TO 5 OPTIMAPREP BATCH IV
UKMPPD 2015
dr. Yolina, dr. Retno, dr. Yusuf, dr. Resthie, dr. Reza, dr. Widya
dr. Cemara, dr. Zanetha
OFFICE ADDRESS:
Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan Medan :
(belakang pasaraya manggarai) Jl. Setiabudi no. 65 G, medan P
phone number : 021 8317064 Hone number : 061 8229229
pin BB 2A8E2925 Pin BB : 24BF7CD2
WA 081380385694 Www.Optimaprep.Com
ILMU PENYAKIT DALAM
1. GI Tract Disorder
Irritable bowel syndrome (IBS) is a functional bowel
disorder characterized by:
abdominal pain or discomfort
altered bowel habits
absence of detectable structural abnormalities.
Most studies show a female predominance.
No clear diagnostic markers exist for IBS, thus the diagnosis
of the disorder is based on clinical presentation.
22. GI Tract Disease
aCriteria fulfilled for the last 3 months with symptom onset at least 6 months
prior to diagnosis.
bDiscomfort means an uncomfortable sensation not described as pain.
1. GI tract Disorder
Diagnosis Characteristic
Crohn disease diarrhea; abdominal pain that is usually insidious in the right lower
quadrant, triggered or aggravated frequently after meals; weight
loss; & an association with a tender, inflammatory mass in the
right lower quadrant. The diarrhea is usually nonbloody.
Colitis ulcerative diarrhea, with or without blood in the stool. If inflammation is
confined to the rectum (proctitis), blood may be seen on the
surface of the stool; other symptoms include tenesmus, urgency,
rectal pain, and passage of mucus, without diarrhea.
Colon carcinoma Lesions of the right colon commonly ulcerate, leading to chronic,
insidious blood loss without a change in the appearance of the
stool anemia of iron deficiency fatigue, palpitations, & even
angina pectoris.
Chest X-Ray - Heart Failure. Simone Cremers, Jennifer Bradshaw and Freek Herfkens. Radiology department of the Albert Schweitzer Hospital in
Dordrecht and the Medical Centre Alkmaar, the Netherlands, the Netherlands
4. Gagal Jantung
2011 ACCF/AHA Focused Update Incorporated Into the ACC/AHA 2007 Guidelines for the Management of Patients With Unstable Angina/NonST-Elevation
Myocardial Infarction A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines
7. Anemia Hemolitik
Scanlon PD. The pathogenesis and pathology of COPD. Adv stud med. 2004.
8. Penyakit Paru
Pemeriksaan fisis PPOK
Palpasi: pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi: pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah
Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh, gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema
tungkai
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed lips
breathing
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di
basal paru, sianosis sentral dan perifer
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini
terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
Bulla pulmoner Bulla adalah dilatasi fokal ruang udara yang disebabkan oleh
gabungan dari area-area emfisema.
Ulkus duodenum:
Khasnya, nyeri timbul 90 menit-3 jam setelah makan & nyeri
berkurang dengan antasid atau makanan.
2/3 pasien merasakan nyeri pada malam hari yang membuat
bangun pada malam hari (tengah malam jam 3 pagi).
Ulkus gaster:
Nyeri dipresipitasi oleh makanan.
Mual & turun berat badan lebih sering dijumpai pada ulkus
gaster.
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI), Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI)Konsensus nasional. Penatalaksanaan
Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. 2014.
10. Dispepsia
Lokasi Nyeri Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan Diagnosis Terapi
Fisis Penunjang
Nyeri epigastrik Membaik dgn Tidak spesifik Urea breath test Dispepsia PPI:
Kembung makan (ulkus (+): H. pylori ome/lansoprazol
duodenum), Endoskopi: H. pylori:
Memburuk dgn eritema (gastritis klaritromisin+amok
makan (ulkus akut) silin+PPI
gastrikum) atropi (gastritis
kronik)
luka sd submukosa
(ulkus)
Nyeri epigastrik Gejala: mual & Nyeri tekan & Peningkatan enzim Pankreatitis Resusitasi cairan
menjalar ke muntah, Demam defans, perdarahan amylase & lipase di Nutrisi enteral
punggung Penyebab: alkohol retroperitoneal darah Analgesik
(30%), batu (Cullen:
empedu (35%) periumbilikal, Gray
Turner: pinggang),
Hipotensi
Nyeri kanan atas/ Prodromal Ikterus, Transaminase, Hepatitis Akut Suportif
epigastrium (demam, malaise, Hepatomegali Serologi HAV,
mual) kuning. HBSAg, Anti HBS
Nyeri kanan atas/ Risk: Female, Fat, Nyeri tekan USG: hiperekoik Kolelitiasis Kolesistektomi
epigastrium Fourty, Hamil abdomen dgn acoustic Asam
Prepitasi makanan Berlangsung 30-180 window ursodeoksikolat
berlemak, Mual, menit
TIDAK Demam
Nyeri epigastrik/ Mual/muntah, Murphy Sign USG: penebalan Kolesistitis Resusitasi cairan
kanan atas Demam dinding kandung AB: sefalosporin
menjalar ke bahu/ empedu (double gen. 3 +
punggung rims) metronidazol
Kolesistektomi
11. Penyakit Endokrin
Hipertiroidisme
Hiperpigmentasi mukosa
12. Penyakit Endokrin
Krisis Adrenal = krisis Addison = krisis adrenal akut =
insufisiensi adrenal akut
Definisi: kegagalan akut/mendadak korteks adrenal untuk
menghasilkan kortisol yang mencukupi kebutuhan
fisiologis. Dapat dipresipitasi oleh stres fisiologi pada
pasien yang rentan.
BTA: 1+ BTA: - - -
TB Bukan TB
Pelatihan DOTS. Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI; 2008.
16. Decompression
Sickness (DCS)
DCS disebabkan oleh
pembentukan gelembung dari gas
inert yang sebelumnya larut di
kedalaman (biasanya nitrogen)
selama atau setelah naik dari
tempat dengan tekanan tinggi.
Nitrogen lima kali lebih larut dalam lemak daripada air, sehingga
pengeluarannya dari jaringan membutuhkan waktu berjam-jam.
VENTRAL HERNIA
A hernia that appears in the abdomen at the site of a previous
surgery is known as a ventral or incisional hernia.
FEMORAL HERNIA
These hernias appear just below the groin crease and are usually the
result of pregnancy and childbirth. A weakness in the lower groin
allows an intestinal sac to drop into the femoral canal, a space near
the femoral vein that carries blood from the leg
UMBILICAL HERNIA
These hernias may occur in infants at or just after birth and may
resolve by three or four years of age. However, the area of weakness
can persist throughout life and can occur in men, women, and
children at any time. In adults, umbilical hernias will not resolve and
may progressively worsen over time. They are sometimes caused by
abdominal pressure due to being overweight, excessive coughing, or
pregnancy.
EPIGASTRIC HERNIA
Occur due to a weakness, gap, or opening in the muscles or tendons of the upper abdominal
wall, on a line between the breast bone and the navel or umbilicus.
HIATAL HERNIA
a weakness or opening in the diaphragm, which is the muscle that separates the chest
cavity from the abdominal cavity. These hernias cause reflux of acid from the stomach into
the esophagus, which can lead to heartburn, pain, and erosion of the esophagus.
Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis dibatasi:
Kraniolateral : oleh anulus inguinalis
internus yang merupakan bagian
terbuka dari fasia transversalis dan
aponeurosis m.transversus abdominis.
Medial bawah : di atas tuberkulum
pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus
inguinalis eksternus, bagian terbuka
dari aponeurosis m.oblikus eksternus.
Atap: aponeurosis m.obliqus eksternus
Dasar: ligamentum inguinale
www.rad.washington.edu
Treatment FAM:
Watchfull waiting
Traditional open excisional biopsy
Biopsy
Pengambilan sampel sel atau jaringan untuk
diperiksa
Untuk menentukan adanya suatu penyakit
24. Osteomielitis
Klasifikasi:
direct/ eksogen
Hematogen
menurut perjalanan penyakitnya:
Akut: dalam dua minggu setelah onset penyakit
Subakut: antara satu sampai 2 bulan
Kronik: >2 bulan.
Manifestasi Klinis Osteomielitis
Nyeri lokal yang timbul dengan cepat
Demam
Riwayat infeksi sebelumnya di dapat dalam
sekitar 50% pasien
Edema dan eritema di daerah infeksi, dapat
disertai ppembesaran KGB proksimal
ROM terbatas pada ektremitas yang terkena
Dapat disertai selulitis
Radiography of Osteomyelitis
The earliest Typical early bony changes
radiographic signs of include:
bone infection are soft lytic lesions,
tissue swelling and loss periosteal thickening
of fascial planes. These
are usually encountered endosteal scalloping,
with in 24 to 48 hours osteopenia,
of infection. loss of trabecular
architecture,
and new bone
apposition
Radiography of Osteomyelitis
- The destructive lytic lesion, usually occurs within
7 to 10 days .
