Anda di halaman 1dari 444

PEMBAHASAN

TO 5 OPTIMAPREP BATCH IV
UKMPPD 2015
dr. Yolina, dr. Retno, dr. Yusuf, dr. Resthie, dr. Reza, dr. Widya
dr. Cemara, dr. Zanetha

OFFICE ADDRESS:
Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan Medan :
(belakang pasaraya manggarai) Jl. Setiabudi no. 65 G, medan P
phone number : 021 8317064 Hone number : 061 8229229
pin BB 2A8E2925 Pin BB : 24BF7CD2
WA 081380385694 Www.Optimaprep.Com
ILMU PENYAKIT DALAM
1. GI Tract Disorder
Irritable bowel syndrome (IBS) is a functional bowel
disorder characterized by:
abdominal pain or discomfort
altered bowel habits
absence of detectable structural abnormalities.
Most studies show a female predominance.
No clear diagnostic markers exist for IBS, thus the diagnosis
of the disorder is based on clinical presentation.
22. GI Tract Disease
aCriteria fulfilled for the last 3 months with symptom onset at least 6 months
prior to diagnosis.
bDiscomfort means an uncomfortable sensation not described as pain.
1. GI tract Disorder
Diagnosis Characteristic
Crohn disease diarrhea; abdominal pain that is usually insidious in the right lower
quadrant, triggered or aggravated frequently after meals; weight
loss; & an association with a tender, inflammatory mass in the
right lower quadrant. The diarrhea is usually nonbloody.
Colitis ulcerative diarrhea, with or without blood in the stool. If inflammation is
confined to the rectum (proctitis), blood may be seen on the
surface of the stool; other symptoms include tenesmus, urgency,
rectal pain, and passage of mucus, without diarrhea.
Colon carcinoma Lesions of the right colon commonly ulcerate, leading to chronic,
insidious blood loss without a change in the appearance of the
stool anemia of iron deficiency fatigue, palpitations, & even
angina pectoris.

Since stool becomes more formed as it passes into the transverse


& descending colon, tumors arising there tend to impede the
passage of stool, resulting in the development of abdominal
cramping, occasional obstruction, & even perforation.
2. Diabetes
Jika GDP belum mencapai target (70-130 mg/dL), maka
dosis dapat dinaikkan 2 unit setiap 3 hari. Jika GDP
masih di atas 180 mg/dL, dosis dapat dinaikkan 4 unit
setiap 3 hari.

Insulin prandial diberikan untuk menurunkan kadar


glukosa darah setelah makan, ketika pemberian insulin
basal & obat oral gagal mencapai target.

Insulin prandial diberikan pada porsi makan yang


menaikkan glukosa darah prandial tertinggi (glukosa
darah 1-2 jam setelah makan >160-180 mg/dL)

Terapi insulin pada pasien diabetes melitus. PERKENI 2011.


2. Diabetes

Diabetes technology & therapeutics Volume 13, Supplement 1, 2011


3. Anticoagulant Therapy
3. Anticoagulant Therapy

ISI: international sensitivity index


Didapat dari info alat yang digunakan
MNPT: mean normal PT laboratory
3. Anticoagulant Therapy
INR Penyesuaian Dosis Warfarin
1,1 1,4 Naikkan dosis 10-20%. Kontrol 1 minggu.
1,5 1,9 Naikkan dosis 5-10%. Kontrol 2 minggu.
2,0 3,0 Dosis tetap. Kontrol 1 minggu,
3,0 3,9 Turunkan dosis 5-10%. Kontrol 2 minggu.
4,0 5,0 Turunkan dosis 10-20%. Kontro 1 minggu.
> 5,0 Stop pemberian. Dipantau sampai INR turun menjadi 3.

Warfarin diberikan 24 jam setelah terapi heparin dimulai (overlap).


Dosis awal 5-10 mg per oral, lalu disesuaikan dengan INR.
Setelah target INR tercapai (biasanya perlu 4-5 hari), selama 2-3
hari berturut-turut, heparin dapat dihentikan & warfarin diteruskan
sesuai protokol.
Keterangan: warfarin diberikan overlap dengan heparin karena
antagonis vitamin K perlu waktu untuk meniimbulkan efek.
3. Anticoagulant Therapy
4. Gagal Jantung

Pembuluh darah paru memiliki kapasitas penyimpanan yang besar.


Penambahan volume darah ke paru akan membuka pembuluh darah yang
tadinya tertutup & melebarkan pembuluh darah yang sudah terbuka.

Chest X-Ray - Heart Failure. Simone Cremers, Jennifer Bradshaw and Freek Herfkens. Radiology department of the Albert Schweitzer Hospital in
Dordrecht and the Medical Centre Alkmaar, the Netherlands, the Netherlands
4. Gagal Jantung

Kiri: normal. Kanan: hipervaskularisasi pada periode CHF.


Chest X-Ray - Heart Failure. Simone Cremers, Jennifer Bradshaw and Freek Herfkens. Radiology department of the Albert Schweitzer Hospital in
Dordrecht and the Medical Centre Alkmaar, the Netherlands, the Netherlands
5. Limfadenopati

SWISS MED WKLY 2 010 ; 14 0 ( 7 8 ) : 9 8 10 4 www. smw. ch


5. Limfadenopati

Iran J Med Sci Supplement March 2014; Vol 39 No 2


5. Limfadenitis
5. Limfadenopati
Lima pola histopatologi limfadenopati perifer jinak:
1. Hiperplasia folikular
Infeksi, autoimun, reaksi nonspesifik
PA: peningkatan ukuran & jumlah sel B di germinal center
2. Hiperplasia parakortikal
Infeksi virus, penyakit kulit, reaksi obat, reaksi nonspesifik
PA: perluasan sel T ke regio parakortikal
3. Hiperplasia sinus
Lesi inflamasi dan juga keganasan
PA: perluasan histiosit ke medula dan sinus korteks
4. Inflamasi granulomatosa
Tuberkulosis & sarkoidosis
PA: Pembentukan granuloma. Pada TB disertai nekrosis kaseosa.
5. Limfadenitis akut
Infeksi bakteri
PA: hiperplasia folikel & infiltrasi PMN

Iran J Med Sci Supplement March 2014; Vol 39 No 2


6. Penyakit Jantung Iskemik
Nitroglycerin tidak boleh diberikan pada pasien yang mendapat
phosphodiesterase inhibitor dalam 24 jam pemakaian sildenafil
Alternatif anti-iskemik: beta bloker & CCB (bila beta bloker kontraindikasi)

2011 ACCF/AHA Focused Update Incorporated Into the ACC/AHA 2007 Guidelines for the Management of Patients With Unstable Angina/NonST-Elevation
Myocardial Infarction A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines
7. Anemia Hemolitik

Fundamentals of urine & body fluid analysis. 3rd ed. 2013.


7. Anemia Hemolitik

Fundamentals of urine & body fluid analysis. 3rd ed. 2013.


7. Anemia Hemolitik

Fundamentals of urine & body fluid analysis. 3rd ed. 2013.


8. Penyakit Paru

Scanlon PD. The pathogenesis and pathology of COPD. Adv stud med. 2004.
8. Penyakit Paru
Pemeriksaan fisis PPOK
Palpasi: pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi: pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah
Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh, gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema
tungkai

Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed lips
breathing
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di
basal paru, sianosis sentral dan perifer
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini
terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.

1. PPOK: diagnosis dan penatalaksanaan. PDPI 2011


8. Penyakit Paru
Aliran napas selama ekspirasi
paksa merupakan
keseimbangan antara elastic
recoil yang mendorong napas
& resistensi jalan napas yang
menghambat napas.

Hilangnya elastic recoil


menambah waktu yang
diperluksan untuk ekspirasi.

Elastic recoil dapat


ditingkatkan dengan
menambah volume inspirasi
yang berakibat pergeseran
posisi napas istirahat (resting
state) ke arah inspirasi (barrel
chest).

Color atlas of pathophysiology. Thieme. 2003


9. Abses Paru
Abses Paru
Proses supuratif lokal yang ditandai oleh nekrosis jaringan paru.

Etiologi dan patogenesis


Aspirasi materi infektif: alkoholisme akut, koma, anestesia, sinusitis,
gingivodental sepsis.
Kelanjutan infeksi paru: abses post-pneumonic, biasanya oleh S.
aureus, K. pneumoniae, dan type 3 pneumococcus.
Emboli septik
Neoplasia: infeksi sekunder akibat obstruksi bronkopulmonar.
Lain-lain: trauma langsung, perluasan infeksi dari organ sekitar
(supurasi esofagus, vertebra, ruang subfrenik, ruang pleura),
hematogen.
9. Pulmonologi
Sebagian besar
diagnosis ditegakkan
dari roentgen toraks.

Kavitas abses memiliki


dinding yang terlihat
jelas mengelilingi
daerah lusen atau
adanya air fluid level
di area pneumonia.
9. Pulmonologi
Diagnosis Karakteristik

Hidropneumotoraks Masuknya cairan dan udara ke rongga pleura. Dapat


disebabkan oleh ruptur kista hidatid, kista koksidioidomikosis.

Bulla pulmoner Bulla adalah dilatasi fokal ruang udara yang disebabkan oleh
gabungan dari area-area emfisema.

Tuberkulosis Batuk > 2 minggu, sesak, batuk darah, demam, keringat


malam, BTA (+), pada roentgen kavitas TB tidak disertai air
fluid level.

Efusi pleura Sesak, perkusi redup, pada roentgen tampak sinus


costofrenikus tumpul.
10. Dispepsia
Nyeri epigastrik seperti rasa terbakar atau tidak nyaman
dapat dijumpai pada ulkus duodenum & ulkus gaster.

Ulkus duodenum:
Khasnya, nyeri timbul 90 menit-3 jam setelah makan & nyeri
berkurang dengan antasid atau makanan.
2/3 pasien merasakan nyeri pada malam hari yang membuat
bangun pada malam hari (tengah malam jam 3 pagi).

Ulkus gaster:
Nyeri dipresipitasi oleh makanan.
Mual & turun berat badan lebih sering dijumpai pada ulkus
gaster.

Harrisons principles of internal medicine


10. Dispepsia

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI), Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI)Konsensus nasional. Penatalaksanaan
Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. 2014.
10. Dispepsia
Lokasi Nyeri Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan Diagnosis Terapi
Fisis Penunjang
Nyeri epigastrik Membaik dgn Tidak spesifik Urea breath test Dispepsia PPI:
Kembung makan (ulkus (+): H. pylori ome/lansoprazol
duodenum), Endoskopi: H. pylori:
Memburuk dgn eritema (gastritis klaritromisin+amok
makan (ulkus akut) silin+PPI
gastrikum) atropi (gastritis
kronik)
luka sd submukosa
(ulkus)
Nyeri epigastrik Gejala: mual & Nyeri tekan & Peningkatan enzim Pankreatitis Resusitasi cairan
menjalar ke muntah, Demam defans, perdarahan amylase & lipase di Nutrisi enteral
punggung Penyebab: alkohol retroperitoneal darah Analgesik
(30%), batu (Cullen:
empedu (35%) periumbilikal, Gray
Turner: pinggang),
Hipotensi
Nyeri kanan atas/ Prodromal Ikterus, Transaminase, Hepatitis Akut Suportif
epigastrium (demam, malaise, Hepatomegali Serologi HAV,
mual) kuning. HBSAg, Anti HBS
Nyeri kanan atas/ Risk: Female, Fat, Nyeri tekan USG: hiperekoik Kolelitiasis Kolesistektomi
epigastrium Fourty, Hamil abdomen dgn acoustic Asam
Prepitasi makanan Berlangsung 30-180 window ursodeoksikolat
berlemak, Mual, menit
TIDAK Demam
Nyeri epigastrik/ Mual/muntah, Murphy Sign USG: penebalan Kolesistitis Resusitasi cairan
kanan atas Demam dinding kandung AB: sefalosporin
menjalar ke bahu/ empedu (double gen. 3 +
punggung rims) metronidazol
Kolesistektomi
11. Penyakit Endokrin
Hipertiroidisme

Kumar and Clark Clinical Medicine


20.
Radioactive Iodine
11. Penyakit Endokrin
12. Penyakit Endokrin
Klasifikasi klinis insufisiensi
adrenal:
Insufisiensi adrenal primer
(Addisons disease):
gangguan pada korteks
adrenal
Insufisiensi adrenal sekunder:
sekresi ACTH menurun.
Insufisiensi adrenal tersier:
sekresi CRH menurun.
Hiperpigmentasi daerah
friksi

Hiperpigmentasi mukosa
12. Penyakit Endokrin
Krisis Adrenal = krisis Addison = krisis adrenal akut =
insufisiensi adrenal akut
Definisi: kegagalan akut/mendadak korteks adrenal untuk
menghasilkan kortisol yang mencukupi kebutuhan
fisiologis. Dapat dipresipitasi oleh stres fisiologi pada
pasien yang rentan.

Perlu dipikirkan pada pasien dengan:


Riwayat insufisiensi adrenal
Hipopituitarism (defisiensi hormon hipofisis apapun)
Sebelumnya menggunakan steroid jangka panjang

Gejala/tanda: lemah, apati, anoreksia, mual/muntah, nyeri


abdomen, hipotensi & syok, demam, hipoglikemia
12. Penyakit Endokrin
13. Cardiac Arrest (ACLS)
2. Arrhytmia
14. Pola Demam
Demam kontinyu:
Demam terus menerus dan menetap
Demam remitten:
Demam dengan penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai
normal.
Demam intermiten:
Demam dengan suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi
hari, dan puncaknya pada siang hari.
Demam siklik:
Demam beberapa hari, lalu turun sampai normal.
Demam bifasik:
Demam dengan periode normal di antara dua demam
Demam rekuren:
Demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satu
penyakit yang melibatkan organ yang sama.
15. TB Suspek TB paru

Pemeriksaan dahak sewaktu-pagi-sewaktu

BTA: + + + / + + - BTA: + - - BTA: - - -

Antibiotik spektrum luas,


nonOAT, nonkuinolon

Tidak ada ada


perbaikan perbaikan

Foto toraks & Pemeriksaan dahak


pertimbangan dokter mikroskopis

BTA: 1+ BTA: - - -

Foto toraks &


pertimbangan dokter

TB Bukan TB
Pelatihan DOTS. Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI; 2008.
16. Decompression
Sickness (DCS)
DCS disebabkan oleh
pembentukan gelembung dari gas
inert yang sebelumnya larut di
kedalaman (biasanya nitrogen)
selama atau setelah naik dari
tempat dengan tekanan tinggi.

Dipilih jawaban C yang lebih


umum karena Caisson disease
(sebenarnya bisa sinonim DCS)
awalnya ditemukan pada pekerja
galian yang naik ke permukaan,
bukan pada penyelam.
16. Decompression Sickness (DCS)
Decompression sickness didasari oleh hukum Henry V = K x P, yang
menyatakan volume dari gas inert terlarut sebanding dengan tekanan di
dalam larutan.

Ketika menyelam ke bawah & bernapas dengan SCUBA tank yang


mengandung nitrogen, kelarutan nitrogen akan meningkat, dan menyebar
di cairan tubuh maupun jaringan. (Tekanan tinggi, sehingga volume juga
bisa tinggi)

Nitrogen lima kali lebih larut dalam lemak daripada air, sehingga
pengeluarannya dari jaringan membutuhkan waktu berjam-jam.

Jika penyelam naik ke permukaan dengan cepat, tekanan parsial gas di


jaringan akan melebihi tekanan lingkungan, sehingga kelarutan yang
sebelumnya normal menjadi supersaturasi, mengakibatkan
terbentuknya gelembung yang dapat masuk ke sirkulasi & merusak
berbagai sistem organ.
Payor AD, Tucci V. Acute ischemic colitis secondary to air embolism after diving. Int J Crit Illn Inj Sci [serial online] 2011 [cited 2015 Sep 26];1:73-
8. Available from: http://www.ijciis.org/text.asp?2011/1/1/73/79286
17. Penyakit Ginjal
In nephrotic syndrome, the glomerular injury is manifested primarily as an
increase in permeability of the capillary wall to protein.

By contrast, in the nephritic syndrome, there is evidence of glomerular


inflammation resulting in a reduction in GFR, non-nephrotic proteinuria,
edema and hypertension (secondary to sodium retention), and hematuria
with RBC casts.
17. Penyakit Ginjal
Tatalaksana sindrom nefrotik:
Umum:
Suplementasi protein
Diuretik untuk edema: loop diuretic (furosemid)
Terapi hiperlipidemia
Restriksi Na < 2 g/hari
ACE/ARB: menurunkan proteinuria
Penyakit glomerular primer: steroid terapi sitotoksik
Penyakit glomerular sekunder: tatalaksana penyakit
yang mendasari
17. Penyakit Ginjal
18. Dispepsia
19.
Infark Miokard
19. Infark Miokard

Acute Coronary Syndromes 2010 .American Heart Association Guidelines for


Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
19. Infark Miokard

Acute Coronary Syndromes 2010 .American Heart Association Guidelines for


Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
20. Leukemia
CLL CML ALL AML
The bone marrow makes abnormal leukocyte dont die when they
should crowd out normal leukocytes, erythrocytes, & platelets. This
makes it hard for normal blood cells to do their work.
Prevalence Over 55 y.o. Mainly adults Common in Adults &
children children
Symptoms & Grows slowly may Grows quickly feel sick & go to
Signs asymptomatic, the disease is found their doctor.
during a routine test.
Fever, swollen lymph nodes, frequent infection, weak,
bleeding/bruising easily, hepatomegaly/splenomegaly, weight loss,
bone pain.
Lab Mature Mature granulocyte, Lymphoblas Myeloblast
lymphocyte, dominant myelocyte t >20% >20%, aeur rod
smudge cells & segment may (+)
Therapy Can be delayed if asymptomatic Treated right away
CDC.gov
Sel blas dengan Auer rod pada leukemia Leukemia mielositik kronik
mieloblastik akut

Limfosit matur & smudge cell


Sel blas pada leukemia limfoblastik akut pada leukemia limfositik kronik
ILMU BEDAH, ANESTESIOLOGI &
RADIOLOGI
21. Luka Bakar
Luas Luka Bakar
Rumus 9 atau rule of nine
untuk orang dewasa
Luas kepala dan leher,
dada, punggung, pinggang
dan bokong, ekstremitas
atas kanan, ekstremitas
atas kiri, paha kanan, paha
kiri, tungkai dan kaki
kanan, serta tungkai dan
kaki kiri masing-masing 9%.
Daerah genitalia = 1%.
Luas Luka Bakar
Pada anak dan bayi
digunakan rumus lain
karena luas relatif
permukaan kepala anak
jauh lebih besar dan
luas relatif permukaan
kaki lebih kecil.
Rumus 10 untuk bayi
Rumus 10-15-20 untuk
anak.
Pembagian Luka Bakar
Luka bakar berat (major burn)
Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10
tahun atau di atas usia 50 tahun
Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain
disebutkan pada butir pertama
Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan
perineum
Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi)
tanpa memperhitungkan luas luka bakar
Luka bakar listrik tegangan tinggi
Disertai trauma lainnya
Pasien-pasien dengan resiko tinggi
Luka bakar sedang (moderate burn)
Luka bakar dengan luas 15 25 % pada dewasa,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
Luka bakar dengan luas 10 20 % pada anak usia < 10
tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar
derajat III kurang dari 10 %
Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak
maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum
Luka bakar ringan
Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia
lanjut
Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
Indikasi resusitasi cairan
American Burn Unit Luka Bakar RSCM
Association LB derajat II > 10 % ( < 10
LB derajat II > 10 % ( < 10 tahun / > 50 tahun ).
tahun / > 50 tahun ). LB derajat II > 15% ( 10
LB derajat II > 20 % ( 10 50 tahun )
50 tahun )
Cairan RL 4cc x BB (Kg)x
% luas luka bakar
(Baxter) dibagi 8 jam
pertama dan 16 jam
berikutnya
http://emedicine.medscape.com/article/1277360
SOP Unit Pelayanan Khusus Luka Bakar RSUPNCM 2011
22. Hernia
Berdasarkan riwayat alamiahnya, dibagi menjadi:
Reponibel: isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernia
keluar pada saat tekanan intraabdomen meningkat.
Ireponibel: Isi kantong hernia tidak dapat direposisi
kembali ke dalam rongga perut, biasanya karena
perlekatan.
Inkarserata: sudah terjadi obstruksi usus tetapi suplai
darah masih baik
Strangulata: gangguan suplai darah untuk isi hernia
yang mengakibatkan edema, iskemia, dan nekrosis.
Hernia Berdasarkan Letaknya
INGUINAL HERNIA
Inguinal hernias can be classified as "direct" or "indirect".
An indirect inguinal hernia occurs through the natural weakness in
the internal inguinal ring.
A direct inguinal hernia is a result of weakness in the floor of the
inguinal canal and is more likely to develop in older men over the age
of 40. The floor of the inguinal canal is located just below the internal
inguinal ring.

