2. Tujuan Kontrasepsi
Tujuan dari program KB adalah untuk membangun Indonesia sebagai
obyek dan subyek pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu,
anak, dan keluarga. Selain itu program KB juga ditujukan untuk menurunkan
angka kelahiran dengan menggunakan salah satu jenis kontrasepsi secara
sukarela yang didasari keinginan dan tanggung jawab seluruh masyarakat.
Upaya unuk menurunkan angka kelahiran sekaligus membentuk keluarga
sejahtera merupakan cerminan dari program KB (BAPPEDA, 2013).
Beberapa pilihan jenis dan alat kontrasepsi merupakan hak bagi setiap klien
yang
datang untuk ber-KB disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien. Uraian
setiap jenis kontrasepsi akan dijelaskan dengan urutan sebagai berikut:
tinjauan umum, cara kerja, petunjuk penggunaan, kembalinya kesuburan,
keuntungan dan keterbatasan, efek samping atau efektivitas.
A. Cara Tradisional
1. Sanggama Terputus
a. Cara Kerja
Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi
sehingga sperma tidak akan masuk ke dalam vagina yang akan
berakibat tidak adanya pertemuan antara sperma dan ovum dan
kehamilan pun dapat dicegah.
b. Petunjuk Penggunaan
1) Terlebih dahulu membangun saling penegertian sebelum
melakukan hubungan seksual dan mendiskusikan pencegahan
kehamilan melalui penggunaan metode sanggama terputus
2) Pihak suami mendukung dan ingin berpartisipasi aktif dalam
Keluarga Berencana khususnya penggunaan metode
kontrasepsi sanggama terputus
3) Metode ini dapat dilakukan oleh PUS yang taat beragama dan
mempunyai alasan filosofi untuk tidak memakai metode-
metode lain dengan alasan larangan agama
4) Dapat digunakan pada Pasangan Usia Subur (PUS) yang
melakukan hubungan seksual tidak teratur
5) Sanggama tidak dianjurkan pada masa subur seorang wanita.
b. Petunjuk Penggunaan
1) Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat
reproduksinya terdapat tiga tahapan, yaitu:
a) Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum
ovulasi)
b) Fertility phase (masa subur)
c) Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah
ovulasi)
2) Perhitungan masa subur ini akan efektif dilakukan pada wanita
dengan siklus menstruasi normal yaitu antara 21-35 hari.
Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan
minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian dapat
dihitung periode masa subur setelah melihat data yang telah
dicatat jarak antara siklus.
3) Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan
masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam siklus
haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret.
Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12
jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal
24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga
tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa
pantang untuk melakukan sanggama. Apabila ingin melakukan
hubungan seksual harus menggunakan metode kontrasepsi
tertentu.
4) Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18.
Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari
terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini
menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25
hari dan siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid
sampai haid berikutnya).
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19.
Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan sanggama.
Apabila ingin melakukan sanggama harus menggunakan
kontrasepsi.
b. Petunjuk Penggunaan
1) Pantang sanggama dimulai pada hari pertama haid dan diakhiri
saat diterapkan aturan peningkatan termal.
2) Selama siklus haid, klien mengukur suhu tubuhnya setiap pagi
sebelum bangun dari tempat tidur (kira-kira pada waktu yang
sama) dan mencatat suhu tubuhnya pada lembar catatan yang
khusus disediakan sebelumnya.
3) Dengan menggunakan catatan suhu tubuh pada lembar
tersebut, klien dapat mengidentifikasi suhu tertinggi dari suhu
normal sampai suhu terendah (suhu tubuh harian yang dicatat
dengan pola khusus selama 10 hari pertama dari siklus haid
dengan mengesampingkan suhu tubuh tinggi yang abnormal
akibat demam atau gangguan lainnya.
4) Tariklah sebuah garis 0,05 di atas suhu tertinggi dari sepuluh hari
catatan suhu tersebut diatas. Garis ini disebut sebagai garis
penutup atau garis suhu.
5) Tunggu tiga hari dari suhu yang lebih tinggi untuk memulai
sanggama. Fase tidak subur dimulai pada malam ke-3 hari
berturut-turut dengan suhu diatas garis suhu.
