Disusun oleh :
Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul PERAN MAHASISWA DALAM UPAYA
MEMERANGI BUDAYA KORUPSI DI INDONESIA dengan harapan semoga
makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehinga lebih
mengenal tentang apa itu KORUPSI dan lebih peduli untuk mencegah,mengawasi
KORUPSI baik dilingkungan Masyarakat maupun Instansi pemerintahan. Akhir kata
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi Para Mahasiswa, Pelajar, Umum dan semua
yang membaca makalah ini semoga bisa di pergunakan dengan semestinya.
(Penulis)
2
DAFTAR ISI
KataPengantar.i
Daftar Isi.........ii
BAB I
PENDAHULUAN...................1
Latar Belakang..............1
Maksud dan Tujuan...............2
BAB II
LANDASANTEORI........................3
A. PengertianKorupsi secara Teoritis..............................................................3
B. Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang.4
I. Korupsi Aktif............................4
II. Korupsi Pasif....................................7
C. Teori Budaya Korupsi.........................................8
D. Faktor Penyebab Korupsi...............................................................10
E. Gerakan Anti Korupsi........................................12
BAB III
PEMBAHASAN14
A. Peran Mahasiswa dalam Mencegah Tindak Korupsi ..14
B. Keterlibatan Mahasiswa...........................................................16
C. Peranan Pendidikan Anti Korupsi Dini di Kalangan Mahasiswa dalam
Mencegah Terjadinya Tindak Korupsi.....17
D. Hambatan dalam Penerapan Pendidikan Anti Korupsui di
Lingkungan Kampu..................18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN..........................19
Kesimpulan......19
Saran-Saran..20
DAFTAR PUSTAKA........21
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh
masyarakat nasional maupun internasional. Korupsi sering dikaitkan dengan politik,
juga dikaitkan dengan perekonomian, kebijakan publik, kebijakan internasional,
kesejahteraan sosial, dan pembangunan nasional. Korupsi di tanah air kita ibarat
warisan haram tanpa surat wasiat.
Faktor internal penyebab korupsi dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah
faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor internal
terdiri aspek moral, aspek sikap atau perilaku dan aspek sosial. Faktor eksternal
dilacak dari aspek ekonomi, aspek politis, aspek manajemen dan organisasi, aspek
hukum dan lemahnya penegakkan hukum, serta aspek social yaitu lingkungan atau
masyarakat kurang mendukung perilaku anti korupsi. Korupsi tidak hanya berdampak
terhadap satu aspek kehidupan saja. Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas
terhadap eksistensi bangsa dan negara. Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran
yang hebat, khususnya dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan
masyarakat. Pada keadaan ini, inefisiensi terjadi, yaitu ketika pemerintah
mengeluarkan lebih banyak kebijakan namum disertai dengan maraknya praktek
korupsi, bukannya memberikan nilai positif yang semakin tertata, namun
memberikan efek negative bagi perekonomian secara umum. Salah satu upaya jangka
panjang yang terbaik mengatasi korupsi adalah dengan memberikan pendidikan anti
korupsi dini kepada kalangan generasi muda sekarang khususnya mahasiswa di
Perguruan Tinggi. Karena mahasiswa adalah generasi penerus yang akan
menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu. Juga karena generasi muda sangat
mudah terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita lebih mudah mendidik
dan memengaruhi generasi muda supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi
sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh budaya korupsi dari generasi
pendahulunya.
BAB II
5 LANDASAN TEORI
mengagungkan kebudayaan lama yang dianut. Seberapa kuat kebudayaan lama, jika
kita lama-lama mampu mengikis secara terus menerus akan terlihat dampak dengan
mulai berkurangnya perilaku korupsi.