VENTRAL HERNIA
A hernia that appears in the abdomen at the site of a previous
surgery is known as a ventral or incisional hernia.
FEMORAL HERNIA
These hernias appear just below the groin crease and are usually the
result of pregnancy and childbirth. A weakness in the lower groin
allows an intestinal sac to drop into the femoral canal, a space near
the femoral vein that carries blood from the leg

UMBILICAL HERNIA
These hernias may occur in infants at or just after birth and may
resolve by three or four years of age. However, the area of weakness
can persist throughout life and can occur in men, women, and
children at any time. In adults, umbilical hernias will not resolve and
may progressively worsen over time. They are sometimes caused by
abdominal pressure due to being overweight, excessive coughing, or
pregnancy.
EPIGASTRIC HERNIA
Occur due to a weakness, gap, or opening in the muscles or tendons of the upper abdominal
wall, on a line between the breast bone and the navel or umbilicus.

HIATAL HERNIA
a weakness or opening in the diaphragm, which is the muscle that separates the chest
cavity from the abdominal cavity. These hernias cause reflux of acid from the stomach into
the esophagus, which can lead to heartburn, pain, and erosion of the esophagus.
Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis dibatasi:
Kraniolateral : oleh anulus inguinalis
internus yang merupakan bagian
terbuka dari fasia transversalis dan
aponeurosis m.transversus abdominis.
Medial bawah : di atas tuberkulum
pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus
inguinalis eksternus, bagian terbuka
dari aponeurosis m.oblikus eksternus.
Atap: aponeurosis m.obliqus eksternus
Dasar: ligamentum inguinale

Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan


ligamentum rotundum pada perempuan
Hernia Inguinalis Direk vs Indirek
Hernia Inguinalis Indirek/ Lateralis
Kantung dari hernia inguinalis indirek berjalan melalui
anulus inguinalis profunda menuju ke skrotum.
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh
kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus
vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan
testis ke skrotum.
Paling sering penyebabnya adalah masalah kongenital.
Lebih sering daripada hernia direk. Lebih banyak pada
pria daripada wanita.
PF: Pasien diminta mengedan atau batuk, jari telunjuk
pemeriksa di annulus inguinalis eksternus. Tonjolan
dirasakan menyentuh ujung jari.
Hernia Inguinalis Direk/ Medialis
Isi hernia menonjol langsung ke depan melalui segitiga
Hasselbach.
Dasar segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia
transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis
m.transversus abdominis yang kadang-kadang tidak
sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi
lemah.
Tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke
skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena
cincin hernia longgar.
Disebabkan peninggian tekanan intraabdomen kronik
dan kelemahan otot dinding di trigoum Hasselbach.
Oleh karena itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral,
khususnya pada lelaki tua.
23. The Breast
Tumors Onset Feature
Breast cancer 30-menopause Invasive Ductal Carcinoma , Pagets disease (Ca Insitu),
Peau dorange , hard, Painful, not clear border,
infiltrative, discharge/blood, Retraction of the
nipple,Axillary mass
Fibroadenoma < 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move freely in
mammae the breast when pushed upon and are usually painless.
Fibrocystic 20 to 40 years lumps in both breasts that increase in size and
mammae tenderness just prior to menstrual bleeding.occasionally
have nipple discharge
Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain. May be
lactating and may have recently missed feedings.fever.
Philloides 30-55 years intralobular stroma . leaf-likeconfiguration.Firm,
Tumors smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the
tumor may become reddish and warm to the touch.
Grow fast.
Duct Papilloma 45-50 years occurs mainly in large ducts, present with a serous or
bloody nipple discharge
Pemeriksaan Radiologis Payudara
USG Mamae
Tujuan utama USG mamae adalah untuk
membedakan massa solid dan kistik
Sebagai pelengkap pemeriksaan klinis dan
mamografi
Merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk
wanita usia muda (<35) dan berperan dalam
penilaian hasil mamografi dense breast
Mammography
Skrening wanita usia 50thn atau lebih yang
asimptomatik
Skrening wanita usia 35 thn atau lebih yang
asimtomatik dan memiliki resiko tinggi terkena kanker
payudara :
Wanita yang memiliki saudara dengan kanker payudara
yang terdiagnosis premenopaus
Wanita dengan temuan histologis yang memiliki resiko
ganas pada operasi sebelumnya, spt atypical ductal
hyperplasia
Untuk pemeriksaan wanita usia 35 thn atau lebih yang
simptomatik dengan adanya massa pada payudara
atau gejala klinis kanker payudara yang lain

www.rad.washington.edu
Treatment FAM:
Watchfull waiting
Traditional open excisional biopsy
Biopsy
Pengambilan sampel sel atau jaringan untuk
diperiksa
Untuk menentukan adanya suatu penyakit
24. Osteomielitis
Klasifikasi:
direct/ eksogen
Hematogen
menurut perjalanan penyakitnya:
Akut: dalam dua minggu setelah onset penyakit
Subakut: antara satu sampai 2 bulan
Kronik: >2 bulan.
Manifestasi Klinis Osteomielitis
Nyeri lokal yang timbul dengan cepat
Demam
Riwayat infeksi sebelumnya di dapat dalam
sekitar 50% pasien
Edema dan eritema di daerah infeksi, dapat
disertai ppembesaran KGB proksimal
ROM terbatas pada ektremitas yang terkena
Dapat disertai selulitis
Radiography of Osteomyelitis
The earliest Typical early bony changes
radiographic signs of include:
bone infection are soft lytic lesions,
tissue swelling and loss periosteal thickening
of fascial planes. These
are usually encountered endosteal scalloping,
with in 24 to 48 hours osteopenia,
of infection. loss of trabecular
architecture,
and new bone
apposition
Radiography of Osteomyelitis
- The destructive lytic lesion, usually occurs within
7 to 10 days .
- This is followed by elevation of periosteum and
layered new bone formation after 3 to 6 weeks.
- The dead bone (i.e. sequestrum formation)
occurs at 3-8 weeks. It appears dense as it does
not participate in normal bone mineral
metabolism because of loss of its vascular supply.
Gambaran Radiologis Osteomielitis

Lesi litik
Gambaran Radiologis Osteomielitis
25. ASA
26. Fraktur pada Anak
In infants, growth plate is stronger than
bone increased diaphyseal fractures

Provides perfect remodeling power.

Injury of growth plate causes


deformity.

A fracture might lead to overgrowth.


Injury Pattern

Bones tend to BOW rather than BREAK


Compressive force= TORUS fracture
Aka. Buckle fracture

Force to side of bone may cause break in only one


cortex= GREENSTICK fracture
The other cortex only BENDS

In very young children, neither cortex may break=


PLASTIC DEFORMATION
Green Stick Fracture

Figure 8-178 Greenstick fracture. In


the humerus of this elementary
school child, a direct blow from the
direction of the arrow has caused an
incomplete transverse fracture.
Green Stick Fracture
Injury Pattern
Physeal Injury

SALTER HARRIS CLASSIFICATION


Classification system to
delineate risk of growth
disturbance
Higher grade fractures are
more likely to cause growth
disturbance
Growth disturbance can
happen with ANY physeal
injury
It has grade I upto grade V.
Salter Harris Grade I

Fracture passes
transversely through
physis separating
epiphysis from
metaphysis.
Salter Harris Grade II

Transversely through
physis but exits through
metaphysis
Triangular fragment
Salter Harris Grade III

Crosses physis and exits


through epiphysis at joint
space.
Salter Harris Grade IV

Extends upwards from the


joint line, through the
physis and out the
metaphysis.
Salter Harris Grade V

Crash Injury to growth plate


27. Apendisitis Akut
Blumberg Sign
Alvarado Score
28. Acute Limb Ischaemia
Acute limb ischemia (ALI) ALI should be suspected
results from a sudden with the following
obstruction in the arterial features:
flow to the extremity due acute onset
to an embolism or a history of embolism
thrombosis. a known embolic source,
such as cardiac
arrhythmias;
no prior history of
intermittent claudication;
normal pulse and Doppler
examination in the
unaffected limb.

http://www.medscape.com/viewarticle/431272_10
Clinical Features
The classical description of patients with acute limb ischemia is
represented by the "six Ps": pain, pallor, paralysis, pulse deficit,
paresthesia, and poikilothermia.
Pain may be either constant or elicited by passive movement of the
involved extremity
The pulse deficit is helpful is determining the site of occlusion; for
example, a palpable femoral pulse and an absent popliteal pulse indicate
an occlusion at the level of the superficial femoral artery.
Sensory capabilities, such as light touch, two-point tactile discrimination,
proprioception, and vibratory perception, are lost early on.
Finally, profound paralysis with complete lack of sensation indicates an
irreversible state of ischemia, and the patient may be best treated with
primary amputation
Classification (International Society for
Cardiovascular Surgery)
Class I: Non-threatened extremity; elective
revascularization may or may not be
necessary.
Class II: Threatened extremity;
revascularization is indicated to prevent tissue
loss.
Class III: Ischemia has progressed to infarction
and salvage of the extremity is not possible.
Acute Limb Ischemia
Chronic Limb
Ischemia
Buergers Disease
(Thrombangiitis Obliterans)
Secara khusus dihubungkan dengan merokok
Terjadi Oklusi pada arteri muskular, dengan predileksi pada
pembuluh darah tibial
Presentation
Nyeri saat beristirahat
Gangrene
Ulceration
Recurrent superficial thrombophlebitis (phlebitis migrans)
Dewasa muda, perokok berat, tidak ada faktor risiko
aterosklerosis yang lain
Angiography - diffuse occlusion of distal extremity vessels
Progresivitas dari distal ke proximal
Remisi klinis dengan penghentian merokok
Buergers treatment
Rawat RS
Memastikan diagnosis dan arterial imaging.
Vasoactive dilation is done during initial
admission to hospital, along with debridement of
any gangrenous tissue.
Tatalaksana selanjutnya diberikan bergantung
keparahan dan derajat nyeri
Penghentian rokok menurunkan insidens
amputasi dan meningkatkan patensi dan limb
salvage pada pasien yang melalui surgical
revascularisation
Vasoactive drugs
Nifedipine dilatasi perifer dan meningkatkan
aliran darah distal
Diberikan bersamaan dengan penghentian rokok,
antibiotik dan iloprost
Pentoxifylline and cilostazol have had good
effects, although there are few supportive data.
Pentoxifylline has been shown to improve pain
and healing in ischaemic ulcers. Cilostazol could
be tried in conjunction with or following failure of
other medical therapies (e.g., nifedipine).
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/1148/treatment/step-by-
step.html
Arteritis Takayasu
Vaskulitis dari pembuluh darah besar, yang melibatkan
aorta dan cabang-cabang utamanya
Lebih sering pada wanita dan bergejala sebelum usia 40 thn
Typical symptoms
Klaudikatio ekstremitas saat beraktivitas
Nyeri dada
Gejala sistemikpenurunan berat badan, malaise, demam
subfebris, myalgia.
On examination
Bruit pada karotis, aorta abdominal atau a.subclavia
Perbedaan TD
Antara sisi kanan dan kiri
Antara ektremitas atas dan bawah
Murmur karena aorta regurgitasibila terdapat dilatasi dari
cabang aorta
Classification

Type I Hanya cabang dari arkus aorta


Type IIa Aorta asenden dan atau pada arkus aorta. Cabang
dari arkus aorta juga dapat terkena. Bagian aorta yang lain tidak
terkena.
Type IIb Aorta torakalis desenden dengan atau tanpa
keterlibatan aorta asenden, arkus aorta dan cabang-cabangnya.
Aorta abdominal tidak terkena.
Type III Aorta torakalis desenden, aorta abdominal dan atau
a.renalis. Aorta asenden dan arkus aorta tidak terkena.
Type IV hanya aorta abdominal dan a.renalis
Type V a generalized type, with combined features of the
other types.
IIB

Branches of the aortic arch

IIA

Abdominal aorta,
renal arteries, or
both
Ascending aorta,
aortic arch, and its uvahealth.com
Type IIa region Thoracic
branches
plus thoracic descending aorta,
descending abdominal aorta,
aorta renal arteries, or a
combination

intechopen.com http://www.ispub.com/journal/the-internet-journal-of-cardiology/volume-7-number-2/
29. Hemothorax
Occurs when pleural space fills with blood
Usually occurs due to lacerated blood vessel in
thorax
As blood increases, it puts pressure on heart
and other vessels in chest cavity
Each Lung can hold 1.5 liters of blood
Hemothorax
Signs and Symptoms of Hemothorax
Anxiety/Restlessness
Tachypnea
Signs of Shock
Frothy, Bloody Sputum
Diminished Breath Sounds on Affected Side
Tachycardia
Flat Neck Veins
Treatment for Hemothorax
ABCs with c-spine control as indicated
Secure Airway assist ventilation if necessary
General Shock Care due to Blood loss
Consider Left Lateral Recumbent position if not
contraindicated
Rapid transport
Contact Hospital and ALS Unit as soon as possible
BLS Plus Care
Monitor Cardiac Rhythm
Establish Large Bore IV preferably 2 and draw
blood samples
Airway management to include Intubation
Rapid Transport
If Development of Hemo/Pneumothorax
needle decompression may be indicated
30. Urolithiasis
Urinary tract stone disease
Signs:
Flank pain
Irritative voiding symptom
Nausea
microscopic hematuria
Urinary crystals of calcium
oxalate, uric acid, or cystine
may occasionally be found
upon urinalysis
Diagnosis: IVP
Indication
Passing stone
hematuria
optimized by optima
Kidney Stone
Calcium oxalate stones
Batu ureter yang tersering
Cenderung terbentuk pada urin yang bersifat asampH
rendah
Sebagian oksalat yang terdapat di urin, diproduksi oleh tubuh
Kandungan Kalsium dan oksalat yang terdapat di makanan
memiliki pengaruh terhadap terbentuknya batu, tetapi bukan
merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi
Dietary oxalate an organic molecule found in many
vegetables, fruits, and nuts
Calcium from bone may also play a role in kidney stone
formation.
Calcium phosphate stones
Lebih jarang
Cenderung terbentuk pada urin yang alkalinpH tinggi
Struvite stones
Lebih sering ditemukan pada wanita
Hampir selalu akibat dari ISK
Uric acid stones
These are a byproduct of protein metabolism
commonly seen with gout,and may result from certain
genetic factors and disorders of your blood-producing
tissues
fructose also elevates uric acid, and there is evidence that
fructose consumption is helping to drive up rates of kidney
disease
Cystine stones
Representing only a very small percentage
these are the result of a hereditary disorder that causes
kidneys to excrete massive amounts of certain amino acids
(cystinuria)
Kristal urine
Amorphous Urates and Uric Acid
Phosphates Bilirubin Crystals

Calcium Oxalate Triple Phosphate Cholesterol


Prinsip Pencegahan Pembentukan Batu
Cegah supersaturasi
Minum air yang cukup untuk menghasilkan 2L
urin/hari
prevent solute overload by low oxalate and
moderate Ca intake and treatment of
hypercalcuria
replace solubilizers i.e... citrate
manipulate pH in case of uric acid and cystine
Flush water intake after any dehydration
Alkaline citrate
Commonly used alkaline citrates are: sodium
potassium citrate, potassium citrate, sodium citrate,
potassium magnesium citrate
Alkaline citrates are used for:
Correction of hypocitraturia;
Alkalinisasi urin;
Inhibition of growth and aggregation of calcium oxalate;
Inhibition of agglomeration of calcium phosphate
There is evidence from RCTs that alkaline citrates are
effective in preventing calcium stone recurrence

European Association of Urology 2012


31. Intoksikasi Organofosfat
Organophosphate(insecticide)
organophosphate poisoning accounts for nearly one third of hospital
admissions from poisoning in Sri Lanka.
Commonly using trades are follows.
Malathion, parathion, diazinon, fenthione, chlorpyrifos.

Action
inhibit acetylcholine esterase enzyme
at nerve endings by phosphorylation

acetylcholine at receptor sites

clinical features
depends on route of entry

ingestion inhalation eye contact


Ingestion
Muscarinic effects(post ganglionic Nicotinic effects (neuro muscular
parasympathetic nerve ending) junction)
Bronchospasm(wheezing) Muscle weakness
Bronchorrhoea
Fasciculation
Productive cough
Dyspnoea Paralysis
Hypotension Muscle twitching
Bradycardia
Cardiac arrhythmia
Diarrhoea
Vomiting
Salaivation
Tenesmus
Miosis
Lacrimation
Blurred vision
Nicotinic and muscarinic Ach receptors in the
Ach receptors in the CNS sympathetic system
Confusion Excessive sweating
Agitation Other effects
Respiratory failure
Ataxia hyperglycaemia
convulsion Acute pancreatitis
Inhalation Eye contact
Cough Irritation
Difficulty in breathing Pain
Bronchitis Lacrimation
Pneumonia Miosis
Blurring vision
Photophobia
32. Hematoschezia
Diagnosis Banding
Prinsip Diagnosis Hematoschezia
Fisura Ani
22. Fraktur Basis Kranii

Definisi

Suatu fraktur basis cranii adalah suatu fraktur


yang terjadi pada dasar tulang tengkorak yang
tebal. Fraktur ini seringkali disertai dengan
robekan pada duramater.
Fraktur Dasar Tengkorak

Anterior, gejala:
Rinorhea

Brill hematom

Lesi N I, II

Media, gejala:
Otorhea

Battle sign
Mekanisme Fraktur Basis Cranii

Fraktur basis cranii merupakan fraktur akibat benturan


langsung pada daerah daerah dasar tulang tengkorak
(oksiput, mastoid, supraorbita); transmisi energy yang
berasal dari benturan pada wajah atau mandibula; atau
efek remote dari benturan pada kepala (gelombang
tekanan yang dipropagasi dari titik benturan atau
perubahan bentuk tengkorak).
Fraktur Dasar Tengkorak
Pada umumnya konservatif:
Tidur miring
Oto toilet/ rhino toilet
Kultur swab
Antibiotik
masih ada kontroversi
Untuk mencegah komplikasi meningitis
Indikasi Operasi Fraktur Basis Cranii

Kebocoran likour tidak berhenti


Ada komplikasi
Residif
Komplikasi

Infeksi otak
Udara dalam otak TIK
Lesi pada N. Kranialis terutama N III, IV,
VI, II
34. Atresia Ani
Gejala yang menunjukan terjadinya malformasi anorektal terjadi dalam
waktu 24-48 jam:
Perut kembung
Muntah
Tidak bisa buang air besar

Malformasi anorektal sangat bervariasi:


Anus imperforata letak rendah (rectum berada pada lokasi yang
normal tapi terlalu sempit sehingga feses bayi tidak dapat
melaluinya,)
Malformasi anorektal intermedia (ujung dari rektum dekat ke
uretra)
Malformasi anorektal letak tinggi (anus sama sekali tidak ada)
invertogram Intussusception Hirschprung

Classifcation:
A low lesion
colon remains close to the skin
stenosis (narrowing) of the anus
anus may be missing altogether,
with the rectum ending in a blind
pouch
A high lesion
the colon is higher up in the pelvis
fistula connecting the rectum and
the bladder, urethra or the vagina
A persistent cloaca
rectum, vagina and urinary tract
are joined into a single channel
http://emedicine.medscape.com/ Learningradiology.om Duodenal atresia
Classification
Males Females
1. Cutaneous (perineal fistula) 1. Cutaneous (perineal fistula)
2. Rectourethral fistula
2. Vestibular fistula
A. Bulbar
3. Imperforate anus without fistula
B. Prostatic
3. Rectobladder neck fistula 4. Rectal atresia

