Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PRAKTIK PERBANKAN
masalah perbankan yang berlaku pada saat ini di Indonesia. Hukum perbankan adalah
bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi eksistensinya, serta hubungannya
49
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,
2012), hlm. 1.
50
Ibid.
dalam arti formal maupun sumber hukum dalam arti materil. Sumber hukum dalam
arti materil adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum itu sendiri. Sumber
hukum formal tidak hanya terbatas pada sumber hukum tertulis, dimungkinkan
adanya sumber hukum yang tidak tertulis. 51 Berbicara mengenai sumber hukum
sumber utama. Sumber hukum formal yang tertulis mengenai bidang perbankan
51
E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1989),
hlm. 84.
52
Muhamad Djumhana, Op.Cit., hlm. 7.
(kebiasaan), doktrin, dan perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam
kegiatan perbankan. 53
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. 54
ekonomi ini tertuang dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. 55 Yang dimaksud
53
Ibid.
54
Hermansyah, Op.Cit., hlm. 18.
55
Ibid.
56
Zainal Asikin, Pokok-Pokok Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 1997), hlm. 7.
di atas, fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana
(surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lacks
of funds). 57
Pemberian kredit bank dalam kegiatannya tidak hanya menyimpan dana yang
bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukan dana untuk usahanya. Tentunya
dalam pelaksanaan fungsi ini diharapkan bank mendapat sumber pendapatan dalam
bentuk bunga kredit. Bahwa pemberian kredit akan menimbukan risiko, oleh sebab
4. Risiko Perbankan
Setiap usaha yang dijalankan selalu menghadapi risiko termasuk juga usaha
bank. Usaha bank merupakan usaha dibidang jasa keuangan yang menghadapi
berbagai macam risiko. Risiko usaha bank adalah tingkat ketidakpastian mengenai
57
Ibid.
58
Pasal 4 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
pinjaman yang diterimanya dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka
memenuhi kontrak kredit yang disepakati kedua belah pihak disebut default.
Risiko likuiditas adalah risiko yang mungkin dihadapi bank untuk memenuhi
penarikan dana oleh penyimpan pada suatu waktu. Hal ini menimbulkan masalah
karena bank tidak mengetahui dengan tepat kapan dan berapa jumlah dana yang
dibutuhkan atau ditarik baik oleh nasabah debitur maupun nasabah penyimpan.
likuiditasnya dan mencari cara pemenuhan kebutuhan dana pada saat diperlukan,
59
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,
2010), hlm. 299-302.
mengenai kegiatan usaha bank. Risiko operasional antara lain dapat berasal dari
operasional bank dan/atau kegagalan jasa dan prosuk baru yang diperkenalkan.
atau perilaku yang tidak terpuji dari pejabat, karyawan dan nasabah bank. Untuk
Risiko fidusia adalah risiko yang mungkin timbul apabila bank memberikan jasa
dengan bertindak sebagai wali amanat, baik untuk pribadi maupun badan usaha.
Kegagalan bank melaksanakan tugas tersebut dianggap risiko kerugian bagi wali
amanat.
Risiko tingkat bunga adalah risiko yang timbul akibat berubahnya tingkat bunga,
akan menurunkan nilai pasar surat-surat berharga yang terjadi pada saat bank
Risiko solvensi adalah risiko yang terjadi disebabkan oleh ruginya beberapa asset
yang pada gilirannya menurunkan posisi modal bank. Modal bank memberikan
Risiko valuta asing adalah risiko yang dihadapi oleh bank devisa yang
tukar valuta asing dapat mempersulit bank mengelola aktiva dari pasiva
j. Risiko Persaingan
Risiko yang dikelola dengan baik dapat menjaga kinerja perusahaan terhindar
dari kerugian. Manajemen risiko dapat diartikan sebagai serangkaian prosedur dan
memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. 60
60
Lihat Pasal 1 angka 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Manajemen
Risiko Bagi Bank Umum.
manajemen bank harus memiliki keahlian dan kompetensi yang memadai sehingga
lain pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi, kecukupan kebijakan, prosedur,
pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko dan sistem pengendalian
1. Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Latin yaitu credere (credo dan
hubungan ini, kreditur atau pihak yang memberikan kredit (bank) dalam hubungan
bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama
61
www.academia.edu/Manajemen_Risiko_Perbankan diakses pada pukul 16.30 pada tanggal
15 Agustus 2014.
62
Lihat Pasal 2 ayat 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Manajemen
Risiko Bagi Bank Umum.