4. Faktor Organisasi
Menurut Tunggal (2000). Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut
pandang organisasi meliputi:
(a) kurang adanya teladan dari pimpinan
(b) tidak adanya kultur organisasi
13 yang benar
(c) system akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
(d) manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya
Melalui tujuan organisasi para anggota dapat memiliki arah yang jelas tentang segala
kegiatan dan tentang apa saja yang tidak, serta apa yang dikerjakan dalam kerangka
organisasi. Tujuan organisasi dapat berfungsi menyediakan pedoman-pedoman
praktis bagi anggotanya. Tujuan organisasi menghubungkan anggota dengan berbagai
tata cara dalam kelompok. Standar tindakan anggota organisasi akan menjadi tolok
ukur dalam menilai bobot tindakan. Sebuah organisasi berfungsi baik, bila
anggotanya bersedia mengintegrasikan diri di bawah sebuah pola tingkah laku (yang
normatif), sehingga dapat dikatakan kehidupan bersama mungkin apabila anggota-
anggota bersedia memenuhi aturan yang telah ditentukan.
15
BAB III
PEMBAHASAN
A. Peran Mahasiswa dalam Mencegah Tindak Korupsi
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk,rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupunpegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidaklegal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak[1].
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut:
B. Keterlibatan Mahasiswa
1. Di Lingkungan Keluarga
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari
lingkungan keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini
adalah tingkat ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku.
Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain
karena haknya terampas.
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa yang
diawali dari lingkungan keluarga yang sangat sulit dilakukan. Justru karena
anggota keluarga adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan
berkumpul, maka pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang dilakukan
di dalam keluarga seringkali menjadi bias.
2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa17
dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus dapat
dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan
untuk komunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seseorang mahasiswa
diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri tidak akan berperilaku koruptif
dan tidak korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas seorang mahasiswa
diharapkan dapat mencegah rekan-rekannya sesame mahasiswa dan organisasi
kemahasiswaan kampus untuk tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
3. Di Masyarakat Sekitar
Hal yang sama dapat dilakukan mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar.
4. Di Tingkat Lokal dan Nasional
Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin
(leader) dalam gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun
nasional. Kegiatan-kegiatan anti korupsi yang dirancang dan dilaksanakan secara
bersama dan berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi
akan mampu membangunkan kesadaran masyarakat akan buruknya korupsi yang
terjadi di suatu Negara.
II. Saran-Saran
1. Perlu peningkatan peran keluarga dalam penerapan pendidikan anti korupsi dini
sebagai figur dalam pembentukan karakter. Karena pendidikan utama yang paling
awal didapatkan generasi muda berasal dari keluarga.
2. Pemerintah dalam halnya melalui Dinas Pendidikan memformulas kan
pendidikan anti korupsi dalam mata pelajaran pada jenjang pendidikan formal.
3. Pendidikan anti korupsi (PAK) seharusnya diterapkan di bangku Perguruan
Tinggi sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan. Karena, Mahasiswa sebagai
salah satu bagian dari generasi penerus bangsa memiliki kompetensi intelektual,
ide-ide inovatif, kebijakan,
20 dan pola pikir yang lebih diplomatis menjadikan
mereka agen perubahan pembelajaran kehidupan kebangsaan.
4. Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di tingkat Perguruan Tinggi memberikan
pembelajaran lebih efektif dan pengalaman aktif bagi mahasiswa tentang realitas
sosial, masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi, pelayanan umum, dll.
Sehingga termotivasi untuk kreatif dan mandiri mengajak dirinya sendiri,
keluarga dan lingkungannya untuk proaktif memberantas korupsi.
5. Pemerintah seharusnya mampu memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari
tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan.
6. Adanya kerjasama masyarakat, pemerintah serta instansi terkait secara sinergis
untuk dapat mengimplementasikan dan menerapkan pendidikan anti korupsi dini
di segala aspek kehidupan.
7. Salah satu cara memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga yang
independen yang khusus menangani korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
Razib, Rizal : 2013. Peran Pemuda dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia;
21
Internalisasi Tiga Ajaran Ki Hajar Dewantara. Khoiri, Mishad : 2013. Pendidikan
Anti Korupsi.
Rizani, Ahmad. 2013. Peran serta Pemuda sebagai Agen Pemberantasan
22