Anda di halaman 1dari 6

1.

Etik adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang baik / buruk tindakan
manusia. Setiap profesi mutlak mempunyai kode etik yang berupa norma-
norma / petunjuk yang diindahkan oleh setiap angggota profesinya, bagaimana
mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan dalam profesinya.
Penyimpangan etik dalam praktek kebidanan bisa terjadi pada :
a. Pada bidan praktek mandiri
Dalam hal ini mempunyai tanggungjawab lebih besar karena bidan harus
mempertanggungjawabkan sendiri apa yang telah dilakukannya.
b. Pada bidan praktek di RS, RB atau institusi lainnya
Penyimpangan etik yang ada didalam lindungan institusi tempat bidan tersebut
bekerja.
Apabila terjadi penyimpangan etik, organisasi IBI juga mempunyai Majelis
Pertimbangan Etik Bidan (MPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA) yang
bertugas dan berwenang memberikan bimbingan dan pembianaan serta
pengawasan etik profesi bidan, meneliti dan menentukan ada / tidak kesalahan /
kelalalain bidan dalam memberikan pelayanannya.
Macam-macam sanksi etik yaitu :
a. Sanksi teguran
1) Teguran secara lisan
Dengan suatu pendekatan, bidan diberi penjelasan dan motivasi
2) Teguran secara tertulis, dibagi menjadi 3 :
Ringan
Hanya diberitahukan saja tentang penyimpangan yang telah dilakukan
Sedang
Diberitahu tentang penyimpangan yang telah dilakukan
Diberi sanksi, antara lain:
* Diberi tambahan tugas-tugas tertentu
* Tidak boleh praktek selama beberapa saat
* Dipindahkan kerja / diturunkan kedudukannya
Berat
Diberitahukan tentang penyimpanan yang telah dilakukan
Dicabut izin praktek
Diberhentikan dari pekerjaan
b. Sanksi moral
Yaitu sanksi yang berasal dari lingkungan kerja ataupun dari masyarakat,
misalnya :
* Dikucilkan dari teman seprofesinya
* Dikucilkan dari masyarakat / lingkungan
* Tidak diterima di profesinya
* Tidak diterima di masyarakat
2. Sanksi Kepegawaian
a. Bidan Pemerintah
Sanksi diberikan berdasarkan dengan berat ringanya kesalahan, antara lain :
* Teguran, baik lisan maupun tulisan
* Tidak naik jabatan
* Tidak mendapatkan tunjangan
* Dipindahkan dari pekerjaan / diturunkan jabatannya
* Diberhentikan dari pekerjaan / diturunkan jabatannya
* Diberhentikan dari pekerjaan
b. Bidan Swasta
Sanksi juga diberikan berdasarkan berat ringannya kesalahan, antara lain :
* Teguran, baik lisan maupun tertulis
* Tidak naik jabatan
* Tidak mendapatkan tunjangan
* Dipindahkan dari pekerjaan / diturunkan jabatannya
* Diberhentikan dari pekerjaannya
3. Sanksi yang berhubungan dengan malpraktik
Malpraktek, dari kata : kata mal yang berarti salah dan kata praktek.
Malpraktek yaitu pelaksanaan tindakan yang sesuai / tidak sesuai prosedur
Malpraktek pada pelayanan kebidanan bisa terjadi dikarenakan bidan :
* Ceroboh
Contoh :
- Bidan gagal dalam melaksanakan tugas / kewajiban kepada klien
- Bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak sesuai dengan standart yang
ditetapkan
- Melaksanakan tindakan yang menciderai klien / klien cidera karena
kegagalan dalam melaksanakan tugasnya
* Lupa
Contoh : bidan lupa tidak mengambil tampon pada saat setelah melaksanakan
penjahitan episiotomi sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi pada ibu
* Gagal mengkomunikasikan
Contoh : bidan tidak melakukan informed concent [dalam melakukan suatu
tindakan pada klien
informed concent adalah persetujuan sepenuhnya yang diberikan oleh klien atau
walinya (bagi bayi, anak dibawah umur & klien yang tidak sadar misalnya klien
eklamsi) kepada bidan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien,
sebelum tindakan bidan memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan kepada klien / wali.
3. STANDAR 23 : PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS

STANDAR 23 : PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS


TUJUAN
Mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat
PERNYATAAN STANDAR
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis,
melakukan perawatan dengan segera dan merujuknya
HASIL
Ibu dengan sepsis puerperalis mendapat yang memadai dan tepat waktu.
Penurunan kematian dan kesakitan akibat sepsis puerperalis
Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas
PRASYARAT
1. System berjalan dengan baik agar ibu mendapat pelayanan pasca
persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah persalinan, baik
di rumah, dipuskesmas,, ataupun rumah sakit
2. Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan pelayanan nifas, termasuk
penyebab, pencegahan, pengenalan, dan penanganan dengan tepat sepsis
puerperalis
3. Tersedia peralatan/ perlengkapan penting : sabun, air bersih yang mengalir,
handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntuik sekali pakai, set infus
steril dengan jarum berukuran 16 dan 18 G, sarung tangan bersih DTT/ steril
4. Tersedia obat-obatan penting : cairan infus RL dan antibiotika. Juga tersedia
tempat penyimpanan untuk obat-obatan yang memadai
5. Adanya sarana pencatatan pelayanan nifas/ kartu ibu
6. System rujukan yang efektif, termasuk bank darah, berjalan dengan baik
untuk ibu dengan komplikasi pasca persalinan
PROSES
Bidan harus :
1. Amati tanda dan gejala infeks ipuerperalis yan didiagnosa bila 2 atau lebih
gejala di bawah ini terjadi sejak pecahnya selaput ketuban mulai hari ke 2 ( 2 kali
24 jam ) hingga 42 hari pasca persalinan :
- Suhu tubuh > 38 C
- Nyeri peru atau pelvis
- Pengeluaran cairan vagina yang abnormal
- Cairan vagina yang berbau busuk
- Terhambatnya pengecilan ukuran uterus
2. Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal/ gejala infeksi
3. Beri penyuluhan kepada ibu, suami/ keluarganya agar waspada
terhadaptanda/ gejala infeksi, dan agar segera mencari pertolongan jika
menemukannya
4. Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari
sumber infeksi ( mungkin lebih dari satu sumber infeksi ermasuk infeksi kronis )
5. Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat, atau terdapat perdarahan
pervaginam,mulai berikan infus cairan RL dengan jarum berlubang besar 16 atau
18 G, rujuklah ibu segera ke RS. ( ibu perlu diperiksa untuk melihat kemungkinan
adanya sisa jaringan plasenta )
6. Jika kondisinya gawat dan terdapat tanda/ gejala septik syok ( suhu 38 C
atau lebih, bau busuk dan nyeri perut), dan terjadi dehidrasi, beri cairan IV dan
antibiotika sesuai dengan ketentuan. Rujuk biu ke RS.
- Ampisilin 2 gr IV setip 6 jam
- Gentamisin 5 mg/ kg berat badan IV setiap 24 jam
- Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
7. Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah dan sulit merujuk, berikan
antibiotika ( misalnya ampisilin 1 gr PE, diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam,
ditambah metronidazole 500 mg setiap 8 jam selama 5 hari )
8. Pastikan bahwa ibu/ bayi dirawat terpisah/ jauh dari anggota keluarga
lainnya sampai infeksi teratasi
9. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa ibu/ bayi
10. Alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain, terutama
untuk ibu nifas atau bayi lain
11. Beri nasihat kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri, penggunaan
pembalut steril dan membuangnya dengan hati-hati ( sebaiknya dibakar), jika
tidak ada pembalut steril, maka dapat digunakan kain yang telah dijemur sampai
kering )
12. Tekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi baik, dan
banyak minum bagi ibu
13. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI ( namun demikian, bayi
memerlukan pemberian ASI lebih sering agar kebutuhan gizinya terpenuhi )
14. Lakukan semua pencatatan dengan seksama
15. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam 24 jam
segera rujuk ke RS
16. Jika syok terjadi, ikuti langkah-langkah penatalaksanaan syok yang
didiskusikan di standar 21
5. Sebetulnya tindakan vakum ekstraktor pada ibu bersalin bukan sebagai
wewenang bidan sesuai dengan kepMenkes no.369, apabila bidan melakukan
tindakan vakum tersebut harus didampingi oleh dokter, dan tidak boleh
dilakukan di BPM.
Persyaratan agar bidan boleh melakukan vakum ekstraktor itu harus mempunyai
keahlian tambahan melalui pendidikan dan pelatihan tambahan mengenai
tindakan vakum pada janin, tindakan tersebut boleh dilakukan di RB atau klinik
bidan apabila terdapat dokter yang dapat menangani tindakan tersebut

6. Asuhan pada ibu nifas memang wajib dilakukan oleh bidan, namun pada kasus
yangditanyakan oleh alifia bahwa jika janin nya meninggal karena kecerobohan
tindakan oleh bidan, maka asuhan 2 jam setelah kelahiran janin tetap harus
dilaksanakan apabila ibu bersalin masih ada ditempat bidan tersebut, namun
apabila janin meninggal dan tindakan sudah dilakukan oleh bidan lain maka klien
boleh memilih asuhan yang akan diterimanya, jika memang kepercayaan kepada
bidan yg melakukan kelalaian sudah berkurang maka bidan tersebut harus
memastikan bahwa klien tersebut tetap mendapatkan asuhan nifas melalui cara
rujukan kepada bidan lain atau klien memilih asuhan dari siapa yg akan ia terima

Anda mungkin juga menyukai