Anda di halaman 1dari 7

PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK

A. Hakekat Pemerolehan Bahasa Anak


Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua keterampilan, yaitu kemampuan
untuk menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tuturan
orang lain. Jika dikaitkan denga hal itu, maka yang dimaksud dengan
pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa
pemahaman atau pun pengungkapan, secara alami, tanpa melalui kegiatan
pembelajaran formal (Tarigan dkk., 1998). Selain pendapat tersebut, Kiparsky
dalam Tarigan (1988) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses
yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis
dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling
baik dan paling sederhana dari bahasa bersangkutan.
Dengan demikian, proses pemerolehan adalah proses bawah sadar.
Penguasaan bahasa tidak disadari dan tidak dipengaruhi oleh pengajaran yang
secara eksplisit tentang sistem kaidah yang ada di dalam bahasa kedua. Berbeda
dengan proses pembelajaran, adalah proses yang dilakukan secara sengaja atau
secara sadar dilakukan oleh pembelajar di dalam menguasai bahasa. Adapun
karakteristik pemerolehan bahasa menurut Tarigan dkk. (1998) adalah:
1. Berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar bahasa tanpa beban,
dan di luar sekolah;
2. Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga lembaga
pendidikan seperti sekolah atau kursus;
3. Dilakukan tanpa sadar atau secara spontan;
4. Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang
bermakna bagi anak.

B. Teori Pemerolehan Bahasa Anak


1. Teori Behaviorisme
Menurut pandangan teori ini, tidak ada struktur linguistik yang dibawa sejak
lahir. Anak yang lahir dianggap kosong dari bahasa. Mereka berpendapat
bahwa anak yang lahir tidak membawa kapasitas atau potensi bahasa. Bahkan
Brown (1980) menyatakan bahwa anak lahir ke dunia ini seperti kain putih
tanpa catatan-catatan, lingkungannyalah yang akan membentuk tingkah
lakunya.
Pengetahuan dan keterampilan berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan
proses belajar. Dengan demikian, bahasa dipandang sebagai sesuatu yang
dipindahkan melalui pewarisan kebudayaan, sama halnya seperti orang yang
belajar mengendarai sepeda.
2. Teori Nativisme
Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya, bahasa hanya dapat
dikusai oleh manusia, binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia.
Pendapat Chomsky didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, perilaku
berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki pola
perkembangan yan sama (merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan
memiliki peran kecil dalam proses pematangan bahasa.
Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga,
lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi
penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.
Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit
sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melalui peniruan.
Nativisme juga dipercaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan
suatu alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device, disingkat
LAD).
Tanpa LAD, tidak mungkin seorang anak dapat menguasai bahasa dalam
waktu singkat dan bisa menguasai sistem bahasa yang rumit. LAD juga
memungkinkan seorang anak dapat membedakan bunyi bahasa dan bukan bunyi
bahasa.
3. Teori Kognitivisme
Munculnya teori ini dipelopori oleh Jean Piaget (1954) yang mengatakan
bahwa bahasa itu salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari
kematangan kognitif. Jadi perkembangan bahasa itu ditentukan oleh urutan-urutan
perkembangan kognitif.
Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah,
melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan
kognitif. Bahasa distrukturisi oleh nalar. Perkembangan bahasa harus
berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam
kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan
perkembangan bahasa (Chaer, 2003:223). Hal ini tentu saja berbeda dengan
pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari
perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang kompleks,
abstrak, dan khas. Begitu juga dengan lingkungan berbahasa. Bahasa harus
diperoleh secara alamiah.
Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah
perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk
keterampilan berbahasa. Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada.
Anak hanya memahami dunia melalui inderanya. Anak hanya mengenal benda
yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah dapat
mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai
menggunakan symbol untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir
dihadapannya. Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang
diucapkan anak.
4. Teori Interaksionisme
Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan
hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa.
Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara input dan
kemampuan internal yang dimiliki pembelajaran.
Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir. Hal ini dibuktikan oleh
berbagai penemuan seperti yang telah dilakukan oleh Howard Gardner. Dia
mengatakan bahwa sejak lahir anak telah dibekali berbaai kecerdasan. Salah satu
kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan berbahasa (Campbel, dkk. 2006:2-
3). Akan tetapi, yang tidak dapat dilupakan adalah lingkungan juga faktor yang
mempengaruhi kemampuan berbahasa si anak.
C. Ragam Pemerolehan Bahasa Anak
Ditinjau dari segi urutan, dikenal ragam:
1. Pemerolehan Bahasa Pertama
Pemerolehan bahasa pertama erat kaitannya dengan perkembangan sosial
anak dan karenanya erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial.
Apabila seorang anak menggunakan ujaran-ujaran yang bentuknya benar atau
gramatikal, belum berarti ia telah menguasai bahasa pertama.
Proses belajar bahasa pertama memiliki ciri-ciri:
a. belajar tidak disengaja
b. berlangsung sejak lahir
c. lingkungan keluarga sangat menentukan
d. motivasi ada karena kebutuhan
e. banyak waktu untuk mencoba bahasa
f. banyak kesempatan untuk berkomunikasi.
Anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan
4 strategi, di antaranya:
a. Meniru/imitasi.
Berbagai penelitian menemukan berbagai jenis peniruan atau imitasi,
seperti: imitasi spontan, imitasi perolehan, imitasi seger, imitasi lambat,
imitasi perluasan.
b. Strategi produktivitas
Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan
bahasa melalui sarana komunikasi linguistik dan nonlinguistik (mimik,
gerak, isyarat, suara dsb).
c. Strategi umpan balik
yaitu umpan balik antara strategi produksi ujaran (ucapan) dengan
responsi.
d. Prinsip operasi.
Dalam strategi ini anak dikenalkan dengan pedoman, Gunakan beberapa
prinsip operasi umum untuk memikirkan serta menggunakan
bahasa( hindarkan kekecualian, prinsip khusus: seperti kata: berajar menjadi
belajar).
2. Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah
bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa
pertamanya (bahasa ibu). Ada juga yang menyamakan istilah bahasa kedua
sebagai bahasa asing.
Pada proses belajar bahasa kedua terdapat ciri-ciri:
a. Belajar bahasa disengaja, misalnya karena menjadi salah satu mata
pelajaran di sekolah.
b. Berlangsung setelah pelajar berada di sekolah.
c. Sekolah sangat menentukan.
d. Motivasi pelajar untuk mempelajarinya tidak sekuat mempelajari bahasa
pertama. Motivasi itu misalnya ingin memperoleh nilai baik pada waktu
ulangan atau ujian.
e. Waktu belajar terbatas
f. Pelajar tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktikan bahasa
yang dipelajari.
g. Bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua
h. Umur kritis mempelajari bahasa kedua kadang-kadang telah lewat
sehingga proses belajar bahasa kedua berlangsung lama.
i. Disediakan alat bantu belajar
j. Ada orang yang mengorganisasikannya, yakni guru dan sekolah.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak


Ada dua persyaratan dasar yang memungkinkan anak dapat memperoleh
kemampuan berbahasa, yaitu potensi faktor biologis yang dimiliki sang anak,
serta dukungan sosial yang diperolehnya. Selain itu, ada beberapa faktor
penunjang yang merupakan penjabaran dari kedua hal atas yang dapat
mempengaruhi tingkat kemampuan bahasa yang diperoleh anak. Faktor- faktor
yang dimaksud adalah seperti berikut:
1. Faktor biologis
2. Faktor lingkungan social
3. Faktor intelegensi
4. Faktor motivasi
Noam choamsky, tokoh behavioris, berpendapat bahwa semua manusia
mempunyai kemampuan bawaan untuk berbahasa. Dari kegiatan berinteraksi
dengan lingkungan, sesorang akan mampu belajar bahasa atau membentuk
kemampuan berbahasa. Perangkat biologis yang menentukan anak anak dapat
memperoleh kemampuan bahasa ada tiga, yaitu otak, alat dengar, dan alat ucap.
Dalam proses berbicara, sistem syaraf yang ada di otaklah sebagai pengendali.
Semua isyarat tanggapan bahasa yang sudah di proses diotak selanjutnya di
kirimkan ke daerah motor seperti alat ucap untuk menghasilkan bahasa secara
fisik.

E. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak


1. Tahap pralinguistik I (Meraban)
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 0 6 bulan. Bayi
mulai mengeluarkan bunyi bunyi dalam bentuk teriakan,
rengekan. Bunyi yang dikeluarkan mirip dengan bunyi vokal atau
konsonan. Kecenderungan bunyi yang dikeluarkan bersifat
universal yaitu bunyi yang dikeluarkan bayi sama diseluruh
dunia.
2. Tahap pralinguistik II
Pada tahap ini usia sekitar 6 12 bulan bunyi yang
dihasilkan sama tapi kita sudah bisa membedakan maksud anak.
Anak sudah menghasilkan konsonan dan vokal.
3. Tahap satu kata

Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18


bulan. Ujaran ujaran mengandung kata kata tunggal yang
diucapkan anak mengacu pada benda benda yang dijumpai
sehari hari. Pada tahap ini anak mulai mengerti bahwa bunyi
ujar berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan kata
kata pertama. Kecenderungan anak hanya menguasai satu kata
dan umumnya anak mudah mengucapkan vokal.

4. Tahap dua kata

Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18 20 bulan.


Ujaran ujaran yang terdiri atas dua kata muncul seperti mama
mam dan num susu. Anak mampu mengucapkan kata dengan
baik dan tersusun rapi

5. Tahap pengembangan Gramatikal

Pada tahap ini anak mulai menghasilkan ujaran kata ganda.


Anak mulai mampu berbicara panjang. Anak juga mulai mampu
berbicara terhadap banyak objek. Kosakata anak berkembang
dengan pesat mencapai ratusan kata dan cara pengucapan kata
kata semakin mirip dengan orang dewasa. Biasanya anak
cenderung banyak bertanya, banyak yang ingin diketahuinya.

Bahasa pertama mempunyai peranan penting dalam


pengembangan bahasa selanjutnya. Hasil penelitian Dulay, Burt,
dan Krashen (1982) mengatakan bahwa bahasa pertama
merupakan faktor utama dalam proses pemerolehan bahasa
kedua. Menurut teori Behavioristik Watson dan Skinner,
kebiasaan lama masuk dalam cara belajar kebiasaan baru yang
berarti bahasa pertama mempengaruhi bahasa kedua.

Anda mungkin juga menyukai