Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DDENGAN DISFUNGSI SEKSUAL

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISFUNGSI SEKSUAL

DISUSUN OLEH:
EVAN YUDHA IRIANSYAH
NIM:O5.103.18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2012/2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah
ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i Stikes
Muhammadiyah Palembang maupun para pembaca.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah
Sistem Reproduksi ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISFUNGSI SEKSUAL.
Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-
rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Palembang, Desember 2012

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas kehidupan
seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah hubungan seksual
yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri dan tidak menimbulkan
akibat buruk baik fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini pasangan lansia.
Problem masalah disfungsi seksual sebagian besar muncul pada usia lanjut dimana hambatan
untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan eksternal yang datang dari
lingkungan dan hambatan internal,yang terutama berasal dari subjek lansianya sendiri. Hambatan
eksternal biasanya berupa pandangan sosial, yang menganggap bahwa aktivitas seksual tidak
layak lagi dilakukan lagi oleh lansia.
BAB II
PEMBAHASAN

I.Perubahan anatomik pada sistem genetalia pada lansia


A.Wanita
Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna
berangsur-angsur mengalami atrofi.
1. Vagina
Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami pengecilan.
Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke dalam vagina. Sejak
klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah
melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu
pula jaringan sub-mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya
makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia
eksterna.
2. Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis,
miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak
menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.
3. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi keriput sebagai
akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan
ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum,
perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium
berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang
pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
4.Payudara (Glandula Mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana
payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya
mempengaruhi kelenjar payudara saja.
Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula
kelenjar tiroid dan adrenal menjadi keras dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali
ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan
rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi
oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan
berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

B.Pria
1.Prostat
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul
merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak
sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari
otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot
polos ini dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikroskopik sudah
terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria
berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50%
berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik.
Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa reduktase
yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong
hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain proses menua rangsangan
androgen ikut berperan timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang
pubertas tidak akan menderita BPH pada usia lanjut.
2.Testis
Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis tetapi sel yang
memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya
sehingga sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan
penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan
periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai umur
lanjut.

II. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian
tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
1.Fase desire
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural,
kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun seiring makin
lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi.Interval untuk meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria
meningkat serta testoteron menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi
libido.
2.Fase arousal
Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing, elastisitas
dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dan kandung kemih.
Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat; penurunan
produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron; elevasi testis ke perineum lebih
lambat.
3.Fase orgasmic
Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil
kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah konstraksi
otot berkurang; volume ejakulat menurun.
4.Fase pasca orgasmic
Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai timbulnya fase
orgasme berikutnya lebih sukar terjadi. Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan
oleh perubahan fisiologik saja, terdapat banyak penyebab lainnya seperti:
Penyebab iatrogenik
Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin membuat
inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi seksual.
Penyebab biologik dan kasus medis
Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau tidak dengan
seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik.

III. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan
penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti :
1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat olehtradisi dan
budaya.
3. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
4. Pasangan hidup telah meninggal.
5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya
cemas, depresi, pikun dsb.
IV. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :
1. Infark miokard
Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan untuk
terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.
2.Pasca stroke
Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien mengalami
anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan kehilangan cinta atau
dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas situasi. Pola seksual termasuk
kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke sangat penting untuk diketahui sebelum
nasehat spesifik tentang aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang
mengalami kerusakan pada stroke, maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh.
Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi permanent maka
diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan mungkin membatasi
pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus, pasien dan pasangannya mungkin
perlu belajar untuk menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan. Kelemahan motorik
dapat menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat diatasi dengan bantuan fisik atau tehnik
bercinta alternatif. Kehilangan kemampuan berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal
untuk berkomunikasi.
3.Kanker
Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual. Baik operasi
maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan disfungsi seksual (kekuatan
dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun tidak ada kerusakan saraf.
4.Diabetes mellitus
Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan neuropati
autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksi yang
memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual.
5.Arthritis
Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur fleksi
mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku mungkin berkurang
dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual.
6.Rokok dan alcohol
Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual, khususnya bila
terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme testoteron. Merokok juga
mungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan mempengaruhi kemampuan untuk
mengalami kenikmatan.
7.Penyakit paru obstruktif kronik
Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya kelelahan
umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat menyebabkan dispnoe,
yang mungkin dapat membahayakan jiwa.

8.Obat-obatan
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain beberapa
obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.

V. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia


Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah seksual
diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini memerlukan waktu yang
cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara pasien dengan konselor. Dari ketiga
gangguan tersebut, masalah seksual merupakan masalah yang penanganannya memerlukan
kesabaran dan kehati-hatian, karena pada beberapa masyarakat Indonesia terutama masyarakat
pedesaan membicarakan masalah seksual adalah masalah yang tabu.
Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan seksual pada lansia
adalah sebagai berikut :
1.Anamnesa Riwayat Seks
Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan
Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup
Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah
Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya
Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang obat-obatan yang dikonsumsi
oieh pasien.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus rinci, meliputi


awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan. Juga anamnese tentang ganguan
sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan tentang gangguan psikologik, kognitif
harus dilakukan. Juga anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik meliputi head to toe.
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal dan paru-paru.
Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status gizi dan status hormonal
tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereks pada pria, pemeriksaan khas juga meliputi a.l
pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence testing. (Hadi-Martono, 1996)
2.Pengobatan yang diberikan mencakup :
Konseling Psikoseksual
Therapi Hormon
Penyembuhan dengan obat-obatan
Peralatan Mekanis
Bedah Pembuluh
3.Bimbingan Psikososial
Bimbingan dan konseling sangat dipentingkan dalam rencana manajemen gangguan seks
dan dikombinasikan dengan penyembuhan pharmakologi.
4.Penyembuhan Hormon
Pada pria lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk menyembuhkan
viropause/andropause pada pria (pemanasan dan ejakulasi).
Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian estrogen pada
klimakterium.
5.Penyembuhan dengan Obat
Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif
Oral phentholamin
Tablet apomorphine sublingual
Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif
Penempatan intra-uretral prostaglandin

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DISFUNGSI SEKSUAL
1. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
1. Nama Klien
2. Umur
3. Agama
4. Suku
5. Pendidikan
6. Alamat
7. Pekerjaan
8. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
9. Status social ekonomi keluarga
B. Dapatkan riwayat seksual:
2. Pola seksual biasanya
3. Kepuasan (individu, pasangan)
4. Pengetahuan seksual
5. Masalah (seksual, kesehatan)
6. Harapan
7. Suasana hati, tingkat energi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan
perubahan dalam mencapai kepuasan seksual
2. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan funsional ditandai dengan perubahan bentuk
salah satu anggota tubuh.
3. Ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan dengan penyakit atau terapi medis.
3. RENCANA KEPERAWATAN
No
Dx. Kep. Tujuan Intervensi
.
1. 1. Disfungsi Pasien dapat 1. Bantu pasien untuk
seksual menerima mengekspresikan perubahan
berhubungan perubahan struktur fungsi tubuh termasuk organ
dengan tubuh terutama seksual seiring dengan
perubahan pada fungsi seksual bertambahnya usia.
struktur yang dialaminya 2. Berikan pendidikan
tubuh/fungsi Kriteria hasil: kesehatan tentang penurunan
yang ditandai fungsi seksual.
dengan Mengekspresikan 3. Motivasi klien untuk
perubahan kenyamanan mengkonsumsi makanan yang
dalam rendah lemak, rendah kolestrol,
mencapai Mengekspresikan dan berupa diet vegetarian
kepuasan kepercayaan diri 4. Anjurkan klien untuk
seksual. menggunakan krim vagina dan
gel
2. 2. Harga diri Pasien dapat 1. Kaji perasaan/persepsi
rendah menerima pasien tentang perubahan
berhubungan perubahan bentuk gambaran diri berhubungan
dengan salah satu angota dengan keadaan angota
gangguan tubuhnya secara tubuhnya yang kurang berfungsi
funsional positif secara normal
ditandai Kriteria hasil: 2. Lakukan pendekatan dan
dengan Pasien mau bina hubungan saling percaya
perubahan berinteraksi dan dengan pasien
bentuk salah beradaptasi dengan 3. Tunjukkan rasa empati,
satu anggota lingkungan tanpa perhatian dan penerimaan pada
tubuh. rasa malu dan pasien
rendah diri 4. Bantu pasien untuk
Pasien yakin mengadakan hubungan dengan
akan kemampuan orang lain
yang dimiliki
5. Beri kesempatan pada
pasien untuk mengekspresikan
perasaan kehilangan
3. 3.Ketidakefekt Pasien dapat 1. Kaji factor-faktor penyebab
ifan pola menerima dan penunjang, yang meliputi
seksualitas perubahan pola Kelelahan
berhubungan seksualitas yang Nyeri
dengan disebabkan masalah Nafas pendek
penyakit atau kesehatannya. Keterbatasan suplai oksigen
terapi medis. Kriteria Hasil : Imobilisasi
Kerusakan inervasi saraf
Mengidentifikasi Perubahan hormone
keterbatasannya Depresi
pada aktivitas Kurangnya informasi yang
seksual yang tepat
disebabkan masalah 2. Ajarkan pentingnya
kesehatan mentaati aturan medis yang
dibuat untuk mengontrol gejala
Mengidentifikasi penyakit
modifikasi kegiatan 3. Berikan informasi yang
seksual yang pantas tepat pada pasien dan
dalam respon pasangannya tentang
terhadap keterbatasan fungsi seksual yang
keterbatasannya disebabkan oleh keadaan sakit
4. Ajarkan modifikasi yang
mungkin dalam kegiatan seksual
dapat membantu penyesuaian
dengan keterbatasan akibat sakit

