Anda di halaman 1dari 12

PROSES PEMBENTUKAN BUMI

A. PENGERTIAN BUMI
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta
isinya. Kira-kira 250 juta tahun yang lalu sebagian besar kerak benua
di Bumi merupakan satu massa daratan yang dikenal sebagai Pangea.
Kemudian, kira-kira dua ratus juta tahun yang lalu Pangea terpecah
menjadi dua benua besar yaitu Laurasia, yang sekarang terdiri dari
Amerika Utara, Eropa, sebagian Asia Tengah dan Asia Timur; dan
Gondwana yang terdiri dari Amerika Selatan, Afrika India, Australia dan
bagian Asia lainnya. Bagian-bagian dan dua benua besar ini kemudian
terpecah-pecah, hanyut dan bertubrukan dengan bagian lain.

Sejarah Terbentuknya Bumi

Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa


lapisan bumi. Bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi
berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan, perbukitan,
danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang
termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam
seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi
melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak
mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air
laut. Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari
proses terbentuknya tata surya kita.

B. PEMBENTUKAN BUMI

Teori-teori tentang proses terbentuknya bumi

1. Teori Kabut (Nebula)

Sejak jaman sebelum


Masehi, para ahli telah
memikirkan proses
terjadinya Bumi. Salah
satunya adalah teori
kabut (nebula) yang
dikemukakan
oleh Immanuel
Kant (1755) dan Piere
De Laplace (1796).
Mereka terkenal
dengan Teori Kabut
Kant-Laplace. Dalam
teori ini dikemukakan
bahwa di jagat raya
Teori Kabut Nebula
terdapat gas yang
kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar
gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar
semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi
kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (akibat
pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi
planet-planet dalam tata surya. Teori nebula ini terdiri dari beberapa
tahap, yaitu :
Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut
yang begitu pekat dan besar.

Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana


pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk
matahari. Pada saat yang bersamaan materi lain pun terbentuk
menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut
sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.

Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan


gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit
yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari.

2. Teori Planetisimal

Teori Planetesimal

Pada awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli


astronomi Amerika bersama rekannya Thomas C.Chamberlain,
seorang ahli geologi, mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis,
yang mengatakan matahari terdiri dari massa gas bermassa besar
sekali. Pada suatu saat melintas bintang lain yang ukurannya
hampir sama dengan matahari, bintang tersebut melintas begitu
dekat sehingga hampir menjadi tabrakan. Karena dekatnya lintasan
pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang tersebut
mengakibatkan tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi.

Karena pengaruh gaya gravitasi tersebut sebagian materi terlempar


meninggalkan permukaan matahari dan permukaan bintang. Materi-
materi yang terlempar mulai menyusut dan membentuk gumpalan-
gumpalan yang disebut planetisimal. Planetisimal- Planetisimal lalu
menjadi dingin dan padat yang pada akhirnya membentuk planet-
planet yang mengelilingi matahari.

3. Tori Pasang Surut Gas (Tidal)

Teori Pasang Surut Gas

Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada
tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari
dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang
surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam
keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di
Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa
bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi).
Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar
dengan matahari mendekat, maka akan terbentuk semacam
gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang
disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut
akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam
lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan
merentang ke arah bintang besar itu.

Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya
kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda
tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan
penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan
perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu
akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses
pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada
planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada
planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif
lebih cepat.

4. Teori Bintang Kembar

Teori Bintang Kembar

Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton.


Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar.
Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang
terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya
gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang
tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak itu. Bintang yang
tidak meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan
pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang
mengelilinginya.

5. Teori Big Bang


Teori Big Bang

Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal


dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat
gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran
tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar
ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram
raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan
dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan
nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun,
nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi
yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian
membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang
terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk
gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian,
gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet
bumi.

Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses


secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga
tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:

1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum


mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan
terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih
besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih
ringan akan bergerak ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar,
mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.

Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium
di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa
konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan
perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan
peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan
jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini
seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima
oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang
dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta.

Masih sangat banyak teori lainnya yang Dikemukakan oleh para ahli
seperti:

1. Teori Buffon
Ahli ilmu alam Perancis George Louis Leelere Comte de Buffon.
Beliau mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan
antara matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan
sebagian massa matahari terpental ke luar. Massa yang terpental
ini menjadi planet.

2. Teori Kuiper atau Kondensasi


Dikemukakan oleh Gerald P.Kuiper bahwa pada mulanya ada
nebula besar berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah
protomatahari, sedangkan massa gas yang berputar mengelilingi
promatahari adalah protoplanet. Pusat piringan yang merupakan
protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet
menjadi dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan
menggumpal menjadi planet planet. Dalam teorinya beliau juga
mengatakan bahwa tata surya pada mulanya berupa bola kabut
raksasa. Kabut ini terdiri dari debu, es, dan gas. Bola kabut ini
berputar pada porosnya sehingga bagian-bagian yang ringan
terlempar ke luar, sedangkan bagian yang berat berkumpul di
pusatnya membentuk sebuah cakram mulai menyusut dan
perputarannya semakin cepat, serta suhunya bertambah,
akhirnya terbentuklah matahari.

3. Teori Weizsaecker
Pada tahun 1940, C.Von Weizsaecker, seorang ahli astronomi
Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas
matahari yang dikelilingi oleh massa kabut gas. Sebagian besar
massa kabut gas ini terdiri atas unsur ringan, yaitu hidrogen dan
helium. Karena panas matahari yang sangat tinggi, maka unsur
ringan tersebut menguap ke angkasa tata surya, sedangkan
unsur yang lebih berat tertinggal dan menggumpal. Gumpalan ini
akan menarik unsur unsur lain yang ada di angkasa tata surya
dan selanjutnya berevolusi membentuk palnet planet, termasuk
bumi.

4. Teori Whipple
Seorang ahli astronom Amerika Fred L.Whipple, mengemukakan
pada mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut debu kosmis
yang berotasi membentuk semacam piringan. Debu dan gas yang
berotasi menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan
akhirnya menggumpal menjadi padat, sedangkan kabutnya
hilang menguap ke angkasa. Gumpalan yang padat saling
bertabrakan dan kemudian membentuk planet planet.

5. Teori Steady-State
Seorang astronom asal inggris, pada pertengahan abad 20 yang
bernama Sir Fred Hoyle mengemukakan suatu teori yang
disebut Steady-State. Teori ini menyatakan bahwa alam
semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa.
Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama
sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan
bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang
mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori
Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan
pandangan mereka.

6. Gagasan Lain Tentang Big Bang (Radiasi Latar Kosmis)


Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain
tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan
alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang
ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu,
radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam
semesta. Bukti yang 'seharusnya ada' ini pada akhirnya
diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno
Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa
sengaja. Radiasi ini, yang disebut 'radiasi latar kosmis', tidak
terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi
meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui
bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan
awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah
Nobel untuk penemuan mereka. Pada tahun 1989, NASA
mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang
angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis.
Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan
Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa
yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta.
Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang
masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang.
7. Alam Semesta Itu Kekal
Gagasan kuno mengatakan bahwa alam semesta itu kekal.
Gagasan yang umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta
merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah
ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Selain
meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini
menolak keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam
semesta tidak berawal dan tidak berakhir.

Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi


sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak
keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan
Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19,
sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham
Materialisme dialektika Karl Marx.Para penganut materalisme
meyakini model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak
paham ateis mereka. Misalnya, dalam bukunya Principes
Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis George Politzer
mengatakan bahwa "alam semesta bukanlah sesuatu yang
diciptakan" dan menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah pasti
diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan".

Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan


dari ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta statis abad
19, dan menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah
pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang berkembang
di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan
materialisme ini.

Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini


dinamakan 'Big Bang', dan teorinya dikenal dengan nama
tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol' merupakan
pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan
pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep
'ketiadaan', yang berada di luar batas pemahaman manusia,
hanya dengan menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'.
Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti 'ketiadaan'.
Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan.
Dengan kata lain, ia telah diciptakan.

C. PERKEMBANGAN BUMI

Teori-teori tentang Perkembangan Bumi


1. Teori Kontraksi (James Dana - Elie de Baumant)
Dalam teori ini dinyatakan bahwa bumi mengalami pengerutan
karena pendinginan di bagian dalam bumi akibat konduksi
panas,sehingga mengakibatkan bumi tidak rata.

Teori Kontrasi Pembentukan Bumi

2. Teori Descartes dan Suess


Dalam teori ini dikatakan bahwa pada saat bola bumi mendingin
maka terjadilah proses pengerutan dan semakin menyusut.Kerutan-
kerutan itulah sebagai pegunungan,lipatan yang kita kenal sampai
sekarang.Teori Descartes dan Suess ini disebut teori kontraksi.

3. Teori Geosinklin (Hall Dana)


Teori Geosinklin

Teori ini dikonsep oleh Hall pada tahun 1859 yang kemudian
dipublikasikan oleh Dana pada tahun 1873. Teori ini bertujuan
untuk menjelaskan terjadinya endapan batuan sedimen yang
sangat tebal, ribuan meter dan memanjang seperti pada
Pegunungan Himalaya, Alpina dan Andes.

Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada


kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga
terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses
pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar
cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari
sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan
lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah
terbentuk akan mengalami metamorfosa. Batuan yang
terdeformasi didalamnya dijelaskan sebagai akibat menyempitnya
cekungan karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan
terlipat dan tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah
pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.

Kelemahan : tidak mampu menjelaskan asal-usul aktivitas vulkanik


dengan baik dan logis. Keteraturan aktivitas vulkanik tidak bisa
dijelaskan dengan teori geosinklin. Pada intinya, golongan ilmuwan
menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan gaya
vertikal. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh
gaya utama yang berarah tegak lurus dengan bidang yang
terdeformasi.

4. Hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)


Condinental Drift

Tahun 1912, Alfred Wegener seorang ahli meteorologi Jerman


mengemukakan konsep Pengapungan Benua (Continental drfit).
Dalam The Origin of Continents and Oceans. Hipotesa utamanya
adalah satu super continent yang disebut Pangaea (artinya
semua daratan) yang dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan).
Selanjutnya, hipotesa ini mengatakan 200 juta tahun yang lalu
Pangaea pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Dan
kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti yang dijumpai
saat ini. Sedangkan hipoptesa lainnya menyatakan bahwa pada
mulanya ada dua super kontinen , yaitu pangea utara yang disebut
juga Laurasia, dan pangea selatan yang disebut juga
Gondwanaland.

Anda mungkin juga menyukai