63
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001). hlm. 236.
bank dan pihak lain yaitu nasabah peminjam dana. Perjanjian pinjam meminjam uang
dibuat atas dasar kepercayaan bahwa peminjam dalam tenggang waktu yang telah
ditentukan akan melunasi atau mengembalikan pinjaman uang atau tagihan kepada
Perbankan yaitu:
14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, yang dimaksud dengan
64
Ibid., hlm. 237.
65
Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
66
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta :
RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 77.
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
a. Cerukan (overdraft) yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak
2. Jenis Kredit
berkembangnya waktu maka berkembang pula jenis-jenis kredit seperti yang ada
sekarang ini. Jenis kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria. Ditinjau dari
a. Kredit Modal Kerja, yaitu kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai
kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan. Karakter yang melekat pada kredit
jenis ini yaitu :
1) Kredit pada umumnya disediakan dalam bentuk rekening koran;
2) Kebutuhan modal dihitung atas dasar perputaran usaha (siklus produksi);
3) Agunan lebih ditekankan pada barang yang lebih mudah dicairkan dalam
waktu singkat;
4) Persyaratan kredit dan penentuan jatuh tempo dinegosiasikan sedemikian rupa
dengan memperhatikan perkembangan usaha, sebab modal usaha itu
dipergunakan untuk berusaha jangan sampai penarikan total kredit tersebut
akan mematikan usaha yang bersangkutan.
67
Zainal Asikin, Op.Cit., hlm. 57-60. Lihat juga Hermansyah, Op.Cit., hlm. 61.
Menurut Edy Putra Tjeaman, kredit dapat digolongkan atas dasar 68:
68
Edy Putra Tjeaman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, (Yogyakarta : Liberty,
1989), hlm. 3.
diperlukan beberapa faktor dalam penilaian kredit. Ada beberapa faktor penilaian
a. Character (watak)
Karakter yang baik adalah faktor utama yang harus dimiliki oleh debitur.
Meneliti karakter adalah meneliti watak dan sifat pribadi debitur, dan bank
2) Bertingkah laku yang baik, dengan membuktikan bahwa bukan seorang yang
3) Memiliki lingkungan yang baik, dapat dilihat dari relasi yang luas;
69
AS. Mahmoeddin, Op.Cit., hlm. 23-28.
Bank tidak hanya memerlukan debitur yang berkarakter baik, akan tetapi
diperlukan debitur yang berkemampuan baik dalam mengelola kredit yang telah
yaitu :
manajemennya;
c. Capital (modal)
Bank tidak dapat memberikan kredit kepada pengusaha tanpa modal sama sekali.
Karena bank memberikan kredit kepada debitur, lebih merupakan bantuan modal
pengusaha baru, melainkan meningkatkan usaha yang ada dari debiturnya. Hal
ini dapat dilihat dari laporan keuangannya dan memperoleh rasio seperti
e. Collateral (agunan)
Kredit senantiasa dibayangi oleh berbagai risiko. Risiko yang paling wajar bagi
pengusaha adalah risiko bisnis yang berada di luar kemampuan pengusaha dan
pengaman atas risiko yang mungkin timbul atas wanprestasi debitur dikemudian
hari.
Untuk memperkecil risiko yang mungkin akan dihadapi oleh bank dan nasabah,
perlu pengamanan lain yaitu asuransi. Asuransi terdiri dari asuransi benda dan
asuransi jiwa. Asuransi benda yaitu asuransi bagi harta benda milik nasabah
terutama yang diagunkan kepada bank. Asuransi jiwa yaitu asuransi terhadap
jiwa nasabah.