IMPLEMENTASI

No Evaluasi
Dx. Kep. Implementasi (Secara
. Keseluruhan)
1. 1. Disfungsi 1. Membantu pasien S:klien mengatakan
seksual untuk mengekspresikan lebih mengerti
berhubungan perubahan fungsi tubuh mengerti mengapa
dengan perubahan termasuk organ seksual keinginan untuk
struktur seiring dengan melakukan
tubuh/fungsi yang bertambahnya usia. hubungan suami istri
ditandai dengan 2. Memberikan berkurang
perubahan dalam pendidikan kesehatan DO : - umur klien 69
mencapai kepuasan tentang penurunan fungsi tahun
seksual. seksual. - TD : 130 / 90
3 . Memotivasi klien untuk mmHg
mengkonsumsi makanan - Nadi : 88 x/menit
yang rendah lemak, rendah - Suhu : 36C
kolestrol, dan berupa diet - RR : 18 x/menit
vegetarian - Klien sudah
4. Menganjurkan klien menoupose
untuk menggunakan krim
vagina dan gel
2. 2. Harga diri 1. Mengkaji
rendah perasaan/persepsi pasien
berhubungan tentang perubahan
dengan gangguan gambaran diri berhubungan
funsional ditandai dengan keadaan angota
dengan perubahan tubuhnya yang kurang
bentuk salah satu berfungsi secara normal
anggota tubuh. 2. Melakukan pendekatan
dan bina hubungan saling
percaya dengan pasien
3. Menunjukkan rasa
empati, perhatian dan
penerimaan pada pasien
4. Membantu pasien
untuk mengadakan
hubungan dengan orang
lain

5. Memberikan
kesempatan pada pasien
untuk mengekspresikan
perasaan kehilangan

3. 3.Ketidakefektifan 1. Mengkaji faktor-faktor


pola seksualitas penyebab dan penunjang
berhubungan yang meliputi:
dengan penyakit Kelelahan
atau terapi medis. Nyeri
Nafas pendek
Keterbatasan suplai
oksigen
Imobilisasi
Kerusakan inervasi
saraf
Perubahan hormone
Depresi
Kurangnya informasi
yang tepat
2. Memberikan pelajaran
kepada pasien tentang
pentingnya mentaati aturan
medis yang dibuat
3. Memberikan informasi
yang tepat pada pasien dan
pasangannya tentang
keterbatasan fungsi seksual
yang disebabkan oleh
keadaan sakit.
4. Memberikan pelajaran
kepada pasien tentang
suatu modifikasi yang
mungkin dalam kegiatan
seksual dapat membantu
penyesuaian dengan
keterbatasan akibat sakit.

DAFTAR PUSTAKA
NANDA, diagnosis keperawatan:definisi dan klasifikasi 2009-2011: editor edisi bahasa
Indonesia, Judith M. Wilkinson, PhD, ARNP, RNC - Jakarta : EGC, 2010
Buku saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan kriteria hasil NOC, Edisi 7, editor
edisi bahasa Indonesia, Judith M. Wilkinson, PhD, ARNP, RNC- Jakarta : EGC, 2010.
http://.wordpress.com/masalah-seksual-lansia
http://.asuhan keperawatan pada klien dengan disfungsi seksua
s

Anda mungkin juga menyukai