4. Imperforate anus without 5. Cloaca


fistula A. Short common channel
5. Rectal atresia B. Long common channel

6. Complex malformations
Classification
Menurut Berdon, membagi Menurut Stephen, membagi
atresia ani berdasarkan atresia ani berdasarkan pada
tinggi rendahnya kelainan, garis pubococcygeal.
yakni : Atresia ani letak tinggi
Atresia ani letak tinggi bagian distal rectum
bagian distal rectum terletak di atas garis
berakhir di atas muskulus pubococcygeal.
levator ani (> 1,5cm Atresia ani letak rendah
dengan kulit luar) bila bagian distal rectum
Atresia ani letak rendah terletak di bawah garis
distal rectum melewati pubococcygeal.
musculus levator ani (
jarak <1,5cm dari kulit
luar)
Klasifikasi (Melbourne)
Letak tinggi: rektum berakhir diatas m.levator
ani (m.pubo coxigeus)
Letak intermediet: akhir rektum terletak di
m.levator ani
Letak rendah: akhir rektum di bawah
m.levator ani
Klasifikasi (Wingspread), dibagi
menurut jenis kelamin
Menentukan Ada Tidaknya Fistula
Jika ada fistula dengan saluran kemih, tampak
mekonium keluar dari OUE kemungkinan
fistula ke uretra atau ke vesika urinaria.
Untuk menentukan letak fistula : memasang
kateter urin.
Bila kateter terpasang dan urin jernih fistula di
uretra (fistula tertutup kateter)
Bila dengan kateter, urin mengandung mekonium
fistula ke vesika urinaria.
Pemeriksaan Penunjang
Abdominal radiograph Fluoroscopy: contrast study
can be variable depending on the to detect recto-urinary, recto-
site of atresia (e.g high or low), vaginal or rectoperineal fistula
level of impaction with meconium
and physiological effects such as Ultrasound
straining
may show multiple dilated bowel the anus may be seen as an
loops with with absence of rectal echogenic spot at the level of the
gas perineum and in an atresia this
echogenic spot may be absent 4
may show bowel dilatation
Invertogram an infra coccygeal or
A coin/metal piece is placed over transperineal approach may allow
the expected anus and the baby is differentiation between a high or
turned upside down (for a low subtype
minimum 3 minutes).
Distance of gas bubble in rectum
from the metal piece is noted:
>2 cm: denotes high type
<2 cm: denotes low type
Management
Newborn Anorectal Malformation

Selama 24 jam pertama


Puasa
Cairan melalui infus
Antibiotik
Evaluasi adanya defek yang mungkin menyertai dan dapat mengancam nyawa.
NGT exclude esophageal atresia
Echocardiogram exclude cardiac malformations, esophageal atresia.
Radiograph of the lumbar spine and the sacrum
Spinal ultrasonogram evaluate for a tethered cord.
Ultrasonography of the abdomen evaluate for renal anomalies.
Urine analysis

Annals of pediatrics surgery. October 2007


Setelah 24 jam
Re evaluate
Bila pasien memiliki fistula perineal
TindakanAnoplasty, tanpa protective colostomy
Dapat dilakukan dalam 48 jam pertama kehidupan
Bila tidak ada mekonium di perineum, direkomendasikan untuk melakukan
pemeriksaan radiologi cross-table lateral radiograph dengan pasien dalam
posisi tengkurap (knee-chest position)
Bila udara dalam rektum berada dibawah os koksigis dan pasoen dalam kondisi
baik, tanpa defek yang lain
Pertimbangkan melakukan posterior sagittal operation (PSARP) dengan atau
tanpa protective colostomy
Bila gas dalam rektum berada diatas os koksigis atau pasien memiliki mekonium
dalam urin, sakrum abnormal atau flat bottom
Harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu
Kemudian posterior sagittal anorectoplast (PSARP) , 1 sampai 2 bulan
kemudian, setelah pasien memiliki kenaikan berat badan yang cukup

Annals of pediatrics surgery. October 2007


Triage Priorities
35. Triage
1. Red- prioritas utama
memerlukan penanganan
segeraberkaitan dengan kondisi
sirkulasi atau respirasi

2. Yellow- prioritas kedua


Dapat menunggu lebih lama, sebelum
transport (45 minutes)

3. Green- Dapat berjalan


Dapat menunggu beberapa jam untuk
transport

4. Black- Meninggal
Akan meninggal dalam penanganan
emergensi memiliki luka yang
mematikan

*** mark triage priorities (tape, tag)


Triage Category: Red
Red (Highest) Priority: Gangguan Airway dan
Pasien yang breathing
memerlukan Perdarahan banyak dan
tidak terkontrol
penanganan segera dan
transport secepat- Decreased level of
consciousness
cepatnya
Severe medical problems
Shock (hypoperfusion)
Severe burns
Yellow Green
Yellow (Second) Priority:
Pasien yang penanganan Green (Low) Priority:
dan traportnya dapat Pasien yang
ditunda sementara waktu penanganan dan
Luka bakar tanpa gangguan
airway transportnya dapat
Trauma tulang atau sendi ditunda sampai yang
besar atau trauma multiple terakhir
tulang
Fraktur Minor
Trauma tulang belakang
dengan atau tanpa Trauma jaringan lunak
kerusakan medula spinalis Minor
Immediate

Patients Delayed START


Deceased
Simple Triage And Rapid Treatment
It is a simple step-by-step If you can walk, go stand
triage and treatment over there!
method to be used by the
first rescuers responding All of Yall, go over there!
to a multi casualty (Texas version )
incident. It allows these
rescuers to identify
victims at greatest risk for Mark green
early death and to
provide basic stabilization
maneuvers
START Algorithm (Airway/Breathing)

RESPIRATIONS/VENTILATIONS

NONE
YES

REPOSITION AIRWAY

ASSESS RESPIRATIONS/VENTILATIONS

NONE YES > 30/MINUTE <30/MINUTE


ASSESS
DECEASED IMMEDIATE IMMEDIATE PERFUSION
Immediate

Patients Delayed

Deceased
START Algorithm (Circulation)

PERFUSION

<2 SECONDS > 2 SECONDS


ASSESS CONTROL
MENTAL STATUS BLEEDING

IMMEDIATE

Immediate

Patients Delayed

Deceased
START Algorithm (Disability)

MENTAL STATUS

FOLLOWS FAILS TO FOLLOW


SIMPLE SIMPLE
COMMANDS COMMANDS

DELAYED IMMEDIATE

Immediate

Patients Delayed

Deceased
36. Abdominal Injuries
Ruptur organ berongga Ruptur Organ Solid
Akan mengeluarkan udara Menyebabkan perdarahan
dan cairan/sekret GIT yang internal yang berat
infeksius Darah pada rongga
Sangat mengiritasi peritoneum peritonitis
peritoneumperitonitis Terlihat gejala syok akibat
perdarahan hebat
Gejala peritonitis dapat tidak
terlalu terlihat
Hollow and Solid Organs
The
hollow
typeorgans include:
of injury will depend on whether the organ injured is
stomach
solid or hollow.
intestines
gallbladder
Bladder
solid organs include:

liver

spleen

kidneys
37. The Breast Lump
Tumors Onset Feature
Breast cancer 30-menopause Invasive Ductal Carcinoma , Pagets disease (Ca Insitu),
Peau dorange , hard, Painful, not clear border,
infiltrative, discharge/blood, Retraction of the
nipple,Axillary mass
Fibroadenoma < 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move freely in
mammae the breast when pushed upon and are usually painless.
Fibrocystic 20 to 40 years lumps in both breasts that increase in size and
mammae tenderness just prior to menstrual bleeding.occasionally
have nipple discharge
Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain. May be
lactating and may have recently missed feedings.fever.
Philloides 30-55 years intralobular stroma . leaf-likeconfiguration.Firm,
Tumors smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the
tumor may become reddish and warm to the touch.
Grow fast.
Duct Papilloma 45-50 years occurs mainly in large ducts, present with a serous or
bloody nipple discharge
PROGNOSIS TREATMENT OPTIONS
Staging systems inc.TNM Surgery
Tumour size and axillary Mastectomy
node status are important Breast conservation
parameters +/- Axillary dissection
10-year survival rate for
Radiation therapy (local
lymph node neg disease is control)
80% vs 35% for tumours
Chemotherapy (systemic
with positive nodes
control)
Hormonal Rx (systemic
control)
Breast mass diagnostic algorithm
I T1N0
T1N1
IIA
T2N0 Localized breast cancer
T2N1 Surgery is mainstay
IIB
T3N0 Halsted, 1882, radical
T1N2 mastectomy
T2N2 John Hopkins
IIIA
T3N1
T3N2
Metastatic breast
T4N0
cancer
IIIB T4N1
Systemic treatment
T4N2
IIIC N3
IV M1
Mastectomy
SURGICAL TREATMENT IN CA MAMMAE

BREAST CONSERVATION THERAPY


Tumour a rim of at least 1 cm normal breast
tissue is excised.
Usually combined with Sentinel Node Biopsy.
INDICATION: Early breast carcinoma(stage I &
II) where tumour size < 4 cm and well
differentiated histology.
SURGICAL TREATMENT IN CA MAMMAE
Breast Sparing Surgery: Lumpectomy & Partial
Mastectomy
Lumpectomy vs. Mastectomy

Breast Conserving therapy


Indication
Stage 0
Stage I
Stage IIA
Single lession
Modified radical mastectomy (MRM)
Methode:
Entire breast is removed
Classically some lymph nodes in
the level 1 (B) and level 2 (C )
were removed, called an axillary
lymph node dissection.
Pectoral muscles are spared
Used to examine the lymph
nodes identify whether the
cancer cells have spread beyond
the breasts.
Indication:
Locally Advance breast cancer
Multifocal/multicentrics cancer
Residual large cancer that persist
after adjuvant therapy
Stage I and Stage II
Neoadjuvant or preoperative induction
chemotherapy is now considered a legitimate
strategy for inclusion in the multidisciplinary
approach to locally advanced breast cancer
To downstage the tumour
to facilitate less invasive surgery
hopefully improve treatment outcome.
Radical Mastectomy
Rarely used
Method:
removing the entire
breast, the axillary
lymph nodes, and the
pectoralis major and
minor muscles behind
the breast
Indication:
Large tumor that involve
chest wall and muscle
(Stage IV)
Simple/Total Mastectomy
Indication:
Low grade carcinoma
stage II and III
Tumor phylloides
Large tumor that persist
after adjuvant therapy
Multifocal/multicentrics
carsinoma insitu
38. Henti Jantung pada Pasien Trauma

http://circ.ahajournals.org/content/112/24_suppl/IV-146.full#sec-3
BLS for Cardiac Arrest Associated
With Trauma (AHA)
Airway
A jaw thrust is used instead of a head tilt-chin lift to open the
airway. When the airway is open, clear the mouth of blood,
vomitus, and other secretions.

Breathing
If breathing is absent, agonal, or slow and extremely shallow,
manual ventilation is needed.

Circulation
The provider should stop any visible hemorrhage using direct
compression and appropriate dressings.
Attempt to feel a carotid pulse. If does not definitely feel a pulse
within 10 seconds, the provider should begin chest
compressions and provide cycles of compressions and
ventilations.
http://circ.ahajournals.org/content/112/24_suppl/IV-146.full#sec-3
Disability
Throughout all interventions, assess the victims
response and monitor closely for signs of
deterioration.

Exposure
Remove the victims clothing. When the
assessment for injuries is complete, cover the
patient to prevent the development of
hypothermia.

http://circ.ahajournals.org/content/112/24_suppl/IV-146.full#sec-3
ATLS Concept

ABCDE-approach to evaluation/treatment
Treat greatest threat to life first
Definite diagnosis not immediately important
Time is of the essence
Do no further harm
ATLS Concept
A Airway with C-spine protection
B Breathing ; Ventilation/Oxygenation
C Circulation ; Stop bleeding
D Disability ; Neurological status
E Expose / Environment / Body temperature
39. Compartment Syndrome
Diagnosis
Nyeri yang amat Pain and the aggravation
sangat(Pain out of of pain by passive
proportion) stretching of the muscles
Kompartemen teraba in the compartment in
tegang question are the most
Nyeri bila diregangkan sensitive (and generally
the only) clinical finding
Paresthesia/hypoesthesia before the onset of
Paralysis ischemic dysfunction in
Pulselessness/pallor the nerves and muscles.
Compartment Syndrome
Etiology
Compartment Size
tight dressing; Bandage/Cast
localised external pressure; lying on limb
Closure of fascial defects

Compartment Content
Bleeding; Fx, vas inj, bleeding disorders
Capillary Permeability;
Ischemia / Trauma / Burns / Exercise / Snake Bite /
Drug Injection / IVF
Compartment Syndrome
Etiology
Fractures-closed and Exertional states
open IV/A-lines
Blunt trauma Intraosseous IV(infant)
Temp vascular occlusion Snake bite
Cast/dressing Arterial injury
Closure of fascial
defects
Burns/electrical

optimized by optima
Surgical Treatment

Fasciotomy
Casts and tight
bandages
remove or
loosen any
constricting
bandages

All compartments !!!


40. FOREHAND FRACTURE
Montegia Fracture Dislocation
Fraktur 1/3 proksimal Ulna
disertai dengan dislokasi
kepala radius ke arah Lateral displacement
anterior, posterior, atau
lateral
Head of Radius dislocates
same direction as fracture
Memerlukan ORIF

http://www.learningradiology.com
Galleazzi Fracture
Fraktur distal radius
dan dislokasi sendi
radio-ulna ke arah
inferior
Like Monteggia fracture
if treated conservatively
it will redisplace
This fracture appeared
in acceptable position
after reduction and POP

http://www.learningradiology.com
Colles Fracture
Fraktur tersering pada tulang yang
mengalami osteoporosis
Extra-Articular : 1 inch of distal Radius
Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi dorsofleksi
Typical deformity : Dinner Fork
Deformity is : Impaction, dorsal
displacement and angulation, radial
displacement and angulation and avulsion of
ulnar styloid process

http://www.learningradiology.com
Colles Fracture

optimized by optima
http://www.learningradiology.com
Smith Fracture
Hampir berlawanan dengan Colles fracture
Lebih jarang terjadi dibandingkan dengan
colles
Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi palmar fleksi
Typical deformity : Garden Spade
Management is conservative : MUA and
Above Elbow POP

http://www.learningradiology.com
Smith Fracture

http://www.learningradiology.com
ILMU KESEHATAN ANAK
41. Demam rematik
Penyakit sistemik yang terjadi setelah faringitis akibat GABHS
(Streptococcus pyogenes)
Usia rerata penderita: 10 tahun
Komplikasi: penyakit jantung reumatik biasanya berupa insufisiensi
katup, katup yang paling sering terkena adalah katup mitral (insufisiensi
mitral 65-70%), disusul dengan katup aorta. Stenosis mitral biasanya
terjadi akibat residual dan progresivitas RHD.
Demam rematik terjadi pada sedikit kasus faringitis GABHS setelah 1-5
minggu
Pengobatan:
Pencegahan dalam kasus faringitis GABHS: penisilin/ ampisilin/ amoksisilin/
eritromisin/ sefalosporin generasi I
Dalam kasus demam rematik:
Antibiotik: penisilin/eritromisin
Antiinflamasi: aspirin/kortikosteroid
Untuk kasus korea: fenobarbital/haloperidol/klorpromazin

Chin TK. Pediatric rheumatic fever. http://emedicine.medscape.com/article/1007946-overview


Behrman RE. Nelsons textbook of pediatrics, 19th ed. McGraw-Hill; 2011.
Ket: ASO=ASTO
42. Dehidrasi pada anak
Penanganan
Rehidrasi: dapat diberikan oral/parenteral tergantung
status dehidrasinya
Tanpa dehidrasi TERAPI A
5 cc/kg ORS setiap habis muntah
10cc/kg ORS setiap habis mencret
Dehidrasi ringan sedang TERAPI B
75 cc/kg ORS dalam 3 jam
Bila per oral tidak memungkinkan, dapat diberikan parenteral
tergantung kebutuhan maintenance cairan + defisit cairan
Dehidrasi berat (parenteral) TERAPI C
Pemberian Pertama Pemberian Berikut
Golongan Umur 30 ml/kgbb selama : 70 ml/kgbb selama :
Bayi ( < umur 12 bulan ) 1 jam 5 jam
Anak ( 12 bln 5 tahun ) 30 menit 2.5 jam
Pilar penanganan diare (contd)
Terapi nutrisi
Pemberian ASI harus dilanjutkan
Beri makan segera setelah anak mampu makan
Jangan memuasakan anak
Kadang-kadang makanan tertentu diperlukan selama diare
Makan lebih banyak untuk mencegah malnutrisi
Terapi medikamentosa
Antibiotik, bila terdapat indikasi (eg. kolera, shigellosis, amebiasis, giardiasis)
Probiotik
Zinc
Diberikan dalam dosis 20 mg untuk anak di atas 6 bulan, dan 10 mg untuk bayi berusia
kurang dari 6 bulan selama 10 hari
Obat-obatan anti diare terbukti tidak bermanfaat
Edukasi pada orang tua
Tanda-tanda dehidrasi, cara membuat ORS, kapan dibawa ke RS, dsb.
43. Resusitasi Neonatus
Kattwinkel J, Perlman JM. Part 15: neonatal resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909 S919
Rekomendasi utama untuk resusitasi
neonatus:
Penilaian setelah langkah awal ditentukan oleh penilaian simultan
dua tanda vital yaitu frekuensi denyut jantung dan pernapasan.
Oksimeter digunakan untuk menilai oksigenasi karena penilaian
warna kulit tidak dapat diandalkan.
Untuk bayi yang lahir cukup bulan sebaiknya resusitasi dilakukan
dengan udara dibanding dengan oksigen 100%.
Oksigen tambahan diberikan dengan mencampur oksigen dan udara
(blended oxygen , dan pangaturan konsentrasi dipandu berdasarkan
oksimetri.
Bukti yang ada tidak cukup mendukung atau menolak dilakukannya
pengisapan trakea secara rutin pada bayi dengan air ketuban
bercampur mekonium, bahkan pada bayi dalam keadaan depresi.
Penjepitan talipusat harus ditunda sedikitnya sampai satu menit
untuk bayi yang tidak membutuhkan resusitasi. Bukti tidak cukup
untuk merekomendasikan lama waktu untuk penjepitan talipusat
pada bayi yang memerlukan resusitasi.
Pemberian Oksigen
Target saturasi oksigen dapat dicapai dengan memulai
resusitasi dengan udara atau oksigen campuran
(blended oxygen) dan dilakukan titrasi konsentrasi
oksigen untuk mencapai SpO2 sesuai target.
Jika oksigen campuran tidak tersedia, resusitasi dimulai
dengan udara kamar.
Jika bayi bradikardia (kurang dari 60 per menit) setelah
90 detik resusitasi dengan oksigen konsentrasi rendah,
konsentrasi oksigen ditingkatkan sampai 100% hingga
didapatkan frekuensi denyut jantung normal.
Teknik Ventilasi dan Kompresi
Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
Jika bayi tetap apnu atau megap-megap, atau jika
frekuensi denyut jantung kurang dari 100 per menit
setelah langkah awal resusitasi, VTP dimulai.
Pernapasan awal dan bantuan ventilasi
Bantuan ventilasi harus diberikan dengan frekuensi
napas 40 60 kali per menit untuk mencapai dan
mempertahankan frekuensi denyut jantung lebih dari
100 per menit. Penilaian ventilasi awal yang adekuat
ialah perbaikan cepat dari frekuensi denyut jantung.

Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909S919.
Teknik Ventilasi dan Kompresi
Kompresi dada
Indikasi kompresi dada ialah jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60
per menit setelah ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik.
Untuk neonatus, rasio kompresi: ventilasi = 3:1 (1/2 detik untuk masing-
masing).
Pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi harus dinilai secara
periodik dan kompresi ventilasi tetap dilakukan sampai frekuensi denyut
jantung sama atau lebih dari 60 per menit.
Kompresi dada dilakukan pada 1/3 bawah sternum dengan kedalaman 1/3
dari diameter antero-posterior dada.
Teknik kompresi: (1) teknik kompresi dua ibu jari dengan jari-jari
melingkari dada dan menyokong bagian punggung, (2) teknik kompresi
dengan dua jari dimana tangan lain menahan bagian punggung
Pada kompresi, dada harus dapat berekspansi penuh sebelum kompresi
berikutnya, namun jari yang melakukan kompresi tidak boleh
meninggalkan posisi di dada.

Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909S919.
Indicator of Successful Resuscitation
A prompt increase in heart rate remains the most sensitive
indicator of resuscitation efficacy (LOE 55).
Of the clinical assessments, auscultation of the heart is the most
accurate, with palpation of the umbilical cord less so.
There is clear evidence that an increase in oxygenation and
improvement in color may take many minutes to achieve, even in
uncompromised babies.
Furthermore, there is increasing evidence that exposure of the
newly born to hyperoxia is detrimental to many organs at a cellular
and functional level.
For this reason color has been removed as an indicator of
oxygenation or resuscitation efficacy.
Respirations, heart rate, and oxygenation should be reassessed
periodically, and coordinated chest compressions and ventilations
should continue until the spontaneous heart rate is 60 per
minute
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909S919.
Kapan menghentikan resusitasi?
Pada bayi baru lahir tanpa adanya denyut
jantung, dianggap layak untuk menghentikan
resusitasi jika detak jantung tetap tidak terdeteksi
setelah dilakukan resusitasi selama 10 menit
(kelas IIb, LOE C).
Keputusan untuk tetap meneruskan usaha
resusitasi bisa dipertimbangkan setelah
memperhatikan beberapa faktor seperti etiologi
dari henti hantung pasien, usia gestasi, adanya
komplikasi, dan pertimbangan dari orangtua
mengenai risiko morbiditas.

Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909S919.
44.
Anemia Mikrositik Hipokrom
Red Cell Morphology
Penyakit (tambahan)
Hereditary, Lipid
disorders, splenectomy

Hb C disease, post
splenectomy

Myeloid metaplasia

Uremia, following
heparin injection, def
pyruvate kinase

Thalassemia, anemia
megaloblastic, iron
deficiency
Anemia Defisiensi Fe (IDA)

Stage Iron Depletion Iron Deficiency Iron Deficiency


I II Anemia
III
Iron Store
(Ferritin)
Serum Iron Normal
Hb Normal Normal MCV, MCH MCHC

Windiastuti E. Anemia in children.


Anemia Defisiensi Besi
Anemia in Infant
Anemia (WHO):
A hemoglobin (Hb) concentration 2 SDs below the mean
Hb concentration for a normal population of the same
gender and age range
US National Health and Nutrition Examination Survey
(1999 2002) anemia:
Hb concentration of less than 11.0 g/dL for both male and
female children aged 12 through 35 months

Robert D. Barker, Frank R. Greer, and The Committee of Nutrition. Diagnosis and Prevention of Iron Defiency and Iron Anemia in Infants and Young Children (0-3 years of Age.
Pediatrics 2010; 126; 1040.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
Tatalaksana IDA
Atasi penyakit yang mendasari
Nutrisi yang cukup
Besi elemental
3-6 mg/kg/hari dibagi 2 dosis, sebelum makan. Dilanjutkan hingga 2
bulan setelah anemia terkoreksi dan penyakit etiologi teratasi.
Transfusi PRC dibutuhkan bila Hb <6 g/dl; atau Hb 6 g/dl dengan
penyerta (dehidrasi, persiapan operasi, infeksi berat, gagal jantung,
distress pernafasan)
Pencegahan
Primer
Diet: makanan yang kaya besi dan vitamin C
ASI eksklusif. Suplemen besi dimulai pada 4-6 bulan (non prematur) atau 2
bulan (prematur); (IDAI usia 1 bulan pada prematur)
Sekunder: skrining

Harper JL. Iron deficiency anemia. http://emedicine.medscape.com/article/202333-overview


Tatalaksana Berdasarkan IDAI
Tatalaksana
Fe oral
Aman, murah, dan efektif
Enteric coated iron tablets tidak dianjurkan karena
penyerapan di duodenum dan jejunum
Beberapa makanan dan obat menghambat penyerapan
Jangan bersamaan dengan makanan, beberapa antibiotik, teh,
kopi, suplemen kalsium, susu. (besi diminum 1 jam sebelum atau 2
jam setelahnya)
Konsumsi suplemen besi 2 jam sebelum atau 4 jam setelah
antasida
Tablet besi paling baik diserap di kondisi asam konsumsi
bersama 250 mg tablet vit C atau jus jeruk meningkatkan
penyerapan
Tatalaksana
Absorbsi besi yang terbaik adalah pada saat
lambung kosong,
Jika terjadi efek samping GI, pemberian besi dapat
dilakukan pada saat makan atau segera setelah
makan meskipun akan mengurangi absorbsi obat
sekitar 40%-50%
Efek samping:
Mual, muntah, konstipasi, nyeri lambung
Warna feses menjadi hitam, gigi menghitam (reversibel)
Skrining
The American Academy of Pemeriksaan tersebut dilakukan
Pediatrics (AAP) dan CDC di pada populasi dengan risiko
Amerika menganjurkan tinggi:
melakukan pemeriksaan (Hb) dan kondisi prematur
(Ht) setidaknya satu kali pada usia berat lahir rendah
9-12 bulan dan diulang 6 bulan riwayat mendapat perawatan lama
kemudian pada usia 15-18 bulan di unit neonatologi
atau pemeriksaan tambahan anak dengan riwayat perdarahan
setiap 1 tahun sekali pada usia 2- infeksi kronis
5 tahun. etnik tertentu dengan prevalens
Pada bayi prematur atau dengan anemia yang tinggi
berat lahir rendah yang tidak mendapat asi ekslusif tanpa
mendapat formula yang suplementasi
difortifikasi besi perlu mendapat susu sapi segar pada
dipertimbangkan untuk usia dini
melakukan pemeriksaan Hb dan faktor risiko sosial lain.
sebelum usia 6 bulan

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia


Suplemen Besi

Rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia


45. Demam Dengue (DF)
Demam akut 2-7 hari dengan 2 atau lebih
gejala berikut:
Nyeri kepala
Nyeri retroorbita
Myalgia/arthralgia
Ruam
Manifestasi perdarahan
Leukopenia
KLASIFIKASI DBD
Derajat (WHO 1997):
Derajat I : Demam dengan test rumple leed
positif.
Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan
spontan dikulit atau perdarahan lain.
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu
nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun/
hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan
pasien menjadi gelisah.
Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak
teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
WHO. SEARO. Guidelines for treatment of dengue fever/dengue hemorrhagic fever in
small hospitals. 1999.
Pemantauan Rawat
Alur
Perawatan
Pediatric Vital Signs
Heart Rate Blood Pressure Respiratory Rate
Age
(beats/min) (mm Hg) (breaths/min)
Premature 120-170 * 55-75/35-45 40-70
0-3 mo 100-150 * 65-85/45-55 35-55
3-6 mo 90-120 70-90/50-65 30-45
6-12 mo 80-120 80-100/55-65 25-40
1-3 yr 70-110 90-105/55-70 20-30
3-6 yr 65-110 95-110/60-75 20-25
6-12 yr 60-95 100-120/60/75 14/22
12 > yr 55-85 110-135/65/85 12-18
REFERENCE:Kleigman, R.M., et al. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Saunders, 2011.
* From Dieckmann R, Brownstein D, Gausche-Hill M (eds): Pediatric Education for Prehospital Professionals. Sudbury, Mass, Jones & Bartlett,
American Academy of Pediatrics, 2000, pp 43-45.
From American Heart Association ECC Guidelines, 2000.
In childhood,
hypotension can be
determined
according to two
different definitions:
BP below the 5th
percentile or below
two standard
deviations (SDs) of
the mean for age http://web.missouri.edu/~proste/lab/vitals-peds.pdf
and gender

Shieh HH, Gilio AE, Barreira ER, Troster EJ, Ventura AMC, Goes PF, Souza DC, Sinimbu Filho JM, Bousso A:
Pediatric hypotension: quantification of the differences between the two current definitions.
Intensive Care Med 2012, 38(Suppl 1):S0662.
doi: 10.1007/s00134-012-2683-0
Hematocrit Range in Pediatric

1Soldin, S.J., Brugnara, C., & Hicks, J.M. (1999). Pediatric reference ranges (3rd ed.). Washington, DC: AACC Press.
http://wps.prenhall.com/wps/media/objects/354/362846/London%20App.%20B.pdf
46. Distres Pernapasan pada Neonatus
Kelainan Gejala
Sindrom aspirasi Biasanya pada bayi matur, pertumbuhan janin terhambat,
mekonium terdapat staining mekonium di cairan amnion dan kulit, kuku,
atau tali pusar. Pada radiologi tampak air trapping dan
hiperinflasi paru, patchy opacity, terkadang atelektasis.
Respiratory distress Pada bayi prematur, pada bayi dengan ibu DM atau kelahiran
syndrome (penyakit SC, gejala muncul progresif segera setelah lahir. Pada radiologi
membran hyalin) tampak gambaran diffuse ground-glass or finely granular
appearance, air bronkogram, ekspansi paru jelek.
Transient tachypnea of Biasanya pada bayi matur dengan riwayat SC. Gejala muncul
newboorn setelah lahir, kemudian membaik dalam 72 jam pasca lahir.
Pada radiologi tampak peningkatan corakan perihilar,
hiperinflasi, lapangan paru perifer bersih.
Pneumonia neonatal Terdapat risiko pneumonia (KPD, demam pada ibu, cairan
amnion berbau, dsb). Gejala meliputi gejala distress dan gejala
sepsis. Gambaran radiologis : Diffuse, relatively homogeneous
infiltrates
Asfiksia perinatal (hypoxic Asidemia pada arteri umbilikal, Apgar score sangat rendah,
ischemic encephalopathy) terdapat kelainan neurologis, keterlibatan multiorgan
46. RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (Hyaline membrane
disease)

Etiology:
Surfactant deficiency
(decreased production and
secretion)
Surfactant
Necessary for the lung alveoli
to overcome surface tension
and remain open
The major constituents
dipalmitoyl
phosphatidylcholine (lecithin)
Phosphatidylglycerol
apoproteins (surfactant
proteins SP-A, -B, -C, -D)
Cholesterol

Hyaline Membrane Disease (Respiratory Distress Syndrome). Nelson Textbook of http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/010/102


Pediatrics 91-0550x0475.jpg
Pada dinding alveolus dibedakan atas 2
macam sel:
sel epitel gepeng ( squamous pulmonary epitheal
atau sel alveolar kecil atau pneumosit tipeI).
sel kuboid yang disebut sel septal atau alveolar
besar atau pneumosit tipe II.
Menghasilkan surfaktan untuk menurunkan tegangan
permukaan dan mempertahankan bentuk dan besar
alveolus
Patomekanisme
HMD
HMD
Pada bayi prematur, pada bayi dengan ibu DM Tatalaksana
atau kelahiran SC, gejala muncul progresif segera endotracheal (ET) tube
setelah lahir.
Continuous positive airway pressure
Pada radiologi tampak gambaran diffuse (CPAP)
ground-glass or finely granular appearance, air
Surfactant replacement
bronkogram, ekspansi paru jelek.
Corticosteroid reduced overall incidence of
Lung immaturity salah satu penyebab Chronic death or chronic lung disease
Lung Disease (bronchopulmonary dysplasia) Early Postnatal Corticosteroids (<96 hours)
Komplikasi not suggested because risk> benefit (CP,
Septicemia development delay, Hyperglicemia,
hypertension, GI bleeding)
Bronchopulmonary dysplasia (BPD)
Moderately Early Postnatal Corticosteroids
Patent ductus arteriosus (PDA)
(7-14 days) not suggested because risk>
Pulmonary hemorrhage benefit
Apnea/bradycardia Delayed Postnatal Corticosteroids (> 3
Necrotizing enterocolitis (NEC) weeks) can be used for ventilator
Retinopathy of prematurity (ROP) dependant infants in whom it is felt that
Hypertension steroids are essential to facilitate
extubation.
Failure to thrive
Intraventricular hemorrhage (IVH)
47. Antibiotik dalam Kehamilan
Antibiotik Efek Teratogenik
Ciprofloxacin (pregnancy level C) Use in pregnancy, though generally
contraindicated for all quinolones, is
allowed for life-threatening situations;
Tetracycline (pregnancy Level D) Discoloration of teeth and enamel
hypoplasia
Gentamicin (pregnancy level D) Risk of ototoxicity, neurotoxicity (N. VII) ,
nephrotoxicity
Cloramphenicol (pregnancy level C) Gray baby syndrome: Vomiting, ashen
grey color of skin, hypotonus,
hypotension
Erythromycin(pregnancy level B) No adverse events in the infants have
been reported. Pregnant women
receiving erythromycin estolate may be
more prone to hepatotoxicity.
48. Kenaikan BB Neonatus
Adequate newborn weight monitor kenaikan BB
gain
Anticipate up to 10% weight
:
loss after delivery and regain trimester 1 : 25-30 g/h =
to birth weight by 2 weeks 200 g/mg = 750-900
Weight gain g/bln
Daily: 20-30 grams per day
Weekly: 150-200 grams per
trimester 2 : 20 g/h =
week 150 g/mg = 600 g/bln
Infant doubles birth weight in Trimester 3: 15 g/h = 100
6 months
g/mg = 400 g/bln
Adequate hydration
Expect clear urine output 6-8
Trimester 4: 10 g/h = 50-
times daily 75 g/mg = 200-300 g/bln
49. Developmental Milestone
Skrining Tumbuh Kembanga Anak
Pertumbuhan : bertambahnya ukuran fisik anak dalam
hal panjang/tinggi badan, berat badan, dan lingkar
kepala
Pemantauan : melalui penilaian klinis dan pengukuran
antropometris (Z Score WHO atau kurva NCHS CDC)
Perkembangan : bertambahnya kemampuan fungsi
individu antara lain dalam bidang motorik kasar,
motorik halus, komunikasi dan bahasa, intelektual,
emosi, dan sosial
Pemantauan : penilaian klinis dan skrining perkembangan
Denver II
Pemantauan setiap bulan hingga usia 1 tahun dan
setiap 3 bulan hingga 5 tahun
Denver II
Mencakup usia 0-6 tahun
Ada 4 bidang perkembangan
Personal-sosial: berhubungan dengan orang lain dan
pemenuhan kebutuhan sendiri
Motorikhalus: koordinasimata- tangan, manipulasi
objek kecil
Motorik kasar: meliputi gerakan yang menggunakan
otot-otot besar secara keseluruhan (duduk, berjalan,
melompat)
Bahasa-dengar: mengerti dan menggunakan bahasa
Interpretasi Denver II
Skor Penilaian
P (Pass) : Anak dapat melakukan ujicoba dengan baik, atau terdapat
laporan yang dapat dipercaya
F (Fail) L : Anak tidak dapat melakukan ujicoba dengan baik
No (No opportunity) : Tidak ada kesempatan untuk ujicoba karena ada
hambatan
R (Refusal) : Anak menolak melakukan ujicoba
Interpretasi
Lebih (advanced) : bila anak Pass pada uji coba yang terletak di kanan
garis umur
Normal : bila anak Fail/Refusal pada ujicoba di sebelah kanan garis
Caution/peringatan : bila anak Fail/Refusal pada ujicoba yang dilewati
garis umur pada persentil 75-90
Delayed/keterlambatan : bila anak Fail/Refusal pada ujicoba yang
terletak lengkap di sebelah kiri garis umur
50. Defisiensi Vitamin B
Beriberi - a disease whose symptoms include weight loss,
Vitamin B1 (Thiamine) body weakness and pain, brain damage, irregular heart rate,
heart failure, and death if left untreated
Causes distinctive bright pink tongues, although other
Vitamin B2 (Riboflavin) symptoms are cracked lips, throat swelling, bloodshot eyes,
and low red blood cell count
Pellagra - symptoms included diarrhea, dermatitis, dementia,
Vitamin B3 (Niacin)
and finally death (4D)
Vitamin B5
Acne and Chronic paresthesia
(Pantothenic Acid)
Microcytic anemia, depression, dermatitis, high blood
Vitamin B6
pressure (hypertension), water retention, and elevated levels
(Pyridoxine)
of homocysteine
Causes rashes, hair loss, anaemia, and mental conditions
Vitamin B7 (Biotin)
including hallucinations, drowsiness, and depression
Causes gradual deterioration of the spinal cord and very
Vitamin B12
gradual brain deterioration, resulting in sensory or motor
(Cobalamin)
deficiencies
Defisiensi Biotin (Vitamin B7)
Defisiensi biotin (Vitamin B7) jarang terjadi karena :
Kebutuhan harian yang sedikit (150-300 g)
biotin terdapat hampir di semua jenis makanan
Flora normal usus mensintesis biotin
Biotin mengalami proses recycle.
Penyebab defisiensi Biotin :
Konsumsi antikonvulsan tertentu (phenytoin, primidone,
carbamazepine)
Penggunaan antibiotik spektrum luas
Konsumsi putih-telur mentah dalam jumlah cukup banyak (Egg-white
injury syndrome). putih telur mentah berisi glycoprotein avidin yang
mempunyai afinitas tinggi terhadap biotin berikatan secara
ireversibel tidak bisa diserap usus defisiensi
Defisiensi enzim biotinidase (defek genetik)
Scheinfeld, NS. Biotin Deficiency. http://emedicine.medscape.com/article/984803-overview
Defisiensi biotin
Manifestasi Klinik
Timbul 3-5 minggu setelah onset defisiensi biotin:
Kulit Kering
Dermatitis seboroik
Infeksi jamur
Rash
Brittle hair (mudah patah), rambut rontok, alopecia
Gejala traktus gastrointestinal (Mual, muntah, anoreksia)

Dalam 1-2 minggu kemudian, timbul gejala neurologis :


Depresi ringan
Perubahan status mental
Generalized Myalgia
Hyperesthesia, paresthesia
Penatalaksanaan
Deteksi dini dan pengobatan dengan biotin
Dosis biotin terdapat dua pendapat :
Injeksi Biotin IM 150 g per hari gejala mulai hilang
dlm 3-5 hari, sembuh total dalam 3-5 bulan
Dosis lebih tinggi 5-20 mg per hari IM. Gejala lebih
cepat tertangani
Makanan kaya biotin : swiss chard, kuning-telur
mentah, hati, saskatoon berries, sayuran hijau,
dan kacang-kacangan
Hentikan konsumsi telur setengah matang
Defisiensi Vitamin Lainnya
51. URACHAL REMNANTS
The urachus is a structure that connects the
dome of the bladder to the anterior
abdominal wall at the level of the umbilicus.
During earlier development, the urachus is a
patent tube, but postnatally it is normally just
a solid core of tissue (the median umbilical
ligament).
The failure of its lumen to obliterate may
result in several pathological conditions.
URACHAL REMNANTS
Patent urachus: a complete
communication between the
bladder and umbilicus remains.
Urine is noted to drain from the
umbilicus.
Urachal sinus: The blind-end
opening of the urachal sinus is
noted at the umbilicus either
incidentally or because of drainage.
Urachal cyst: A urachal cyst, a
residual cyst without
communication to the bladder or
the umbilicus
Urachal diverticulum: the urachus
did not seal close to the bladder
and leads to a blind ending tract
from the bladder into the urachus

Disorders of the umbilicus in infants and children: A consensus statement of the Canadian Association of Paediatric Surgeons. Paediatr
Child Health Vol 6 No 6 July/August 2001 &
http://urology.ucsf.edu/sites/urology.ucsf.edu/files/uploaded-files/basic-page/urachal_abnormalities_0.pdf
NEONATAL OMPHALITIS
Neonatal umbilical infections
Staphylococcus and Streptococcus species, as
well as Gram-negative
Clinical features: purulent umbilical discharge
or periumbilical cellulitis.
Recommendations: parenteral antibiotics
Complications: Omphalitis may progress to
necrotizing fasciitis.
Disorders of the umbilicus in infants and children: A consensus statement of the Canadian Association of Paediatric Surgeons. Paediatr
Child Health Vol 6 No 6 July/August 2001
Omphalocele
incomplete closure of the
abdominal wall and persistent
herniation of the midgut
because of failure of central
fusion at the umbilical ring due
to defective mesodermal
growth
The abdominal viscera are
contained in a translucent sac
Omphalocele - 1 case in 4000
births
About 50% of infants with an
omphalocele have other
congenital anomalies.
http://missionarydoctors.blogspot.com/2011/10/65-operative-report-2-
omphalocele.html

