Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkat kehadirat allah SWT,atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Simulasi PIO (Pelayanan Informasi
Obat)

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak penulis sangat diharapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Oleh karena itu ,dengan segala kerendahan hati para pembaca makalah ini, untuk
memeberikan kritik dan saran untuk menuju perbaikan makalah ini. Demikian atas
sumbangsih dan partisipasinya , kami ucapkan terima kasih.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... 1

DAFTAR ISI..................................................................................................... 2

BAB I (PENDAHULUAN)

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 4

BAB II (PEMBAHASAN)

A. Pengertian............................................................................................. 5
B. Jenis-jenis Pelayanan Informasi Obat................................................... 6
C. Simulasi Pelayanan Informasi Obat dengan Pasien.............................. 7

BAB III (PENUTUP)

A. Kesimpulan........................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 11

BAB I

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen yang penting karena
diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan
gejala/symptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga
dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang
tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan informasi
obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam pemberian
pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan
kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat (Anonim,2005)
Pelaksanaan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban farmasis komunitas yang
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor: 922/MENKES/PER/X/1993 pasal 11,
dimana pelayanan ini wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat. Dengan
melaksanakan kewajiban ini, farmasis komunitas mendapatkan legal protection, selain
keuntungan lainnya seperti membangun kepercayaan pasien terhadap tenaga farmasi
komunitas dan peningkatan pemasukan, baik moral maupun material. Pasien pun
mendapatkan keuntungan berupa penggunaan obat yang rasional, biaya yang terjangkau,
dan edukasi tentang kesehatan. Banyaknya informasi obat yang beredar di masyarakat,
seiring perkembangan industri farmasi dan teknologi informasi menimbulkan keraguan di
masyarakat mengenai kualitas informasi obat yang beredar. Idealnya, informasi obat
haruslah bersifat netral, dan disampaikan oleh pihak yang tidak berkepentingan secara
langsung maupun tidak langsung terhadap pemasaran obat dan mudah diperoleh oleh
masyarakat yang membutuhkan. Dengan mempertimbangkan hal hal tersebut di atas,
apotek merupakan tempat yang ideal untuk melaksanakan peran pelayanan informasi
mengenai obat. Dimana, apotek merupakan tempat dilaksanakannya pekerjaan
kefarmasian termasuk mengenai pelayanan informasi obat. Pelayanan informasi yang
dimaksud meliputi pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya
kepada tenaga kesehatan lainnya dan masyarakat yang membutuhkan (Hartini,2007)
Pelayanan informasi bagi pasien sangatlah penting, mengingat mereka (pasien) tidak
tahu obat yang mereka minum, kecuali jika dokter menjelaskan kepada mereka. Apoteker
di apotek sering menyerahkan obat yang diserahkan berdasarkan resep dari dokter kepada
pasien dalam wadah yang hanya tertulis nama pasien dan aturan pakainya tanpa disertai
informasi yang memadai. Padahal informasi yang lebih baik pada pasien akan menggugah

3
minat menaikkan kehendak pasien untuk berpartisipasi aktif dalam cara pengobatan yang
dapat dinilai sebagai upaya untuk mempercepat penyembuhan.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa Pengertian Pelayanan Informasi Obat ?
B. Apa saja jenis-jenis pelayanan yang dibeikan oleh Pelayanan Informasi Obat ?
C. Bagaimana simulasi PIO ( Pelayanan Informasi Obat ) pasien dengan apoteker ?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Pelayanan Informasi Obat oleh Apoteker dari jenis-jenis pelayanan dan
simulasi Pelayanan Informasi Obat pasien dengan Apoteker.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, dan aktual, tidak bias dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien atau keluarga
pasien. Tujuan dari pelayanan informasi obat adalah menyediakan informasi mengenai
obat secara objektif, akurat, dan up to date kepada pasien dan tenaga kesehatan
dilingkungan rumah sakit. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan
yang berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi.
Dengan dilaksanakannya pelayanan informasi obat akan menunjang terapi obat yang

4
rasional dan meningkatkan profesionalisme apoteker. Dengan adanya pelayanan
informasi obat proses pengunaan obat dapat diambil lebih tepat, misalnya:
a. Memilih obat yang tepat
b. Memilih sediaan yang tepat.
c. Menentukan dosis yang tepat.
d. Menentukan rute obat.
e. Menentukan lama penggunaan obat.
f. Memantau efek terapi dan efek samping obat.
g. Merencanakan tindak lanjut jangka panjang untuk mendorong penggunaan obat
yang rasional dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada pasein.

