Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia, angka kejadian
buang air besar sembarangan (BABS) pun kian meningkat, terutama
dalam dua dekade terakhir. Berdasarkan data WHO dan UNICEF hingga
tahun 2015, terdapat sekitar 2,4 miliar orang yang melakukan perilaku
buang air besar sembarangan (WHO, 2015).
Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program
(ISSDP) tahun 2006 menunjukkan 47% masyarakat Indonesia masih
berperilaku buang air besar sembarangan. Adapun lokasi yang biasa
digunakan antara lain : sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat
terbukalainnya (Kemenkes, 2008). Berdasarkan Joint Monitoring Program
tahun 2015, 51 juta orang di Indonesia melakukan buang air besar
sembarangan, membuat Indonesia menempati posisi kedua tertinggi di
dunia dalam hal BABs (WHO, 2015).
Studi terbaru tahun 2013 menunjukkan bahwa di Indonesia hanya
terdapat 12,9% rumah tangga (RT) yang tidak memiliki fasilitas buang air
besar. Lima provinsi tertinggi yang tidak memiliki fasilitas BAB/ masih
berperilaku BAB sembarangan adalah Sulawesi Barat (34,4%), NTB
(29,3%), Sulawesi Tengah (28,2%), Papua (27,9%), dan Gorontalo
(24,1%). Selain itu, proporsi RT yang memiliki akses terhadap fasilitas
sanitasi improved (kriteria JMP WHOUNICEF) di Indonesia sebesar 58,9
persen. Kriteria ini meliputi jamban milik sendiri, jamban leher angsa dan
menggunakan septic tank sebagai tempat penampungan tinja. Provinsi
Jawa Timur sendiri berada di bawah rerata dalam hal akses fasilitas
sanitasi improved (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan pada hasil studi tersebut, untuk mengurangi kerugian
yang ditimbulkan dari sudut pandang ekonomi, memperkuat upaya
perilaku hidup bersih dan sehat, serta mencegah penularan penyakit
berbasis lingkungan, maka diformulasikan kegiatan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) sebagai Program Nasional dan masuk menjadi salah

1
satu target MDGs 7 poin c, Renstra Kemenkes 2010-2014, dan RPJMN
2010-2014 dimana persentase penduduk yang menggunakan jamban
sehat pada tahun 2014 adalah sebesar 75% sementara itu pencapaian
pada akhir tahun 2012 hanya 56,24% dari 69% yang ditargetkan
(Kemenkes, 2013).
Tantangan yang dihadapi Indonesia sebagai negara berkembang
sendiri terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih
sangat besar (Kemenkes, 2013). Profil sanitasi di Indonesia sendiri,
dimulai tahun 1999, sejak diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah
daerah memiliki tanggung jawab dan peran serta penuh dalam
penyediaan air bersih dan sanitasi dengan pemanfaatan panduan yang
disediakan oleh pemerintah pusat menggunakan sumber daya manusia
yang ada serta pengaturan nya (Monica. dkk., 2015).Komitmen Indonesia
dalam rangka menyukseskan program MDGs tampak dalam
PERMENKES no.3 tahun 2014tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat.
Puskesmas Kaliwates memiliki tiga wilayah kerja, yakni kelurahan
Tegal Besar, kelurahan Kaliwates serta kelurahan Kebon Agung.Dari data
Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (PK Pus) Kaliwatesdi bidang
Pencegahan, Pemberantasan Penyakit, dan Kesehatan Lingkungan
program STBM tahun 2016, diantara tiga kelurahan yang menjadi wilayah
kerja Puskesmas Kaliwates, belum ada kelurahan yang dinyatakan
ODF(Open Defecation Free), padahal target capaian ODF adalah sebesar
80%. Di kelurahan Kaliwates dari 3167 KK masih terdapat 262 KK (8,27%)
yang BABs, di kelurahan Kebon Agung terdapat 223 KK (12,85%) yang
masih BABs dari 1736 KK, sementara di kelurahan Tegal besar sebanyak
284 KK (3,43%) dari 8285 KK masih berperilaku ODF. Walaupun angka
BABs di kelurahan Tegal Besar tergolong kecil diantara kelurahan lainnya,
namun di Posyandu Aster 1 menyumbang kebiasaan BABs yang cukup
besar, yakni masih didapatkan 78 KK (50,65%) dari total 154 KK. Hal ini
terkait kondisi wilayah posyandu Aster1 yang dekat dengan aliran sunga
dan kebun tebu serta kebudayaan dan kebiasaan yang telah lama melekat

2
di masyarakat.Masalah kesehatan lingkungan khususnya terkait perilaku
buang air besar sembarangan di Posyandu aster 1 perlu mendapatkan
perhatian lebih. Oleh karena itu, penulis mengangkat tema ODF dengan
melakukan uji petik di Posyandu Aster 1.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apakah faktorfaktor penyebab belum tercapainya target ODF
(Open Defecation Free) di Posyandu Aster 1, Kelurahan Tegal
Besar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember?
b. Bagaimana pemecahan masalah dari belum tercapainya target
ODFdi Posyandu Aster 1, Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan
Kaliwates, Kabupaten Jember?
c. Bagaimana cara untuk meningkatkan motivasi-peran serta
masyarakat dalam rangka tercapainya targetODF di Posyandu
Aster 1, Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten
Jember?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Meningkatkan motivasi-peran serta masyarakat dalam rangka
tercapainya target ODF di wilayah kerja Puskesmas
Kaliwates.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui faktor faktor penyebab belum tercapainya
targetODF di Posyandu Aster 1, Kelurahan Tegal Besar,
Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember.
2) Mengetahui pemecahan masalah belum tercapainya target
ODF di Posyandu Aster 1, Kelurahan Tegal Besar,
Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember.

1.4. Manfaat Kegiatan


1.4.1 Manfaat bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Memberikan informasi tentang penyebab belum

3
tercapainyaODF di Posyandu Aster 1, Kelurahan Tegal
Besar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat menjadi
program rutin Puskesmas Kaliwates untuk wilayah Posyandu
lain sehingga dapat terwujud desa Open Defecation Free di
wilayah Puskesmas Kaliwates
Dapat memberikan masukan kepada Dinas terkait dengan
program-program yang dilaksanakan.

1.4.2 Manfaat bagi Dokter Internsip dan sejawat lainnya


Memberikan tambahan pengetahuan mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku buang air besar sembarangan
dan tahapan cara penanggulangan masalah tersebut melalui
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STMB)

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat


Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan dampak buruk
dari buang air besar sembarangan (BABS).

Berkurangnya angka kejadian penyakit menular kususnya


diare yang disebabkan oleh karena buang air besar
sembarangan (BABS).

Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam


menjaga kesehatan lingkungan.

Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai jamban sehat


disertai peningkatan kesadaran untuk berperilaku buang air
besar di jamban diharapkan masyarakat mampu berperilaku
dan berperan aktif dalam peningkatan sarana sanitasi dasar

Anda mungkin juga menyukai