Disorders of the umbilicus in infants and children: A consensus statement of the Canadian Association of Paediatric Surgeons. Paediatr
Child Health Vol 6 No 6 July/August 2001
Bladder exotrophy
The bladder exposed on the outside
of the lower abdomin abnormality of
formation of the bladder and the
bony pelvis.
One of 10,000 to 50,000 live births.
Clinical features:
Bladder: The bladder is small, flattened,
turned inside out and exposed on the
abdominal wall.
Epispadia
Widening of the pubic bones: the pubic
bones do not join, leaving a wide
opening.
Vesicoureteral reflux (VUR): VUR is a
condition where urine travels back up
into the kidneys. This may develop after
the bladder is reconstructed
Abnormal Development of Genitalia

http://www.hopkinschildrens.org/bladder-exstrophy.aspx
http://www.chop.edu/healthinfo/exstrophy-of-the-bladder.html
52. Meningitis & ensefalitis
Meningitis
Meningitis bakterial: E. coli, Streptococcus grup B (bulan pertama
kehidupan); Streptococcus pneumoniae, H. influenzae, N. meningitidis.
(anak lebih besar), Listeria monocytogenes (lebih jarang)
Meningitis viral: paling sering pada anak usia < 1 tahun. Penyebab
tersering: enterovirus
Meningitis fungal: pada imunokompromais
Gejala klasik: demam, sakit kepala hebat, tanda rangsang meningeal
(+). Gejala tambahan: iritabel, letargi, muntah, fotofobia, gejala
neurologis fokal, kejang
Ensefalitis: inflamasi pada parenkim otak
Penyebab tersering: ensefalitis viral varicella-zoster virus (VZV),
Epstein-Barr virus (EBV), cytomegalovirus (CMV), measles virus, or
mumps virus
Gejala: demam, sakit kepala, defisit neurologis (penurunan kesadaran,
gejala fokal, kejang)
Hom J. Pediatric meningitis and encephalitis.
http://emedicine.medscape.com/article/802760-overview
Meningitis bakterial: Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap dan kultur darah
Gula darah dan elektrolit jika terdapat indikasi
Pungsi lumbal untuk menegakkan diagnosis dan menentukan
etiologi
Pada kasus berat sebaiknya ditunda
Kontraindikasi mutlak : Terdapat gejala peningkatan tekanan
intrakranial
Diindikasikan pada suspek meningitis, SAH, dan penyakit SSP yang lain
(eg. GBS)
Protokol pertama pada kasus kejang pada anak usia < 1 tahun
sangat dianjurkan; 12-18 bln dianjurkan; > 18 bln tidak rutin
dilakukan
CT Scan dengan kontras atau MRI pada kasus berat, atau dicurigai
adanya abses otal, hidrosefalus, atau empiema subdural
EEG jika ditemukan perlambatan umum
CSF interpretation
Normal CSF Values in Children
White cell count Biochemistry
Neutrophils Lymphocytes Protein Glucose
(x 106 /L) (x 106/L) (g/L) (CSF:blood ratio)

Normal 0 5 < 0.4 0.6 (or 2.5


(>1 month of mmol/L)
age)
Normal 0 < 20 <1.0 0.6 (or 2.5
neonate mmol/L)
(<1 month of
age)

http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/CSF_Interpretation/
Diagnosis diferensial infeksi SSP
Klinis/Lab. Ensefalitis Meningitis Mening.TBC Mening.viru Ensefalopati
bakterial s
Onset Akut Akut Kronik Akut Akut/kronik

Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari/(-)

Kejang Umum/fo Umum Umum Umum Umum


kal
Penurunan Somnolen Apatis Variasi, apatis CM - Apatis Apatis -
kesadaran - sopor - sopor Somnolen
Paresis +/- +/- ++/- - -
Perbaikan Lambat Cepat Lambat Cepat Cepat/Lambat
kesadaran
Etiologi Tidak dpt ++/- TBC/riw. - Ekstra SSP
diidentifik kontak
asi
Terapi Simpt/ant Antibiotik Tuberkulostatik Simpt. Atasi penyakit
iviral primer
Cairan serebrospinal pada infeksi SSP
Bact.men Viral men TBC men Encephali Encephal
tis opathy
Tekanan Normal/

Makros. Keruh Jernih Xantokrom Jernih Jernih

Lekosit > 1000 10-1000 500-1000 10-500 < 10

PMN (%) +++ + + + +

MN (%) + +++ +++ ++ -

Protein Normal/ Normal Normal

Glukosa Normal Normal Normal

Gram Positif Negatif Negatif Negatif Negatif


/Rapid T.
HAEMOPHILUS MENINGITIS
Haemophilus influenzae is a nonmotile, History: From 60-80% of children
Gram-negative, rod-shaped bacterium who develop Hib meningitis have
(coccobacilli; (0.5-1.5 micrometres). had otitis media or an upper
respiratory illness immediately
before the onset of meningitis
Symptoms
Altered cry
Lethargy
Nausea or vomiting
Fever
Headache
Photophobia
Meningismus
Irritability
Anorexia
Seizures
Haemophilus Meningitis
Treatment: Third-generation cephalosporins
because of their potent
Antimicrobial therapy bacteriocidal activity and
Dexamethasone may help penetration into the
subarachnoid space.
decrease the inflammatory Cefotaxime and ceftriaxone are
response & prevent hearing the initial drugs of choice for
loss. suspected Hib meningitis.
Increased intracranial Do not use ampicillin empirically,
pressure (ICP) can be treated since as many as 50% of the
isolates are resistant, usually
with mannitol. because of plasmid-mediated
Anticonvulsant beta-lactamase production.
Meropenem is considered an
alternative to cephalosporins; as
an option in patients who are
intolerant of cephalosporins.

http://emedicine.medscape.com/article/218271-treatment
http://emedicine.medscape.com/article/1164916-medication#2
53. ASI dan Pola Defekasi
Komposisi ASI bervariasi dari awal hingga
akhir menyusui.
Foremilk (ASI awal)
ASI yang bening yang diproduksi pada awal penyusuan.
banyak mengandung laktosa dan protein.
Hindmilk (ASI akhir)
ASI yang lebih putih pekat, diproduksi pada akhir
penyusuan.
banyak mengandung lemak yang sangat diperlukan
sebagai sumber tenaga dan pembentukan otak.
Komposisi ASI
ASI merupakan larutan kompleks yang Lemak pada ASI didapatkan pada
hindmilk (susu akhir).
mengandung karbohidrat, lemak, dan Bayi mendapatkan kebutuhan
protein. energinya sebagian besar dari lemak.
Karbohidrat utama dalam ASI adalah Kurang lebih 50% energi yang
terkandung pada ASI berasal
laktosa. dari lemak, terdapat 40 gram lemak
dipecah menjadi glukosa dan galaktosa dalam 1 liter ASI (40 g/L).
oleh enzim laktase. Lemak dalam ASI ada dalam bentuk
Produksi enzim laktase pada usus halus butiran lemak yang absorpsinya
bayi kadang-kadang belum mencukupi, ditingkatkan oleh BSSL (bile salt-
untungnya laktase terdapat dalam ASI.
stimulated lipase).
Asam lemak yang terkandung pada
Sisa laktosa akan masuk ke usus ASI kaya akan asam palmitat, asam
besar, dimana laktosa ini akan difermentasi oleat, asam linoleat dan asam alfa
oleh laktobasili menciptakan kondisi linolenat.
asam menekan pertumbuhan kuman Trigliserida adalah bentuk lemak
patogen dan meningkatkan absorpsi utama pada ASI, dengan kandungan
kalsium dan fosfor. antara 97% - 98%.
Komposisi ASI
Kandungan protein dalam ASI dalam bentuk whey 70% dan
kasein 30%, dengan variasi komposisi whey : kasein
90:10 pada hari ke-4 sampai 10 setelah melahirkan,
60:40 pada ASI matur (hari ke-11 sampai 240)
50:50 setelah hari ke-240.
Pada susu sapi perbandingan whey : kasein adalah 18:82.
Protein whey tahan terhadap suasana asam dan lebih
mudah diserap sehingga akan mempercepat pengosongan
lambung.
Laktoferin, lisozim, dan sIgA adalah merupakan bagian dari
protein whey yang berperan dalam pertahanan tubuh.
Kandungan zat aktif lain dalam ASI
nitrogen non protein (-amino nitrogen, keratin,
kreatinin, glukosamin, asam nukleat, nukleotida,
poliamin, urea, asam urat),
vitamin larut dalam lemak - A, D, E, K-, karotenoid
vitamin yang larut dalam air
mineral dan ion (bikarbonat, kalsium, khlorida,
sitrat, magnesium, fosfat, kalium, natrium, sulfat),
trace mineral (kromium, kobalt, copper,
fluorid, iodine, mangaan, molybdenum, nickel,
selenium dan seng),
sel (sel epithelial, leukosit, limfosit, makrofag, dan
neutrofil).
Tanda-tanda bahwa bayi mendapat
cukup ASI
Bayi menyusu 8 12 kali sehari, Frekuensi buang air besar (BAB) > 4
menghisap secara teratur kali sehari dengan volume paling
selama minimal 10 menit pada setiap tidak 1 sendok makan, pada bayi
payudara. usia 4 hari sampai 4 minggu.
Bayi akan tampak puas setelah Sering ditemukan bayi yang BAB
menyusu dan seringkali tertidur pada setiap kali menyusu, dan hal ini
saat menyusu, terutama pada merupakan hal yang normal
payudara yang kedua Apabila setelah bayi berumur 5 hari,
Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > fesesnya masih berupa mekoneum,
6 kali sehari. atau transisi antara hijau kecoklatan,
Urin berwarna jernih, tidak merupakan salah satu tanda bayi
kekuningan. kurang mendapat ASI.
Berat badan bayi tidak turun lebih
dari 10% dibanding berat lahir
Berat badan bayi kembali seperti
berat lahir pada usia 10 sampai 14
hari setelah lahir.
Pola defekasi pada bayi baru lahir
Pada bayi baru lahir umumnya mempunyai aktivitas laktase
belum optimal sehingga kemampuan menghidrolisis laktosa
yang terkandung di dalam ASI maupun susu formula juga
terbatas.
Keadaan tersebut menyebabkan peningkatan tekanan
osmolaritas di dalam lumen usus halus yang mengakibatkan
peningkatan frekuensi defekasi.
Rentang frekuensi defekasi pada minggu pertama sangat bervariasi,
minimal 1 kali per hari. (Rochitasari dkk: 2011)
Rentang terluas terdapat pada kelompok ASI yaitu 112 kali per
hari
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki frekuensi defekasi
paling tinggi pada minggu pertama karena kolostrum ASI yang
merupakan laksatif alami keluar pada satu minggu pertama
setelah bayi lahir.
Pola defekasi bulan pertama
ASI kaya dengan protein dan oligosakarida yang tak
dapat dicerna, sehingga dapat meningkatkan volume,
osmolaritas dan akhirnya dapat meningkatkan
frekuensi defekasi.
Frekuensi menetek yang sering akan menyebabkan
stimulasi pada reflek gastrokolik dan frekuensi defekasi
yang lebih sering
Kandungan prostaglandin dalam ASI juga memiliki
peran terhadap motilitas gastrointestinal yang
membantu terjadinya peristaltik.
Frekuensi defekasi yang sering tersebut tidak
memenuhi kriteria diare, karena bayi tidak mengalami
kehilangan cairan (dehidrasi) dan elektrolit dari saluran
cerna.
Catatan:
Harus dilihat pula kondisi klinis lainnya pada
bayi seperti apakah terdapat bayi malas
menetek/ minum, adanya instabilitas suhu,
penurunan kesadaran/ letargis, kejang, dll
yang mengarah pada kondisi patologis seperti
sepsis neonatal, infeksi, dll.
54. Derajat Serangan Asma
Derajat Penyakit Asma
Parameter klinis,
kebutuhan obat, Asma episodik jarang Asma episodik sering Asma persisten
dan faal paru
Frekuensi serangan < 1x /bulan > 1x /bulan Sering
Hampir sepanjang tahun
Lama serangan < 1 minggu 1 minggu tidak ada remisi

Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam

Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu


Pemeriksaan fisis
Normal Mungkin terganggu Tidak pernah normal
di luar serangan
Obat pengendali Tidak perlu Perlu, steroid Perlu, steroid
Uji Faal paru PEF/FEV1 <60%
PEF/FEV1 >80% PEF/FEV1 60-80%
(di luar serangan) Variabilitas 20-30%
Variabilitas faal paru
>15% < 30% < 50%
(bila ada serangan)
Alur
Penatalaksanaan
Serangan Asma
55. Campylobacter Jejuni Infection
Gram-negative spiral shaped
bacteria
The incubation period is 1-7 days
Transmission
fecal-oral,
person-to-person sexual contact
unpasteurized raw milk and
poultry ingestion
waterborne (ie, through
contaminated water supplies)
Most human infections result from
the consumption of improperly
cooked or contaminated foodstuffs.
Campylobacter Jejuni Infection
Manifestation Treatment
The symptoms and severity of the Rehidration
gastroenteritis produced can vary.
Antibiotics indication:
A brief prodrome of fever, headache,
and myalgias lasting up to 24 hours is High fever
followed by crampy abdominal pain, Bloody diarrhea
fever as high as 40C, and watery, Excessive bowel movements (ie, >8
frequently bloody, bowel movements stools per day)
per day. Worsening symptoms
Vomitting can occur Failure of symptoms to improve
Fever (90% of patients) may be low or Persistence of symptoms for longer
high grade and can persist for a week. than 1 week
Tenesmus (25% of patients)
PregnancyMedication:
In some cases, acute abdominal pain is
the only symptom, with pain typically in DOC: Azithromycin or erythromycin
the right lower quadrant. Ciprofloxacin and tetracycline are
alternatives but should be avoided
in young children.
Clindamycin is another therapeutic
alternative.
Cariogenic bacteria reside in dental
plaque colonize on tooth 56. Karies Gigi
surfaces and produce
polysaccharides enhance
adherence of the plaque to enamel
increasing numbers of
cariogenic bacteria.

FORMATION OF A CARIOUS LESION:


cariogenic bacteria in dental plaque
metabolize a substrate from the
diet (e.g., sugars and other
fermentable carbohydrates) the
acid produced as a metabolic by-
product demineralizes the
adjacent enamel crystal surface
(loss of calcium, phosphate, and
carbonate) dental caries
http://parkell.cdeworld.com/courses/4599-
Dental_Plaque_as_a_Biofilm:The_Significance_of_pH_in_Health_and_Caries
Fluoride works to control early dental
caries in several ways:
Fluor terkonsentrasi pada plak dan saliva menghambat
demineralisasi enamel yang sehat dan merangsang
remineralisasi dari enamel yang rusak
Ktk bakteri kariogenik memetabolisme karbohidrat fluor
dibebaskan dari dental plaque akibat penurunan pH
Fluor yg terlepas dr plak dan fluor dari saliva kemudian
diambil, bersama dengan kalsium dan fosfat membentuk
lapisan enamel baru.
Lapisan enamel yang baru lebih tahan asam dan lebih
banyak mengandung fluor dan lebih sedikit mengandung
karbonat
Fluoride works to control early dental
caries in several ways:

Fluor juga menghambat karies dentis dengan


mempengaruhi aktivitas bakteri kariogenik
Ketika fluoride terkonsentrasi pada dental plaque,
fluor menghambat metabolisme karbohidrat oleh
bakteri kariogenik dan mempengaruhi produksi
adhesive polysaccharides.
Fluoride
Saliva merupakan sumber utama Fluoride's predominant
fluor topikal, tetapi kadar fluor effect is posteruptive and
pada duktus saliva yang
disekresikan sebenarnya rendah topical and that the effect
dan tidak menghambat aktivitas depends on fluoride being
bakteri kariogenik in the right amount in the
Akan tetapi, dgn minum air yg right place at the right
terfluorisasi, mentikat gigi dgn
pasta mengandung fluor, dapat time.
meningkatkan konsentrasi fluor di Fluoride works primarily
saliva hingga 100 s.d 100 kali lipat after teeth have erupted,
Konsentrasi Fluor tersebut kembali especially when small
normal dalam 1-2 jam, tetapi
selama jangka waktu ini, saliva amounts are maintained
menjadi sumber fluor untuk dental constantly in the mouth,
plaque dan remineralisasi specifically in dental plaque
and saliva.
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5014a1.htm
Fluorosis Gigi
Penggunaan fluor dalam waktu yang lama
selama pembentukan enamel mengakibatkan
perubahan-perubahan klinik yang dimana dari
timbulnya garis putih yang kecil pada enamel
sampai dengan yang parah yaitu enamel
menjadi putih seperti kapur dan opak dan
mungkin sebagian patah, segera sesudah gigi
erupsi.
Risiko pada anak <6 tahun.
Fluorosis Gigi
The proper amount of fluoride helps prevent
and control dental caries.
Severe forms of this condition can occur only
when young children ingest excess fluoride,
from any source, during critical periods of
tooth development.
The severity of the condition depends on the
dose, duration, and timing of fluoride intake.
57. Leukemia
Leukemia
Jenis leukemia yang paling sering terjadi pada
anak-anak adalah Acute Lymphoblastic
Leukemia (ALL) dan Acute Myelogenous
Leukemia (AML)
ALL merupakan keganasan yg paling sering
ditemui pada anak-anak (1/4 total kasus
keganasan pediatrik)
Puncak insidens ALL usia 2-5 tahun
Clinical Manifestation
More common in AML
Leukostasis (when blas count >50.000/uL): occluded
microcirculationheadache, blurred vision, TIA, CVA, dyspnea,
hypoxia
DIC (promyelocitic subtype)
Leukemic infiltration of skin, gingiva (monocytic subtype)
Chloroma: extramedullary tumor, virtually any location.
More common in ALL
Bone pain, lymphadenopathy, hepatosplenomegaly (also seen in
monocytic AML)
CNS involvement: cranial neuropathies, nausea, vomiting,
headache, anterior mediastinal mass (T-cell ALL)
Tumor lysis syndrome
Leukemia Limfoblastik Akut
Merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada
masa anak, meliputi 25-30% dari seluruh keganasan pada
anak.
Lebih sering pada laki-laki, usia 3-4 tahun
Manifestasi klinis
Penekanan sistem hemopoetik normal, anemia (pucat),
neutropenia (sering demam), trombositopenia (perdarahan)
Infiltrasi jaringan ekstramedular, berupa pembesaran KGB, nyeri
tulang, dan pembesaran hati serta limpa
Penurunan BB, anoreksia, kelemahan umum
Pemeriksaan Penunjang: Gambaran darah tepi dan pungsi
sumsum tulang untuk memastikan diagnosis
Tatalaksana : Kemoterapi dan Pengobatan suportif
FAB (French-American-British) classification of
acute lymphoblastic leukemia
ALL-L1: Small cells with homogeneous nuclear chromatin, a regular
nuclear shape, small or no nucleoli, scanty cytoplasm, and mild to
moderate basophilia Jenis ALL yang paling sering ditemukan
ALL-L2: Large, heterogeneous cells with variable nuclear chromatin,
an irregular nuclear shape, 1 or more nucleoli, a variable amount of
cytoplasm, and variable basophilia
ALL-L3: Large, homogeneous cells with fine, stippled chromatin;
regular nuclei; prominent nucleoli; and abundant, deeply basophilic
cytoplasm. The most distinguishing feature is prominent
cytoplasmic vacuolation
ALL AML
epidemiologi ALL merupakan keganasan yg paling 15% dari leukemia pada pediatri, juga
sering ditemui pada anak-anak (1/4 ditemukan pada dewasa
total kasus keganasan pediatrik)
Puncak insidens usia 2-5 tahun
etiologi Penyebab tidak diketahui Cause unknown. Risk factors: benzene
exposure, radiation exposure, prior
treatment with alkylating agents
Gejala dan Gejala dan tanda sesuai dengan Pucat, mudah lelah, memar, peteki,
tanda infiltrasi sumsum tulang dan/atau epistaksis, demam, hiperplasia gingiva,
gejala ekstrameduler: konjungtiva chloroma, hepatosplenomegali
pucat, petekie dan memar akibat
trombositopenia; limfadenopati,
hepatosplenomegali.Terkadang ada
keterlibatan SSP (papil edem, canial
nerve palsy); unilateral painless
testicular enlargement.
Lab Anemia, Trombositopenia, Trombositopenia,
Leukopeni/Hiperleukositosis/normal, leukopenia/leukositosis, primitif
Dominasi Limfosit, Sel Blas (+) granulocyte/monocyte, auer rods (hin,
needle-shaped, eosinophilic cytoplasmic
inclusions)
Terapi kemoterapi kemoterapi
58. Komplikasi Diare
Dehidrasi
Asidosis Metabolik
Hipoglikemia, terutama dengan predisposisi
undernutrition
Gangguan elektrolit
hipo/hipernatremia
Hipokalemia
(NB: Hiperkalemia bisa menstimulasi intestinal
motility menyebabkan watery diarrhea.)
Gangguan gizi
Gangguan sirkulasi (syok)
Electrolyte: kalium
K has important role in resting membrane potential & action potentials.