- This is followed by elevation of periosteum and
layered new bone formation after 3 to 6 weeks.
- The dead bone (i.e. sequestrum formation)
occurs at 3-8 weeks. It appears dense as it does
not participate in normal bone mineral
metabolism because of loss of its vascular supply.
Gambaran Radiologis Osteomielitis
Lesi litik
Gambaran Radiologis Osteomielitis
25. ASA
26. Fraktur pada Anak
In infants, growth plate is stronger than
bone increased diaphyseal fractures
Fracture passes
transversely through
physis separating
epiphysis from
metaphysis.
Salter Harris Grade II
Transversely through
physis but exits through
metaphysis
Triangular fragment
Salter Harris Grade III
http://www.medscape.com/viewarticle/431272_10
Clinical Features
The classical description of patients with acute limb ischemia is
represented by the "six Ps": pain, pallor, paralysis, pulse deficit,
paresthesia, and poikilothermia.
Pain may be either constant or elicited by passive movement of the
involved extremity
The pulse deficit is helpful is determining the site of occlusion; for
example, a palpable femoral pulse and an absent popliteal pulse indicate
an occlusion at the level of the superficial femoral artery.
Sensory capabilities, such as light touch, two-point tactile discrimination,
proprioception, and vibratory perception, are lost early on.
Finally, profound paralysis with complete lack of sensation indicates an
irreversible state of ischemia, and the patient may be best treated with
primary amputation
Classification (International Society for
Cardiovascular Surgery)
Class I: Non-threatened extremity; elective
revascularization may or may not be
necessary.
Class II: Threatened extremity;
revascularization is indicated to prevent tissue
loss.
Class III: Ischemia has progressed to infarction
and salvage of the extremity is not possible.
Acute Limb Ischemia
Chronic Limb
Ischemia
Buergers Disease
(Thrombangiitis Obliterans)
Secara khusus dihubungkan dengan merokok
Terjadi Oklusi pada arteri muskular, dengan predileksi pada
pembuluh darah tibial
Presentation
Nyeri saat beristirahat
Gangrene
Ulceration
Recurrent superficial thrombophlebitis (phlebitis migrans)
Dewasa muda, perokok berat, tidak ada faktor risiko
aterosklerosis yang lain
Angiography - diffuse occlusion of distal extremity vessels
Progresivitas dari distal ke proximal
Remisi klinis dengan penghentian merokok
Buergers treatment
Rawat RS
Memastikan diagnosis dan arterial imaging.
Vasoactive dilation is done during initial
admission to hospital, along with debridement of
any gangrenous tissue.
Tatalaksana selanjutnya diberikan bergantung
keparahan dan derajat nyeri
Penghentian rokok menurunkan insidens
amputasi dan meningkatkan patensi dan limb
salvage pada pasien yang melalui surgical
revascularisation
Vasoactive drugs
Nifedipine dilatasi perifer dan meningkatkan
aliran darah distal
Diberikan bersamaan dengan penghentian rokok,
antibiotik dan iloprost
Pentoxifylline and cilostazol have had good
effects, although there are few supportive data.
Pentoxifylline has been shown to improve pain
and healing in ischaemic ulcers. Cilostazol could
be tried in conjunction with or following failure of
other medical therapies (e.g., nifedipine).
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/1148/treatment/step-by-
step.html
Arteritis Takayasu
Vaskulitis dari pembuluh darah besar, yang melibatkan
aorta dan cabang-cabang utamanya
Lebih sering pada wanita dan bergejala sebelum usia 40 thn
Typical symptoms
Klaudikatio ekstremitas saat beraktivitas
Nyeri dada
Gejala sistemikpenurunan berat badan, malaise, demam
subfebris, myalgia.
On examination
Bruit pada karotis, aorta abdominal atau a.subclavia
Perbedaan TD
Antara sisi kanan dan kiri
Antara ektremitas atas dan bawah
Murmur karena aorta regurgitasibila terdapat dilatasi dari
cabang aorta
Classification
IIA
Abdominal aorta,
renal arteries, or
both
Ascending aorta,
aortic arch, and its uvahealth.com
Type IIa region Thoracic
branches
plus thoracic descending aorta,
descending abdominal aorta,
aorta renal arteries, or a
combination
intechopen.com http://www.ispub.com/journal/the-internet-journal-of-cardiology/volume-7-number-2/
29. Hemothorax
Occurs when pleural space fills with blood
Usually occurs due to lacerated blood vessel in
thorax
As blood increases, it puts pressure on heart
and other vessels in chest cavity
Each Lung can hold 1.5 liters of blood
Hemothorax
Signs and Symptoms of Hemothorax
Anxiety/Restlessness
Tachypnea
Signs of Shock
Frothy, Bloody Sputum
Diminished Breath Sounds on Affected Side
Tachycardia
Flat Neck Veins
Treatment for Hemothorax
ABCs with c-spine control as indicated
Secure Airway assist ventilation if necessary
General Shock Care due to Blood loss
Consider Left Lateral Recumbent position if not
contraindicated
Rapid transport
Contact Hospital and ALS Unit as soon as possible
BLS Plus Care
Monitor Cardiac Rhythm
Establish Large Bore IV preferably 2 and draw
blood samples
Airway management to include Intubation
Rapid Transport
If Development of Hemo/Pneumothorax
needle decompression may be indicated
30. Urolithiasis
Urinary tract stone disease
Signs:
Flank pain
Irritative voiding symptom
Nausea
microscopic hematuria
Urinary crystals of calcium
oxalate, uric acid, or cystine
may occasionally be found
upon urinalysis
Diagnosis: IVP
Indication
Passing stone
hematuria
optimized by optima
Kidney Stone
Calcium oxalate stones
Batu ureter yang tersering
Cenderung terbentuk pada urin yang bersifat asampH
rendah
Sebagian oksalat yang terdapat di urin, diproduksi oleh tubuh
Kandungan Kalsium dan oksalat yang terdapat di makanan
memiliki pengaruh terhadap terbentuknya batu, tetapi bukan
merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi
Dietary oxalate an organic molecule found in many
vegetables, fruits, and nuts
Calcium from bone may also play a role in kidney stone
formation.
Calcium phosphate stones
Lebih jarang
Cenderung terbentuk pada urin yang alkalinpH tinggi
Struvite stones
Lebih sering ditemukan pada wanita
Hampir selalu akibat dari ISK
Uric acid stones
These are a byproduct of protein metabolism
commonly seen with gout,and may result from certain
genetic factors and disorders of your blood-producing
tissues
fructose also elevates uric acid, and there is evidence that
fructose consumption is helping to drive up rates of kidney
disease
Cystine stones
Representing only a very small percentage
these are the result of a hereditary disorder that causes
kidneys to excrete massive amounts of certain amino acids
(cystinuria)
Kristal urine
Amorphous Urates and Uric Acid
Phosphates Bilirubin Crystals
Action
inhibit acetylcholine esterase enzyme
at nerve endings by phosphorylation
clinical features
depends on route of entry
Definisi
Anterior, gejala:
Rinorhea
Brill hematom
Lesi N I, II
Media, gejala:
Otorhea
Battle sign
Mekanisme Fraktur Basis Cranii
Infeksi otak
Udara dalam otak TIK
Lesi pada N. Kranialis terutama N III, IV,
VI, II
34. Atresia Ani
Gejala yang menunjukan terjadinya malformasi anorektal terjadi dalam
waktu 24-48 jam:
Perut kembung
Muntah
Tidak bisa buang air besar
Classifcation:
A low lesion
colon remains close to the skin
stenosis (narrowing) of the anus
anus may be missing altogether,
with the rectum ending in a blind
pouch
A high lesion
the colon is higher up in the pelvis
fistula connecting the rectum and
the bladder, urethra or the vagina
A persistent cloaca
rectum, vagina and urinary tract
are joined into a single channel
http://emedicine.medscape.com/ Learningradiology.om Duodenal atresia
Classification
Males Females
1. Cutaneous (perineal fistula) 1. Cutaneous (perineal fistula)
2. Rectourethral fistula
2. Vestibular fistula
A. Bulbar
3. Imperforate anus without fistula
B. Prostatic
3. Rectobladder neck fistula 4. Rectal atresia
6. Complex malformations
Classification
Menurut Berdon, membagi Menurut Stephen, membagi
atresia ani berdasarkan atresia ani berdasarkan pada
tinggi rendahnya kelainan, garis pubococcygeal.
yakni : Atresia ani letak tinggi
Atresia ani letak tinggi bagian distal rectum
bagian distal rectum terletak di atas garis
berakhir di atas muskulus pubococcygeal.
levator ani (> 1,5cm Atresia ani letak rendah
dengan kulit luar) bila bagian distal rectum
Atresia ani letak rendah terletak di bawah garis
distal rectum melewati pubococcygeal.
musculus levator ani (
jarak <1,5cm dari kulit
luar)
Klasifikasi (Melbourne)
Letak tinggi: rektum berakhir diatas m.levator
ani (m.pubo coxigeus)
Letak intermediet: akhir rektum terletak di
m.levator ani
Letak rendah: akhir rektum di bawah
m.levator ani
Klasifikasi (Wingspread), dibagi
menurut jenis kelamin
Menentukan Ada Tidaknya Fistula
Jika ada fistula dengan saluran kemih, tampak
mekonium keluar dari OUE kemungkinan
fistula ke uretra atau ke vesika urinaria.
