Anda di halaman 1dari 23

AGRIBISNIS13 UHO

Jumat, 01 Januari 2016


MAKALAH LENGKAP KELAPA SAWIT

MAKALAH
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
(Teknologi Budidaya Tanaman Kelapa Sawit)

OLEH :
KELOMPOK 18

1. RIANSYAH (D1A1 13 080)


2. METI ANDRIANI (D1A1 13 193)
3. MUTHIARY NURUL MF. (D1A1 13 224)

SEP GENAP

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

KATA PENGANTAR
ALHAMNDULILLAHIRRABBIL ALAMIN
Segala puji bagi Allah swt Tuhan Semesta Alam. Itulah pujian yang kami panjatkan atas
kehadirat Maha besar-Nya Allah swt karena atas limpahan rahmat, karunia dan inayah-Nya
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Teknologi budidaya tanaman
kelapa sawit dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah teknologi
produksi tanaman.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kelemahan
maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman
mahasiswa, dosen dan pembaca sekalian.

Kendari, 25 Nopember 2015

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...1
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Rumusan Masalah . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..2
1.3 Tujuan Penulisan . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA . .. . . . . . . . . . . .. . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . ..3
2.1 Pengertian Kelapa Sawit .. . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . . .. . . . . . . . 3
BAB III PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..5
3.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . 5

3.2 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7


BAB IV PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
4.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 22
4.2 Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .22
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. ..23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan
salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian
umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak
tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi
terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman
kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan
penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan
kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah
satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi
andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit
memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan
kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara.
Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah
propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi
167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3
juta ton CPO (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan
primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap
bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu
menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa
terbesar bagi Indonesia.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi
7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami
peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas.
Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17
ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan.
Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat
dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan
penyakit.
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang
berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian
Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional
karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen
impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar.
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan.
Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dan
menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas
tanaman.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah teknologi budidaya tanaman kelapa
sawit ini yaitu :
1. Bagaimana syarat tumbuh tanaman kelapa sawit ?
2. Bagaimana teknik budidaya tanaman kelapa sawit ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah teknologi budidaya tanaman kelapa sawit ini
yaitu :
1. Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman kelapa sawit
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kelapa sawit

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit

Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier dan
kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier dan
kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara
dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas
sampai kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja, 2006).
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa
terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang,
terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat
kukuh (Sunarko, 2008). Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut. Daun pupus
yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak
lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120
lembar (Setyamidjaja, 2006).
Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan
bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga
betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination).
Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya
dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan
daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan
semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang
dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa
ons hingga 30 kg (Setyamidjaja, 2006).
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah
antara 120 Lintang Utara 120 Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara
2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran
matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 24 -38 C.
Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Setyamidjaja, 2006).
Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif
kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah.
Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan
metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan
meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan
vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi
buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika.
Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim. Hal yang
perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan
ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit
karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran
penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan
unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa
sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).

BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Syarat Tumbuh

Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi


lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara
maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain
keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa
sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus : Elaeis
Spesies :Elaeis guineensis Jacq.

2.1.1 Iklim
Penyinaran matahari
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per
hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat iklim yang sesuai
yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cukup. Umumnya turun pada
sore atau malam hari.

Suhu

Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu rata-rata
tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27 0C, yang menghasilkan
banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu semakin
rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga mengalami merata
sepanjang tahun.

Curah hujan dan kelembaban

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah yang panas,
dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun merata
sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah dataran
rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat lebih 500
meter di atas permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya pun
akan rendah.

2.1.2 Tanah
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada karakter
lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis tanah yang baik untuk
bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial,
dan organosol/gambut tipis. Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan
oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah.

Sifat kimia tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH optimumnya
antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut,
terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri atas
lapisan mineral dengan lapisan bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH
rendah.

Sifat fisik tanah

Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring, solum
dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur, permeabilitas sedang, dan
lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah. Tanah yang baik bagi pertumbuhan
juga harus mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara
tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam
menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara tipe-tipe tanah
memang relatif sulit.