The level of K influences cell depolarization


the movement of the resting potential closer to the threshold more
excitability & hyperpolarization
decreased resting membrane potential to a point far away from the threshold
less excitability.

The most critical aspect of K, it affects:


Cardiac rate, rhythm, and contractility
Muscle tissue function, including skeletal muscle and muscles of the diaphragm,
which are required for breathing
Nerve cells, which affect brain cells and tissue
Regulation of many other body organs (intestinal motility)

Johnson JY. Fluids and Electrolytes demystified. 2008


Electrolyte: kalium

Hypokalemia Hyperkalemia

Disorientation Rapid heart beat


Confusion (fibrillation)
Discomfort of muscles Skin tingling
Muscle weakness Numbness
Ileus paralytic Weakness
Paralysis of the Flaccid paralysis
muscles of the lung,
resulting in death

Johnson JY. Fluids and Electrolytes demystified. 2008


Tatalaksana Hipokalemia
Transient, asymptomatic, or mild hypokalemia may spontaneously resolve
or may be treated with enteral potassium supplements.
Symptomatic or severe hypokalemia should be corrected with a solution of
intravenous potassium.

PPM IDAI
http://emedicine.medscape.com/article/907757-treatment
Hyponatremia
Hyponatremia is physiologically significant when it indicates a
state of extracellular hyposmolarity and a tendency for free
water to shift from the vascular space to the intracellular
space.
Cellular edema is well tolerated by most tissues, it is not well
tolerated within the rigid confines of the bony calvarium.
Therefore, clinical manifestations of hyponatremia are related
primarily to cerebral edema
Electrolyte: hyponatremia
Natrium concentration is influenced by the balance of natrium
& water in the body.

Harrisons principles of internal medicine. 18th ed.


Electrolyte: hyponatremia
Many symptoms of hyponatremia
are associated with the hypotonic
hydration.

The most common symptoms:


Headache
Nausea
Disorientation
Tiredness
Muscle cramps
Comatose

Biasanya memakai larutan NaCl 3% atau 5% (mengandung natrium 513


mEq/L)
Johnson JY. Fluids and Electrolytes demystified. 2008
59. EKSANTEMA AKUT
Morbili/Rubeola/Campak
Pre-eruptive Stage
Demam
Catarrhal Symptoms coryza, conjunctivitis
Respiratory Symptoms cough
Eruptive Stage/Stage of Skin Rashes
Exanthem sign
Maculopapular Rashes Muncul 2-7
hari setelah onset
Demam tinggi yang menetap
Anoreksia dan iritabilitas
Diare, pruritis, letargi dan
limfadenopati oksipital
Stage of Convalescence
Rash menghilang sama dengan urutan
munculnya (muka lalu ke tubuh bag bawah)
membekas kecoklatan
Demam akan perlahan menghilang saat
erupsi di tangan dan kaki memudar
Morbili
Paramyxovirus Prodromal
Kel yg rentan: Hari 7-11 setelah
Anak usia prasekolah yg eksposure
blm divaksinasi Demam, batuk,
Anak usia sekolah yang konjungtivitis,sekret
gagal imunisasi hidung. (cough, coryza,
conjunctivitis 3C)
Musin: akhir musim Enanthem ruam
dingin/ musim semi kemerahan
Inkubasi: 8-12 hari Kopliks spots muncul 2
Masa infeksius: 1-2 hari hari sebelum ruam dan
sblm prodromal s.d. 4 bertahan selama 2 hari.
hari setelah muncul ruam
Morbili
KOMPLIKASI DIAGNOSIS & TERAPI
Otitis Media (1 dari 10 penderita Diagnosis:
campak pada anak)
manifestasi klinis, tanda
Diare (1 dari 10 penderita campak)
patognomonik bercak Koplik
Bronchopneumonia (komplikasi
berat; 1 dari 20 anak penderita isolasi virus dari darah, urin,
campak) atau sekret nasofaring
Encephalitis (komplikasi berat; 1 pemeriksaan serologis: titer
dari 1000 anak penderita campak) antibodi 2 minggu setelah
Pericarditis timbulnya penyakit
Subacute sclerosing Terapi:
panencephalitis late sequellae
due to persistent infection of the Suportif, pemberian vitamin A 2
CNS; 7-10 tahun setelahnya; 1: x 200.000 IU dengan interval 24
100,000 orang) jam.
Penatalaksanaan
Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan
mengganti cairan yang hilang dari diare dan emesis.
Obat diberikan untuk gejala simptomatis, demam dengan
antipiretik.
Jika terjadi infeksi bakteri sekunder, diberikan antibiotik.
Suplementasi vitamin A diberikan pada:
Bayi usia kurang dari 6 bulan 50.000 IU/hari PO diberi 2 dosis.
Umur 6-11 bulan 100.000 IU/hari PO 2 dosis.
Umur di atas 1 tahun 200.000 IU/hari PO 2 dosis.
Anak dengan tanda defisiensi vitamin A, 2 dosis pertama sesuai
umur, dilanjutkan dosis ketiga sesuai umur yang diberikan 2-4
minggu kemudian.
Konseling & Edukasi
Edukasi keluarga dan pasien bahwa morbili merupakan penyakit
yang menular.
Namun demikian, pada sebagian besar pasien infeksi dapat sembuh
sendiri, sehingga pengobatan bersifat suportif.
Edukasi pentingnya memperhatikan cairan yang hilang dari
diare/emesis.
Untuk anggota keluarga/kontak yang rentan, dapat diberikan vaksin
campak atau human immunoglobulin untuk pencegahan.
Vaksin efektif bila diberikan dalam 3 hari terpapar dengan
penderita.
Imunoglobulin dapat diberikan pada individu dengan gangguan
imun, bayi umur 6 bulan -1 tahun, bayi umur kurang dari 6 bulan
yang lahir dari ibu tanpa imunitas campak, dan wanita hamil.
60. Kelainan Kongenital

Penyebab Temuan klinis

Rubella IUGR, kelainan kardiovaskular (biasanya PDA/


pulmonary artery stenosis), katarak, tuli.
retinopati, mikroftalmia, hearing loss, mental
retardation, speech defect, trombositopenia,
Varicella IUGR, kelainan kulit sesuai distribusi
dermatomal: sikatriks kulit, kulit tampak merah,
berindurasi, dan meradang, kelainan
tulang:hipoplasia ekstrimitas dan jari tangan
kaki, kelainan mata, dan kelainan neurologis
Toxoplasma IUGR, chorioretinitis, Cerebral calcification,
hydrocephalus,
Abnormal cerebrospinal fluid (xanthochromia and
pleocytosis), Jaundice, Hepatosplenomegaly, Neurologic
signs are severe and always present. (Microcephaly or
macrocephaly, Bulging fontanelle, Nystagmus
Abnormal muscle tone, Seizures, Delay of development)

Citomegalovirus Retinitis, Jaundice, Hepatosplenomegali, BBLR, Mineral


deposits in the brain, Petechiae, Seizures, Small head size
(microcephaly)
Herpes Trias:
1. Kulit (scarring, active lesions, hypo- and
hyperpigmentation, aplasia cutis, and/or an
erythematous macular exanthem)
2. Mata (microopthalmia, retinal dysplasia, optic atrophy,
and/or chorioretinitis)
3. Neurologis (microcephaly, encephalomalacia,
hydranencephaly, and/or intracranial calcification)
http://cmr.asm.org/content/17/1/1.full
Manifestation
1st trimester infections lead to abnormalities in
85 % of cases and greater damage to organs
2nd trimester infections lead to defects in 16
% > 20 weeks of pregnancy fetal
defects are uncommon
However, Rubella infection can also lead to
fetal deaths, and spontaneous abortion.
The intrauterine infections lead to viral
excretion in various secretion in newborn up to
12-18 months.
Diagnosis
Demonstration of Rubella antibodies of IgM in
a new born is diagnostic value.
It is because IgM group do not cross the
placenta from the mother
IgM are produced inside the body of infected
fetus.
ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
61. Hiperplasia Endometrium
Klasifikasi
Menurut WHO dibagi menjadi dua grup:
Pola glandular/stromal architectural, dibagi lagi menjadi tipe
sederhana atau kompleks
Berdasarkan ada/tidaknya inti atipik Risiko Ca endometrium
>>

Etiologi
Paparan estrogen endogen atau
eksogen terus-menerus
Endo estrogen: pada penderita PCOS
Ekso estrogen: pada sulih hormon
(terapi hormone)
Hiperplasia Endometrium
Patogenesis
Paparan Estrogen terus menerus memiliki efek Menstimulasi the
transcription of genes for cyclin D, protooncogenes, growth factors,
dan growth factor receptors

Klinis
Diagnosis hiperplasia endometrium dapat dicurigai pada:
1. Wanita pasca menoupose (50-60 thn) dengan perdarahan uterus
yang banyak, lama, dan sering (< 21 hari) atau
2. Perdarahan uterus yang tidak teratur pada wanita menopouse,
atau menjelang menepouse.
* Setelah disingkirkan adanya keganasan
Perdarahan Uterus Disfungsional

Perdarahan uterus yang abnormal tanpa adanya


kelainan organik, genital, atau ekstragenital

Penegakan Diagnosis
Pasien datang dengan perdarahan uterus yang
abnormal
Timbul paling sering sesaat setelah menarche dan
pada akhir masa reproduktif
20% of cases are adolescents
50% of cases in 40-50 year olds
Menstrual Cycle
Source Undetermined
Definisi
Disorder Definition
Amenorrhea Primer Tidak pernah menstruasi setelah berusia 16 tahun, atau
berusia 14 tahun tanpa menstruasi sebelumnya dan tidak
terdapat tanda-tanda perkembangan seksual sekunder

Amenorrhea Tidak terdapat menstruasi selama 3 bulan apda wanita


Sekunder dengan sklus haid teratur, atau 9 bulan pada wanita dengan
siklus menstruasi tidak teratur
Oligomenorea Menstruasi yang jarang atau dengan perdarahan yang sangat
sedikit
Menorrhagia Perdarahan yang banyak dan memanjang pada interval
menstruasi yang teratur
Metrorrhagia Perdarahan pada interval yang tidak teratur, biasanya diantara
siklus
Menometrorrhagia Perdarahan yang banyak dan memanjang, lebih sering
dibandingkan dengan siklus normal
Pathophysiology
2 Tipe: anovulatoar and ovulatoar

Most women with DUB do not ovulate.


In theses women, there is continuous E2 production
without corpus luteum formation and progesterone
production.

Ovulatory DUB occurs most commonly after the


adolescent years and before the perimenopausal years.
Incidence in these patients may be as high as 10%
Causes of DUB
The main cause of DUB is anovulation resulting from
altered neuroendocrine and/or ovarian hormonal events.
In premenarchal girls, FSH > LH and hormonal patterns are
anovulatory.
Causes of DUB
The pathophysiology of DUB may also represent
exaggerated FSH release in response to normal levels
of GnRH.
Causes of DUB
After menarche,
normal adult FSH
and LH patterns
eventually develop
with mid-cycle
surges and E2
peaks.
Causes of DUB
In perimenopausal women, the mean length of the
cycle is shorter compared to younger women.
Shortened follicular phase

Diminished capacity of follicles to secrete Estradiol

Other disorders commonly causing DUB


Alterations in the life span of the corpus luteum.
Prolonged (Halbans syndrome)
Variable function or premature senescence in patients
WITH ovulatory cycles
Luteal phase insufficiency
Differential Diagnosis of
Abnormal Uterine Bleeding
Organic
Reproductive tract disease
Systemic Disease
Iatrogenic causes
Non-organic
DUB
You must exclude all organic causes first!
Reproductive Tract Disease
Complications of Benign pelvic lesions
pregnancy Leiomyomata
Abortion Endometrial or
Ectopic gestation endocervical polyps
Retained products Adenomyosis and
Placental polyp endometriosis
Trophoblastic disease Pelvic infections
Trauma
Foreign bodies (IUD,
sanitary products)
Reproductive Tract Disease

Malignant pelvic lesions


Endometrial hyperplasia
Endometrial cancer
Cervical cancer
Less frequently:
vaginal,vulvar, fallopian tube cancers
estrogen secreting ovarian tumors
granulosa-theca cell tumors
Systemic Disease Iatrogenic Causes
Coagulation disorders Medications
platelet deficiency Steroids
platelet function defect Anticoagulants
prothrombin deficiency Tranquilizers
Antidepressants
Hypothyroidism Digitalis
Dilantin

Liver disease Intrauterine Devices


Cirrhosis
62. & 63. Kehamilan
Ektopik
Definisi
Kehamilan yang terjadi di luar
rahim (uterus).

Hampir 95% kehamilan ektopik


terjadi di berbagai segmen tuba
Falopii, dengan 5% sisanya
terdapat di ovarium, rongga
peritoneum atau di dalam serviks.

Apabila terjadi ruptur di lokasi


implantasi kehamilan, maka akan
terjadi keadaan perdarahan masif
dan nyeri abdomen akut yang
disebut kehamilan ektopik
terganggu (KET)
Sumber: Buku Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Rujukan, 2013
Kehamilan Ektopik
Diagnosis
Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah
sedang, gejala syok hemoragik, nyeri abdomen dan pelvis,
nyeri goyang porsio, serviks tertutup
Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG
Tampak cairan pada rongga peritonium

Faktor Predisposisi
Riwayat KET sebelumnya, riwayat operasi di daerah tuba
dan/atau tubektomi, riwayat penggunaan AKDR,
infertilitas, riwayat inseminasi buatan atau teknologi
bantuan reproduktif (assisted reproductive
technology/ART), riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic
inflammatory disease/PID, merokok, riwayat abortus
sebelumnya, riwayat promiskuitas, riwayat seksio sesarea
sebelumnya
Sumber: Buku Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Rujukan, 2013
Kehamilan Ektopik
Tatalaksana Umum
Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat (500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam
pertama.
Segera rujuk ibu ke rumah sakit

Tatalaksana Khusus
Segera uji silang darah dan persiapan laparotomi (lihat lampiran A.20).
Saat laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii:
Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi
bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi)
Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan
salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi
dikeluarkan, tuba dipertahankan)
Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi anemia dengan
pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari selama 6 bulan.
Sumber: Buku Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Rujukan, 2013
64. Mekanisme KB
Pil Kombinasi
Menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh
sperma, dan menganggu pergerakan tuba sehingga transportasi telur terganggu. Pil ini
diminum setiap hari.

Suntikan Kombinasi
Menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi sperma terganggu, atrofi
pada endometrium sehingga implantasi terganggu, dan menghambat transportasi gamet oleh
tuba. Suntikan ini diberikan sekali tiap bulan.

Suntikan Progestin
Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi sperma terganggu,
menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Suntikan diberikan 3 bulan sekali (DMPA).

Pil Progestin (Mini Pil)


Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium, endometrium mengalami
transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga
menghambat penetrasi sperma, mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu. Pil diminum setiap hari.

Implan
Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks, menjadikan selaput rahim
tipis dan atrofi, dan mengurangi transportasi sperma. Implan dimasukkan di bawah kulit dan
dapat bertahan higga 3-7 tahun, tergantung jenisnya.
Efek Samping KB
Pil Kombinasi
Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin pendek, haid tidak teratur, haid jarang, atau
tidak haid), sakit kepala, pusing, mual, nyeri payudara, perubahan berat badan, perubahaan
suasana perasaan, jerawat, dan peningkatan TD

Suntikan Kombinasi
Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin pendek, haid tidak teratur, haid memanjang,
haid jarang, atau tidak haid), sakit kepala, pusing, nyeri payudara, kenaikan berat badan.

Suntikan Progestin
Perubahan pola haid, sakit kepala, pusing, kenaikan berat badan, perut kembung atau tidak
nyaman, perubahan suasana perasaan, dan penurunan hasrat seksual.

Pil Progestin (Mini Pil)


Perubahan pola haid, sakit kepala, pusing, perubahan suasana perasaan, nyeri payudara, nyeri perut,
dan mual

Implan
Perubahan pola haid), sakit kepala, pusing, perubahan suasana perasaan,
perubahan berat badan, jerawat (dapat membaik atau memburuk), nyeri
payudara, nyeri perut, dan mual.

AKDR
Perubahan pola haid terutama dalam 3-6 bulan pertama (haid memanjang dan
banyak, haid tidak teratur, dan nyeri haid).
65. Sindrom HELLP
Komplikasi utama dari pre-eklampsia dan
eklampsia yang terdiri dari:
Hemolisis: petekie, ekimosis, hematuria, Burr Cells
pada apusan darah tepi
Peningkatan enzim hati menunjukkan adanya
kerusakan hati: peningkatan SGOT-SGPT (>70 IU), LDH
> 600 IU
Penurunan jumlah trombosit (100.000/mm3)
menunjukkan adanya gangguan kemampuan
pembekuan darah
Gejala antara lain mual, muntah, nyeri kepala, rasa lemah
dan sakit perut serta kaki bengkak.
Sindrom HELLP: Klasifikasi
66. Varisela pada Kehamilan
Faktor Predisposisi
kontak dengan penderita cacar, belum mendapatkan vaksinasi cacar
sebelumnya, dan kurangnya status nutrisi

Diagnosis
Lesi kulit berupa vesikel kemerahan dan gatal di seluruh tubuh yang sering
disertai demam.