Adapun ciri-ciri pelayanan informasi obat meliputi:


a. Mandiri (bebas dari segala bentuik keterikatan).
b. Objektif (sesuai dengan kebutuhan)
c. Seimbang
d. Ilmiah
e. Berorientasi kepada pasien dan pro aktif

Selain kegiatan pelayanan dan pendidikan, pelayanan informasi obat juga


berperan aktif didalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan penelitian yang berkaitan
dengan obat, membuat dokumentasi serta mengevaluasi setiap kegiatan yang telah
dilakukan. Didalam pengembangan pendidikan, pelayanan informasi obat juga
melakukan kegiatan-kegiatan antara lain:
a. Mengajar, membimbing mahasiswa dan mengkoordinasikan program pendidikan
berkelanjutan dibidang informasi obat, semisal penilitian yang berkaitan dengan
obat.
b. Mengevaluasi literatur obat dan penggunaannya.
c. Memberikan pendidikan kepada tenaga kesehatan lainnya tentang informasi obat.

Kegiatan antara lain memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen


secara aktif dan pasif. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan
melalui telepon, surat atau tatap muka. Membuat buletin, leaflet, label obat.
Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan dengan
penyusunan Formularium Rumah Sakit. Bersama dengan PKMRS melakukan
kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap. Melakukan pendidikan
berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya. Mengkoordinasi
penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

B. Jenis-jenis Pelayanan Informasi Obat

Jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh pelayanan informasi obat antara lain:

5
a. Menjawab pertanyaan spesifik yang diajukan melalui telpon, surat atau tatap muka.
b. Meyiapkan materi brosur atau leflet informasi obat (pelayanan cetak ulang atau re
print).
c. Konsultasi tentang cara penjagaan terhadap reaksi ketidakcocokan obat, konsep-
konsep obat yang sedang dalam penelitian atau peninjauan penggunaan obat-
obatan.
d. Mendukung kegiatan panitia farmasi terapi dalam menyusun formularium rumah
sakit dan meninjau terhadap obat-obat baru yang diajukan untuk masuk dalam
formularium rumah sakit.
e. Mengkoordinasikan pemantauan dan pelayanan ESO.

Sumber Daya Manusia (SDM) pelayanan informasi obat hendaknya memadai


dan terlatih secara khusus, mampu menjalankan organisasi dan mengelola
administrasi informasi obat, mampu melakukan kegiatan-kegiatan penelitian, mampu
menggunakan strategi yang effisien dalam menelusuri sumber-sumber informasi obat
dan menyampaikan secara efektif informasi kepada pengguna pelayanan informasi
obat.
C. Simulasi Pelayanan Informasi Obat dengan Pasien
Simulasi ini diambil dari berbagai jurnal yaitu diantaranya :
1. PROFIL INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN RESEP METFORMIN DAN
GLIBENKLAMID DI APOTEK DI WILAYAH SURABAYA (Jurnal Farmasi
Komunitas Vol.1, No.1, (2014) 5-10

Tanya jawab pasien pada PIO (Pelayanan Informasi Obat)


Simulasi 1
PIO : Selamat sore bu, ada yang bisa saya bantu ?
Pasien : saya merasa jantung saya berdebar-debar, berkeringat, dan serinng
gelisah bu. Itu kenapa ya bu?
PIO : maaf sebelumnya bu, apakah ibu sedang mengkonsumsi obat?
Pasien : iya bu. Saya terkena DM, obat yang saya konsumsi itu Glibenklamid.
PIO : apakah ada obat lain yang ibu konsumsi selain glibenklamid?
Pasien : tidak ada bu.
PIO : jika dilihat dari gejalanya dan obat yang ibu konsumsi, itu merupakan
gejala dari hipoglikemia bu. Jadi hipoglikemia merupakan salah satu efek samping
dari konsumsi glibenklamid.
Pasien : apakah berbahaya bu?