Untuk menentukan letak fistula : memasang
kateter urin.
Bila kateter terpasang dan urin jernih fistula di
uretra (fistula tertutup kateter)
Bila dengan kateter, urin mengandung mekonium
fistula ke vesika urinaria.
Pemeriksaan Penunjang
Abdominal radiograph Fluoroscopy: contrast study
can be variable depending on the to detect recto-urinary, recto-
site of atresia (e.g high or low), vaginal or rectoperineal fistula
level of impaction with meconium
and physiological effects such as Ultrasound
straining
may show multiple dilated bowel the anus may be seen as an
loops with with absence of rectal echogenic spot at the level of the
gas perineum and in an atresia this
echogenic spot may be absent 4
may show bowel dilatation
Invertogram an infra coccygeal or
A coin/metal piece is placed over transperineal approach may allow
the expected anus and the baby is differentiation between a high or
turned upside down (for a low subtype
minimum 3 minutes).
Distance of gas bubble in rectum
from the metal piece is noted:
>2 cm: denotes high type
<2 cm: denotes low type
Management
Newborn Anorectal Malformation
4. Black- Meninggal
Akan meninggal dalam penanganan
emergensi memiliki luka yang
mematikan
RESPIRATIONS/VENTILATIONS
NONE
YES
REPOSITION AIRWAY
ASSESS RESPIRATIONS/VENTILATIONS
Patients Delayed
Deceased
START Algorithm (Circulation)
PERFUSION
IMMEDIATE
Immediate
Patients Delayed
Deceased
START Algorithm (Disability)
MENTAL STATUS
DELAYED IMMEDIATE
Immediate
Patients Delayed
Deceased
36. Abdominal Injuries
Ruptur organ berongga Ruptur Organ Solid
Akan mengeluarkan udara Menyebabkan perdarahan
dan cairan/sekret GIT yang internal yang berat
infeksius Darah pada rongga
Sangat mengiritasi peritoneum peritonitis
peritoneumperitonitis Terlihat gejala syok akibat
perdarahan hebat
Gejala peritonitis dapat tidak
terlalu terlihat
Hollow and Solid Organs
The
hollow
typeorgans include:
of injury will depend on whether the organ injured is
stomach
solid or hollow.
intestines
gallbladder
Bladder
solid organs include:
liver
spleen
kidneys
37. The Breast Lump
Tumors Onset Feature
Breast cancer 30-menopause Invasive Ductal Carcinoma , Pagets disease (Ca Insitu),
Peau dorange , hard, Painful, not clear border,
infiltrative, discharge/blood, Retraction of the
nipple,Axillary mass
Fibroadenoma < 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move freely in
mammae the breast when pushed upon and are usually painless.
Fibrocystic 20 to 40 years lumps in both breasts that increase in size and
mammae tenderness just prior to menstrual bleeding.occasionally
have nipple discharge
Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain. May be
lactating and may have recently missed feedings.fever.
Philloides 30-55 years intralobular stroma . leaf-likeconfiguration.Firm,
Tumors smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the
tumor may become reddish and warm to the touch.
Grow fast.
Duct Papilloma 45-50 years occurs mainly in large ducts, present with a serous or
bloody nipple discharge
PROGNOSIS TREATMENT OPTIONS
Staging systems inc.TNM Surgery
Tumour size and axillary Mastectomy
node status are important Breast conservation
parameters +/- Axillary dissection
10-year survival rate for
Radiation therapy (local
lymph node neg disease is control)
80% vs 35% for tumours
Chemotherapy (systemic
with positive nodes
control)
Hormonal Rx (systemic
control)
Breast mass diagnostic algorithm
I T1N0
T1N1
IIA
T2N0 Localized breast cancer
T2N1 Surgery is mainstay
IIB
T3N0 Halsted, 1882, radical
T1N2 mastectomy
T2N2 John Hopkins
IIIA
T3N1
T3N2
Metastatic breast
T4N0
cancer
IIIB T4N1
Systemic treatment
T4N2
IIIC N3
IV M1
Mastectomy
SURGICAL TREATMENT IN CA MAMMAE
http://circ.ahajournals.org/content/112/24_suppl/IV-146.full#sec-3
BLS for Cardiac Arrest Associated
With Trauma (AHA)
Airway
A jaw thrust is used instead of a head tilt-chin lift to open the
airway. When the airway is open, clear the mouth of blood,
vomitus, and other secretions.
Breathing
If breathing is absent, agonal, or slow and extremely shallow,
manual ventilation is needed.
Circulation
The provider should stop any visible hemorrhage using direct
compression and appropriate dressings.
Attempt to feel a carotid pulse. If does not definitely feel a pulse
within 10 seconds, the provider should begin chest
compressions and provide cycles of compressions and
ventilations.
http://circ.ahajournals.org/content/112/24_suppl/IV-146.full#sec-3
Disability
Throughout all interventions, assess the victims
response and monitor closely for signs of
deterioration.
Exposure
Remove the victims clothing. When the
assessment for injuries is complete, cover the
patient to prevent the development of
hypothermia.
http://circ.ahajournals.org/content/112/24_suppl/IV-146.full#sec-3
ATLS Concept
ABCDE-approach to evaluation/treatment
Treat greatest threat to life first
Definite diagnosis not immediately important
Time is of the essence
Do no further harm
ATLS Concept
A Airway with C-spine protection
B Breathing ; Ventilation/Oxygenation
C Circulation ; Stop bleeding
D Disability ; Neurological status
E Expose / Environment / Body temperature
39. Compartment Syndrome
Diagnosis
Nyeri yang amat Pain and the aggravation
sangat(Pain out of of pain by passive
proportion) stretching of the muscles
Kompartemen teraba in the compartment in
tegang question are the most
Nyeri bila diregangkan sensitive (and generally
the only) clinical finding
Paresthesia/hypoesthesia before the onset of
Paralysis ischemic dysfunction in
Pulselessness/pallor the nerves and muscles.
Compartment Syndrome
Etiology
Compartment Size
tight dressing; Bandage/Cast
localised external pressure; lying on limb
Closure of fascial defects
Compartment Content
Bleeding; Fx, vas inj, bleeding disorders
Capillary Permeability;
Ischemia / Trauma / Burns / Exercise / Snake Bite /
Drug Injection / IVF
Compartment Syndrome
Etiology
Fractures-closed and Exertional states
open IV/A-lines
Blunt trauma Intraosseous IV(infant)
Temp vascular occlusion Snake bite
Cast/dressing Arterial injury
Closure of fascial
defects
Burns/electrical
optimized by optima
Surgical Treatment
Fasciotomy
Casts and tight
bandages
remove or
loosen any
constricting
bandages
http://www.learningradiology.com
Galleazzi Fracture
Fraktur distal radius
dan dislokasi sendi
radio-ulna ke arah
inferior
Like Monteggia fracture
if treated conservatively
it will redisplace
This fracture appeared
in acceptable position
after reduction and POP
http://www.learningradiology.com
Colles Fracture
Fraktur tersering pada tulang yang
mengalami osteoporosis
Extra-Articular : 1 inch of distal Radius
Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi dorsofleksi
Typical deformity : Dinner Fork
Deformity is : Impaction, dorsal
displacement and angulation, radial
displacement and angulation and avulsion of
ulnar styloid process
http://www.learningradiology.com
Colles Fracture
optimized by optima
http://www.learningradiology.com
Smith Fracture
Hampir berlawanan dengan Colles fracture
Lebih jarang terjadi dibandingkan dengan
colles
Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi palmar fleksi
Typical deformity : Garden Spade
Management is conservative : MUA and
Above Elbow POP
http://www.learningradiology.com
Smith Fracture
http://www.learningradiology.com
ILMU KESEHATAN ANAK
41. Demam rematik
Penyakit sistemik yang terjadi setelah faringitis akibat GABHS
(Streptococcus pyogenes)
Usia rerata penderita: 10 tahun
Komplikasi: penyakit jantung reumatik biasanya berupa insufisiensi
katup, katup yang paling sering terkena adalah katup mitral (insufisiensi
mitral 65-70%), disusul dengan katup aorta. Stenosis mitral biasanya
terjadi akibat residual dan progresivitas RHD.
Demam rematik terjadi pada sedikit kasus faringitis GABHS setelah 1-5
minggu
Pengobatan:
Pencegahan dalam kasus faringitis GABHS: penisilin/ ampisilin/ amoksisilin/
eritromisin/ sefalosporin generasi I
Dalam kasus demam rematik:
Antibiotik: penisilin/eritromisin
Antiinflamasi: aspirin/kortikosteroid
Untuk kasus korea: fenobarbital/haloperidol/klorpromazin
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909S919.
Teknik Ventilasi dan Kompresi
Kompresi dada
Indikasi kompresi dada ialah jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60
per menit setelah ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik.
Untuk neonatus, rasio kompresi: ventilasi = 3:1 (1/2 detik untuk masing-
masing).
Pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi harus dinilai secara
periodik dan kompresi ventilasi tetap dilakukan sampai frekuensi denyut
jantung sama atau lebih dari 60 per menit.
Kompresi dada dilakukan pada 1/3 bawah sternum dengan kedalaman 1/3
dari diameter antero-posterior dada.
Teknik kompresi: (1) teknik kompresi dua ibu jari dengan jari-jari
melingkari dada dan menyokong bagian punggung, (2) teknik kompresi
dengan dua jari dimana tangan lain menahan bagian punggung
Pada kompresi, dada harus dapat berekspansi penuh sebelum kompresi
berikutnya, namun jari yang melakukan kompresi tidak boleh
meninggalkan posisi di dada.
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909S919.
Indicator of Successful Resuscitation
A prompt increase in heart rate remains the most sensitive
indicator of resuscitation efficacy (LOE 55).
Of the clinical assessments, auscultation of the heart is the most
accurate, with palpation of the umbilical cord less so.
There is clear evidence that an increase in oxygenation and
improvement in color may take many minutes to achieve, even in
uncompromised babies.
Furthermore, there is increasing evidence that exposure of the
newly born to hyperoxia is detrimental to many organs at a cellular
and functional level.
For this reason color has been removed as an indicator of
oxygenation or resuscitation efficacy.
Respirations, heart rate, and oxygenation should be reassessed
periodically, and coordinated chest compressions and ventilations
should continue until the spontaneous heart rate is 60 per
minute
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909S919.
Kapan menghentikan resusitasi?
Pada bayi baru lahir tanpa adanya denyut
jantung, dianggap layak untuk menghentikan
resusitasi jika detak jantung tetap tidak terdeteksi
setelah dilakukan resusitasi selama 10 menit
(kelas IIb, LOE C).
Keputusan untuk tetap meneruskan usaha
resusitasi bisa dipertimbangkan setelah
memperhatikan beberapa faktor seperti etiologi
dari henti hantung pasien, usia gestasi, adanya
komplikasi, dan pertimbangan dari orangtua
mengenai risiko morbiditas.
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909S919.
44.
Anemia Mikrositik Hipokrom
Red Cell Morphology
Penyakit (tambahan)
Hereditary, Lipid
disorders, splenectomy
Hb C disease, post
splenectomy
Myeloid metaplasia
Uremia, following
heparin injection, def
pyruvate kinase
Thalassemia, anemia
megaloblastic, iron
deficiency
Anemia Defisiensi Fe (IDA)
Robert D. Barker, Frank R. Greer, and The Committee of Nutrition. Diagnosis and Prevention of Iron Defiency and Iron Anemia in Infants and Young Children (0-3 years of Age.
Pediatrics 2010; 126; 1040.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
Tatalaksana IDA
Atasi penyakit yang mendasari
Nutrisi yang cukup
Besi elemental
3-6 mg/kg/hari dibagi 2 dosis, sebelum makan. Dilanjutkan hingga 2
bulan setelah anemia terkoreksi dan penyakit etiologi teratasi.
Transfusi PRC dibutuhkan bila Hb <6 g/dl; atau Hb 6 g/dl dengan
penyerta (dehidrasi, persiapan operasi, infeksi berat, gagal jantung,
distress pernafasan)
Pencegahan
Primer
Diet: makanan yang kaya besi dan vitamin C
ASI eksklusif. Suplemen besi dimulai pada 4-6 bulan (non prematur) atau 2
bulan (prematur); (IDAI usia 1 bulan pada prematur)
Sekunder: skrining
Shieh HH, Gilio AE, Barreira ER, Troster EJ, Ventura AMC, Goes PF, Souza DC, Sinimbu Filho JM, Bousso A:
Pediatric hypotension: quantification of the differences between the two current definitions.
Intensive Care Med 2012, 38(Suppl 1):S0662.
doi: 10.1007/s00134-012-2683-0
Hematocrit Range in Pediatric
1Soldin, S.J., Brugnara, C., & Hicks, J.M. (1999). Pediatric reference ranges (3rd ed.). Washington, DC: AACC Press.
http://wps.prenhall.com/wps/media/objects/354/362846/London%20App.%20B.pdf
46. Distres Pernapasan pada Neonatus
Kelainan Gejala
Sindrom aspirasi Biasanya pada bayi matur, pertumbuhan janin terhambat,
mekonium terdapat staining mekonium di cairan amnion dan kulit, kuku,
atau tali pusar. Pada radiologi tampak air trapping dan
hiperinflasi paru, patchy opacity, terkadang atelektasis.
Respiratory distress Pada bayi prematur, pada bayi dengan ibu DM atau kelahiran
syndrome (penyakit SC, gejala muncul progresif segera setelah lahir. Pada radiologi
membran hyalin) tampak gambaran diffuse ground-glass or finely granular
appearance, air bronkogram, ekspansi paru jelek.
Transient tachypnea of Biasanya pada bayi matur dengan riwayat SC. Gejala muncul
newboorn setelah lahir, kemudian membaik dalam 72 jam pasca lahir.
Pada radiologi tampak peningkatan corakan perihilar,
hiperinflasi, lapangan paru perifer bersih.
Pneumonia neonatal Terdapat risiko pneumonia (KPD, demam pada ibu, cairan
amnion berbau, dsb). Gejala meliputi gejala distress dan gejala
sepsis. Gambaran radiologis : Diffuse, relatively homogeneous
infiltrates
Asfiksia perinatal (hypoxic Asidemia pada arteri umbilikal, Apgar score sangat rendah,
ischemic encephalopathy) terdapat kelainan neurologis, keterlibatan multiorgan
46. RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (Hyaline membrane
disease)
Etiology:
Surfactant deficiency
(decreased production and
secretion)
Surfactant
Necessary for the lung alveoli
to overcome surface tension
and remain open
The major constituents
dipalmitoyl
phosphatidylcholine (lecithin)
Phosphatidylglycerol
apoproteins (surfactant
proteins SP-A, -B, -C, -D)
Cholesterol
Disorders of the umbilicus in infants and children: A consensus statement of the Canadian Association of Paediatric Surgeons. Paediatr
Child Health Vol 6 No 6 July/August 2001 &
http://urology.ucsf.edu/sites/urology.ucsf.edu/files/uploaded-files/basic-page/urachal_abnormalities_0.pdf
NEONATAL OMPHALITIS
Neonatal umbilical infections
Staphylococcus and Streptococcus species, as
well as Gram-negative
Clinical features: purulent umbilical discharge
or periumbilical cellulitis.
Recommendations: parenteral antibiotics
Complications: Omphalitis may progress to
necrotizing fasciitis.
Disorders of the umbilicus in infants and children: A consensus statement of the Canadian Association of Paediatric Surgeons. Paediatr
Child Health Vol 6 No 6 July/August 2001
Omphalocele
incomplete closure of the
abdominal wall and persistent
herniation of the midgut
because of failure of central
fusion at the umbilical ring due
to defective mesodermal
growth
The abdominal viscera are
contained in a translucent sac
Omphalocele - 1 case in 4000
births
About 50% of infants with an
omphalocele have other
congenital anomalies.
http://missionarydoctors.blogspot.com/2011/10/65-operative-report-2-
omphalocele.html
Disorders of the umbilicus in infants and children: A consensus statement of the Canadian Association of Paediatric Surgeons. Paediatr
Child Health Vol 6 No 6 July/August 2001
Bladder exotrophy
The bladder exposed on the outside
of the lower abdomin abnormality of
formation of the bladder and the
bony pelvis.
One of 10,000 to 50,000 live births.
Clinical features:
Bladder: The bladder is small, flattened,
turned inside out and exposed on the
abdominal wall.
Epispadia
Widening of the pubic bones: the pubic
bones do not join, leaving a wide
opening.
Vesicoureteral reflux (VUR): VUR is a
condition where urine travels back up
into the kidneys. This may develop after
the bladder is reconstructed
Abnormal Development of Genitalia
http://www.hopkinschildrens.org/bladder-exstrophy.aspx
http://www.chop.edu/healthinfo/exstrophy-of-the-bladder.html
52. Meningitis & ensefalitis
Meningitis
Meningitis bakterial: E. coli, Streptococcus grup B (bulan pertama
kehidupan); Streptococcus pneumoniae, H. influenzae, N. meningitidis.
(anak lebih besar), Listeria monocytogenes (lebih jarang)
Meningitis viral: paling sering pada anak usia < 1 tahun. Penyebab
tersering: enterovirus
Meningitis fungal: pada imunokompromais
Gejala klasik: demam, sakit kepala hebat, tanda rangsang meningeal
(+). Gejala tambahan: iritabel, letargi, muntah, fotofobia, gejala
neurologis fokal, kejang
Ensefalitis: inflamasi pada parenkim otak
Penyebab tersering: ensefalitis viral varicella-zoster virus (VZV),
Epstein-Barr virus (EBV), cytomegalovirus (CMV), measles virus, or
mumps virus
Gejala: demam, sakit kepala, defisit neurologis (penurunan kesadaran,
gejala fokal, kejang)
Hom J. Pediatric meningitis and encephalitis.
http://emedicine.medscape.com/article/802760-overview
Meningitis bakterial: Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap dan kultur darah
Gula darah dan elektrolit jika terdapat indikasi
Pungsi lumbal untuk menegakkan diagnosis dan menentukan
etiologi
Pada kasus berat sebaiknya ditunda
Kontraindikasi mutlak : Terdapat gejala peningkatan tekanan
intrakranial
Diindikasikan pada suspek meningitis, SAH, dan penyakit SSP yang lain
(eg. GBS)
Protokol pertama pada kasus kejang pada anak usia < 1 tahun
sangat dianjurkan; 12-18 bln dianjurkan; > 18 bln tidak rutin
dilakukan
CT Scan dengan kontras atau MRI pada kasus berat, atau dicurigai
adanya abses otal, hidrosefalus, atau empiema subdural
EEG jika ditemukan perlambatan umum
CSF interpretation
Normal CSF Values in Children
White cell count Biochemistry
Neutrophils Lymphocytes Protein Glucose
(x 106 /L) (x 106/L) (g/L) (CSF:blood ratio)
http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/CSF_Interpretation/
Diagnosis diferensial infeksi SSP
Klinis/Lab. Ensefalitis Meningitis Mening.TBC Mening.viru Ensefalopati
bakterial s
Onset Akut Akut Kronik Akut Akut/kronik
Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari/(-)
http://emedicine.medscape.com/article/218271-treatment
http://emedicine.medscape.com/article/1164916-medication#2
53. ASI dan Pola Defekasi
Komposisi ASI bervariasi dari awal hingga
akhir menyusui.
Foremilk (ASI awal)
ASI yang bening yang diproduksi pada awal penyusuan.
banyak mengandung laktosa dan protein.
Hindmilk (ASI akhir)
ASI yang lebih putih pekat, diproduksi pada akhir
penyusuan.
banyak mengandung lemak yang sangat diperlukan
sebagai sumber tenaga dan pembentukan otak.
Komposisi ASI
ASI merupakan larutan kompleks yang Lemak pada ASI didapatkan pada
hindmilk (susu akhir).
mengandung karbohidrat, lemak, dan Bayi mendapatkan kebutuhan
protein. energinya sebagian besar dari lemak.
Karbohidrat utama dalam ASI adalah Kurang lebih 50% energi yang
terkandung pada ASI berasal
laktosa. dari lemak, terdapat 40 gram lemak
dipecah menjadi glukosa dan galaktosa dalam 1 liter ASI (40 g/L).
oleh enzim laktase. Lemak dalam ASI ada dalam bentuk
Produksi enzim laktase pada usus halus butiran lemak yang absorpsinya
bayi kadang-kadang belum mencukupi, ditingkatkan oleh BSSL (bile salt-
untungnya laktase terdapat dalam ASI.
stimulated lipase).
Asam lemak yang terkandung pada
Sisa laktosa akan masuk ke usus ASI kaya akan asam palmitat, asam
besar, dimana laktosa ini akan difermentasi oleat, asam linoleat dan asam alfa
oleh laktobasili menciptakan kondisi linolenat.
asam menekan pertumbuhan kuman Trigliserida adalah bentuk lemak
patogen dan meningkatkan absorpsi utama pada ASI, dengan kandungan
kalsium dan fosfor. antara 97% - 98%.
Komposisi ASI
Kandungan protein dalam ASI dalam bentuk whey 70% dan
kasein 30%, dengan variasi komposisi whey : kasein
90:10 pada hari ke-4 sampai 10 setelah melahirkan,
60:40 pada ASI matur (hari ke-11 sampai 240)
50:50 setelah hari ke-240.
Pada susu sapi perbandingan whey : kasein adalah 18:82.
Protein whey tahan terhadap suasana asam dan lebih
mudah diserap sehingga akan mempercepat pengosongan
lambung.
Laktoferin, lisozim, dan sIgA adalah merupakan bagian dari
protein whey yang berperan dalam pertahanan tubuh.
Kandungan zat aktif lain dalam ASI
nitrogen non protein (-amino nitrogen, keratin,
kreatinin, glukosamin, asam nukleat, nukleotida,
poliamin, urea, asam urat),
vitamin larut dalam lemak - A, D, E, K-, karotenoid
vitamin yang larut dalam air
mineral dan ion (bikarbonat, kalsium, khlorida,
sitrat, magnesium, fosfat, kalium, natrium, sulfat),
trace mineral (kromium, kobalt, copper,
fluorid, iodine, mangaan, molybdenum, nickel,
selenium dan seng),
sel (sel epithelial, leukosit, limfosit, makrofag, dan
neutrofil).
Tanda-tanda bahwa bayi mendapat
cukup ASI
Bayi menyusu 8 12 kali sehari, Frekuensi buang air besar (BAB) > 4
menghisap secara teratur kali sehari dengan volume paling
selama minimal 10 menit pada setiap tidak 1 sendok makan, pada bayi
payudara. usia 4 hari sampai 4 minggu.
Bayi akan tampak puas setelah Sering ditemukan bayi yang BAB
menyusu dan seringkali tertidur pada setiap kali menyusu, dan hal ini
saat menyusu, terutama pada merupakan hal yang normal
payudara yang kedua Apabila setelah bayi berumur 5 hari,
Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > fesesnya masih berupa mekoneum,
6 kali sehari. atau transisi antara hijau kecoklatan,
Urin berwarna jernih, tidak merupakan salah satu tanda bayi
kekuningan. kurang mendapat ASI.
Berat badan bayi tidak turun lebih
dari 10% dibanding berat lahir
Berat badan bayi kembali seperti
berat lahir pada usia 10 sampai 14
hari setelah lahir.
Pola defekasi pada bayi baru lahir
Pada bayi baru lahir umumnya mempunyai aktivitas laktase
belum optimal sehingga kemampuan menghidrolisis laktosa
yang terkandung di dalam ASI maupun susu formula juga
terbatas.
Keadaan tersebut menyebabkan peningkatan tekanan
osmolaritas di dalam lumen usus halus yang mengakibatkan
peningkatan frekuensi defekasi.
Rentang frekuensi defekasi pada minggu pertama sangat bervariasi,
minimal 1 kali per hari. (Rochitasari dkk: 2011)
Rentang terluas terdapat pada kelompok ASI yaitu 112 kali per
hari
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki frekuensi defekasi
paling tinggi pada minggu pertama karena kolostrum ASI yang
merupakan laksatif alami keluar pada satu minggu pertama
setelah bayi lahir.
Pola defekasi bulan pertama
ASI kaya dengan protein dan oligosakarida yang tak
dapat dicerna, sehingga dapat meningkatkan volume,
osmolaritas dan akhirnya dapat meningkatkan
frekuensi defekasi.
Frekuensi menetek yang sering akan menyebabkan
stimulasi pada reflek gastrokolik dan frekuensi defekasi
yang lebih sering
Kandungan prostaglandin dalam ASI juga memiliki
peran terhadap motilitas gastrointestinal yang
membantu terjadinya peristaltik.
Frekuensi defekasi yang sering tersebut tidak
memenuhi kriteria diare, karena bayi tidak mengalami
kehilangan cairan (dehidrasi) dan elektrolit dari saluran
cerna.
Catatan:
Harus dilihat pula kondisi klinis lainnya pada
bayi seperti apakah terdapat bayi malas
menetek/ minum, adanya instabilitas suhu,
penurunan kesadaran/ letargis, kejang, dll
yang mengarah pada kondisi patologis seperti
sepsis neonatal, infeksi, dll.
54. Derajat Serangan Asma
Derajat Penyakit Asma
Parameter klinis,
kebutuhan obat, Asma episodik jarang Asma episodik sering Asma persisten
dan faal paru
Frekuensi serangan < 1x /bulan > 1x /bulan Sering
Hampir sepanjang tahun
Lama serangan < 1 minggu 1 minggu tidak ada remisi
Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam
Hypokalemia Hyperkalemia
PPM IDAI
http://emedicine.medscape.com/article/907757-treatment
Hyponatremia
Hyponatremia is physiologically significant when it indicates a
state of extracellular hyposmolarity and a tendency for free
water to shift from the vascular space to the intracellular
space.
Cellular edema is well tolerated by most tissues, it is not well
tolerated within the rigid confines of the bony calvarium.
Therefore, clinical manifestations of hyponatremia are related
primarily to cerebral edema
Electrolyte: hyponatremia
Natrium concentration is influenced by the balance of natrium
& water in the body.
Etiologi
Paparan estrogen endogen atau
eksogen terus-menerus
Endo estrogen: pada penderita PCOS
Ekso estrogen: pada sulih hormon
(terapi hormone)
Hiperplasia Endometrium
Patogenesis
Paparan Estrogen terus menerus memiliki efek Menstimulasi the
transcription of genes for cyclin D, protooncogenes, growth factors,
dan growth factor receptors
Klinis
Diagnosis hiperplasia endometrium dapat dicurigai pada:
1. Wanita pasca menoupose (50-60 thn) dengan perdarahan uterus
yang banyak, lama, dan sering (< 21 hari) atau
2. Perdarahan uterus yang tidak teratur pada wanita menopouse,
atau menjelang menepouse.
* Setelah disingkirkan adanya keganasan
Perdarahan Uterus Disfungsional
Penegakan Diagnosis
Pasien datang dengan perdarahan uterus yang
abnormal
Timbul paling sering sesaat setelah menarche dan
pada akhir masa reproduktif
20% of cases are adolescents
50% of cases in 40-50 year olds
Menstrual Cycle
Source Undetermined
Definisi
Disorder Definition
Amenorrhea Primer Tidak pernah menstruasi setelah berusia 16 tahun, atau
berusia 14 tahun tanpa menstruasi sebelumnya dan tidak
terdapat tanda-tanda perkembangan seksual sekunder
Faktor Predisposisi
Riwayat KET sebelumnya, riwayat operasi di daerah tuba
dan/atau tubektomi, riwayat penggunaan AKDR,
infertilitas, riwayat inseminasi buatan atau teknologi
bantuan reproduktif (assisted reproductive
technology/ART), riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic
inflammatory disease/PID, merokok, riwayat abortus
sebelumnya, riwayat promiskuitas, riwayat seksio sesarea
sebelumnya
Sumber: Buku Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Rujukan, 2013
Kehamilan Ektopik
Tatalaksana Umum
Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat (500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam
pertama.
Segera rujuk ibu ke rumah sakit
Tatalaksana Khusus
Segera uji silang darah dan persiapan laparotomi (lihat lampiran A.20).
Saat laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii:
Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi
bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi)
Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan
salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi
dikeluarkan, tuba dipertahankan)
Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi anemia dengan
pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari selama 6 bulan.
Sumber: Buku Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Rujukan, 2013
64. Mekanisme KB
Pil Kombinasi
Menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh
sperma, dan menganggu pergerakan tuba sehingga transportasi telur terganggu. Pil ini
diminum setiap hari.
Suntikan Kombinasi
Menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi sperma terganggu, atrofi
pada endometrium sehingga implantasi terganggu, dan menghambat transportasi gamet oleh
tuba. Suntikan ini diberikan sekali tiap bulan.
Suntikan Progestin
Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi sperma terganggu,
menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Suntikan diberikan 3 bulan sekali (DMPA).
Implan
Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks, menjadikan selaput rahim
tipis dan atrofi, dan mengurangi transportasi sperma. Implan dimasukkan di bawah kulit dan
dapat bertahan higga 3-7 tahun, tergantung jenisnya.
Efek Samping KB
Pil Kombinasi
Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin pendek, haid tidak teratur, haid jarang, atau
tidak haid), sakit kepala, pusing, mual, nyeri payudara, perubahan berat badan, perubahaan
suasana perasaan, jerawat, dan peningkatan TD
Suntikan Kombinasi
Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin pendek, haid tidak teratur, haid memanjang,
haid jarang, atau tidak haid), sakit kepala, pusing, nyeri payudara, kenaikan berat badan.
Suntikan Progestin
Perubahan pola haid, sakit kepala, pusing, kenaikan berat badan, perut kembung atau tidak
nyaman, perubahan suasana perasaan, dan penurunan hasrat seksual.
Implan
Perubahan pola haid), sakit kepala, pusing, perubahan suasana perasaan,
perubahan berat badan, jerawat (dapat membaik atau memburuk), nyeri
payudara, nyeri perut, dan mual.
AKDR
Perubahan pola haid terutama dalam 3-6 bulan pertama (haid memanjang dan
banyak, haid tidak teratur, dan nyeri haid).
65. Sindrom HELLP
Komplikasi utama dari pre-eklampsia dan
eklampsia yang terdiri dari:
Hemolisis: petekie, ekimosis, hematuria, Burr Cells
pada apusan darah tepi
Peningkatan enzim hati menunjukkan adanya
kerusakan hati: peningkatan SGOT-SGPT (>70 IU), LDH
> 600 IU
Penurunan jumlah trombosit (100.000/mm3)
menunjukkan adanya gangguan kemampuan
pembekuan darah
Gejala antara lain mual, muntah, nyeri kepala, rasa lemah
dan sakit perut serta kaki bengkak.
Sindrom HELLP: Klasifikasi
66. Varisela pada Kehamilan
Faktor Predisposisi
kontak dengan penderita cacar, belum mendapatkan vaksinasi cacar
sebelumnya, dan kurangnya status nutrisi
Diagnosis
Lesi kulit berupa vesikel kemerahan dan gatal di seluruh tubuh yang sering
disertai demam.
Tatalaksana
Umum: pencegahan infeksi sebelum hamil dengan vaksinasi, pencegahan
infeksi selama kehamilan dengan menghindari kontak, dan pencegahan infeksi
pasca salin dengan memberikan vaksinasi
Khusus: ibu dengan varicella + pneumonitis diberikan asiklovir 800 mg per oral
5 kali per hari selama 7 hari, pada komplikasi yang lebih berat asiklovir IV
diberikan pada dosis 10-15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5-10 hari dimulai
dari 24-72 jam setelah muncul luar
Sumber: buku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan.
67. Bakterial Vaginosis
Bakterial vaginosis atau nonspesifik vaginitis adalah suatu
istilah yang menjelaskan adanya infeksi bakteri sebagai
penyebab inflamasi pada vagina.
Bakteri yang sering didapatkan adalah Gardnerella
vaginalis, Mobiluncus, Bacteroides, Peptostreptococcus,
Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum ,
Eubacterium, Fusobacterium, Veilonella, Streptococcus
viridans, dan Atopobium vaginae
Gejala klinis yang sering dijumpai adalah keputihan, vagina
berbau, iritasi vulva, disuria, dan dispareuni
Faktor risiko yang meningkatkan BV adalah penggunaan
antibiotik, penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim,
promiskuitas, douching, penurunan estrogen.
Pemeriksaan Bakterial Vaginosis
Didapatkan keputihan yang homogen
Labia, introitas, serviks dapat normal maupun didapatkan tanda
servisitis.
Keputihan biasanya terdapat banyak di fornix posterior
Dapat ditemukan gelembung pada keputihan
Pemeriksaan mikroskopis cairan keputihan harus memenuhi 3 dari 4
kriteria Amsel untuk menegakkan diagnosis bakterial vaginosis
Didapatkan clue cell.
pH > 4,5
Keputihan bersifat thin, gray, and homogenous
Whiff test + (pemeriksaan KOH 10%
didapatkan fishy odor sebagai akibat dari
pelepasan amina yang merupakan produk
metabolisme bakteri)
Tatalaksana Bakterial Vaginosis
Pada infeksi asimtomatik tidak perlu diberikan
terapi
Pada infeksi simtomatik antibiotik merupakan
pilihan utama.
Pilihan obat: metronidazole 2 x 500 mg
selama 7 hari atau 4 x 500 mg dosis tunggal.
Pada perempuan hamil 2 x 500 mg selama 7
hari atau 3 x 250 mg selama 7 hari
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/254342
68. Manajemen Kala III
Setelah bayi dilahirkan, berikan suntikan oksitosin 10
unit IM di bagian paha atas bagian distal lateral agar
kontraksi uterus baik
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
73. Versi Luar
VERSI adalah prosedur untuk melakukan perubahan
presentasi janin melalui manipulasi fisik dari satu kutub ke
kutub lain yang lebih menguntungkan bagi berlangsungnya
proses persalinan pervaginam dengan baik.
Klasifikasi:
Berdasarkan arah pemutaran
Versi Sepalik : merubah bagian terendah janin menjadi presentasi
kepala
Versi Podalik : merubah bagian terendah janin menjadi presentasi
bokong
Berdasarkan cara pemutaran
Versi luar (external version)
Versi internal ( internal version)
Versi Bipolar ( Braxton Hicks version)
Syarat Versi Luar
Janin dapat lahir pervaginam atau diperkenankan untuk
lahir pervaginam ( tak ada kontraindikasi )
Bagian terendah janin masih dapat dikeluarkan dari pintu
atas panggul (belum engage)
Dinding perut ibu cukup tipis dan lentur sehingga bagian-
bagian tubuh janin dapat dikenali (terutama kepala) dan
dapat dirasakan dari luar dengan baik
Selaput ketuban utuh.