Tatalaksana
Umum: pencegahan infeksi sebelum hamil dengan vaksinasi, pencegahan
infeksi selama kehamilan dengan menghindari kontak, dan pencegahan infeksi
pasca salin dengan memberikan vaksinasi
Khusus: ibu dengan varicella + pneumonitis diberikan asiklovir 800 mg per oral
5 kali per hari selama 7 hari, pada komplikasi yang lebih berat asiklovir IV
diberikan pada dosis 10-15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5-10 hari dimulai
dari 24-72 jam setelah muncul luar

Asiklovir efektif diberikan 24 jam setelah muncul ruam. Aman digunakan


pada kehamilan di atas 20 minggu, sebelum itu harus diberikan dengan
hati-hati.
Prognosis Varisela pada Kehamilan
Pada kehamilan kurang dari 28 minggu: risiko sindrom varisela fetal
yang ditandai dengan adanya mikroftalmia, korioretinitis, katarak,
gangguan saraf, hipoplasia ekstremitas, mikrosefali, atrofi korteks
serebri, dan gangguan tumbuh kembang janin

Pada kehamilan lebih dari 28 minggu terdapat risiko kelahiran


preterm dan ketuban pecah dini

Evaluasi USG untuk mendeteksi kelainan janin

Jika ibu terinfeksi 5 hari sebelum atau 2 hari sesudah persalinan


berikan Varicella Zoster Immunoglobulin (VZIG) pada bayi

Sumber: buku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan.
67. Bakterial Vaginosis
Bakterial vaginosis atau nonspesifik vaginitis adalah suatu
istilah yang menjelaskan adanya infeksi bakteri sebagai
penyebab inflamasi pada vagina.
Bakteri yang sering didapatkan adalah Gardnerella
vaginalis, Mobiluncus, Bacteroides, Peptostreptococcus,
Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum ,
Eubacterium, Fusobacterium, Veilonella, Streptococcus
viridans, dan Atopobium vaginae
Gejala klinis yang sering dijumpai adalah keputihan, vagina
berbau, iritasi vulva, disuria, dan dispareuni
Faktor risiko yang meningkatkan BV adalah penggunaan
antibiotik, penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim,
promiskuitas, douching, penurunan estrogen.
Pemeriksaan Bakterial Vaginosis
Didapatkan keputihan yang homogen
Labia, introitas, serviks dapat normal maupun didapatkan tanda
servisitis.
Keputihan biasanya terdapat banyak di fornix posterior
Dapat ditemukan gelembung pada keputihan
Pemeriksaan mikroskopis cairan keputihan harus memenuhi 3 dari 4
kriteria Amsel untuk menegakkan diagnosis bakterial vaginosis
Didapatkan clue cell.
pH > 4,5
Keputihan bersifat thin, gray, and homogenous
Whiff test + (pemeriksaan KOH 10%
didapatkan fishy odor sebagai akibat dari
pelepasan amina yang merupakan produk
metabolisme bakteri)
Tatalaksana Bakterial Vaginosis
Pada infeksi asimtomatik tidak perlu diberikan
terapi
Pada infeksi simtomatik antibiotik merupakan
pilihan utama.
Pilihan obat: metronidazole 2 x 500 mg
selama 7 hari atau 4 x 500 mg dosis tunggal.
Pada perempuan hamil 2 x 500 mg selama 7
hari atau 3 x 250 mg selama 7 hari

Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/254342
68. Manajemen Kala III
Setelah bayi dilahirkan, berikan suntikan oksitosin 10
unit IM di bagian paha atas bagian distal lateral agar
kontraksi uterus baik

Jika tidak ada oksitosin, dapat dilakukan:


Merangsang puting payudara ibu atau minta ibu untuk
menyusui agar menghasilkan oksitosin alamiah.
Terapi farmakologi yang dapat diberikan adalah injeksi
ergometrin 0,2 mg IM namun tidak boleh dilakukan pada
pasien dengan preeklampsia, eklampsia, dan hipertensi
karena dapat memicu penyakit serebrovaskular

Lakukan peregangan tali pusat terkendali


Sumber: Buku pelayanan kesehatan ibu di
fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
69. Kehamilan
Ektopik
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik yang mengalami ruptur disebut KET

Nyeri goyang serviks ditemukan pada wanita dengan kehamilan


tuba yang ruptur

Manifestasi klinis lain adalah adanya perdarahan per vaginam yang


dapatmenimbulkan penonjolan cavum Douglas, kesadaran
menurun, pucat, hipotensi, hipovolemia, nyeri abdomen, dan
serviks tertutup

Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG

Faktor predisposisi adalah adanya riwayat kehamilan ektopik,


operasi di daerah tuba, penggunaan AKDR, merokok, infertilitis,
riwaya abortus, dan riwayat persalinan sectio caesarea
70. Bengkak Pada Wanita Hamil

Hamil tubuh memproduksi cairan ekstra 25% dari BB


perut membesar menekan vena pembengkakan terutama
pada kaki

Bila tiba-tiba + TD meningkat hati-hati preeklampsia


71. Infeksi Saluran Kemih pada
Kehamilan
Merupakan kasus infeksi bakterial tersering pada kehamilan
Perubahan fisiologis kehamilan menyebabkan
meningkatnya risiko stasis urin dan refluks vesikoureteral.
Dengan ukuran uretra yang pendek dan perut membesar
memberikan tantangan tersendiri pada higiene dan sanitasi.
Prinsip tatalaksana ISK pada kehamilan
pemberian antibiotik
Rehidrasi
rawat inap bila terdapat komplikasi.
Tatalaksana ISK
higiene sanitasi pada saat sehabis buang air kecil
Antibiotikampisilin 4x500mg, nitrofurantoin 2x100 mg,
sulfisoxazole 4x1 gram, selama 10-14 hari
72. Anemia pada Kehamilan
Anemia adalah suatu kondisi di mana terdapat
kekurangan sel darah merah atau hemoglobin.
Diagnosis ditegakkan dengan kadar Hb < 11
gram/dL (trimester I dan III) atau < 10,5 gram/dL
(pada trimester II)
Faktor predisposisi
Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat
Kelainan gastrointestinal
Penyakit kronis
Adanya riwayat keluarga
Tatalaksana Anemia
Tatalaksana umum anemia
Lakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel darah
merah.
Bila fasilitas tidak tersedia berikan tablet 60 mg besi elemental dan 250 g asam
folat, 3 kali sehari evaluasi 90 hari

Tatalaksana khusus anemia


Bila terdapat pemeriksaan apusan darah tepi, lakukan pengobatan sesuai hasil
apusan darah tepi.
Anemia defisiensi besi (hipokromik mikrositer): 180 mg besi elemental per hari
Anemia defisiensi asam folat dan vitamin B12: asam folat 1 x 2 mg, dan vitamin
B12 1 x 250-1000g
Transfusi dilakukan bila Hb < 7 g/dL atau hematokrit < 20% atau Hb > 7 g/dL
dengan gejala klinis pusing, pandangan berkunang-kunang atau takikardia

Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
73. Versi Luar
VERSI adalah prosedur untuk melakukan perubahan
presentasi janin melalui manipulasi fisik dari satu kutub ke
kutub lain yang lebih menguntungkan bagi berlangsungnya
proses persalinan pervaginam dengan baik.
Klasifikasi:
Berdasarkan arah pemutaran
Versi Sepalik : merubah bagian terendah janin menjadi presentasi
kepala
Versi Podalik : merubah bagian terendah janin menjadi presentasi
bokong
Berdasarkan cara pemutaran
Versi luar (external version)
Versi internal ( internal version)
Versi Bipolar ( Braxton Hicks version)
Syarat Versi Luar
Janin dapat lahir pervaginam atau diperkenankan untuk
lahir pervaginam ( tak ada kontraindikasi )
Bagian terendah janin masih dapat dikeluarkan dari pintu
atas panggul (belum engage)
Dinding perut ibu cukup tipis dan lentur sehingga bagian-
bagian tubuh janin dapat dikenali (terutama kepala) dan
dapat dirasakan dari luar dengan baik
Selaput ketuban utuh.
Pada parturien yang sudah inpartu : dilatasi servik kurang
dari 4 cm dengan selaput ketuban yang masih utuh.
Pada ibu yang belum inpartu :
Pada primigravida : usia kehamilan 34 36 minggu.
Pada multigravida : usia kehamilan lebih dari 38 minggu.
Indikasi dan Kontraindikasi Versi Luar
Indikasi :
Letak bokong.
Letak lintang.
Letak kepala dengan talipusat atau tangan terkemuka.
Penempatan dahi.
Kontra indikasi :
Perdarahan antepartum.
Pada plasenta praevia atau plasenta letak rendah, usaha memutar janin dikhawatirkan akan
menyebabkan plasenta lepas dari insersionya sehingga akan menambah perdarahan.
Hipertensi.
Pada penderita hipertensi pada umumnya sudah terjadi perubahan pembuluh arteriole plasenta
sehingga manipulasi eksternal dapat semakin merusak pembuluh darah tersebut sehingga terjadi
solusio plasenta.
Cacat uterus.
Jaringan parut akibat sectio caesar atau miomektomi pada mioma intramural merupakan locus minoris
resistancea yang mudah mengalami ruptura uteri.
Kehamilan kembar.
Primitua, nilai sosial anak yang tinggi atau riwayat infertilitas
Insufisiensi plasenta atau gawat janin.
Faktor yang menentukan keberhasilan tindakan versi luar :
Paritas.
Presentasi janin.
Jumlah air ketuban.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kegagalan tindakan
versi luar:
Bagian terendah janin sudah engage .
Bagian janin sulit diidentifikasi (terutama kepala).
Kontraksi uterus yang sangat sering terjadi.
Hidramnion.
Talipusat pendek.
Kaki janin dalam keadaan ekstensi (frank breech)
Kriteria Versi Luar dianggap gagal:
Ibu mengeluh nyeri saat dilakukan pemutaran.
Terjadi gawat janin atau hasil NST memperlihatkan
adanya gangguan terhadap kondisi janin.
Bagian janin tidak dapat diidentifikasi dengan baik
oleh karena sering terjadi kontraksi uterus saat
dilakukan palpasi.
Terasa hambatan yang kuat saat melakukan rotasi

Masalah kontroversial dalam tindakan versi luar :


Penggunaan tokolitik
Penggunaan analgesia epidural
Komplikasi Versi Luar

Komplikasi Versi Luar :


Solusio plasenta
Ruptura uteri
Emboli air ketuban
Hemorrhagia fetomaternal
Isoimunisasi
Persalinan Preterm
Gawat janin dan IUFD
Sumber: American College of Obstetricians and Gynecologists : External Cephalic
version. Practice Bulletin No 13, February 2000
74. Struktur Kelenjar Adrenal
Hormon Kelenjar Adrenal
Struktur Hormon Fungsi

Korteks Zona Glomerulosa Mineralokortikoid eksresi K+ urin


reabsorpsi Na+
Retensi air
Zona Fasciculata Glukokortikoid glukoneogenesis
gula darah
Retensi air
Efek anti inflamasi
Zona Retikularis Androgen (DHEA) Prekursor hormon
seks

Medula Adrenalin & Sistem Saraf


Noradrenalin Simpatik
Penyebab Cushings Syndrome
Perbedaan Antara Etiologi
Cushings Syndrome
Gejala dan Tanda Cushings Syndrome
Exogeneous Cushings Syndrome
Gejala dan Tanda
Kadar ACTH
Kadar kortisol
Tidak merespon Tes Stimulasi ACTH
Kadar GDP > normal
Kadar kalium darah rendah
Densitas tulang rendah
Kolesterol tinggi

Terapi
Tappering off pengobatan steroid
Penghentian segera dapat menyebabkan krisis adrenal
Kortisol dan Gangguan Menstruasi
Pada sistem reproduksi:
Hipotalamus memproduksi
GnRH produksi FSH & LH
produksi hormon seks

Stress kelenjar adrenal


memproduksi glukokortikoid
(kortisol) << GnRH

Glukokortikoid juga >>


produksi GnIH inhibisi
GnRH <<<< menekan
produksi hormon seks secara
keseluruhan

<< produksi hormon seks gangguan menstruasi, << jumlah sperma, << hasrat
seksual
Sumber: http://www.sciencedaily.com/releases/2009/06/090615171618.htm
75. Hiperemesis Gravidarum
Definisi: keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang
berat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Biasanya mulai setelah minggu ke-6 dan baik dengan
sendirinya sekitar minggu ke-12
Etiologi : Kemungkinan kadar BhCG yang tinggi atau
faktor psikologik
Predisposisi :primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda.
Akibat mual muntah dehidrasi elektrolit
berkurang, hemokonsentrasi, aseton darah meningkat
kerusakan liver
Tingkatan Hiperemesis Gravidarum
Tingkat 1 :
lemah,napsu makan, BB,nyeri epigastrium,
nadi,turgor kulit berkurang,TD sistolik, lidah kering,
mata cekung.
Tingkat 2 :
apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata
sedikit ikterik, kadang suhu sedikit , oliguria, aseton
tercium dalam hawa pernafasan.
Tingkat 3 :
KU lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi lebih cepat, TD
lebih turun. Komplikasi fatal ensefalopati Wernicke :
nystagmus, diplopia, perubahan mental.Ikterik
Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum
Tatalaksana umum Hiperemesis Gravidarum:
Pertahankan kecukupan nutrisi ibu.
Istirahat cukup dan hindari kelelahan
Tatalaksana Medikamentosa
Berikan 10 mg doksilamin dikombinasikan dengan 10 mg piridoksin
hingga 4 tablet per hari (2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi dan
1 tablet saat siang)
Dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau supositoria 4-6 kali sehari
ATAU prometazine 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau supositoria
dapat diberikan bila doksilamin tidak berhasil
Bila masih tidak teratasi dapat diberikan Ondansetron 8 mg per oral
tiap 12 jam atau Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM
tiap 4-6 jam bila masih berlum teratasai dan tidak terjadi dehidrasi.
Tatalaksana dehidrasi pada Hiperemesis
Gravidarum
Atasi dehidrasi dan ketosis
Berikan Infus Dx 10% + B kompleks IV
Lanjutkan dengan infus yang mempunyai komposisi kalori dan elektrolit yang
memadai seperti: KaEN Mg 3, Trifuchsin dll.
Atasi defisit asam amino
Atasi defisit elektrolit
Balans cairan ketat hingga tidak dijumpai lagi ketosis dan defisit elektrolit
Berikan obat anti muntah: metchlorpropamid, largactil, ondansetron, atau
metilprednisolon
Berikan suport psikologis
Jika dijumpai keadaan patologis: atasi
Jika kehamilannya patologis (misal: Mola Hidatidosa) lakukan evakuasi
Nutrisi per oral diberikan bertahap dan jenis yang diberikan sesuai apa yang dikehendaki
pasien
Perhatikan pemasangan kateter infus untuk sering diberikan salep heparinkarena cairan
infus yang diberikan relatif pekat.
Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah segar dan dapat makan dengan porsi
wajar
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview
76. Hormon Dalam Kehamilan
Hormon Fungsi Hormon
Estrogen Fungsi estrogen dalam kehamilan :
1.Pembesaran uterus
2.Pembesaran payudara dan pertumbuhan struktur duktus payudara
3.Pembesaran genitalia eksterna wanita
Progresteron Progesteron yang disekresi selama kehamilan juga membantu
estrogen mempersiapkan payudara ibu untuk laktasi
Prolaktin Pembesaran alveoli dalam kehamilan, Mempengaruhi inisiasi
kelenjar susu dan mempertahankan laktasi, Menstimulasi sel di
dalam alveoli untuk memproduksi ASI
LH Merangsang pertumbuhan korpus luteum, ovulasi, produksi
estrogen dan progresteron
HCG Hormon ini berfungsi menyebabkan penurunan sensivitas
insulin danmenurunkan penggunaan glukosa pada ibu.
Peningkatan Hormon HCG pada trimester awal menyebabkan
morning sickness
Hormon dan Infeksi
Perubahan kadar progesteron menyebabkan
peningkatan pH vagina dan kadar glikogen
sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan
virulensi dari trichomonas vaginalis
77. Kehamilan Dengan HIV

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG


PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
Faktor Ibu
Kadar HIV dan CD4
Risiko penularan HIV menjadi sangat kecil jika kadar HIV < 1.000 kopi/ml dan
sebaliknya jika kadar HIV > 100.000 kopi/ml.
Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko menularkan HIV ke bayinya

Status gizi selama hamil


BB rendah serta kekurangan vitamin dan mineral selama hamil meningkatkan
risiko ibu untuk menderita penyakit infeksi yang dapat meningkatkan jumlah
virus dan risiko penularan HIV

Penyakit infeksi selama hamil


Penyakit infeksi seperti sifilis, Infeksi Menular Seksual, infeksi saluran
reproduksi lainnya, malaria, dan tuberkulosis, berisiko meningkatkan jumlah
virus dan risiko penularan HIV

Gangguan pada payudara


Gangguan pada payudara ibu dan penyakit lain, seperti mastitis, abses, dan
luka di puting payudara dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui ASI.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG


PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
Faktor Bayi
Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir
Bayi lahir prematur dengan BBLR lebih rentan tertular HIV
karena sistem organ dan sistem kekebalan tubuhnya belum
berkembang dengan baik. \

Periode pemberian ASI


Semakin lama ibu menyusui, risiko penularan HIV ke bayi akan
semakin besar.

Adanya luka di mulut bayi


Bayi dengan luka di mulutnya lebih berisiko tertular HIV ketika
diberikan ASI.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG


PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
Faktor Obstetrik
Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir. Faktor
obstetrik yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak
selama persalinan adalah:
Jenis persalinan
Risiko penularan persalinan per vaginam lebih besar daripada persalinan
melalui bedah sesar (sectio caesaria).

Proses Persalinan
Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV dari ibu ke
anak semakin tinggi, karena semakin lama terjadinya kontak antara bayi
dengan darah dan lendir ibu.
Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan meningkatkan risiko
penularan hingga dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4
jam.
Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forseps meningkatkan risiko
penularan HIV karena berpotensi melukai ibu atau bayi.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG


PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
Kehamilan Dengan HIV

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG


PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
78. Tatalaksana Awal Abortus
Tatalaksana Umum
Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan
umum ibu termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan
darah, pernapasan, suhu).
Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat,
takikardi, tekanan sistolik <90 mmHg). Jika terdapat
syok, lakukan tatalaksana awal syok
Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya
dapat memburuk dengan cepat.
Tatalaksana Awal Abortus
Tatalaksana Khusus
Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan
abortus dengan komplikasi, berikan kombinasi
antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48
jam:
Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6
jam
Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
79. Estrogen & C. Albicans
Peningkatan kadar estrogen dan insidens
kandidosis vagina terbukti berhubungan
Adanya estrogen akan menurunkan pH vagina,
namun pada saat yang bersamaan akan
membuat vagina menjadi kaya akan glikogen
c. albicans mudah berkembang biak

Spinillo, A., E. Capuzzo, S. Nicola, F. Baltaro, A. Ferrari, and A.


Monaco. 1995. The impact of oral contraception on vulvovaginal
candidiasis. Contraception 51:293-297. [PubMed
80. Sectio Caesarea
Prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan insisi melalui abdomen dan
uterus, disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim

Indikasi
Plasenta Previa sentralis dan lateralis(posterior)
Panggul Sempit(Panggul dengan CV 8 cm dapat dipastikan tidak dapat
melahirkan pervaginam, 8-10 cm boleh dicoba dengan partus percobaan, baru
setelah gagal dilakukan seksio caesaria sekunder
Disproporsi sefalo-pelvik(ketidak seimbangan antara ukuran kepala dan
panggul)
Ruptura uteri mengancam
Partus Lama
Partus Lama(prolonged labor)
Partus Tak Maju
Distosia servik
Pre-eklampsia dan hipertensi
Sectio Caesarea: Indikasi
Malpresentasi janin:
Letak Lintang
Semua primigravida dengan letak janin lintang harus
ditolong dengan operasi seksio sesaria
Seksio sesaria dilakukan pada ibu dengan janin letak
lintang yang memilki panggul yang sempit
Letak Bokong, dianjurkan seksio sesaria bila:
Panggul sempit
Primigravida
Janin besar dan Berharga
Presentasi dahi dan muka(letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara
lain tidak berhasil
Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
Gemelli
Sectio Caesarea: Kontra Indikasi
Kontra Indikasi Absolut
1. Pasien menolak.
2. Infeksi pada tempat suntikan
3. Hipovolemia berat, syok
4. Koagulapati atau mendapat terapi antikagulan
5. Tekanan intrakranial meninggi
6. Fasilitas resusitasi minimal
7. Kurang pengalaman/ tanpa didampingi konsultan anesthesia.

