Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
IL 2203
Kelompok : 02
Astiaranti
Hurriyah M.
Roidah Zihni A.
Saniar Rabithoh W.
2016
PERCOBAAN XV: MENGHITUNG JUMLAH SEL RAGI DALAM BILIK HITUNG
(COUNTING CHAMBER)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan jumlah sel ragi dalam bilik hitung (haemocytometer)
Ada dua Metode plate count yang sering digunakan, yaitu metode sebaran dan
metode tuang. Asumsi digunakannya metode ini adalah bahwa setiap satu sel mikroba
dapat tumbuh dan akhirnya membentuk satu koloni yang dapat dilihat dengan kasat
mata. Pada metode sebaran, volume yang dibutuhkan adalah 0.1 ml agar sampel tersebut
sapat tersebar, terendam, dan teresap. Karena jika lebih, maka sampel akan mengendap
dan mengumpul sehingga menyulitkan dalam perhitungan (Ali, 2008).
Menurut Yulneriwanti (2013), menyatakan bahwa perhitungan langsung dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Perhitungan sel langsung
Cara ini menggunakan bilik hitung (hemoci tometer) yang menghasilkan
hitungan total, karena semua sel terhitung, baik sel yang hidup maupun sel
yang mati. Karena bakteri itu kecil, maka perhitungan yang dilakukan secara
statistik dapat diterima, namun harus dibuat suspensi sekurang-kurangnya 107
/ ml.
2. Menghitung dengan alat penghitung elektronik
Dengan alat ini dapat dihitung beribu-ribu bakteri dalam beberapa detik.
Penggunaan alat ini banyak didasarkan atas kerja dengan lobang pengintai
elektronik (dapat disamakan dengan mata elektronik) kerjanya tergantung
pada interupsi dari berkas cahaya elektronik yang melintasi suatu ruang antara
dua ruang elektron yang berdekatan letaknya. Tiap partikel yang karena
perbedaan kkonduktivitas sel dan cairan. Interupsi ini dicetak oleh suatu alat
secara elektris.
3. Menghitung dengan filter membrane
Contoh cairan yang disaring dan ditakar dengan filter steril yang terbuat dari
membran berpori. Bakteri yang tertahan oleh filter itu kemudian dihitung
langsung. Dalam hal ini banyak bakteri dalam cairan tersebut tidak boleh
terlalu banyak dan tersebar rata.
Metode hitungan cawan menggunakan anggapan bahwa setiap sel akan hidup
berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi jumlah
oganisme yang terkandung di dalam sampel. Teknik pengitungan ini membutuhkan
kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan hasil pengenceran. Cawan-cawan
tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung jumlah koloni yang terbentuk.
Cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni, sesuai dengan kaidah statistik adalah
cawan yang berisi 30-300 koloni. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal
dihitung dengan cara mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor
pengenceran pada cawan bersangkutan (Filzahazny, 2013).
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Counting chamber
Pipet tetes
Mikroskop
Bahan :
Suspensi ragi
V. HASIL PENGAMATAN
No
Hasil Pengamatan Keterangan
.
1
Sumber: Kelompok 10
Jumlah :
Kotak 1 = 30, 18, 36
Kotak 2 = 18, 36, 24
Kotak 3 = 6, 24, 30
Kotak 4 = 24, 24, 30
Kotak 5 = 18, 18, 18
Sumber: Kelompok 2
3
Sumber: Kelompok 6
Sumber: Kelompok 5
VI. ANALISIS
Analisis Langkah Kerja
Berdasarkan data pada tabel hasil pengamatan, maka dapat dilakukan pengolahan
data data tersebut sebagai berikut
Berdasarkan jumlah sel yang diamati, maka dapat ditentukan jumlah sel/ml
suspensi dengan persamaan
c
N= 5 3 3
80 25 10 mm 10
Dimana N adalah jumlah sel/ml, dan C adalah rata rata jumlah sel yang diamati
di counting chamber.
118
N= 5 3 3
=5.900 .000 sel /ml
80 25 10 mm 10
Maka didapat jumlah total sel pada suspensi ragi tersebut adalah 5.900.000 sel/ml.