Pada parturien yang sudah inpartu : dilatasi servik kurang
dari 4 cm dengan selaput ketuban yang masih utuh.
Pada ibu yang belum inpartu :
Pada primigravida : usia kehamilan 34 36 minggu.
Pada multigravida : usia kehamilan lebih dari 38 minggu.
Indikasi dan Kontraindikasi Versi Luar
Indikasi :
Letak bokong.
Letak lintang.
Letak kepala dengan talipusat atau tangan terkemuka.
Penempatan dahi.
Kontra indikasi :
Perdarahan antepartum.
Pada plasenta praevia atau plasenta letak rendah, usaha memutar janin dikhawatirkan akan
menyebabkan plasenta lepas dari insersionya sehingga akan menambah perdarahan.
Hipertensi.
Pada penderita hipertensi pada umumnya sudah terjadi perubahan pembuluh arteriole plasenta
sehingga manipulasi eksternal dapat semakin merusak pembuluh darah tersebut sehingga terjadi
solusio plasenta.
Cacat uterus.
Jaringan parut akibat sectio caesar atau miomektomi pada mioma intramural merupakan locus minoris
resistancea yang mudah mengalami ruptura uteri.
Kehamilan kembar.
Primitua, nilai sosial anak yang tinggi atau riwayat infertilitas
Insufisiensi plasenta atau gawat janin.
Faktor yang menentukan keberhasilan tindakan versi luar :
Paritas.
Presentasi janin.
Jumlah air ketuban.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kegagalan tindakan
versi luar:
Bagian terendah janin sudah engage .
Bagian janin sulit diidentifikasi (terutama kepala).
Kontraksi uterus yang sangat sering terjadi.
Hidramnion.
Talipusat pendek.
Kaki janin dalam keadaan ekstensi (frank breech)
Kriteria Versi Luar dianggap gagal:
Ibu mengeluh nyeri saat dilakukan pemutaran.
Terjadi gawat janin atau hasil NST memperlihatkan
adanya gangguan terhadap kondisi janin.
Bagian janin tidak dapat diidentifikasi dengan baik
oleh karena sering terjadi kontraksi uterus saat
dilakukan palpasi.
Terasa hambatan yang kuat saat melakukan rotasi
Terapi
Tappering off pengobatan steroid
Penghentian segera dapat menyebabkan krisis adrenal
Kortisol dan Gangguan Menstruasi
Pada sistem reproduksi:
Hipotalamus memproduksi
GnRH produksi FSH & LH
produksi hormon seks
<< produksi hormon seks gangguan menstruasi, << jumlah sperma, << hasrat
seksual
Sumber: http://www.sciencedaily.com/releases/2009/06/090615171618.htm
75. Hiperemesis Gravidarum
Definisi: keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang
berat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Biasanya mulai setelah minggu ke-6 dan baik dengan
sendirinya sekitar minggu ke-12
Etiologi : Kemungkinan kadar BhCG yang tinggi atau
faktor psikologik
Predisposisi :primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda.
Akibat mual muntah dehidrasi elektrolit
berkurang, hemokonsentrasi, aseton darah meningkat
kerusakan liver
Tingkatan Hiperemesis Gravidarum
Tingkat 1 :
lemah,napsu makan, BB,nyeri epigastrium,
nadi,turgor kulit berkurang,TD sistolik, lidah kering,
mata cekung.
Tingkat 2 :
apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata
sedikit ikterik, kadang suhu sedikit , oliguria, aseton
tercium dalam hawa pernafasan.
Tingkat 3 :
KU lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi lebih cepat, TD
lebih turun. Komplikasi fatal ensefalopati Wernicke :
nystagmus, diplopia, perubahan mental.Ikterik
Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum
Tatalaksana umum Hiperemesis Gravidarum:
Pertahankan kecukupan nutrisi ibu.
Istirahat cukup dan hindari kelelahan
Tatalaksana Medikamentosa
Berikan 10 mg doksilamin dikombinasikan dengan 10 mg piridoksin
hingga 4 tablet per hari (2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi dan
1 tablet saat siang)
Dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau supositoria 4-6 kali sehari
ATAU prometazine 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau supositoria
dapat diberikan bila doksilamin tidak berhasil
Bila masih tidak teratasi dapat diberikan Ondansetron 8 mg per oral
tiap 12 jam atau Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM
tiap 4-6 jam bila masih berlum teratasai dan tidak terjadi dehidrasi.
Tatalaksana dehidrasi pada Hiperemesis
Gravidarum
Atasi dehidrasi dan ketosis
Berikan Infus Dx 10% + B kompleks IV
Lanjutkan dengan infus yang mempunyai komposisi kalori dan elektrolit yang
memadai seperti: KaEN Mg 3, Trifuchsin dll.
Atasi defisit asam amino
Atasi defisit elektrolit
Balans cairan ketat hingga tidak dijumpai lagi ketosis dan defisit elektrolit
Berikan obat anti muntah: metchlorpropamid, largactil, ondansetron, atau
metilprednisolon
Berikan suport psikologis
Jika dijumpai keadaan patologis: atasi
Jika kehamilannya patologis (misal: Mola Hidatidosa) lakukan evakuasi
Nutrisi per oral diberikan bertahap dan jenis yang diberikan sesuai apa yang dikehendaki
pasien
Perhatikan pemasangan kateter infus untuk sering diberikan salep heparinkarena cairan
infus yang diberikan relatif pekat.
Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah segar dan dapat makan dengan porsi
wajar
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview
76. Hormon Dalam Kehamilan
Hormon Fungsi Hormon
Estrogen Fungsi estrogen dalam kehamilan :
1.Pembesaran uterus
2.Pembesaran payudara dan pertumbuhan struktur duktus payudara
3.Pembesaran genitalia eksterna wanita
Progresteron Progesteron yang disekresi selama kehamilan juga membantu
estrogen mempersiapkan payudara ibu untuk laktasi
Prolaktin Pembesaran alveoli dalam kehamilan, Mempengaruhi inisiasi
kelenjar susu dan mempertahankan laktasi, Menstimulasi sel di
dalam alveoli untuk memproduksi ASI
LH Merangsang pertumbuhan korpus luteum, ovulasi, produksi
estrogen dan progresteron
HCG Hormon ini berfungsi menyebabkan penurunan sensivitas
insulin danmenurunkan penggunaan glukosa pada ibu.
Peningkatan Hormon HCG pada trimester awal menyebabkan
morning sickness
Hormon dan Infeksi
Perubahan kadar progesteron menyebabkan
peningkatan pH vagina dan kadar glikogen
sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan
virulensi dari trichomonas vaginalis
77. Kehamilan Dengan HIV
Proses Persalinan
Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV dari ibu ke
anak semakin tinggi, karena semakin lama terjadinya kontak antara bayi
dengan darah dan lendir ibu.
Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan meningkatkan risiko
penularan hingga dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4
jam.
Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forseps meningkatkan risiko
penularan HIV karena berpotensi melukai ibu atau bayi.
Indikasi
Plasenta Previa sentralis dan lateralis(posterior)
Panggul Sempit(Panggul dengan CV 8 cm dapat dipastikan tidak dapat
melahirkan pervaginam, 8-10 cm boleh dicoba dengan partus percobaan, baru
setelah gagal dilakukan seksio caesaria sekunder
Disproporsi sefalo-pelvik(ketidak seimbangan antara ukuran kepala dan
panggul)
Ruptura uteri mengancam
Partus Lama
Partus Lama(prolonged labor)
Partus Tak Maju
Distosia servik
Pre-eklampsia dan hipertensi
Sectio Caesarea: Indikasi
Malpresentasi janin:
Letak Lintang
Semua primigravida dengan letak janin lintang harus
ditolong dengan operasi seksio sesaria
Seksio sesaria dilakukan pada ibu dengan janin letak
lintang yang memilki panggul yang sempit
Letak Bokong, dianjurkan seksio sesaria bila:
Panggul sempit
Primigravida
Janin besar dan Berharga
Presentasi dahi dan muka(letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara
lain tidak berhasil
Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
Gemelli
Sectio Caesarea: Kontra Indikasi
Kontra Indikasi Absolut
1. Pasien menolak.
2. Infeksi pada tempat suntikan
3. Hipovolemia berat, syok
4. Koagulapati atau mendapat terapi antikagulan
5. Tekanan intrakranial meninggi
6. Fasilitas resusitasi minimal
7. Kurang pengalaman/ tanpa didampingi konsultan anesthesia.
Isthmus:
Bagian uterus antar korpus dan serviks uteri, yang diliputi oleh peritoneum
viserale akan melebar selama kehamilan dan disebut segmen bawah rahim.
