analitik KuantitatifAnorganik,diterjemahkan oleh L. Setiawan.
Edisi Keempat. EGC. Jakarta.
Day, R.A & A.L.Underwood. 2001. Analisis kimia Kuantitatif, diterjemahkan oleh Iis Sopyan.
Erlangga.Jakarta.
Karyadi, Benny. 1994. Kimia 2. Balai Pustaka, Jakarta.
Rivai, H.1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press. Jakarta
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif Makro danSemimikro,
diterjemahkan oleh A.H. Pudjaatmaka. Kalman Media Pustaka. Jakarta.

Utomo,D.P.2010.AnalisisPermanganometri.http://danipujiutomo.wordpress.com/2010/04/21/9
3/.Dibrowsing 05 April 2017. Pukul 13.45 WIB

11

Anda mungkin juga menyukai