2.2 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

2.2.1 Persiapan Lahan

Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa Sawit
yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan sesuai
dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut. Supaya areal tersebut dapat
ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar yang
akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk
memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang
kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit
(Setyamidjaja, 2003).

2.2.2 Pembibitan Bibit


Merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang
dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Pembibitan
merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit.
Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan
berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan
tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada
saat pelaksanaan penanaman (transplanting). Menurut Setyamidjaja, (2006), untuk menghasilkan
bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat
menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang. Untuk itu berikut ini
disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama.

2.2.2.1 Pemilihan Lokasi

Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut:


1) Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan mempunyai kondisi baik.
2) Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi yang baik.
3) Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam pengawasan.
4) Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan. Drainase baik, sehingga pada
musim hujan tidak tergenang air.
5) Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan kualitas yang
memenuhi syarat.
6) Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah Kebun.
7) Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang direncanakan untuk
ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan bibit

2.2.2.2 Luas Pembibitan

Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,01,5% dari luas areal pertanaman yang
direncanakan. Luas areal pembibitan yang dibutuhkan bergantung pada jumlah bibit dan jarak
tanam yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu diperhitungkan pemakaian
jalan, yang untuk setiap hektar pembibitan diperlukan jalan pengawasan sepanjang 200 m
dengan lebar 5 m.
2.2.2.3 Sistem Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan
pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi
pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman
kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (Main Nursery). Sedangkan
pada sistem pembibitan dua tahap (double stage), dilakukan pembibitan awal (Pre Nursery)
terlebih dahulu selama 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke
pembibitan utama (Main Nursery) dengan polybag berukuran lebih besar. Sistem pembibitan dua
tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan, karena memiliki beberapa keuntungan,
antara lain:
1) Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui beberapa tahapan
seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama.
2) Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polybag
besar di pembibitan utama.
3) Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu persiapan pembibitan
utama pada tiga bulan pertama.

2.2.3 Media Tanam

Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya
tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki
struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan
bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan
perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke
dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses
pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan
material lainnya.

2.2.3.1 Kantong Plastik (Polybag)

Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap pembibitan
awal (Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran panjang
22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3 cm sebanyak
12-20 buah. Pada tahap pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag berwarna hitam
dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap polybag dibuat
lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah polybag.

2.2.3.2 Pembibitan Awal (Pre-Nursery)

Benih yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada
bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya. Ukuran polybag
yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm ( lay flat ). Polybag diisi dengan 1,5 2,0 kg
tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase. Kecambah ditanam
sedalam 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Setelah bibit dederan yang berada di
prenursery telah berumur 3 4 bulan dan berdaun 4 5 helai, bibit dederan sudah dapat
dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery).
Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek.
Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh
bibit. Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh
kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena siraman.
Pembibitan Utama ( Main-Nursery ) Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan
polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm
dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah atas yang
telah diayak sebanyak 15 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan
dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit (Setyamidjaja, 2006).
Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan
tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada
polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur
dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm
(Setyamidjaja, 2006).

2.2.3.3 Pemeliharaan (pada pembibitan)

Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik
agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai
dengan umur dan saat tanam yang tepat.
Pemeliharaan bibit meliputi :
1. Penyiraman
2. Penyiangan
3. Pengawasan dan seleksi
4. Pemupukan
Penyiraman
1. Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 8 mm pada
hari yang bersangkutan.
2. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus
agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.
3. Kebutuhan air siraman 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit.
Penyiangan
1. Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan, dikored atau
dengan herbisida
2. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan
gulma.
Pengawasan dan seleksi
1. Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama dan
penyakit.
2. Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus
dibuang.
3. Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu pada
saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan. Menurut
(Setyamidjaja, 2006), seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan pada
waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur
empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke
lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan.
4. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri:
a. Bibit tumbuh meninggi dan kaku
b. Bibit terkulai
c. Anak daun tidak membelah sempurna
d. Terkena penyakit
e. Anak daun tidak sempurna.

2.2.4 Pemupukan

Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan subur.
Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk.