Kontra Indikasi Relatif


1. Infeksi sisitemik (sepsis, bakteremia)
2. Infeksi sekitar suntikan
3. Kelainan neurologist
4. Kelainan psikis.
5. Bedah lama
6. Penyakit jantung
7. Hipovolemia ringan.
8. Nyeri punggung kronis
Insisi Transversal VS Insisi Klasik

Isthmus:
Bagian uterus antar korpus dan serviks uteri, yang diliputi oleh peritoneum
viserale akan melebar selama kehamilan dan disebut segmen bawah rahim.
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN FORENSIK
81 & 82. Rahasia pasien
Pasal 12 Kode Etik Kedokteran Indonesia
Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia

Undang-undang Praktik Kedokteran


No. 29 Tahun 2004
83. Mendengar Aktif
Tiga langkah mendengar aktif
1. Refleksi isi, mengatakan kembali ucapan pasien dengan kata-kata lain,
memberi masukan pada pasien tentang inti dan ucapan yg baru
dikatakan pasien
2. Refleksi perasaan, mengungkapkan perasaan pasien yg teramati oleh
dokter dari intonasi suara, raut wajah, bahasa tubuh pasien maupun
hal-hal yg tersirat
3. Merangkum, hampir sama dengan refleksi isi , tapi beda, merangkum
dilakukan setelah beberapa waktu yg lebih lama dan mencakup
beberapa informasi yg diucapkan pasien

Kusbaryanto. Komunikasi Efektif. 2008


84. Kaidah bioetik
Beneficence:
do good (demi kepentingan pasien)
Non-maleficence:
avoid harm
Termasuk mendelegasikan tugas kepada orang yang
beda kompetensi
Justice:
perlakuan sama untuk semua individu
Autonomy:
individu punya hak memilih bentuk terapi

Referensi:
Lawrence DH. Principles of biomedical ethics. Johns and Bartlett Publishers.
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle

YL-BLOK 1- 2010
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
YL-BLOK 1- 2010
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)

YL-BLOK 1- 2010
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
YL-BLOK 1- 2010
85. Mekanisme Keracunan
Accidental poisoning. The result of an accident, error,
carelessness, or an unexpected situation in the working
environment. Legislation on working conditions is aimed at
preventing most of these situations. Intoxications due to
medical or paramedical treatment, so-called iatrogenic
intoxications, also belong in this category.
Experimental poisoning. For example, self-medication or
experimentation with designer drugs sold as party pills such
as ecstasy (MDMA). Most juvenile poisonings fall in this
category. Toddlers and babies explore their surroundings by
putting things in their mouths. Teenagers experiment with
highly hazardous poisons: nicotine, alcohol, marihuana and
nowadays pills as well.
Mekanisme Keracunan
Intentional poisoning. Some one is intoxicated on purpose. It
could be the persons own doing or own request, as in
attempted suicide or euthanasia. But some one can also be
the unwitting victim of intoxication, as in murder (homicide),
Mnchhausens syndrome (himself or by proxy)
86. Kasus Pencekikan
Penekanan leher dengan tangan yang
menyebabkan dinding saluran napas bagian atas
tertekan dan terjadi penyempitan saluran nafas
sehingga udara pernapasan tidak dapat lewat
Mekanisme:
Asfiksia
Refleks vagal: akibat rangsangan pada reseptor
nervus vagus pada corpus caroticus di percabangan
arteri karotis interna dan eksterna
Pencekikan
Ditemukan pembendungan pada muka dan kepala
karena turut tertekan pembuluh darah vena dan arteri
superfisial, arteri vertebralis tidak terganggu
Tanda kekerasan pada leher: luka lecet kecil, dangkal,
berbentuk bulan sabit akibat penekanan kuku jari, luka
memar
Fraktur tulang lidah (os hyoid) dan kornu superior
rawan gondok unilateral.
Patah tulang lidah terkadang merupakan satu-satunya
bukti adanya kekerasan bila mayat sudah lama dikubur
sebelum diperiksa.
87. Tanda pasti kematian
Tanda Keterangan
Livor mortis Penumpukan eritrosit pada lokasi terendah akibat pengaruh gravitasi, kecuali
bagian tubuh yang tertekan alas keras.
Tampak 20 30 menit pascamati, makin lama makin luas dan lengkap, akhirnya
menetap setelah 8 12 jam.
Rigor mortis terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energi tidak terbentuk dan
aktin-miosin menggumpal sehingga otot menjadi kaku.

Mulai tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya sentripetal (dari luar ke dalam),
menjadi lengkap dalam 12 jam, dipertahankan selama 12 jam, kemudian
menghilang sesuai urutan terbentuknya.
Dekomposisi proses degradasi jaringan akibat autolisis dan kerja bakteri. Tampak kira-kira 24
jam pascamata berupa perubahan warna kehijauan pada perut kanan bawah
yang secara bertahan menyebar ke seluruh perut dan dada menyertai
terciumnya bau busuk. Mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat membusuk
dibandingkan dengan yang terdapat dalam air atau dalam tanah, perbandingan
tanah:air:udara (1:2:8)
36 48 jam pascamati akan dijumpai larva lalat (pengukuran panjang larva dapat
memperkirakan saat kematian).
88. Swab Fornix Posterior
Motile sperm peristiwa < 5jam
Nonmotile sperm peristiwa < 72 jam
(variatif)
Semen (+) peristiwa < 48 jam
89. Luka Ringan
PASAL 352 KUHP TERDIRI DARI DUA AYAT, YAKNI:

1. Selain daripada yang tersebut dalam pasal 353 dan 356,


maka penganiayaan yang tidak menjadikan sakit atau
halangan untuk melakukan jabatan atau pekerjaan sebagai
penganiayaan ringan, dihukum penjara selama-lamanya
tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya rp4.500.
Hukuman ini boleh ditambah dengan sepertiganya bila
kejahatan itu dilakukan terhadap orang yang bekerja
padanya atau yang ada di bawah perintahnya.

2. Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat dihukum.


90. Rahasia Kedokteran
PENGERTIAN :
segala sesuatu yang diketahui oleh orang
orang yang tersebut dalam pasal 3 pada
waktu atau selama melakukan pekerjaan
dalam lapangan kedokteran
(Dalam pasal 1 PP No. 10 Tahun 1966)
Bersifat absolut
Dokter dituntut menjaga rahasia
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang
saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena
ke ilmuan saya sebagai dokter .( lafal sumpah
dokter )
Seorang dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang pasien
karena kepercayaan yang diberikan kepadanya,
bahkan juga setelah pasien meninggal dunia . (
KODEKI (12))
Yang wajib menyimpan RK
(sesuai pasal 3 PP No. 10 1966)
1. pasal 2 UU Tentang Tenaga Kesehatan yaitu Tenaga
Kesehatan Sarjana, seperti : dokter,dokter gigi,
apoteker dan sarjana lain dibidang kesehatan dan
Tenaga Kesehatan Sarjana Muda ,menengah dan
Rendah, seperti : asisiten apoteker, bidan, perawat,
nutrisionis , dan lain lain
2. Mahasiswa Kedokteran , murid yang bertugas
dalam lapangan pemeriksaan , pengobatan dan
atau perawatan orang lain yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan
Rahasia kedokteran dibagi :
Rahasia pekerjaan dokter
Adalah segala sesuatu yang diketahui dan
harus dirahasiakan berdasarkan sumpah
atau janji yang diucapkan setelah
menyelesaikan pendidikannya
Rahasia jabatan dokter
adalah rahasia dokter sebagai pejabat
struktural
SANKSI HUKUM
Menurut KUHP Pasal 322
1. Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia
, yang menurut jabatan atau pekerjaannya, baik yang
sekarang maupun yang dahulu ia diwajibkan untuk
menyimpannya, dihukum dengan pidana perkara
paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak
sembilan ribu rupiah
2. Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang yang
tertentu,maka perbuatan itu hanya dituntut atas
pengaduan orang tersebut .
KUH Perdata 1365
setiap perbuatan melanggar hukum yang
mengakibatkan kerugian bagi orang lain,
mewajibkan orang yang karena kesalahannnya
menyebabkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut
Bisakah Rahasia Kedokteran dibuka ???

Bisa dengan berbagai alasan , sebagai dasar


hukum
1. KARENA DAYA PAKSA
Diatur dalam pasal 48 KUHP :
Barang siapa melakukan suatu perbuatan
karena pengaruh daya paksa,tidak dapat
dipidana
2. KARENA MENJALANKAN PERINTAH U.U:
Diatur dalam pasal 50 KUHP:
Barangsiapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak
dipidana.
3. KARENA MENJALANKAN PERINTAH JABATAN
Diatur dalam pasal 51 KUHP :
Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan perintah jabatan yang diberikan
oleh penguasa yang wenang, tidak dipidana
UU No.36 Th 2009
Pasal 57
(1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan
pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan.
(2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan
pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
dalam hal:
a. perintah undang-undang;
b. perintah pengadilan;
c. izin yang bersangkutan;
d. kepentingan masyarakat; atau
e. kepentingan orang tersebut
91. Jenis data
Kuantitatif
Hasil pengamatan/pengkuran yang menggambarkan
jumlah atau hitung.

Kualitatif/Kategorikal
Hasil pengamatan/pengkuran yang digambarkan
dengan kata kata, kode, yang menggambarkan kelas
atau kategori.
Pengamatan kualitatif dapat dinyatakan dalam
angka.
Data

Kategori Numerik

Diskret kontinu
Nominal Ordinal
Membedakan Didapat dari Didapat dari
Hanya
Urutan perhitungan pengukuran
Membedakan
Besar beda
Gender
baik, sedang, buruk
Sembuh / tak sembuh
pendidikan
Interval Ratio
Hidup / mati (ada nilai nol
Gol. darah (O, A, B, AB) Stadium penyakit : Perbedaan besaran
I, II, III, IV dan jarak mutlak)
Status perkawinan
(Tak ada nilai nol -Berat badan
mutlak
-Tinggi badan
- Suhu badan
- Denyut jantung
http://bioquest.org/numberscount/courses/statistics-course/data-structure-modul/
92. Bentuk Keluarga
Keluarga inti (nuclear family): Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta
anak-anak kandung.
Keluarga besar (extended family): Keluarga yang disamping terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak kandung, juga sanak saudara lainnya, baik
menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit),
maupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang berasal dari pihak
suami atau pihak isteri.
Keluarga campuran (blended family): Keluarga yang terdiri dari suami, istri,
anak-anak kandung serta anak-anak tiri.
Keluarga orang tua tunggal (single parent family): Keluarga yang terdiri dari
pria atau wanita, mungkin karena bercerai, berpisah, ditinggal mati atau
mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.
Keluarga hidup bersama (commune family): Keluarga yang terdiri dari pria,
wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak, dan tanggung
jawab serta memiliki kekayaan bersama.
Keluarga serial (serial family): Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita
yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian
bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan
pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu
keluarga.
93. Nilai alpha, p, dan hipotesis nol
Tingkat kemaknaan, atau sering disebut dengan nilai
, merupakan nilai yang menunjukkan besarnya
peluang salah dalam menolak hipotesis nol.
nilai merupakan batas toleransi peluang salah
dalam menolak hipotesis nol.
nilai merupakan nilai batas maksimal kesalahan
menolak Ho.
Nilai dapat diartikan pula sebagai batas maksimal
kita salah menyatakan adanya perbedaan.
Pengertian Nilai P
Nilai P merupakan nilai yang menunjukkan besarnya
peluang salah menolak Ho dari data penelitian.
Nilai P dapat diartikan pula sebagai nilai besarnya peluang
hasil penelitian (misalnya adanya perbedaan mean atau
proporsi) terjadi karena faktor kebetulan (by chance).
Harapan kita nilai P adalah sekecil mungkin, sebab bila nilai
P-nya kecil maka kita yakin bahwa adanya perbedaan pada
hasil penelitian menunjukkan pula adanya perbedaan di
populasi. Dengan kata lain kalau nilai P-nya kecil maka
perbedaan yang ada pada penelitian terjadi bukan karena
faktor kebetulan (by chance).

Uji Hipotesa - Rizanda Machmud Bagian IKM/IKK FKUNAND


Penentuan nilai (alpha)
Tergantung dari tujuan dan kondisi penelitian.
Nilai (alpha) yang sering digunakan adalah 10 %, 5 % atau 1
%.
Bidang kesehatan masyarakat biasanya digunakan nilai (alpha)
sebesar 5 %.
Pengujian obat-obatan digunakan batas toleransi kesalahan yang
lebih kecil misalnya 1 %, karena mengandung risiko yang fatal.
Misalkan seorang peneliti yang akan menentukan apakah suatu
obat bius berkhasiat akan menentukan yang kecil sekali ,
peneliti tersebut tidak akan mau mengambil resiko bahwa
ketidak berhasilan obat bius besar karena akan berhubungan
dengan nyawa seseorang yang akan dibius.

Uji Hipotesa - Rizanda Machmud- Bagian IKM/IKK FKUNAND


Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan sesuatu
kejadian antara kedua kelompok. Atau hipotesis yang
menyatakan tidak ada hubungan antara variabel satu dengan
variabel yang lain.
Contoh:
Tidak ada perbedaan berat badan bayi antara mereka yang
dilahirkan dari ibu yang merokok dengan mereka yang
dilahirkan dari ibu yang tidak merokok.
Tidak ada hubungan merokok dengan berat badan bayi.

Uji Hipotesa - Rizanda Machmud-Bagian IKM/IKK FKUNAND


94. Komunikasi efektif
Dokter yang baik adalah dokter yang dapat
berkomunikasi dengan baik sesuai dengan latar
belakang pendidikan, budaya, dan sosial pasien
sehingga pasien dapat memahami isi percakapan
dokter-pasien.
Komunikasi efektifi terdiri dari:
Empati
Mendengar aktif:
1. Refleksi isi
2. Refleksi perasaan
3. Merangkum
95. LEVEL OF PREVENTION
Pencegahan Primer :
Promosi kesehatan (health promotion)
Proteksi spesifik (spesific protection)
Pencegahan Sekunder
Deteksi dini dan penatalaksanaan segera (early diagnosis
and prompt treatment)
Pembatasan disabilitas (disability limitation) pada penyakit
akut
Pencegahan Tersier
Pembatasan disabilitas (disability limitation) pada penyakit
kronis
Rehabilitasi (Rehabilitation)
Peningkatan kesehatan
(health promotion)
Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan
proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan
manusia dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki
lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat, Contoh :
Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air
bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misalnya untuk kalangan
menengah ke atas di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.
Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.
Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
Rekreasi atau hiburan untuk perkembangan mental dan sosial
Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-
penyakit tertentu (general and specific protection)
Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses
interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah
pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko
terkena penyakit tertentu, contoh :
Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit dengan adanya
kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN )
Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalnya yang terkena flu burung ditempatkan di
ruang isolasi.
Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja dengan
menggunakan alat perlindungan diri.
Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun
alergi.
Pengendalian sumber-sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan jumsih jumat bersih
untuk mebersihkan sungai atau selokan bersama sama.
Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS
Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat (early diagnosis and prompt treatment)

Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan


penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat, contoh :
Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda tanda anemia diberikan tablet
Fe dan dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung zat besi
Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya
pemeriksaan darah, rontgent paru.
Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit
menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat
segera diberikan pengobatan.
Melaksanakan skrining untuk mendeteksi dini kanker
Pembatasan kecacatan
(dissability limitation)
Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien
dengan penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih
berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya
kecacatan yang akan timbul, contoh :
Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak
terjadi komplikasi, misalnya menggunakan tongkat untuk kaki yang cacat
Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak
melakukan gerakan gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan
pada kaki yang cacat.
Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
Pemulihan kesehatan
(rehabilitation)
Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat
agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban
orang lain, contoh :
Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan
masyarakat. Misalnya, lembaga untuk rehabilitasi mantan PSK, mantan pemakai
NAPZA dan lain-lain.
Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan
dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan. Misalnya
dengan tidak mengucilkan mantan PSK di lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.
Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang
telah cacat mampu mempertahankan diri.
Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang
setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
PELAYANAN KEDOKTERAN STRATA PERTAMA/PELAYANAN DOKTER KELUARGA
MODEL KOMPREHENSIF PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
MASYARAKAT

Stage of PENYAKIT PENYAKIT


Disease SEHAT BERESIKO
continum AKUT KRONIS
PENCEGAHAN
Tahap PENCEGAHAN & MANAJEMEN PENCEGAHAN
PRIMER
Pencegahan SEKUNDER PENYAKIT TERSIER
Skrining Pelayanan dan
Pengobatan Continuity care
Promosi perilaku Penemuan kasus
Penanganan Pemeliharaan
Bentuk dan lingkungan Pemeriksaan kesehatan
Komplikasi Kesehatan
sehat berkala
Penanggulangan Rehabilitasi
Intervensi
Proteksi khusus Intervensi Dini
Kontrol faktor risiko, Gawat darurat Self
(imunisasi, APD) Management
gaya hidup dan -BLS
Self Improvement Paliatif Care
pengobatan -ALS
Rujukan Home Care
Perubahan Perilaku
UKP Strata II/III UKP Strata I
Sektor2 yang UKM UKP Strata I
Bertanggung UKP Strata I UKM UKP Str. I UKBM/UKM
Jawab Sektor2 terkait
Cegah Pergeseran ke Cegah Berkembangnya Cegah Komplikasi, gangguan
TUJUAN kelompok beresiko Penyakit dan hospitalisasi fungsi, dan cegah readmisi
431 RS
96. Referral
Interval referral
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu
tertentu
dokter tsb tidak ikut menangani
Collateral referral
menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus
saja
Cross referral
menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya
Split referral
menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan
dokter pemberi rujukan tidak ikut campur
97. Research Design
Cohort study

Relative risks ( RR) = a/(a + b) : c / (c + d)


Risiko merokok (exposure) menyebabkan PJK (disease)
75 / (75+225) = 3,5
50 / (50+650)

PJK PJK Total


(+) (-)

Rokok (+) 75 225 300

Rokok (-) 50 650 700

Total 125 875 1000


98. Five-Star Doctor
The concept of the five-star doctor is proposed as an
ideal profile of a doctor possessing a mix of aptitudes
to carry out the range of services that health settings
must deliver to meet the requirements of relevance,
quality, cost-effectiveness and equity in health
The five sets of attributes:
Care provider
Decision-maker
Communicator
Community leader
Manager
Five-Star Doctor
Attributes Definition
Care-provider Besides giving individual, must take into account the total (physical, mental
and social) needs of the patient. Ensure that a full range of treatment -
curative, preventive or rehabilitative - will be dispensed in ways that are
complementary, integrated and continuous.
Decision-maker Taking decisions that can be justified in terms of efficacy and cost. The one
that seems most appropriate in the given situation must be chosen
Communicator Excellent communicators in order to persuade individuals, families and the
communities in their charge to adopt healthy lifestyles and become partners
in the health effort
Community Take a positive interest in community health activities which will benefit large
leader numbers of people. Understanding the determinants of health inherent in the
physical and social environment and by appreciating the breadth of each
problem or health risk
Manager Initiate exchanges of information in order to make better decisions, and to
work within a multidisciplinary team in close association with other partners
for health and social development
99. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Keterangan
Wawancara proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara
tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian

Teknik Keterangan
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
partisipasi penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat
dalam keseharian informan
observasi yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara tidak melibatkan dirinya dalam
nonpartisipan interaksi dengan objek penelitian. Sehingga, peneliti tidak memposisikan
dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti
Observasi tidak ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi,
terstruktur sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan
perkembangan yang terjadi di lapangan
Observasi ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap
kelompok sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian

Teknik Keterangan
Focus Group yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang yang
Discussion dianggap mewakili sejumlah publik yang berbeda lewat diskusi untuk
menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti
Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, elMatera Publishing, Yogyakarta, 2007
100.
Uji Kocok Vaksin
Cara pemeriksaan vaksin tersangka beku
masih layak digunakan atau tidak dengan cara
melakukan uji kocok vaksin.
Dilakukan terhadap vaksin yang sensitif beku,
yang dicurigai beku:
Suhu termometer pada pagi hari 0 C
Freeze tag: Tanda X
Freeze watch : pecah berwarna biru
Cara Uji Kocok Vaksin
Pilih satu contoh dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah
beku, utamakan dengan evaporator dan bagian lemari es yang paling
dingin. Beri label Tersangka Beku. Bandingkan dengan vaksin dari tipe
dan batch yang sama yang sengaja dibekukan hingga beku padat
seluruhnya dan beri label Dibekukan.
Biarkan contoh Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku sampai mencair
seluruhnya.
Kocok contoh Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku secara
bersamaan.
Amati contoh Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku bersebelahan
untuk
membandingkan waktu Pengendapan (umumnya 5-30 menit)
Bila terjadi:
Pengendapan vaksin Tersangka Beku lebih lambat dari contoh Dibekukan: vaksin
dapat digunakan.
Pengendapan vaksin Tersangka Beku lebih cepat dari contoh Dibekukan: vaksin
jangan digunakan, vaksin sudah rusak.
Harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch dan jenis
vaksinnya dengan kontrol Dibekukan yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai