Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Berikut ini adalah data hasil percobaan Transesterifikasi :

Tabel 1 Data Hasil Percobaan Transesterifikasi


No Data Percobaan Jumlah
1 Volume biodesel 75 ml
2 Densitas Biodesel 963,2 kg/m3
3 Asam Lemak Bebas Biodesel 0,356%
4 Viskositas Biodesel 9,634 m2/s

4.2 Pembahasan

Biodiesel merupakan bahan bakar alternative yang menjanjikan


yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak
bekas melalui esterifikasi dengan alcohol. biodiesel dapat digunakan tanpa
modifikasi ulang mesin diesel. Karena bahan bakunya berasal dari minyak
tumbuhan atau lemak hewan, biodiesel digolongkan sebagai bahan bakar
yang dapat diperbarui. Komponen karbon dalam minyak atau lemak berasa
dari karon dioksida diudara, sehingga biodiesel dianggap tidak
menyumbang pemanasan global sebanyak bahan bakar fosil.

Mesin diesel yang beroperasi dengan menggunakan biodiesel


menghasilkan emisi karbon monoksida, hidrokarbon yang tidak terbakar,
partikulat, dan udara beracun yang lebih rendah dibandingkan dengan
mesin diesel yang menggunakan bahan bakar petroleum.[3]

Tahapan reaksi transesterifikasi pada pembuatan biodiesel selalu


diinginkan agar didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang
maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta
perolehan biodiesel melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh air dan asam lemak bebas


Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka
asam yang lebih kecil daripada 2%. Selain itu, semua bahan yang
akan digunakan harus bebas dari air karena dapat bereaksi dengan
katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus
terhindar dari kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi
dengan uap air dan karbon dioksida.
b. Pengaruh perbandingan molar alcohol dengan minyak
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan pada reaksi
stoikiometri adalah 3 mol metanol untuk setiap 1 mol trigliserida
agar diperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol gliserol.

c. Pengaruh jenis alkohol


Metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi
dibandingkan menggunakan etanol atau butanol.

d. Pengaruh jenis katalis


Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi
transesterifikasi bila dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa
yang sering digunakan untuk reaksi transesterifikasi adalah natrium
hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), natrium metoksida
(NaOCH3), dan kalium metoksida (KOCH3). Penggunaan katalis
akan lebih baik jika jumlahnya dibatasi sebab jika jumlah katalis
yang ditambahkan terlalu banyak maka proses akan kurang efektif
karena banyak katalis yang akan terbuang.

e. Metanolisis Crude dan Refined Minyak Nabati


Perolehan metil ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak
nabati refined. Namun apabila produk metil ester akan digunakan
sebagai bahan bakar mesin diesel, cukup digunakan bahan baku
berupa minyak yang telah dihilangkan getahnya dan disaring.

f. Pengaruh temperatur
Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30 65C
(titik didih methanol sekitar 65C). Semakin tinggi temperatur,
konversi biodiesel yang diperoleh akan semakin tinggi untuk waktu
reaksi yang lebih singkat.[10]

Pada percobaan ini yang pertama kali dulakukan adalah menyiapkan


bahan bahan yang diperlukan, seperti 100 ml minyak yang dipanaskan
pada suhu 500C, membuat larutan natrium metoksida dari 0,5 gram NaOH
padat + 25 ml methanol, 0,1 N NaOH, methanol dan membuat methanol
netral.
Gambar 6. Memanaskan minyak

Gambar 7. Pembuatan natrium metoksida

Selanjutnya, minyak yang telah dipanaskan pada suhu 50 0C


dicampurkan dengan larutan natrium metoksida sambil diaduk dengan
motor pengaduk dan dipanaskan pada suhu 600C. Natrium metoksida
dimasukkan ke dalam minyak setetes demi setetes, tujuannya agar bereaksi
dengan cepat dan sempurna antara natrium metoksida dengan minyak. Jadi
pada tahap ini natrium berperan untuk mengaktifkan metoksi untuk lebih
cepat bereaksi dengan trigliserda pada minyak, karena natrium yang
berasal dari NaOH merupakan katalis yang mempercepat suatu reaksi dan
menurunkan energy aktivasi namun karena dia katalis maka tidak ikut
bereaksi dan mempengaruhi produk. Tujuan dari pengadukan dengan
motor pengaduk selain untuk menjaga konstannya pengadukan ( 290 310
rpm) juga fungsi dari pengadukan sendiri adalah untuk mempercepat
terjadinya reaksi. Adapun suhu yang digunakan adalah 600C karena adanya
kandungan methanol dari campuran tersebut, yang mana titik didih dari
methanol itu 64,50C. Jika suhu nya mencapai 64,5 atau lebih, maka
methanol akan mendidih lalu menguap meninggalkan campuran tersebut.

Gambar 8. Proses transesterifikasi


Setelah proses pemanasan, pengadukan dan pencampuran selesai,
selanjutnya adalah mendinginkan hasil percobaan dan memasukkannya ke
corong pemisah. Namun pada percobaan ini terjadi penyimpangan hasil.
Kelompok kami tidak mendapatkan biodiesel sebagai produk, namun
produk yang diperoleh zat seperti bola bola kecil kenyal seperti jelly
yang berwarna kuning kecoklatan yang merupakan gliserin / lemak.
Adapun penyebab penyimpangan hasil yang didapat karena NaOH yang
digunakan telah bercampur dengan air dikarenakan gelas beker yang
digunakan belum kering secara sempurna setelah dicuci. Seharusnya
pembuat natrium metoksida itu tidak boleh ada kandungan air.

Karena percobaan pertama tidak diperoleh biodiesel sebagai


produk utama, maka kelompok kami mengulang percobaan lagi dari awal.
Proses yang dilakukan sama, namun kali ini kami membersihkan gelas
beker tempat membuat natrium metoksida sampai kering. Saat pemisahan
pun diperoleh biodiesel.

Gambar 9. pemisahan antara biodiesel dengan gliserol


Setelah proses pemisahan, biodiesel yang diperoleh dibilas dengan
air hangat 150 ml. tujuan dari pembilasan ini agar biodiesel yang diperoleh
lebih bersih lagi dan terpisah dari partikel atau senyawa yang tidak
diperlukan, seperti gliserol. Namun, setelah pembilasan ini hasil yang
diperoleh justru semakin keruh dikarenakan masih adanya gliserol yang
bercampur dengan air dan tidak terpisah dari biodiesel. Sebenarnya
kekeruhan ini bisa bisa diatasi dengan penambahan CaCl 2, yang mana
CaCl2 ini bisa menyerap air. Namun pada percobaan ini tidak
menggunakan CaCl2.

Setelah melakukan percobaan ini, volume biodiesel yang diperoleh


adalah 75 ml.

Viskositas adalah suatu angka yang meyatakan besarnya hambatan


dari suatu bahan cair untuk mengalir atau ukuran dari besarnya tahanan
geser dari cairan. Makin tinggi viskositasnya, makin kental dan semakin
sukar mengalir.[11] Viskositas kinematik biodiesel yang diperoleh adalah
9,634 x 10 -5 atau 9,634 cSt, namun berdasarkan strandar SNI viskositas
kinematic biodiesel berada diantara 2,3 6,0 cSt. Dari data viskositas yang
diperoleh tersebut dapat diketahui bahwa viskositas kinematic tidak sesuai
SNI. Nilai viskositas yang terlalu tinggi ini dikarenakan metanol sudah
menguap sebelum proses reaksi transesterifikasi selesai sehingga biodiesel
yang dihasilkan masih terlalu kental.[11]

Densitas minyak adalah massa minyak per satuan volum pada


suhu tertentu. Berat jenis (specific gravity) minyak adalah perbandingan
antara rapat minyak pada suhu tertentu rapat air pada suhu tertentu. [11]
Densitas yang diperoleh dari pembuatan biodiesel ini adalah 963,2 kg/m3,
sedangkan menurut SNI densitas seharusnya 850 890 kg/m3. Nilai
densitas yang tidak sesuai SNI ini dikarenakan masih terdapatnya partikel
partikel lain yang bercampur dengan biodiesel, seperti air dan glisero
akibat tidak sempurnanya pemisahan.

Pada percobaan ini juga telah dilakukan uji kandungan asam lemak
bebas pada biodiesel. Diperoleh bahwa kadar asam lemak bebas nya
adalah 0,356%

Anda mungkin juga menyukai