2.2.5 Hama dan Penyakit


2.2.5.1 Hama

Hama Tungau

Penyebabnya tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala terlihat
pada daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
Semprot Pestisida atau Natural BVR.
Ulat Setora
Penyebabnya adalah (Setora nitens). Bagian yang diserang adalah daun. Gejala yang
terlihat pada daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian dengan cara
penyemprotan dengan Pestisida

2.2.5.2 Penyakit

Root Blast
Penyebab dari penyakit ini yaitu (Rhizoctonia lamellifera) dan (Phythium Sp). Bagian
diserang akar. Gejala dapat dilihat dari bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu
dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian dengan cara pembuatan persemaian yang baik,
pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan (Zaman,
2006).
Garis Kuning
Penyebab dari penyakit ini yaitu (Fusarium oxysporum). Bagian diserang daun. Gejala
terdapat bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun
mengering. Pengendalian dengan cara inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda.
Dry Basal Rot
Penyebab penyakit ini yaitu (Ceratocyctis paradoxa). Bagian diserang batang. Gejala
terdapat pada pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering.
Pengendalian dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit

2.2.6 Panen

Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting dan
merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat panen adalah indikator akan
dimulainya pengembalian inventasi yang telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan
yang dikelola dengan baik akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan
tanaman mampu bertahan dalam umur yang panjang. Berbeda dengan tanaman semusim,
pemanenan kelapa sawit hanya akan mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi
yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap
membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampi batas usia ekonomisnya habis.
Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun.
Kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan.
Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen,
dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya
ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10
buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

2.2.7 Pasca Panen

Pasca panen tanaman kelapa sawit dalam pengolahan bahan baku berupa Tandan Buah
Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) terdiri dari beberapa tahapan
yaitu :
2.2.7.1 Jembatan Timbang

Pada Pabrik Kelapa Sawit jembatan timbang yang dipakai menggunakan sistem komputer
untuk meliputi berat. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan
timbang berhenti sekitar 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar dan
sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal dan akhir adalah
berat TBS yang ditrima dipabrik.

Gambar 2.2.7.1. Jembatan Timbang


2.2.7.2 Penyortiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Jenis buah
yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen
merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS (Tandan
Buah Segar).
Pematangan buah mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan ALB (Asam Lemak
Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut :

KEMATANGAN BUAH Rendamen minyak% Kadar ALB (%)


Buah mentah 14 18 1,6 2,8
Setengah matang 19 25 1,7 3,3
Buah matang 24 30 1,8 4,4
Buah lewat matang 28 - 31 3,8 6,1

Setelah disortir TBS tersebut dimasukkan ketempat penimbunan sementara (Loding ramp ) dan
selanjutnya diteruskan ke stasiun perebusan (Sterilizer ).

Gambar 2.2.7.2. Penyortiran

2.2.7.3 Proses Perebusan (Sterilizer)


Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m. Dalam sterilizer
dilapisi Wearing Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan steam, dibawah sterilizer
terdapat lubang yang gunanya untuk pembuangan air condesat agar pemanasan didalam sterilizer
tetap seimbang.
Dalam proses perebusan minyak yang terbuang 0,7%. Dalam melakukan proses
perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan dari boiler. Uap yang
masuk ke sterilizer 2,8 3 kg/cm2, 140 derajat celcius dan direbus selama 90 menit.
Gambar 2.2.7.3. Sterilizer
2.2.7.4 Proses Penebah (Thereser Process)
Hoisting Crane
Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori dan menuangkan isi lori ke bunch
feeder (hooper). Dimana lori yang diangkat tersebut berisi TBS yang sudah direbus.
Thereser
Fungsi dari Theresing adalah untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara
mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor.

2.2.7.5 Proses Pengempaan (Pressing Process)


Proses Kempa adalah pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah Kelapa Sawit
dengan jalan pelumatan dan pengempaan. Baik buruknya pengoperasian peralatan mempengarui
efisiensi pengutipan minyak. Proses ini terdiri dari :
Digester
Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan cara buah masuk ke
Conveyor Under Threser yang fungsinya untuk membawa buah ke Fruit Elevator yang fungsinya
untuk mengangkat buah keatas masuk ke distribusi conveyor yang kemudian menyalurkan buah
masuk ke Digester.