g. Constraint (kendala)
Bank harus meneliti dan mempelajari berbagai kendala dan hambatan, baik
berupa peraturan maupun kebiasaan yang berlaku umum dalam masyarakat, agar
15/EK/10 tanggal 3 Oktober 1966 juncto Surat Edaran Bank Negara Indonesia Unit I
masyarakat perbankan bahwa dalam memberikan kredit dalam bentuk apapun, bank
adalah setara. Namun, dalam praktik terdapat ketidaksetaraan posisi antara kedua
belah pihak. Nasabah berada pada situasi yang sangat membutuhkan fasilitas kredit
bank, dengan kedudukan yang demikian nasabah tidak mempunyai posisi tawar yang
lebih baik dibandingkan dengan bank. Perjanjian kredit bank dibuat secara baku yang
menguntungkan posisi bank, dan tidak boleh diubah oleh nasabah. Perjanjian kredit
bank seperti ini disebut sebagai take it or leave it. Nasabah hanya mempunyai pilihan
Penyerahan uangnya adalah bersifat riil. Pada saat penyerahan uangnya dilakukan,
70
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Jakarta : Alfabeta, 2003), hlm.97.
71
Jonker Sihombing, Tanggung Jawab Yuridis Bankir Atas Kredit Macet Nasabah, (Bandung
: PT. Alumni, 2009), hlm. 58.
72
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,
1991), hlm. 28.
Perjanjian kredit merupakan ikatan atau alat bukti tertulis antara kreditur
dengan debitur sehingga harus disusun dan dibuat sedemikian rupa agar setiap orang
mudah untuk mengetahui bahwa perjanjian yang dibuat itu merupakan perjanjian
kredit. Dalam praktik perbankan ada dua bentuk perjanjian kredit, yaitu 73:
73
Ibid.
disatukan. Hal ini tergantung dari kepentingan dan kemudahan dari bank yang
kreditur. 75
Perjanjian kredit menurut hukum perdata Indonesia merupakan salah satu dari
bentuk perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam Buku Ketiga Kitab Undang-
merupakan salah satu perjanjian pinjam meminjam sebagaimana diatur dalam Pasal
1754-1769 KUH Perdata. Akan tetapi, dalam praktik perbankan yang modern,
hubungan hukum dalam kredit bukan hanya berbentuk perjanjian pinjam meminjam,
melainkan adanya campuran dengan bentuk perjanjian yang lain seperti perjanjian
pemberian kuasa. 76
Perjanjian kredit perlu mendapat perhatian yang khusus, baik oleh bank
maupun oleh nasabah karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang penting.
Menurut Ch. Gatot Wardoyo, perjanjian kredit mempunyai beberapa fungsi, yaitu 77:
75
Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung : PT. Refika
Aditama, 2010), hlm. 151.
76
Ibid., hlm. 441.
77
Muhamad Djumhana, Op.Cit., hlm. 443.
secara teliti dan cermat dengan didasarkan pada data yang aktual dan akurat, sehingga
bank tidak akan keliru dalam mengambil keputusannya. Oleh karena itu, setiap
pemberian kredit tentu telah memenuhi ketentuan perbankan dan sesuai dengan asas
5. Jaminan Kredit
agar kredit yang diberikan oleh bank itu adalah kredit yang tidak mudah menjadi
kredit macet. Apabila kredit yang diberikan oleh bank banyak mengalami kemacetan,
akan dapat melumpuhkan kemampuan bank. 79 Oleh sebab itu, dalam pemberian
kredit pada umumnya diikuti dengan penyediaan jaminan oleh pemohon kredit. 80
Nomor 10 Tahun 1998 berbunyi Bank umum wajib memiliki dan menerapkan
78
Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm. 255.
79
Ibid., hlm. 281.
80
Sutarno, Op.Cit., hlm. 140.
keyakinan atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk
diperjanjikan. 82 Jaminan kredit dapat pula diartikan sebagai segala sesuatu yang
mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang diikat dengan janji sebagai jaminan
untuk pembayaran dari utang debitur berdasarkan perjanjian kredit yang dibuat oleh
kreditur dan debitur. 83 Jaminan kredit akan memberikan jaminan kepastian hukum
kepada pihak perbankan bahwa kreditnya akan tetap kembali dengan cara
kekayaan untuk dijadikan jaminan baik barang bergerak maupun barang tidak
bergerak. Bank selain meminta jaminan pokok, juga meminta jaminan tambahan.
81
Hermansyah, Op.Cit., hlm. 62.
82
Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm. 282.
83
Sutarno, Op.Cit., hlm. 142.
84
Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm. 286.
diberikan. 85
Bahwa setiap kali ada perjanjian jaminan, pasti ada perjanjian yang
mendahuluinya, yaitu perjanjian utang piutang yang disebut perjanjian pokok. Tidak
mungkin ada perjanjian jaminan tanpa ada perjanjian pokoknya. Sebab perjanjian
jaminan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan selalu mengikuti perjanjian pokok.
Apabila perjanjian pokok berakhir maka perjanjian jaminan juga akan berakhir. Tidak
mungkin ada orang yang bersedia menjamin suatu utang, kalau utang itu sendiri tidak
ada. Sifat perjanjian yang demikian disebut accessoir. Untuk dapat membuat
perjanjian jaminan, dalam perjanjian pokok harus diatur dengan jelas tentang adanya
janji-janji tentang jaminan. Dengan janji-janji ini sebagai sumber terbitnya perjanjian
jaminan yang dikehendaki oleh kreditur dan debitur. Oleh karena itu, perjanjian
a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapat pelunasan dari
jaminan apabila debitur melakukan cidera janji, yaitu untuk membayar kembali
utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian;
b. Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai
usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usahanya dengan
merugikan diri sendiri atau perusahaanya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya
kemungkinan untuk berbuat demikian dapat diperkecil;
c. Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya, khususnya
mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui
agar debitur dan/atau pihak ketiga yang ikut menjamin tidak kehilangan
kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.
85
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm. 34.
86
Ibid., hlm. 56.
87
Rachmadi Usman, Loc. Cit.
tidak memiliki nilai yang tinggi biasanya kurang kooperatif dan kurang bersungguh-
sungguh dalam menyelesaikan kredit macet yang dialaminya karena dengan tidak
adanya jaminan yang memadai, debitur merasa tidak mempunyai risiko apapun.
jaminan yang akan dieksekusi tidak bernilai dan tidak akan mengurangi kekayaannya.
Hal ini berbeda dengan debitur yang kreditnya macet namun jaminan yang diberikan
sangat bernilai tinggi maka debitur ini sangat kooperatif dan sungguh-sungguh untuk
menyelesaikan kredit macetnya karena jika jaminan tersebut dijual, debitur tersebut
penjualan jaminan. 88
melancarkan dan mengamankan pemberian kredit, maka jaminan kredit yang baik
a. Yang dapat secara mudah membantu memperoleh kredit itu oleh pihak yang
memerlukannya;
b. Yang tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan
(meneruskan) usahanya;
c. Yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit, dalam arti barang jaminan
setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila diperlukan dapat dengan mudah
dituangkan untuk melunasi utang si penerima (pengambil) kredit.
88
Sutarno, Op.Cit., hlm. 141.
89
Rachmadi Usman, Loc.Cit.
a. Akte notariil atau otentik adalah akte yang bentuknya ditentukan oleh undang-
undang dan dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berwenang
(notaris) untuk itu ditempat dimana akte dibuat (pasal 1868 KUHPerdata).
b. Akte dibawah tangan, dibuat sebagai bukti perjanjian antara kreditur dengan
debitur dalam memenuhi perjanjian pinjam meminjam uang dan pengakuan
utangnya.
6. Kolektibilitas Kredit
Kredit bermasalah atau kredit macet dapat dilihat dan diukur dari
pokok (angsuran pokok) dan bunga kredit oleh debitur serta tingkat kemungkinan
91
Ruddy Tri Santoso, Kredit Usaha Perbankan, (Yogyakarta : Andi, 1996), hlm. 53.
kredit, yaitu 92 :
92
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,
2010), hlm. 321-323. Lihat juga Hermansyah, Op.Cit., hlm. 66-68 dan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, Pasal 12 ayat 3.
93
Lampiran Pasal 4 Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 31/KEP/DIR tentang
Kualitas Aktiva Produktif.
Kredit yang masuk dalam golongan lancar dan dalam perhatian khusus dinilai
sebagai kredit yang performing loan (tidak bermasalah), sedangkan kredit yang
masuk dalam golongan kurang lancar, diragukan dan macet dinilai sebagai kredit non
C. Restrukturisasi Kredit
Penyelesaian kredit bermasalah dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu dengan
penyelesaian kredit bermasalah melalui lembaga hukum. Lembaga hukum dalam hal
ini adalah Panitia Urusan Piutang Negara dan Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang
Negara, badan peradilan, dan arbitrase atau badan alternatif penyelesaian sengketa. 95
94
Sutarno, Op.Cit., hlm. 264.
95
Hermansyah, Op.Cit., hlm. 76.
a. Untuk menghindarkan kerugian bagi bank karena bank harus menjaga kualitas
kredit yang telah diberikan;
b. Untuk membantu memperingan kewajiban debitur sehingga dengan keringanan
ini debitur mempunyai kemampuan untuk melanjutkan kembali usahanya dan
dengan menghidupkan kembali usahanya akan memperoleh pendapatan yang
sebagian dapat digunakan untuk melanjutkan kegiatan usahanya;
c. Dengan restrukturisasi maka penyelesaian kredit melalui lembaga-lembaga
hukum dapat dihindarkan karena penyelesaian melalui lembaga hukum dalam
praktiknya memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit dan hasilnya
lebih rendah dari utang yang ditagih.
96
Pasal 1 ayat 26 Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian
Kualitas Aset Bank Umum.
97
Ibid.
98
Budi Untung, Kredit Perbankan Di Indonesia, (Yogyakarta : Andi, 2005), hlm. 201.
99
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan : Memahami Undang-Undang Nomor 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 2009), hlm. 381.
perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang
dapat dilakukan apabila terhadap debitur terdapat alasan-alasan sebagai berikut 101 :
100
Hasil wawancara dengan informan yaitu Pegawai Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai
(Junior Account Officer 2) pada tanggal 10 April 2014.
101
Lindia Halim, Restrukturisasi Utang Untuk Mencegah Kepailitan, Tesis, (Medan :
Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2008), hlm. 83.
Beberapa alasan lain untuk dapat diadakannya restrukturisasi utang bagi pihak
a. Untuk dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing yang lebih bagus;
Bahwa penataan dan perbaikan sektor keuangan perusahaan akan dapat dicapai
memiliki lebih banyak lagi alternatif pilihan pembayaran yaitu berunding dengan
kreditur dan melalui surat argumen yang cukup, sehingga tercapai kesepakatan
atau win-win solution. Argumen yang dimaksud adalah dimana pihak debitur
keuangan.
102
Jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/restrukturisasi-hutang-alasan-proses.html diakses pada
pukul 11.45 pada tanggal 14 Agustus 2014.
kredit, besarnya bunga yang harus dibayar debitur menjadi lebih kecil dibandingkan
dengan suku bunga yang ditetapkan sebelumnya. Oleh sebab itu, pendapatan hasil
usaha debitur dapat dialokasikan untuk membayar sebagian pokok dan sebagian
penurunan suku bunga yaitu melakukan amandemen terhadap perjanjian kredit. Pasal
103
Pasal 1 ayat 26 Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penialain
Kualitas Aset Bank Umum.
104
Sutarno, Op.Cit., hlm. 267.
dengan besarnya penurunan suku bunga kredit. Ada kemungkinan bahwa dengan
kredit. 105
kredit lama. Ketentuan dan syarat dalam perjanjian kredit yang tidak dirubah tetap
berlaku dan yang telah dirubah dinyatakan tidak berlaku lagi. Bentuk amandemen
perjanjian kredit dapat dibuat dengan akta di bawah tangan yaitu akta yang dibuat
oleh para pihak. Biasanya kreditur akan mempersiapkan amandemen perjanjian kredit
tersebut. 106
Suku bunga merupakan faktor yang sangat penting dalam aktivitas utama
bank, baik suku bunga kredit maupun simpanan. Kedua suku bunga tersebut saling
mempengaruhi. Apabila suku bunga naik maka kemungkinan suku bunga kredit juga
akan naik. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya suku bunga antara lain 107:
a. Kebutuhan dana
Besarnya suku bunga dapat dipengaruhi oleh kebutuhan dana bagi pihak yang
memerlukannya. Sifat kebutuhan dana tersebut terbagi atas keharusan, kebutuhan
dan keinginan.
b. Persaingan antar bank
Bank tidak dapat menentukan suku bunga sesuai dengan keinginan bank saja,
akan tetapi ada faktor lain yng diperhatikan yaitu suku bunga yang diberikan oleh
105
Ibid.
