Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIABETES MELLITUS TIPE II

A. Definisi
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan kategori yang ditandai oleh
kenaikan keadaan glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, S.C & Bare, B. G,
2002).
Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis yang terjadi karena
berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihi normal, disertai
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh
kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin atau kedua-duanya (Depkes RI,
2005).
Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi
yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin yang
absolut atau relatif gangguan fungsi insulin (WHO, 2005).

B. Etiologi
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada Diabetes Melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula
faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Melitus
tipe II.
Faktor-faktor lain adalah:
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun).
2. Obesitas.
3. Riwayat keluarga.
4. Ras (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).

C. Patofisiologi
Proses penyakit Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak efektifnya insulin untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namun pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini akibat sekresi insulin berlebihan, dan kadar
glukosa akan di pertahankan dalam tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian bila sel-sel beta tidak mampu megimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan mengakibatkan Diabetes Melitus tipe II
(Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002).

D. Manifestasi Klinik
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
4. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
5. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
6. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
7. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
8. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
9. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena
- Darah kapiler
< 100 100-200 >200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena <80 80-200 >200
- Darah kapiler

<110 110-120 >126

<90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

F. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan

G. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
a) Ketoasidosis Diabetik, adalah gangguan metabolik yang terjadi akibat
defisiensi insulin di karakteristikan dengan hiperglikemia eksterm (lebih
300 mg/ dl). Pasien sakit berat dan memerlukan intervensi untuk
mengurangi kadar glukosa darah dan memperbaiki asidosis berat,
elektrolit, ketidakseimbangan cairan. Adapun faktor pencetus Ketoasidosis
Diabetik: obat-obatan, steroid, diuretik, alkohol, gagal diet, kurang cairan,
kegagalan pemasukan insulin, stress, emosional, dan riwayat penyakit
ginjal.
b) Hipoglikemia merupakan komplikasi insulin dengan menerima jumlah
insulin yang lebih banyak daripada yang di butuhkannya untuk
mempertahankan kadar glukosa normal. Gejala-gejala hipoglikemia
disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala
dan palpitasi), juga akibat kekurangan glukosa dalam otak (tingkah laku
yang aneh, sensorium yang tumpul dan koma).
2. Komplikasi jangka panjang
a) Mikroangiopati Diabetik merupakan lesi spesifik Diabetes Melitus yang
menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik) dan saraf-saraf
perifer (neuropati diabetik), otot-otot dan kulit.
b) Makroangiopati Diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa
aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan karena
insufisiensi insulin yang menjadi penyebab jenis penyakit vaskuler.
Gangguangangguan ini berupa penimbunan sorbitol dalam intima
vaskuler, hiperproteinemia dan kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya
makroangiopati diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler.
Jika yang terkena adalah arteri koronaria dan aorta, maka dapat
mengakibatkan angina dan infark miokardium (Price, S. A. & Wilson L.M,
2006).
H. WOC

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan utama
Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan utama yang berbeda-
beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit dengan gejala khas berupa
polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
d. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda tanda vital.
2. Head to Toe
a) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.
b) Sistem integument
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi,
kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit
sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
c) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis,
kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler
e) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
f) Sistem musculoskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa
otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
g) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis
pasien sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme
karbohidrat akibat defisiansi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual
muntah
b) Resiko devisit volume cairan dean elektrolit b/d diuresis osmotic dan polyuria
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat penurunan produksi
energy
d) Gangguan integritas kulit b/d penurunan sensasi sensori, gangguan sirkulasi,
penurunan aktifitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.
e) Gangguan citra tubuh b/d ekstremitas gangrenResiko cedera b/d penurunan fungsi
penglihatan, pelisutan otot.
f) Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan
fungsi leukosit.

Anda mungkin juga menyukai