Gambar 2.2.7.5 Digester

Screw Press
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari
digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah buah yang telah diaduk secara bertahap
dengan bantuan pisau pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan
mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa ( twin screw press ).

Gambar 2.2.7.5. Screw Press

2.2.7.6 Proses Pemurnian Minyak ( Clarification Station )


Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar / Crude Oil dan
ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke stasiun klarifikasi dimana
proses pengolahannya sebagai berikut :

1) Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir)

Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk ke Sand
Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung pasir. Temperatur pada sand
trap mencapai 95 0C

2) Vibro Seperator / Vibrating Screen

Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut serabut
yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin penyaringan itu sendiri
dengan sistem getaran getaran pada Vibro kontrol melalui penyetelan pada bantul yang di ikat
pada elektromotor. Getaran yang kurang mengakibatkan pemisahan tidak efektif.

3) Vertical Clarifier Tank (VCT)

Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (NOS) secara
gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1 akan berada pada lapisan
atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan tengah sedangkan NOS dengan berat
jenis lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan bawah.
Fungsi Skimmer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat pemisahan minyak
dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan
Sludge. Temperatur yang cukup (95 0C) akan memudahkan proses pemisahan ini.
Prinsip kerja didalam VCT dengan menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan
yang berbeda jenis. Prinsip bejana berhubungan diterapkan dalam mekanisme kerja di VCT.

4) Oil Tank

Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh Purifier.
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk mendapatkan temperatur yang
diinginkan yakni 95o C. Kapasitas Oil Tank 10 Ton / Jam.

5) Oil Purifier

Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan cara
sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur suhu 95o C.

6) Vacuum Dryer

Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi.
Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana melalui Nozel. Suatu jalur
resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana, sehingga bilamana ketinggian
permukaan minyak menurun pengapung akan membuka dan mensirkulasi minyak kedalam
bejana.

7) Sludge Tank
Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge ( bagian dari minyak kasar yang
terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge seperator. Pemanasan dilakukan
dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan temperatur yang dinginkan yaitu 95o C.

8) Sand Cyclone / Pre- cleaner

Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung dalam sludge
dan untuk memudahkan proses selanjutnya.

9) Brush Strainer ( Saringan Berputar )

Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat pada sludge
sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Seperator. Alat ini terdiri dari saringan dan sikat yang
berputar.

10) Sludge Seperator

Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih terkandung
dalam sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih
kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut sudut ruang tangki pisah.

11) Storage Tank

Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi yang
dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal dan pemeriksaan
kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran pada pipa
Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kelapa sawit adalah tanaman penghasil
minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi
kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh
di daerah antara 120 Lintang Utara 120 Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki
antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama
penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-
380C.
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah
penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah
matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen
adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau
sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan
umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur
lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan
tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun.

4.2 Saran
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang seiring
dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan
teknologi produksi sebagai usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Perangin-angin, S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guinensis
Jacq.) Kawan Batu Estate, PT. Teguh Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah.

Zaman, F.F.S.B. 2006. Manajemen Pengendalian Hama dan penyakit pada Tanaman Belum
Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Sumatera barat.

Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.

Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Anonim. 2012. Makalah teknik budidaya kelapa sawit. http://www.blogspot.com . (Diakses, 25 Nopember
2015)

Sulesman. 2014. Makalah budidaya tanaman kelapa sawit. http://.blogspot.co.id/.html (diakses, 25


Nopember 2015)

Diposkan oleh Riansyah AGB13UHO di 09.28


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:

1.

indo biotech28 November 2016 19.18

PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

menyediakan MIKRO MINERAL (M36) untuk keperluan penelitian, laboratorium,


mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di
https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya
seputar bioteknologi agro

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Entri Menarik
MAKALAH KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah Komunikasi Pembangunan Partisipatif


(Kombangpar) mungkin masih terasa asing, bahkan di ka...

Mengenai Saya

Riansyah AGB13UHO
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
2016 (2)

o Januari (2)
MAKALAH KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

MAKALAH LENGKAP KELAPA SAWIT

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai