Anda di halaman 1dari 7

BAB III

PEMBAHASAN

Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih


dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah pencegahan,
haruslah didasarkan pada data atau keterangan yang bersumber dari hasil analisis.
Pencegahan penyakit berkembang secara terus menerus dan pencegahan tidak
hanya ditujukan pada penyakit infeksi saja, tetapi pencegahan penyakit non-
infeksi. Usaha pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai strategi
pelaksanaan yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan.
Terdapat tiga jenis pencegahan yaitu, primer, yang dilakukan sebelum onset
penyakit; sekunder, dilakukan setelah onset penyakit namun sebelum adanya
gejala dan tanda klinis; tersier, yang dilakukan setelah adanya gejala dan tanda
klinis. Pencegahan penyakit dibedakan sesuai dengan kelompok usia, ini terkait
dengan jenis penyakit yang biasa menyerang, imunitas tubuh, serta kemampuan
adaptasi tubuh.
Pencegahan penyakit pada usia bayi, anak- anak, dan remaja dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu imunisasi, pemberian obat profilaksis,
konseling atau bimbingan, dan skrining. Program kesehatan di Indonesia sendiri
sudah menjalankan program imunasasi dasar lengkap untuk bayi lahir hingga usia
9 bulan, yaitu hepatitis B, polio, BCG, DPT-HB-Hib, dan campak. Selain itu
masih dilanjutkan program pemerintah untuk imunisasi anak sekolah berupa
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dimana dilakukan imunisasi campak pada
bulan agustus dan DT, Td pada bulan November. Sedangkan untuk remaja
memang disediakan beberapa macam jenis vaksin namun tidak termasuk program
wajib pemerintah dikarenakan masalah pendanaan.
Pemberian obat profilaksis diberikan pada bayi yang baru lahir, dalam 24
jam pertama diberi tetes mata/ salep mata eritromicin untuk pencegahan
Gonococcal Ophtalmia Neonatorum. Untuk di Indonesia, pemberian suplemen
asam folat baru diberikan pada Wanita Usia Subur.
Program konseling dan bimbingan pada usia bayi hingga remaja lebih
difokuskan pada edukasi dan pendidikan pada orang tua. Konseling dan
bimbingan dapat dilakukan pada dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lain yang
terlatih pada pusat pelayanan kesehatan terdekat. Program kesehatan ibu anak
(KIA) merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan mensejahterakan
kehidupan ibu dan anak dengan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu
dalam menjaga serta membina kesehatan dan pertumbuhan anak. Ketika anak
mulai beranjak remaja, diperlukan konseling untuk mengurangi risiko penyakit
kardiovaskular sejak dini (seperti berat badan ideal, berhenti merokok) dan
mengurangi perilaku kesehatan berisiko (seperti penggunaan alkohol dan narkoba,
serta hubungan seksual yang tidak aman). Puskesmas umumnya memasukkan
program penyuluhan kesehatan ke sekolah dasar hingga ke sekolah menengah atas
untuk membahas masalah tersebut. Orang tua dalam hal ini mempunyai peran
utama dalam memberikan penjelasan dan pengawasan kepada anak.
Selain itu, program skrining juga diperlukan untuk memantau pola
pertumbuhan anak-anak dari lahir hingga beranjak dewasa. Skrining pada saat
kelahiran belum banyak diberlakukan di Indonesia karena biaya, skrining hanya
diberlakukan apabila terdapat indikasi dan faktor resiko genetik dari orang tua.
Skrining pada usia 2 hingga 10 tahun, lebih diutamaan untuk memantau tumbuh
kembang, sedangkan pada usia 11 hingga 18 tahun dibutuhkan konseling untuk
pencegahan perilaku menyimpang.
Selain pada anak-anak, juga dilakukan pada usia dewasa, baik itu dewasa
muda maupun geriatri. Menurut Ogden et al tahun 2012 terdapat pencegahan
primer berupa imunisasi untuk usia dewasa dan geriatri, yaitu influenza,
pneumonia, tetanus-difteri booster, varicella, zoster, MMR, hepastitis A hepatitis
B, dan meningitis. Imunisasi ini bisa merupakan booster dari imunisasi yang
sudah dilakukan pada saat anak-anak yang bertujuan untuk mempertahankan
imunitas terhadap penyakit tersebut, ataupun untuk penyakit yang memang
beresiko tinggi pada usia dewasa. Di Indonesia sendiri, Pemerintah melalui
perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam telah mengeluarkan rekomendasi
jadwal imunisasi dewasa pada tahun 2013, jadwal imunisasi dewasa merupakan
lanjutan dari jadwal imunisasi anak. Jadwal tersebut dibedakan berdasarkan usia,
jenis kelamin, dan faktor risiko tinggi terhadap penyakit. Selain dilakukan
imunisasi pencegahan untuk usia dewasa juga dapat diberikan obat tambahan
sebagai profilaksis penyakit. Namun profilaksis ini belum banyak diberlakukan di
Indonesia, terkait dengan biaya dan efektifitasnya.
Pencegahan yang sering diberikan adalah melalui konseling, hal ini
berkaitan dengan perubahan gaya hidup dan perilaku pada pasien dewasa,
terutama dengan penyakit menular serta kronis. Konseling gaya hidup ini
mencakup diet, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, alkohol, dan penggunaan obat-
obatan, dan pada perempuan yang sudah menikah diberikan konseling KB.
Sedangkan konseling perilaku dilakukan dengan prinsip 5A, yaitu assess, advice,
agree, assist, arange. Kelima prinsip itu diberlakukan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dari konselinng. Selain pencegahan primer, pada orang
dewasa juga dilakukan pencegahan sekunder berupa skrining, skrining bisa
dilakukan pada orang yang memiliki faktor risiko atau pasien yang terpapar
sehingga meningkatkan risiko terkena penyakit. Pada usia dewasa terdapat
kelompok yang harus diberikan perhatian lebih, yaitu kelompok ibu hamil dan
geriatri.
Pada wanita hamil dapat dilakukan konseling dan prenatal care untuk
mencegah dan mendeteksi secara dini komplikasi pada ibu maupun bayi.
Konseling diberikan untuk mencegah 4 terlalu, terlalu dini, terlalu tua, terlalu
dekat, dan terlalu banyak. Antenatal care diwajibakan minimal 4 kali, dengan
rincian 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada
trimester ketiga. Trimester pertama dan kedua diberikan suplemen besi ataupun
asam folat untuk perkembangan bayi, kemudian juga dibutuhkan pengecekan lab
darah dan skrining penyakit menular untuk mencegah penularan dari ibu ke anak.
Pada trimester ketiga dibutuhkan konseling mengenai kelahiran dan perawatan
post partum.
Pada geriatri memerlukan perhatian yang kebih khusus, hal ini disebabkan
terdapat penurunan daya tahan tubuh, kemampuan fisik yang melemah, dan
penurunan kognitif. Geriatric assessmen berupa assesment medis, fungsional,
psikologi, dan sosial dibutuhkan untuk mengetahui kondisi secara holistik.
Penuaan tidak dapat dihambat, namun tujuan dari assesmen ini agar dapat
memberdayakan kemandirian selama mungkin dan mencegah disabilitas dan
perburukan penyakit diwaktu mendatang.
BAB IV
KESIMPULAN

Pencegahan atau preventif merupakan pokok dari kedokteran keluarga


dalam beberapa aspek. Sistem kedokteran keluarga bertujuan mempertahankan
kesehatan dan memaksimalkan kualitas hidup pasien Secara umum, usaha
pencegahan dibagi menjadi tiga: (a) primer, yang dilakukan sebelum onset
penyakit; (b) sekunder, dilakukan setelah onset penyakit namun sebelum adanya
gejala dan tanda klinis; (c) tersier, yang dilakukan setelah adanya gejala dan tanda
klinis. Upaya preventif dalam kedokteran keluarga dibedakan sesuai kelompok
usia, hal ini terkait dengan jenis penyakit yang biasa menyerang, imunitas tubuh,
serta kemampuan adaptasi tubuh. Upaya yang dilakukan dapat berupa imunisasi,
profilaksis, skrining, dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA

Akinsanya-Beysolow I (2014). Advisory committee on immunization practices


recommended immunization schedules for persons aged 0 through 18
years - United States, 2014. Morb Mortal Wkly Rep. 63(5):1089.

American College of Medical Genetics (2006). Selection of conditions based


upon Newborn screening: towards a uniform screening panel and system.
Genetic Med. 8(5) Suppl:S12252.

Barlow SE (2007). Expert committee recommendations regarding the prevention,


assessment, and treatment of child and adolescent overweight and obesity:
summary report. Pediatrics. 120(Suppl):S16492.

Branson BM, Handsfield HH, Lampe MA, Janssen RS, Taylor AW, Lyss SB, et al
(2006). Revised recommendations for HIV testing of adults, adolescents,
and pregnant women in health-care settings. MMWR Recomm Rep.
55(RR-14):117. quiz CE1E4.

CDC (2014). National, state, and selected local area vaccination coverage among
children aged 19-35 months United States 2013. Morb Mortal Wkly Rep.
63 (34): 741-8.

Coffield, et al (2001). Priorities Among Recommended Clinical Preventive


Services. American Journal of Preventive Medicine. 21: 1-9.

Committee on Injury Violence, and Poison Prevention (2010). Policy Statement


Prevention of Drowning. Pediatrics.American Academy of Pediatrics.
112(2): 437.

Gorin SNS (2014). Chapter 1: Challenge and strengths of prevention practice in


primary care. Dalam: Gorin SNS, editor. Prevention Practice in Primary
Care. New York: Oxford University Press; hal. 1-16.

Hagan JF, Shaw JS, Duncan PM, editors (2008). Bright futures guidelines for
health supervision of infants, children and adolescents. 3rd ed. Elk Grove
Village: American Academy of Pediatrics.

Hakim RB, Bye BV (2001). Effectiveness of compliance with pediatric preventive


care guidelines among medicaid beneficiaries. Pediatrics. 108(1): 90-7.

Ip S, Chung M, Raman G, Chew P, Magula N, DeVine D, et al (2007).


Breastfeeding and maternal and infat health outcomes in developed
countries. Evid Rep Technol Assess (Full Rep). 153: 1-186.
Ogden et al (2012). Clinical Preventive Services for Older Adults: The Interface
Between Personal Health Care and Public Health Services. American
Journal of Public Health. 102(3): 419-425.

Riley LE, Stark AR, Kilpatrick SJ, editors (2012). Guidelines for perinatal care.
7th ed. Washington, DC: American Academy of Pediatrics, American
College of Obstetricians and Gynecologists.

Stephanie Z (2001). Recommendations to reduce injuries to motor vehicle


occupants: increasing child safety seat use, increasing safety belt use, and
reducing alcohol impaired driving. Am J Prev Med. 21(4): 1622.

Tinetti ME (2003). Preventing Falls in Elderly Persons. The new england journal
of medicine. 348: 42-49.

Zoorob RJ, de Grubb MC, Levine R (2016). Chapter 2: Clinical Prevention.


Dalam: Paulman P, editor. Family Medicine. Omaha: Springer; hal: 71-98.

Anda mungkin juga menyukai