Tugas Farmasi
Tugas Farmasi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Asia Tenggara
dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi baik dilihat dari tingkatan umur
maupun jenis kelamin. Permasalahan yang sering timbul di dalam masyarakat
dengan jumlah besar tersebut salah satunya adalah masalah kesehatan.
Masalah kesehatan yang sering muncul di kalangan masyarakat selalu
berkaitan dengan pengaruh iklim, genetik, tingkat kebersihan, pola hidup serta
kebiasaan yang dilakukan sehari hari termasuk dari makanan serta minuman
yang dikonsumsi.
Masalah yang paling menonjol adalah mengenai genetik dan juga pola
kebiasaan sehari hari. Penyakit degeneratif salah satunya adalah diabetes
melitus di Indonesia meningkat sangat tajam. Pola makan di kota kota besar
telah bergeser dari pola makanan tradisional yang mengandung banyak
karbohidrat dan serat dari sayuran, ke pola makanan barat baratan dengan
komposisi makanan yang terlalu banyak protein, lemak, gula garam dan
sedikit serat (Suyono, 2014).
Pergeseran inilah yang menjadikan permasalah utama di Indonesia,
yakni diabetes melitus. Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Diabetes melitus memiliki banyak
tipe, mulai dari tepi 1, tipe 2, tipe gestasional hingga tipe lainnya . Penyakit ini
selain disebabkan pola makan, dapat juga disebabkan oleh karena genetik
yang dimiliki oleh seseorang jika di dalam keluarga tersebut terdapat penderita
diabetes melitus.
Menurut penelitian epidemiologi yang dilaksanakan di Indonesia,
prevalensi diabetes melitus di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6 %,
kecuali di dua tempat yakni Pekajangan (Semarang) 2,3 % dan di Manado 6
%. Di Pekajangan hal ini disebabkan karena banyaknya perkawinan sedarah,
sedangkan di Manado penyebabnya adalah karena banyaknya arus masuk
1
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh metformin terhadap berat badan anak dan remaja
penderita diabetes ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menganalisis obat metformin mengenai farmakologi umum,
farmakodinamik, farmakokinetik dan toksisitas.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui penggunaan obat metformin terhadap berat badan anak
dan remaja penderita diabetes.
Rumus Kimia
B. Farmasi Umum
Metformin tersedia dalam bentuk sediaan tablet 500 mg dan 850
mg (Sante, 2009) .
Dosis minimum yang efektif untuk metformin adalah 500 mg/hari ,
dengan dosis optimum 2000 mg /hari. Dosis maksimum harian tidak boleh
melebihi 2550 mg/hari. Pengobatan harus dimulai dengan dosis terkecil
dan perlahan dititrasi hingga dosis optimal untuk control glukosa telah
tercapai. Metformin bisa di resepkan dalam bentuk tablet 500 mg ataupun
tablet 850 mg, obat ini tersedia dengan nama dagang Glucophage atau
sebagai tablet extended release Glucophage XR (Gail M, 2013) .
Terapi diawali dengan pemberian 500 mg atau 850 mg b.in.d
m.et.v. Pada anak-anak dosis permulaan diberikan sebesar 500 mg bid
pada pagi dan sore. Efek samping yang paling sering adalah gangguan
5
saluran cerna, jika terjadi efek samping maka dosis permulaan dapat
diturunkan. Gejala-gejalanya akan menghilang dalam waktu 2 minggu dan
dosis obat dapat ditingkatkan kembali hingga target glukosa darah dapat
dicapai (Woo T dan Wynne, 2011) .
Pasien diberitahu atau diminta untuk meminum obat pada waktu
yang sama setiap harinya sesuai yang diresepkan oleh dokter. Karena
titrasi dosis akan berubah setiap minggu atau tiap beberapa minggu,
gunakan kalender atau kartu pengingat. Jika pasien lupa meminum obat
(jam minum terlewat), langsung diminum selagi masih ingat, kecuali
sudah dekat dengan jadwal minum obat berikutnya. Jangan mengkonsumsi
2 kali dosis obat dalam sekali minum (Woo T dan Wynne, 2011) .
C. Farmakologi Umum
Metformin direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk
diabetes tipe 2. Metformin merupakan insulin-sparing agent dan tidak
meningkatkan berat badan atau menyebabkan hipoglikemia, obat ini lebih
unggul dibanding insulin ataupun sulfonylurea dalam mengatasi
hiperglikemia (Katzung, 2009).
The United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS)
melaporkan bahwa terapi metformin menurunkan resiko penyakit
makrovaskular dan mikrovaskular, fakta ini kontras dibandingkan dengan
terapi antidiabetes lain yang hanya memperbaiki morbiditas dari
mikrovaskular (Katzung, 2009) .
Metformin juga diindikasikan untuk digunakan sebagai terapi
kombinasi dengan thiazolidinediones dan insulin secretagogues pada
diabetes tipe 2 yang tidak mengalami perbaikan dengan monoterapi oral.
Metformin juga berguna sebagai terapi pencegahan terhadap diabetes tipe
2, Diabetes Prevention Program menyimpulkan bahwa metformin
memiliki efikasi dalam mencegah onset dari diabetes tipe 2 pada usia
menengah, penderita obesitas, Impaired Glucose Tolerant (IGT) dan
penderita hiperglikemia puasa. Namun metformin tidak mencegah
terjadinya diabetes pada usia tua (Katzung, 2009) .
6
D. Farmakodinamik
Mekanisme kerja metformin masih sulit dideskripsikan, namun
efek utamanya adalah untuk mengurangi produksi glukosa hepar melalui
aktivasi enzim AMP-activated protein kinase (AMPK). Mekanisme kerja
minor yang mungkin terjadi adalah stimulasi langsung glikolisis di
jaringan tubuh, dengan peningkatan pembuangan glukosa dari dalam
darah, penurunan gluconeogenesis hati dan ginjal, dan penurunan absorpsi
glukosa dari saluran pencernaan dengan peningkatan konversi glukosa
menjadi laktat oleh enterosit; dan 4). Penurunan level glucagon plasma
(Katzung, 2009) .
Kerja metformin dalam menurunkan kada glukosa darah tidak
bergantung pada fungsi dari sel beta pancreas. Pasien dengan diabetes tipe
2 memiliki gula darah puasa yang sama rendah dengan 2 jam post prandial
setelah pemberian metformin. Obat ini disebut euglycemic agent karena
dapat menurunkan hiperglikemia namun jarang menimbulkan
hipoglikemia (Katzung, 2009) .
Besarnya penurunan dari konsentrasi glukosa darah puasa pada
terapi dengan metformin berbanding lurus dengan kadar glukosa darah
puasa saat mengalami hiperglikemia. Pasien dengan kadar glukosa darah
yang tinggi akan mengalami penurunan yang lebih signifikan dibanding
pasien yang kadar glukosa darah nya rendah (Woo T dan Wynne, 2011) .
9
E. Farmakokinetik
Pola ADME
ABSORPSI DAN DISTRIBUSI
50-60% Metformin diabsorpsi setelah administrasi oral dalam
kondisi puasa. Makanan menurunkan jumlah dan sedikit memperlambat
absorpsi, Konsentrasi maksimum dalam serum atau disebut C max
mengalami penurunan sebesar 40% dan Area Under the Curve(AUC)
mengalami penurunan sebesar 25% (Woo T dan Wynne, 2011) .
Absorpsi tidak berbanding lurus dengan dosis, semakin tinggi
dosis yang diberikan, semakin rendah persentase obat yang diabsorpsi.
Peningkatan dosis tidak mengakibatkan peningkatan jumlah obat di
dalam tubuh (Woo T dan Wynne, 2011) .
Metformin terikat dengan protein plasma. Waktu paruh pada
plasma adalah 6.2 jam sedangkan waktu paruh dalam darah adalah 17.6
jam (Woo T dan Wynne, 2011) .
METABOLISME DAN EKSKRESI
Metformin tidak mengalami metabolism hepatic dan dieksresikan
seperti bentuk asal melalui urin. Tak ada eksresi melalui kantong empedu.
10
Klirens ginjal 3.5 kali lebih besar dari Creatinine Clearance Rate(CCr)
mengindikasikan bahwa rute eliminasi obat ini melalui sekresi tubular
ginjal (Woo T dan Wynne, 2011) .
Interaksi Obat
Obat kationik yang diekskresikan melalui ginjal ( misal : digoxin,
morfin, procainamide, trimethoprim, dan vancomycin) akan berkompetisi
dengan metformin untuk jalur eliminasinya. Perubahan dosis mungkin
diperlukan jika pasien juga menggunakan obat lain yang akan berinteraksi
dengan metformin (Woo T dan Wynne, 2011) .
Cimetidine meningkatkan kadar puncak metformin dalam plasma
sebesar 60%, ditambah dengan peningkatan sebesar 40% pada AUC.
Furosemide meningkatkan masing-masing sebesar 15% tanpa ada
perubahan signifikan dalam klirens ginjal (Woo T dan Wynne, 2011) .
Kedua obat tersebut dapat meningkatkan efek dari metformin,
karena interaksi ini pengaturan dosis mungkin diperlukan. Nifedipine
meningkatkan absorpsi dan mungkin meningkatkan efek metformin, dan
secara bersamaan meningkatkan eksresi nya melalui urin sehingga efek
total obat bisa lebih kecil dari yang diinginkan (Woo T dan Wynne, 2011) .
F. Toksisitas
Hampir 20% pasien yang menggunakan metformin mengalami
mual, muntah, serta diare tetapi dengan menurunkan dosis keluhan-
keluhan tersebut segera hilang. Pada beberapa pasien yang mutlak
bergantung pada insulin eksogen, kadang-kadang metformin menimbulkan
ketosis yang tidak disertai dengan hiperglikemia. Hal ini harus dibedakan
dengan ketosis karena defisiensi insulin (Farmakologi dan terapi, 2007) .
Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau system
kardiovaskuler, pemberian metformin dapat menimbulkan peningkatan
kadar asam laktat dalam darah, sehingga hal ini dapat mengganggu
keseimbangan elektrolit dalam cairan tubuh. Oleh karena itu pasien di atas
60 tahun sebaiknya jangan diberi metformin sebagai terapi permulaan
(Tjay, 2015) .
Keracunan akibat obat metformin ini sangat tergantung pada jenis
dan jumlah obat yang dikonsumsi. Keracunan juga bisa terjadi akibat
11
BAB III
menurunkan BMI sekitar 0.12 (-1.3% dari ambang batas) dan dapat
menurunkan serum leptin pada wanita 5.5%. Metformin juga dapat
menyebabkan penurunan progresif pada kadar glukosa darah puasa (84.9
menjadi 75.1 mg%) dan menurunkan kadar insulin puasa (dari 31.3
menjadi 19.3 U/mL). Untuk penggunaan plasebo terjadi peningkatan gula
darah puasa dari 77.2 menjadi 82.3 mg% dan kadar insulin tidak berubah
sehingga terapi metformin dengan resistensi insulin pada remaja tidak
efektif.
satu yang umum dan mudah dilakukan pada orang dewasa adalah
pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT).
Hasil penelitian Suwandani ini menunjukkan bahwa pemakaian
metformin saja tidak memberikan hasil bermakna bagi penurunan berat
badan, meskipun penggunaan metformin untuk menurunkan berat badan
dimungkinkan. Metformin termasuk kelompok obat-obatan anti obesitas
terutama untuk obesitas dengan tipe 2 diabetes, PCOS (polycystic Ovary
Syndrome) dan obesitas dengan gangguan toleransi glucosa. Efek
penurunan berat badan tidak mendukung penggunaannya hanya bagi
kontrol berat badan. Namun jelas dengan penambahan metformin pada
obat anti diabetes dapat membantu penurunan berat badan, hal ini terjadi
sebagai pengaruh dari efek weight-neutral/ weight sparing metformin.
Penggunaan metformin dengan diet rendah kalori memberikan hasil
sinergi, sehingga dapat menurunkan berat badan secara bermakna.
Metformin mengaktifkan AMPK (AMP-activated protein kinase) dalam
hepatosit, sehingga aktivitas Acetyl Co-A Carboxylase (ACC) menurun,
oksidasi asam lemak meningkat dan ekspresi emzym lipogenic ditekan.
C. Penelitian yang Dilakukan Oleh Yanovski et al (2011)
Jenis penelitian Randomized Double-Blind Placebo-controlled
Trial yang subjeknya adalah 100 anak berusia 6-12 tahun yang menderita
obesitas berat dan resistensi insulin (Rata-rata BMI 34,6 6.6 kg/m 2).
Pemberian 1000 mg Metformin pada 53 sampel dan placebo pada 47
sampel 2 kali sehari selama 6 bulan, lalu dilanjutkan dengan pengobatan
open label metformin selama 6 bulan.
dalam situasi percobaan klinis itu, termasuk efek kepatuhan dan interaksi
potensial. Selain itu, kita hati-hati menilai hubungan resistensi insulin
dengan penurunan berat badan.
BAB IV
PEMBAHASAN
berguna dalam beberapa kondisi klinis yang berbeda dari diabetes mellitus.
Dalam penelitian Rotella dan kawan-kawannya, mereka telah memeriksa data
yang tersedia tentang kemungkinan penggunaan metformin sebagai agen terapi
efektif dalam kondisi patologis yang berbeda dari diabetes melitus tipe 2. Atas
dasar penyelidikan yang mereka lakukan, penggunaan metformin dapat
disarankan pada pasien dengan kelebihan berat badan yang dipengaruhi oleh
gangguan toleransi glukosa dan/atau hiperglikemia puasa, dan juga yang
terkena sindrom ovarium polikistik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun saran dari makalah ilmiah yang berjudul Pengaruh Metformin
Terhadap Berat Badan Anak Dan Remaja Penderita Diabetes ini adalah :
1. Praktisi kesehatan dimana dokter dan mahasiswa kedokteran termasuk
didalamnya disarankan agar tetap memberikan terapi Metformin yang
24
tepat dan terbaik kepada pasien serta perlu di perhatikan pemberian kepada
ibu hamil, ibu menyusui dan pada anak.
2. Sebaiknya disarankan bagi peneliti serta farmasi untuk selalu memantau
perkembangan terkini mengenai obat Metformin ini melalui penelitian,
serta penelusuran lebih lanjut.
3. Sebaiknya dalam penggunaan obat apapun hendaklah sesuai dengan
petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat dan dalam jangka waktu terapi
sesuai dengan yang telah dianjurkan.
4. Pada pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih didalami lagi terkait
dengan penggunaan Metformin saat berpuasa serta penggunaan Metformin