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN FORENSIK
81 & 82. Rahasia pasien
Pasal 12 Kode Etik Kedokteran Indonesia
Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia
Referensi:
Lawrence DH. Principles of biomedical ethics. Johns and Bartlett Publishers.
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
YL-BLOK 1- 2010
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
YL-BLOK 1- 2010
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
YL-BLOK 1- 2010
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
YL-BLOK 1- 2010
85. Mekanisme Keracunan
Accidental poisoning. The result of an accident, error,
carelessness, or an unexpected situation in the working
environment. Legislation on working conditions is aimed at
preventing most of these situations. Intoxications due to
medical or paramedical treatment, so-called iatrogenic
intoxications, also belong in this category.
Experimental poisoning. For example, self-medication or
experimentation with designer drugs sold as party pills such
as ecstasy (MDMA). Most juvenile poisonings fall in this
category. Toddlers and babies explore their surroundings by
putting things in their mouths. Teenagers experiment with
highly hazardous poisons: nicotine, alcohol, marihuana and
nowadays pills as well.
Mekanisme Keracunan
Intentional poisoning. Some one is intoxicated on purpose. It
could be the persons own doing or own request, as in
attempted suicide or euthanasia. But some one can also be
the unwitting victim of intoxication, as in murder (homicide),
Mnchhausens syndrome (himself or by proxy)
86. Kasus Pencekikan
Penekanan leher dengan tangan yang
menyebabkan dinding saluran napas bagian atas
tertekan dan terjadi penyempitan saluran nafas
sehingga udara pernapasan tidak dapat lewat
Mekanisme:
Asfiksia
Refleks vagal: akibat rangsangan pada reseptor
nervus vagus pada corpus caroticus di percabangan
arteri karotis interna dan eksterna
Pencekikan
Ditemukan pembendungan pada muka dan kepala
karena turut tertekan pembuluh darah vena dan arteri
superfisial, arteri vertebralis tidak terganggu
Tanda kekerasan pada leher: luka lecet kecil, dangkal,
berbentuk bulan sabit akibat penekanan kuku jari, luka
memar
Fraktur tulang lidah (os hyoid) dan kornu superior
rawan gondok unilateral.
Patah tulang lidah terkadang merupakan satu-satunya
bukti adanya kekerasan bila mayat sudah lama dikubur
sebelum diperiksa.
87. Tanda pasti kematian
Tanda Keterangan
Livor mortis Penumpukan eritrosit pada lokasi terendah akibat pengaruh gravitasi, kecuali
bagian tubuh yang tertekan alas keras.
Tampak 20 30 menit pascamati, makin lama makin luas dan lengkap, akhirnya
menetap setelah 8 12 jam.
Rigor mortis terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energi tidak terbentuk dan
aktin-miosin menggumpal sehingga otot menjadi kaku.
Mulai tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya sentripetal (dari luar ke dalam),
menjadi lengkap dalam 12 jam, dipertahankan selama 12 jam, kemudian
menghilang sesuai urutan terbentuknya.
Dekomposisi proses degradasi jaringan akibat autolisis dan kerja bakteri. Tampak kira-kira 24
jam pascamata berupa perubahan warna kehijauan pada perut kanan bawah
yang secara bertahan menyebar ke seluruh perut dan dada menyertai
terciumnya bau busuk. Mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat membusuk
dibandingkan dengan yang terdapat dalam air atau dalam tanah, perbandingan
tanah:air:udara (1:2:8)
36 48 jam pascamati akan dijumpai larva lalat (pengukuran panjang larva dapat
memperkirakan saat kematian).
88. Swab Fornix Posterior
Motile sperm peristiwa < 5jam
Nonmotile sperm peristiwa < 72 jam
(variatif)
Semen (+) peristiwa < 48 jam
89. Luka Ringan
PASAL 352 KUHP TERDIRI DARI DUA AYAT, YAKNI:
Kualitatif/Kategorikal
Hasil pengamatan/pengkuran yang digambarkan
dengan kata kata, kode, yang menggambarkan kelas
atau kategori.
Pengamatan kualitatif dapat dinyatakan dalam
angka.
Data
Kategori Numerik
Diskret kontinu
Nominal Ordinal
Membedakan Didapat dari Didapat dari
Hanya
Urutan perhitungan pengukuran
Membedakan
Besar beda
Gender
baik, sedang, buruk
Sembuh / tak sembuh
pendidikan
Interval Ratio
Hidup / mati (ada nilai nol
Gol. darah (O, A, B, AB) Stadium penyakit : Perbedaan besaran
I, II, III, IV dan jarak mutlak)
Status perkawinan
(Tak ada nilai nol -Berat badan
mutlak
-Tinggi badan
- Suhu badan
- Denyut jantung
http://bioquest.org/numberscount/courses/statistics-course/data-structure-modul/
92. Bentuk Keluarga
Keluarga inti (nuclear family): Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta
anak-anak kandung.
Keluarga besar (extended family): Keluarga yang disamping terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak kandung, juga sanak saudara lainnya, baik
menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit),
maupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang berasal dari pihak
suami atau pihak isteri.
Keluarga campuran (blended family): Keluarga yang terdiri dari suami, istri,
anak-anak kandung serta anak-anak tiri.
Keluarga orang tua tunggal (single parent family): Keluarga yang terdiri dari
pria atau wanita, mungkin karena bercerai, berpisah, ditinggal mati atau
mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.
Keluarga hidup bersama (commune family): Keluarga yang terdiri dari pria,
wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak, dan tanggung
jawab serta memiliki kekayaan bersama.
Keluarga serial (serial family): Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita
yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian
bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan
pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu
keluarga.
93. Nilai alpha, p, dan hipotesis nol
Tingkat kemaknaan, atau sering disebut dengan nilai
, merupakan nilai yang menunjukkan besarnya
peluang salah dalam menolak hipotesis nol.
nilai merupakan batas toleransi peluang salah
dalam menolak hipotesis nol.
nilai merupakan nilai batas maksimal kesalahan
menolak Ho.
Nilai dapat diartikan pula sebagai batas maksimal
kita salah menyatakan adanya perbedaan.
Pengertian Nilai P
Nilai P merupakan nilai yang menunjukkan besarnya
peluang salah menolak Ho dari data penelitian.
Nilai P dapat diartikan pula sebagai nilai besarnya peluang
hasil penelitian (misalnya adanya perbedaan mean atau
proporsi) terjadi karena faktor kebetulan (by chance).
Harapan kita nilai P adalah sekecil mungkin, sebab bila nilai
P-nya kecil maka kita yakin bahwa adanya perbedaan pada
hasil penelitian menunjukkan pula adanya perbedaan di
populasi. Dengan kata lain kalau nilai P-nya kecil maka
perbedaan yang ada pada penelitian terjadi bukan karena
faktor kebetulan (by chance).
Teknik Keterangan
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
partisipasi penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat
dalam keseharian informan
observasi yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara tidak melibatkan dirinya dalam
nonpartisipan interaksi dengan objek penelitian. Sehingga, peneliti tidak memposisikan
dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti
Observasi tidak ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi,
terstruktur sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan
perkembangan yang terjadi di lapangan
Observasi ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap
kelompok sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian
Teknik Keterangan
Focus Group yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang yang
Discussion dianggap mewakili sejumlah publik yang berbeda lewat diskusi untuk
menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti
Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, elMatera Publishing, Yogyakarta, 2007
100.
Uji Kocok Vaksin
Cara pemeriksaan vaksin tersangka beku
masih layak digunakan atau tidak dengan cara
melakukan uji kocok vaksin.
Dilakukan terhadap vaksin yang sensitif beku,
yang dicurigai beku:
Suhu termometer pada pagi hari 0 C
Freeze tag: Tanda X
Freeze watch : pecah berwarna biru
Cara Uji Kocok Vaksin
Pilih satu contoh dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah
beku, utamakan dengan evaporator dan bagian lemari es yang paling
dingin. Beri label Tersangka Beku. Bandingkan dengan vaksin dari tipe
dan batch yang sama yang sengaja dibekukan hingga beku padat
seluruhnya dan beri label Dibekukan.
Biarkan contoh Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku sampai mencair
seluruhnya.
Kocok contoh Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku secara
bersamaan.
Amati contoh Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku bersebelahan
untuk
membandingkan waktu Pengendapan (umumnya 5-30 menit)
Bila terjadi:
Pengendapan vaksin Tersangka Beku lebih lambat dari contoh Dibekukan: vaksin
dapat digunakan.
Pengendapan vaksin Tersangka Beku lebih cepat dari contoh Dibekukan: vaksin
jangan digunakan, vaksin sudah rusak.
Harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch dan jenis
vaksinnya dengan kontrol Dibekukan yang sesuai.