A. PENGERTIAN BUMI
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta
isinya. Kira-kira 250 juta tahun yang lalu sebagian besar kerak benua
di Bumi merupakan satu massa daratan yang dikenal sebagai Pangea.
Kemudian, kira-kira dua ratus juta tahun yang lalu Pangea terpecah
menjadi dua benua besar yaitu Laurasia, yang sekarang terdiri dari
Amerika Utara, Eropa, sebagian Asia Tengah dan Asia Timur; dan
Gondwana yang terdiri dari Amerika Selatan, Afrika India, Australia dan
bagian Asia lainnya. Bagian-bagian dan dua benua besar ini kemudian
terpecah-pecah, hanyut dan bertubrukan dengan bagian lain.
B. PEMBENTUKAN BUMI
2. Teori Planetisimal
Teori Planetesimal
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada
tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari
dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang
surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam
keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di
Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa
bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi).
Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar
dengan matahari mendekat, maka akan terbentuk semacam
gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang
disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut
akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam
lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan
merentang ke arah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya
kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda
tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan
penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan
perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu
akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses
pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada
planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada
planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif
lebih cepat.
Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium
di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa
konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan
perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan
peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan
jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini
seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima
oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang
dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta.
Masih sangat banyak teori lainnya yang Dikemukakan oleh para ahli
seperti:
1. Teori Buffon
Ahli ilmu alam Perancis George Louis Leelere Comte de Buffon.
Beliau mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan
antara matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan
sebagian massa matahari terpental ke luar. Massa yang terpental
ini menjadi planet.
3. Teori Weizsaecker
Pada tahun 1940, C.Von Weizsaecker, seorang ahli astronomi
Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas
matahari yang dikelilingi oleh massa kabut gas. Sebagian besar
massa kabut gas ini terdiri atas unsur ringan, yaitu hidrogen dan
helium. Karena panas matahari yang sangat tinggi, maka unsur
ringan tersebut menguap ke angkasa tata surya, sedangkan
unsur yang lebih berat tertinggal dan menggumpal. Gumpalan ini
akan menarik unsur unsur lain yang ada di angkasa tata surya
dan selanjutnya berevolusi membentuk palnet planet, termasuk
bumi.
4. Teori Whipple
Seorang ahli astronom Amerika Fred L.Whipple, mengemukakan
pada mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut debu kosmis
yang berotasi membentuk semacam piringan. Debu dan gas yang
berotasi menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan
akhirnya menggumpal menjadi padat, sedangkan kabutnya
hilang menguap ke angkasa. Gumpalan yang padat saling
bertabrakan dan kemudian membentuk planet planet.
5. Teori Steady-State
Seorang astronom asal inggris, pada pertengahan abad 20 yang
bernama Sir Fred Hoyle mengemukakan suatu teori yang
disebut Steady-State. Teori ini menyatakan bahwa alam
semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa.
Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama
sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan
bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang
mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori
Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan
pandangan mereka.
C. PERKEMBANGAN BUMI
Teori ini dikonsep oleh Hall pada tahun 1859 yang kemudian
dipublikasikan oleh Dana pada tahun 1873. Teori ini bertujuan
untuk menjelaskan terjadinya endapan batuan sedimen yang
sangat tebal, ribuan meter dan memanjang seperti pada
Pegunungan Himalaya, Alpina dan Andes.