Analisis kesalahan
Kesalahan kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan ini antara lain kesalahan
pada teknis dan pengamatan.
Kesalahan teknis yang dimaksud adalah pada pengadukan agar sebaran ragi dalam
suspensi merata. Apabila pengadukan tidak dilakukan dengan benar, maka sel ragi akan
menumpuk pada satu titik, sehingga ketika dihitung dengan counting chamber teramati
seolah olah sel ragi sangat sedikit jumlahya (setelah dihitung dengan rumus), padahal
sel raginya tidak tersebar merata pada suspensi.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis, maka didapat jumlah sel/ml
suspensi yang diperoleh melalui perhitungan dengan counting chamber/ haemocytometer
adalah 5.900.000 sel/ml.
PERCOBAAN XVI : METODA PENGENCERAN DALAM STANDARD PLATE
COUNT
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan jumlah koloni dengan metode standar plate count.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya dalam standard plate count (SPC) ini, sampel
melalui satu seri pengenceran sebelum ditanam dalam cawan petri. Pengenceran sampel
dilakukan dengan akuades steril yang telah diketahui volumenya. Begitu diencerkan,
suspensi ditanam pada media yang tepat pada cawan petri dengan menggunakan metode
tuang (pour plate). Agar yang sudah encer didinginkan lalu dituang ke dalam cawan petri
yang terdapat volume tertentu sampel yang diencerkan. Setelah cawan ditutup, kemudian
digoyang ke beberapa arah untuk meratakan campuran medium dan sampel, agar koloni
dapat tumbuh dengan distribusi merata. Semua prosedur ini dilakukan pada setiap
pengenceran. Dimana penanaman pada cawan petri sebaiknya dilakukan duplikat agar
lebih akurat, kemudian sesudah diinkubasi satu malam, lalu dihitung koloninya dengan
colony counter.
Bahan :
Kultur cair biakan bakteri yang dalam tabung (umur 24-48 jam) Escherchia coli.
6 tabung yang berisi nutris agar 20 mL
1 tabung berisi aquades steril
V. HASIL PENGAMATAN
Capet 1A
1 Sumber: Kelompok 5
Jumlah terhitung : 298
Capet 1B
2 Sumber: Kelompok 9
Jumlah terhitung : 292
Capet 2A
3 Sumber: Kelompok 9
Jumlah terhitung : 181
Capet 2B
4 Sumber: Kelompok 10
Jumlah terhitung : 64
Capet 3A
5 Sumber: Kelompok 2
Jumlah terhitung : 41
Capet 3B
6 Sumber: Kelompok 2
Jumlah terhitung : 30
VI. ANALISIS
Analisis Langkah Kerja
Terdapat 7 tabung berisi 9 ml akuades pelarut, tabung pertama diinokulasikan
dengan kultur bakteri cair sebanyak 1 ml, artinya pada tabung pertama terjadi pelarutan
sebesar 10-1, seterusnya 1 ml tabung satu dipindahkan ke tabung 2, maka pelarutan pada
tabung 2 adalah sebesar 10-2, berlaku seterusnya hingga tabung ketujuh dimana pelarutan
terjadi sebesar 10-7 kali. Metode pemindahan/ inokulasi ini dikenal dengan metode pour
plate.
Keuntungan menggunakan metode pour plate antara lain sel yang terhitung adalah
sel yang hidup karena perhitungan dilakukan setelah inkubasi penumbuhan bakteri, dapat
digunakan untuk identifikasi bakteri dan hasi linkubasinya dapat digunakan sebagai kultur
murni.
Di sisi lain, kekurangan menggunakan metode pour plate antara lain hasil
perhitungan tidak menunjukkan hasil sebenarnya, karena beberapa sel dapat berkumpul
membentuk satu koloni namun dihitung sebagai satu sel, dimungkinkan medium dan
kondisi lingkungan yang berbeda dapat memberikan hasil yang berbeda, butuh waktu
inkubasi terlebih dahulu untuk dilakukan pengamatan.
Metode pengenceran dilakukan dengan tujuan untuk mereduksi jumlah sel
mikroba yang dihitung, namun dengan tetap memperhatikan banyaknya pengenceran agar
jumlah akhir sel/ml dapat dihitung.