106
Ibid.
107
Ismail, Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta : Kencana, 2010),
hlm. 133.
kepada debitur yang mendapat fasilitas kredit dari bank. Oleh sebab itu, bank perlu
menentukan suku bunga kredit dengan tepat. 108 Penentuan bunga kredit menjadi salah
satu alat persaingan yang strategis. Bank yang mampu mengendalikan komponen-
108
Ibid., hlm. 136.
Jangka waktu kredit merupakan cerminan dari risiko kredit yang mungkin
muncul. Semakin panjang jangka waktu kredit semakin tinggi risiko yang mungkin
muncul, maka bank akan membebankan bunga yang lebih tinggi dibandingkan
membayar utang yang jatuh tempo dapat digunakan untuk memperkuat usaha dan
Akta yang perlu dibuat berkenaan dengan perpanjangan jangka waktu kredit
adalah amandemen perpanjangan kredit. Bentuk akta amandemen bisa berbentuk akta
di bawah tangan yaitu akta yang dibuat dan dipersiapkan sendiri oleh bank dan akta
109
Thomas Suyatno, dkk, Op. Cit., hlm. 111.
110
Ibid., hlm. 101. Lihat juga Ruddy Try Santoso, Op.Cit., hlm. 59.
111
Sutarno, Op.Cit., hlm. 269.
112
Ibid.
sebenarnya bisa berbentuk surat yang dibuat bank dan dikirimkan kepada debitur.
Sebagai tanda persetujuan debitur dapat menandatangani surat tersebut. Surat yang
Bunga kredit merupakan unsur pendapatan yang paling besar dari total
pendapatan. Bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh bank
dan/atau nasabah sebagai balas jasa atas transaksi antara bank dengan nasabah. 114
Salah satu tanda kredit bermasalah adalah adanya tunggakan bunga kredit
lebih dari tiga kali pembayaran. Bunga kredit yang seharusnya dibayar setiap bulan
atau dalam jangka waktu tertentu sesuai perjanjian kredit ternyata tidak dibayar
tunggakan bunga kredit atau menghapus seluruhnya tunggakan bunga kredit. Debitur
113
R. Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Alumni, 1984), hlm. 89.
114
Ismail, Loc. Cit.
115
Sutarno, Op.Cit., hlm. 268.
untuk membayar utang pokok yang tidak mungkin dihapus seluruhnya oleh
kreditur. 116
perjanjian kredit karena yang dikurangi adalah besarnya tunggakan bunga yang
dengan kreditur cukup mengeluarkan surat yang ditujukan kepada debitur yang
Sejumlah pinjaman uang yang diberikan oleh kreditur kepada debitur inilah
yang disebut sebagai pokok kredit. Misalnya bank meminjamkan uang kepada debitur
sebesar satu milyar rupiah dan debitur telah menarik seluruh pinjaman ini maka satu
milyar inilah disebut sebagai pokok kredit yang harus dibayar kembali oleh debitur
sesuai jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian kredit. Pembayaran pokok
bunga atau sekaligus diakhir jangka waktu kredit. Hal ini sesuai dengan kesepakatan
116
Ibid.
117
Ibid.
118
Ibid.
paling maksimal diberikan oleh kreditur kepada debitur karena pengurangan pokok
Pengurangan pokok kredit merupakan pengorbanan bank yang sangat besar karena
asset bank yang berupa utang pokok ini tidak kembali dan merupakan kerugian yang
dengan adanya pengurangan tunggakan pokok kredit perlu dibuat akta amandemen
perjanjian kredit yang menegaskan bahwa besarnya pengurangan pokok kredit dan
besarnya pokok kredit yang harus dibayar setelah dilakukan pengurangan. Selain
surat dari kreditur yang ditujukan kepada debitur yang menegaskan bahwa utang
pokok yang tercantum dalam perjanjian kredit. Surat pemberitahuan ini merupakan
bukti bagi kreditur dan debitur dalam melaksanakan restrukturisasi kredit dengan cara
digunakan untuk mengembalikan utang lama dan dan tambahan kredit baru. Untuk
119
Ibid., hlm. 269.
120
Ibid.
dan dengan perhitungan yang tepat mengenai prospek usaha debitur karena debitur
menanggung utang lama dan utang baru. Usaha debitur harus mampu menghasilkan
pendapatan yang dapat digunakan untuk melunasi utang lama dan tambahan kredit
akta perjanjian kredit baru atau amandemen terhadap perjanjian kredit lama.
syarat tambahan harus dirumuskan dalam perjanjian kredit baru. Jika penambahan
fasilitas baru itu misalnya disyaratkan ada jaminan tambahan maka harus dilakukan
yang menjadi jaminan tambahan. Kalau jaminan tambahan berupa tanah dan
satu bentuk restrukturisasi kredit. Konversi kredit menjadi modal artinya sejumlah
nilai kredit dikonversikan menjadi saham pada perusahaan debitur ini disebut dept
121
Ibid., hlm. 270.
122
Ibid.
tergantung hasil kesepakatan kreditur dan debitur. Dengan demikian, bank memiliki
sejumlah saham pada perusahaan debitur dan utang debitur menjadi lunas. Jumlah
saham yang dimiliki bank tergantung hasil penilaian berapa nilai saham yang
disepakati. 123
modal atau saham pada perusahaan debitur harus memenuhi syarat agar bank tidak
a. Perusahaan debitur tidak memiliki utang terlalu banyak kepada kreditur lain;
b. Penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur diusahakan agar bank
dapat menjadi pemegang saham mayoritas sehingga daapt mengendalikan
perusahaan dengan memilih dan mengangkat manajemen baru.
c. Perusahaan debitur memiliki aset yang lebih besar dari utangnya;
d. Perusahaan debitur memiliki prospek usaha yang baik dimasa mendatang.
dibuat akta atau dokumen penyertaan saham. Dokumen atau akta penyertaan harus
ditentukan nilai saham setiap lembarnya dan berapa jumlah saham yang diperoleh.
Bentuk akta dapat dibuat dengan akta di bawah tangan atau akta otentik tergantung
dari kesepakatan kreditur dan debitur. Akta atau dokumen tersebut digunakan sebagai
bukti bahwa utang debitur telah lunas dan kreditur sebagai pemegang saham pada
123
Ibid., hlm. 273.
124
Ibid., hlm. 274.
125
Ibid.
tingkat suku bunga menjadi lebih kecil dari yang saat ini diberlakukan kepada
debitur. Perubahan tingkat suku bunga tersebut yaitu untuk perhitungan bunga setelah
debitur sebatas tunggakan bunga dan/atau denda yang belum dibayar. Pemberian
126
Hasil wawancara dengan informan yaitu Pegawai Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai
(Junior Account Officer 2) pada tanggal 23 Juni 2014.
debitur.
dengan cara memberikan tambahan jangka waktu kredit termasuk perubahan jadwal
debitur dapat berjalan kembali dan debitur dapat meningkatkan kapasitas produksinya
sehingga dapat memenuhi kewajiban kepada bank. Penambahan fasilitas kredit yang
nilai aset debitur yang diambil alih, pihak bank harus memperhatikan antara cashflow
sebagian atau seluruh beban bunga yang seharusmya dibayar oleh debitur yang
terakumulasi baik sebelum maupun selama jangka waktu restrukturisasi kredit. Bunga
hari sesuai jadwal pembayaran yang telah disepakati antara kreditur dan debitur. Atas
g. Penjualan Agunan
diserahkan kepada debitur dengan jangka waktu tertentu yang disepakati antara
kreditur dan debitur. Apabila jangka waktu tersebut telah habis tetapi agunan belum
terjual maka penjualan agunan dapat dilakukan secara di bawah tangan atau dengan
cara lelang melalui kantor lelang negara/swasta. Tujuan penjualan agunan adalah
sehingga kreditnya bisa kembali lancar dan debitur dapat memenuhi kewajibannya.
ditentukan bentuk restrukturisasi mana yang paling tepat untuk diterapkan adalah
Cabang Binjai yang menentukan bentuk restrukturisasi mana yang paling tepat
127
Hasil wawancara dengan informan yaitu Pegawai Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai
(Junior Account Officer 2) pada tanggal 14 Agustus 2014.