6
PIO : hipoglikemia merupakan gangguan kesehatan yang terjadi ketika
kadar gula darah terlalu rendah. Itu berbahaya jika dibiarkan . jika tidak langsung
ditangani dapat menyebabkan letargi, koma, kejang dan bisa sampai kematian bu.
Pasien : lalu bagaimana bu? Apakah saya harus berhenti mengkonsumsi
obatnya? Tetapi bagaimana dengan DM saya?
PIO : tidak bu, gejala yang ibu alami masih tergolong gejala awal. Saya
sarankan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
gula tinggi, seperti jus buah, permen dan makanan ringan lainnya. Atau makanan yang
mengandung karbohidrat. Dan jangan lupa untuk cek kadar gulanya secara berkala ya
bu. Jika kondisi ibu semakin memburuk, saya sarankan untuk langsung ke dokter
secepatnya.
Pasien : berarti obatnya masih bisa dikonsumsi bu?
PIO : iya bu, obatnya tetap dikonsumsi sesuai dosis yang diberikan ya bu.
Olah raga juga perlu ya ibu, luangkan sedikit waktu ibu untuk berolah raga. Dan saya
sarankan lagi untuk cek gula darah secara berkala.
Pasien : baik bu. Terimakasih atas informasinya, saya merasa terbantu.
PIO : sama-sama ibu, semoga ibu cepat sembuh ya bu.

Simulasi 2:

PIO : selamat siang bapak, ada yang bisa saya bantu?

Pasien : siang ibu, saya dapat resep dari dokter ini bu.

PIO : Glibenklamid dan Metformin pak? Ini obat DM tipe 2 ya pak.

Pasien : Iya bu, saya memang terkena DM

PIO : baiklah pak saya ambilkan dulu obatnya ya.

Pasien : iya bu. Oh ya bu, saya juga ingi tahu informasi dari obat tersebut. Apakah ibu bisa
menjelaskannya kepada saya?

PIO : bisa pak, saya akan jelaskan mengenai informasinya ya pak.

Pasien : baiklah bu.

7
PIO : jadi glibenklamid dan metformin ini adalah obat DM tipe 2. Kedua obat ini
dikombinasikan untuk sasaran terapi seperti kadar glukosa darah, komplikasi, dan pola hidup
penderita diabetes melitus tipe 2. Kombinasi ini saling memperkuat kerja masing-masing
obat, sehingga regulasi gula darah dapat terkontrol dengan lebih baik. Kombinasi ini
memiliki efek samping yang lebih sedikit, apabila dibandingkan dengan efek samping apabila
menggunakan monoterapi (metformin atau glibenklamid saja). Metformin dapat menekan
potensi glibenklamid dalam menaikkan berat badan pada pasien diabetes melitus tipe 2,
sehingga cocok untuk pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengalami kelebihan berat badan
(80% dari semua pasien diabetes melitus tipe 2 adalah terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi
sampai 17-22 mmol/l).

Pasien : kalo boleh tahu efek sampingnya apa aja bu?

PIO : Untuk glibenklamid efek sampinnya ada hipoglikemia yang dapat terjadi secara
terselubung dan adakalanya tanpa gejala yang khas, agak terjadi gangguan lambung-usus
(mual, muntah, diare), sakit kepala, pusing, merasa tidak enak di mulut, gangguan kulit
alergis. Dan untuk metformin efek sampingnya agak sering tejadi dan berupa gangguan
lambung-usus, antara lain anorexia (kehilangan nafsu makan), mual, muntah, keluhan
abdominal, diare terutama pada dosis di atas 1,5 g/hari. Efek tersebut berhubungan dengan
dosis dan cenderung terjadi pada awal terapi dan bersifat sementara. Tetapi dengan
dikombinasikan keduanya akan mengurangi efek samping yang timbul.

Pasien : Baik bu, saya mengerti. Terimakasih bu atas penjelasannya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, dan aktual, tidak bias dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien atau keluarga
pasien. Dengan melaksanakan kewajiban ini, farmasis komunitas mendapatkan legal
protection, selain keuntungan lainnya seperti membangun kepercayaan pasien terhadap
tenaga farmasi komunitas dan peningkatan pemasukan, baik moral maupun material.
Pasien pun mendapatkan keuntungan berupa penggunaan obat yang rasional, biaya yang
terjangkau, dan edukasi tentang kesehatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Informasi Obat Nasional Indonesia 2000, 263-269, Departemen


Kesehatan RI: Jakarta.
Anonim, 2006, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, 255, Penerbit PT Infomaster:
Jakarta.
Katzung, B.G, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8, buku 2, 693-705, Penerbit
Salemba Medika : Jakarta.
PROFIL INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN RESEP METFORMIN DAN
GLIBENKLAMID DI APOTEK DI WILAYAH SURABAYA (Jurnal Farmasi Komunitas
Vol.1, No.1, (2014) 5-10 , diakses pada tanggal 07 Januari 2017

10

Anda mungkin juga menyukai