Perhitungan dengan metode Standar Plate Count valid apabila sel terhitung
berkisar antara 30 300 sel, untuk memperoleh angka ini, dilakukan reduksi dengan
metode pour plate. Syarat kevalidan ini juga menjadi dasar kenapa hanya tabung dengan
pengenceran >10-4 yang dipindahkan ke agar plate. Diharapkan larutan larutan ini dapat
memberikan angka dengan rentang 30 300, sementara tabung dengan pengenceran 10-2
dan 10-3 diperkirakan jumlah selnya masih banyak sehingga tidak memenuhi syarat
rentang kevalidan.
Dengan mengalikan jumlah sel pada tiap plate dengan faktor pengali koloninya, maka
didapat jumlah koloni per milliliter larutan, seperti pada tabel berikut
Nama Plate Jumlah sel Faktor Pengali Koloni Jumlah sel/ml
1A 298 105 298 x 105
1B 292 105 292 x 105
2A 181 106 181 x 106
2B 64 106 64 x 106
3A 41 107 41 x 107
3B 30 107 30 x 107
Perhatikan kecendrungan reduksi jumlah sel/ ml. Apabila jumlah sel pada faktor
pengali sama dirata- ratakan, kemudian dibandingkan dengan jumlah sel lain, maka
didapatkan kecendrungan reduksinya. Pada faktor pengali 10 5, jumlah sel/ml rata rata
adalah 295, sementara pada faktor pengali 106 adalah 122.5, dan pada faktor pengali 10 7
adalah 35.5.
Bandingkan antara jumlah rata rata pada 10 5 dengan 106, diperoleh angka
perbandingan 2.4, sedangkan perbandingan jumlah rata rata pada 10 6 dengan 107
menghasilkan angka 3.4, artinya didapat kecendrungan reduksi (2.4+n) dimana n menyatakan
kenaikan 10 kali faktor pengali.
Analisis Kesalahan
Kesalahan yang sering terjadi pada metode pour plate adalah jumlah volume
inokulasi yang belum tentu benar, sehingga pengenceran dan faktor pengali berbeda
dengan yang diharapkan, hal ini mengakibatkan pada tidak validnya hasil perhitungan
dengan kenyatannya.
Selain itu karena metode Standar Plate Count melakukan langkah yang berulang
ulang, hal ini dapat membingungkan praktikan seperti tabung mana yang harus
dituangkan ke plate atau tabung mana dengan pengenceran yang mana.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dilakukan, maka didapat jumlah
sel/ml pada tiap plate dengan metode perhitungan Standar Plate Count sebagai berikut
1. 1A : 298 x 105 sel/ml
2. 1B : 292 x 105 sel/ml
3. 2A : 181 x 106 sel/ml
4. 2B : 64 x 106 sel/ml
5. 3A : 41 x 106 sel/ml
6. 3B : 30 x 107 sel/ml
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kurva pertumbuhan bakteri yang diamati
2. Menentukan range fase fase pertumbuhan bakteri berdasarkan kurva yang
didapat
3. Menentukan waktu generasi dari bakteri yang diamati
V. HASIL PENGAMATAN
Konsentra Juml
N Wakt si ah Sumb
Foto Pengamatan
o. u Pengencer Kolon er
an i
1 0 Kel.
1&2
Menit
10-2 >300
10-3 >300
10-4 206
10-5 37
2 30 Kel.
3&4
Menit
10-2 >300
10-3 >300
10-4 >300
10-5 77
10-4 16
10-5 1
5 120 Kel.
9 & 10
Menit
10-2 >300
10-3 >300
10-4 190
10-5 123
6 150 Kel.
1 & 11
Menit
10-2 >300
10-3 >300
10-4 270
10-5 237
10-6 26
10-7 1
VI. ANALISIS
Analisis Langkah Kerja
Semua proses dilakukan secara aseptik. Tabung tabung reaksi berisi 99 ml
akuades dibagi berdasarkan rentang waktu tertentu. Inokulasi pada tiap tiap tabung
dilakukan dengan metode pour plate, tapi karena volume total pengenceran adalah 100
ml, maka pengenceran terjadi sebesar 10-2 dan kelipatannya. Karena tingkat pengenceran
yang besar, maka tiap tabung dituangkan ke plate untuk diinkubasi dan dihitung. Syarat
validitas masih sama, yaitu jumlah bakteri yang tumbuh antara 30 300.
Rentang waktu yang digunakan adalah 0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120
menit, dan150 menit diaman tiap selesai diinokulasi kaldu diaduk pada shaker sampai
titik kelipatan 30 menit berikutnya. Hal ini dilakukan agar bakteri di dalam kaldu selalu
merata posisinya karena lama kelamaan jumlahnya akan semakin sedikit.Digunakan juga
kuvet dan spektrofotometer untuk mengukur turbiditas kaldu. Dengan banyaknya
keberadaan bakteri dalam larutan, berarti tingkat turbiditas/ kekeruhan juga tinggi,
berlaku sebaliknya. Hal ini dapat dijadikan dasar dalam pembuatan grafik pertumbuhan
bakteri.
Analisis Hasil Pengamatan
Ada tiga hal yang akan dianalisis, yaitu kurva pertumbuhan berdasarkan jumlah
bakteri pada suatu konsentrasi dalam rentang waktu, kurva pertumbuhan berdasarkan
turbiditas, dan waktu generasi.
Untuk membuat kurva pertumbuhan bakteri pada suatu rentang waktu, ambil data
pada konsentrasi pengenceran yang sama, karena faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri pada kasus ini adalah waktu. Jika diambil jumlah bakteri pada
konsentrasi pengenceran 10-5dan 10-4pada tiap rentang waktu, maka didapat data sebagai
berikut
Tabel pertumbuhan pada konsentrasi Tabel pertumbuhan pada konsentrasi
pengenceran 10-5 pengenceran 10-4
Waktu Jumlah
Jumlah
t0 37
t30 77
t60 8
t90 1
t120 123
t150 237
Waktu
t0 206
t30 >300
t60 87
t90 16
t120 190
t150 270
SDiperoleh grafik pertumbuhan sebagai berikut
350
300
250
200
jumlah sel/ml 150
100
50
0
0 30 60 90 120 150
waktu (menit)
85.00% 83.50%
82.50%
79.50% 79.00%
80.00%
74.00%
75.00%
Kejernihan
70.00% Kurva Pertumbuhan
65.00% 63.00%
60.00%
0 30 60 90 120 150
waktu (menit)
T = waktu generasi
t = waktu antara B dengan b
b = jumlah bakteri pada titik kedua fase log
B = jumlah bakteri pada titik pertama fase log
Misalkan digunakan data pertumbuhan bakteri pada konsentrasi pengenceran 10 -4
berdasarkan grafik 1, dimana fase log terjadi dari t 90 sampai t150 dari jumlah awal 16
menjadi 270. Apabila dimasukkan ke persamaan
t log 2 (15090)log2
T= =
log blog B log 270log16
= 14.717 menit
Jadi, waktu generasi dari bakteri uji (E. coli) adalah 14.717 menit, dibulatkan
menjadi 15 menit.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil dari analisis yang telah dilakukan, didapat kurva pertumbuhan dan
fase fasenya sebagai berikut
350
300
250 Log Phase
200
jumlah sel/ml 150
100
50
0
0 30 60 90 120 150
waktu (menit)
90.00%
83.50%
82.50%
85.00%
79.50% 79.00%
80.00%
74.00%
75.00%
Kejernihan
70.00%
63.00% Kurva Pertumbuhan
65.00%
Log Phase
60.00%
0 30 60 90 120 150
waktu (menit)
Waktu generasi dari bakteri Eschericia coli adalah 14.717 menit, atau dibulatkan
menjadi 15 menit.
PERCOBAAN XVIII : AKTIVITAS ENZIM EKSTRASELULER
MIKROORGANISME
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kemampuan kerja enzim mikroorganisme untuk menghidrolisis
polisakarida dan kasein pada susu.