6) Bila salah satu dari ketiga suhu tubuh tersebut turun atau
dibawah garis suhu selama 3 hari perhitungan, ini mungkin
tanda ovulasi belum terjadi jadi klien harus menunggu sampai
didapat 3 hari berturut-turut dengan suhu tubuh diatas garis
suhu sebelum memulai sanggama.
7) Setelah fase tidak subur dimulai, klien tidak perlu lagi mencatat
suhu tubuh. Ia dapat berhenti mencatat sampai siklus haid
berikutnya.
8) Bila PUS tidak menghendaki anak, mereka harus pantang
melakukan sanggama mulai awal siklus haid sampai hari ketiga
dan tiga hari berturut-turut dengan suhu di atas garis suhu.
1. Metode Modern/Efektif
a. Kontrasepsi Hormonal
- Peroral: Pil
- Injeksi / suntikan
- Subcutis: Implant (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit = AKBK)
b. Kontrasepsi Nonhormonal:
Kondom, Diafragma, AKDR/IUD (Intra Uterine Devices)
c. Kontrasepsi Mantap (Sterilisasi)
- Pada wanita : Penyinaran, Operatif Medis Operatif Wanita (MOW),
Penyumbatan tuba fallopi secara mekanis
- Pada pria : Operatif Medis Operatif Pria (MOP), Penyumbatan vas
deferens secara mekanis, Penyumbatan vas deferens secara kimiawi
A. Pil KB
Tablet yang mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik disebut
Pil Kombinasi dan yang hanya mengandung progesteron sintetik saja disebut
Mini Pil atau Pil Progestin.
Cara Kerja
a. Menekan Ovulasi
Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka tidak akan terjadi
ovulasi (tidak ada sel telur). Tanpa ovulasi tidak akan terjadi kehamilan.
b. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
c. Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses
implantasi
d. Memperkental lendir serviks (mencegah penetrasi sperma)
Efektivitas
Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7 % sedangkan efektivitas praktisnya
sebesar 90-96 %. Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa meminum pil secara
teratur.
Keuntungan
- Mudah penggunaannya dan mudah didapat
- Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid
- Mengurangi resiko terjadinya ket (kehamilan ektopik terganggu) dan kista
ovarium
- Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim
- Pemulihan kesuburan hampir 100%
Kontraindikasi
- Menyusui (khusus pil kombinasi)
- Pernah sakit jantung
- Tumor/keganasan
- Kelainan jantung, varices, dan darah tinggi
- Perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya
- Penyakit gondok
- Gangguan fungsi hati dan ginjal
- Diabetes, epilepsi, dan depresi mental23
- Tidak dianjurkan bagi wanita umur lebih dari 40 tahun.
Efek Samping
Penggunaan Pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek samping,
antara lain enek/mual, berat badan bertambah, sakit kepala (berkunang-
kunang) perubahan warna kulit dan efek samping ini dapat timbul berbulan-
bulan.
B. Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah hormon yang diberikan secara
suntikan/injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan
hormon ini ada yang terdiri atas satu hormon, dan ada pula yang terdiri atas
dua hormon sebagai contoh jenis suntikan yang terdiri satu hormon adalah
Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan Noristerat. Sedangkan yang
terdiri dari atas dua hormon adalah Cyclofem dan Mesygna.
KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang
menginginkan kontrasepsi yang efektif, reversibel, dan belum bersedia untuk
sterilisasi.
Cara kerja
Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat setiap 2 bulan.
Wanita yang mendapat suntikan KB tidak mengalami ovulasi.
Efektivitas
Dalam teori: 99,75 %
Dalam praktek: 95-97 %
Keuntungan
- Mengurangi kunjungan
- Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat
- Dapat dipakai dalam waktu yang lama
- Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu 14
Kontraindikasi
- Hamil atau disangka hamil
- Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
- Tumor/keganasan25
- Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis, penyakit paru berat,
varices.