Bahan :
Kultur biakan bakteri Escherchia coli, Basillus Subtilis dan dua jenis bakteri yang
tidak diketahui (bakteri A dan B).
Cawan petri steril yang berisi medium agar pati (untuk hidrolisis pati) dan
medium agar susu (untuk menghidrolisis kasein).
10 mL larutan Lugol
V. HASIL PENGAMATAN
Pengamatan :
Tidak terdapat area bening
2 Pengamatan :
Diteteska lugol
- warna biru pada area tumbuh
B. subtilis
- tidak terjadi perubahan warna
pada area tumbuh E. coli
Eschericia coli & Bacillus
Subtilis
Medium agar susu VI.
Sumber: VI.
3 Kelompok 1 & 2
VI.
Pengamatan : VI.
area bening hanya pada area
VI.
tumbuhB. Subtilis
VI.
VI.
VI.
Bakteri A & Bakteri B
VI.
Medium agar pati
Sumber: VI.
Kelompok 3 & 4
VI.
4 Pengamatan : VI.
Ditetesi lugol
VI.
Kedua area tumbuh bakteri
VI.
berwarna biru setelah ditetesi
VI.
lugol
VI.
VI.
ANALISIS
Analisis Langkah Kerja
Pengerjaan dilakukan secara aseptik. Pembuatan agar susu dan agar pati sama
dengan pembuatan agar plate, dengan menuangkan media agar cair pada tabung reaksi ke
cawan petri.
Bakteri diinokulasi dengan metode streak plate agar memudahkan ketika
pengujian dengan lugol nantinya. Metode streak plate memungkinkan bakteri tumbuh
terpusat pada suatu area, berbeda dengan spreak dan pour plate yang membuat koloni
bakteri menjadi tersebar sehingga menyulitkan ketika dilakukan pengujian lugol.
Analisis Hasil Pengamatan
Berdasarkan teori dasar yang ada, pada penetesan lugol hasil positif (berwarna
biru) menunjukkan bahwa suatu zat mengandung amilum yang termasuk golongan
karbohidrat polisakarida. Artinya, apabila pada suatu area tumbuh bakteri terjadi reaksi
lugol positif, maka bakteri tersebut tidak dapat menghidrolisis agar pati yang menjadi
media tumbuhnya (pati terbuat dari amilum). Sebaliknya, apabila lugol tidak berubah
warna/ respon negatif, maka bakteri dapat menghidrolisa amilum atau media patinya.
Berdasarkan teori tersebut, maka bakteri A, bakteri B dan Bacillus subtilis tidak dapat
meghidrolisis amilum/ tingkat hidrolisis amilumnya rendah, sementara E. coli dapat
menghidrolisis amilum/ media patinya.
Pada uji hidrolisis kasein, hidrolisis menunjukkan hasil positif apabila terdapat
area bening pada area tumbuh bakteri. Hal ini menandakan bahwa kasein pada susu telah
dihidrolisis oleh bakteri. Hasil negatif diperoleh apabila tidak terdapat area bening pada
area tumbuh bakteri. Berdasarkan teori tersebut, maka bakteri A, bakteri B dan E. coli
tidak dapat/ kemampuan hidrolisis kaseinnya rendah, sementara Bacillus subtilis dapat
menghidrolisis kasein pada medianya.
Analisis Kesalahan
Kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan ini adalah pada saat uji lugol. Pada
penetesan lugol, lugol tidak boleh diteteskan terlalu banyak. Apabila lugol diteteskan
terlalu banyak maka hampir dipastikan semua area akan berubah biru walaupun kadar
amilumnya kecil. Selain itu setelah meneteskan lugol pada area tumbuh, harus ditunggu
beberapa saat dulu sebelum diamati perubahan warnanya. Apabila dibiarkan terlalu lama,
warna lugol akan memudar dan menghilang.
VII. KESIMPULAN
1. Bakteri A : tidak dapat menghidrolisis susu dan amilum
2. Bakteri B : tidak dapat menghidrolisis susu dan amilum
3. E. coli : tidak dapat menghidrolisis susu, dapat menghidrolisis amilum
4. B. subtilis : dapat menghidrolisis susu, tidak dapat menghidrolisis amilum
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.