Efek Samping
Efek samping dari dari suntikan Cyclofem yang sering ditemukan adalah
mual, berat badan bertambah, sakit kepala,pusing-pusing dan kadang-
kadang gejala tersebut hilang setelah beberapa bulan atau setelah suntikan
dihentikan.Sedang efek samping dari suntikan Depo Provera, Depo Progestin,
Depo Geston dan Noristeat yang sering dijumpai adalah mensturasi tidak
teratur, masa mensturasi akan lebih lama, terjadi bercak perdarahan bahkan
mungkin menjadi anemia pada beberapa klien.
Efektivitas
Sangat efektif (0,5 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama
satu tahun).
Keuntungan
- Tidak terganggu faktor lupa
- Metode jangka-panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan
menggunakan Tembaga T 380A)
- Mengurangi kunjungan ke klinik
- Lebih murah dari pil dalam jangka panjang 15
Kontraindikasi
- Hamil atau diduga hamil
- Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit
kelamin
- Pernah menderita radang rongga panggul
- Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
- Riwayat kehamilan ektopik
- Penderita kanker alat kelamin.
Efek Samping
Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan.
Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu
pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi)
sebagian atau seluruhnya. Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak
nyaman, dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim.
Cara kerja
AKBK atau sering disebut dengan implan secara tetap melepaskan hormon
tersebut dalam dosis kecil ke dalam darah. Di Indonesia saat ini digunakan
Norplant (6 kapsul).
Efektivitas
Dalam teori: 99,7 %
Dalam praktek: 97-99 %.
Keuntungan
- Sekali pasang untuk 5 tahun
- Tidak mempengaruhi produksi ASI
- Tidak mempengaruhi tekanan darah
- Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian
- Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi, tetapi belum mantap
untuk ditubektomi.
Kontraindikasi
- Hamil atau disangka hamil
- Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
- Tumor/keganasan
- Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis.
Efek Samping
Kadang-kadang pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain itu
ditemukan haid yang tidak teratur, sakit kepala, kadang-kadang terjadi
spotting atau anemia karena perdarahan yang kronis.
E. Kondom pria
Adalah sarung karet tipis yang dipakai oleh pria pada waktu bersenggama.
Cara kerja
Sarung karet ini mencegah sperma bertemu dengan ovum.
Efektivitas
Dalam teori: 98 %
Dalam praktek: 85 %30
Efektif jika digunakan secara benar tiap kali berhubungan. Namun
efektivitasnya kurang jika dibandingkan metode pil, AKDR, suntikan KB.
Keuntungan
Dapat dipakai sendiri
- Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
- Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui
- Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain
- Tidak mengganggu kesehatan
- Tidak ada efek samping sistemik
- Tersedia secara luas (toko farmasi dan toko-toko yang ada di masyarakat)
- Tidak perlu resep atau penilaian medis
- Tidak mahal (jangka pendek).
Baik untuk pasangan yang:
- Ingin menunda kehamilan atau ingin menjarangkan anak
- Jarang bersenggama
- Pasangan yang takut menularkan & tertular penyakit kelamin
- Wanita yang kemungkinan sudah hamil.
Kontraindikasi
Alergi.
Cara kerja
Hal ini mencegah pertemuan sel telur dengan sperma.
Efektivitas
Dalam teori : 99,9 %
Dalam praktek : 99 %.
Keuntungan
- Paling efektif
- Mengakhiri kesuburan selamanya (keberhasilan pembalikan tidak bisa
dijamin). Rekanalisasi dengan microsurgery sedang dikembangkan.
- Tidak perlu perawatan khusus.
Kontraindikasi
Tidak ada.
Efek Samping
Jarang, ringan, dan bersifat sementara misalnya bengkak, nyeri, dan infeksi
pada luka operasi. Pada vasektomi infeksi dan epididimitis terjadi pada 1-2%
pasien. Pada tubektomi perdarahan, infeksi, kerusakan organ lain dan
komplikasi karena anastesi dapat terjadi (Kusumaningrum, 2009).
DAFTAR PUSTAKA :
Affandi, B., dkk. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
BKKBN. 2010. Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Tahun 2010-2014. Jakarta.
BKKBN. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan KB Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang. Jakarta.
Kusumaningrum, R. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
JeniKontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur. Skripsi.
Tidak Diterbitkan. Fakultas Kedokteran Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat.