Anda di halaman 1dari 7

otonomi daerah

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Demokrasi sangat berkatitan erat dengan kekuasaan yang lebih tepatnya


pengelolaan kekuasaan secara beradab. Sistem manajemen kekuasaan yang
dilandasi oleh nilai-nilai dan etika serta peradaban yang menghargai martabat
manusia. Pelaku utama demokrasi adalah kita semua, setiap orang yang selama ini
selalu diatasnamakan namun tak pernah ikut menentukan. Menjaga proses
demokratisasi adalah memahami secara benar hak-hak yang kita miliki, menjaga
hak-hak itu agar siapapun menghormatinya, melawan siapapun yang berusaha
melanggar hak-hak itu. Demokrasi pada dasarnya adalah aturan orang (people
rule), dan di dalam sistem politik yang demokratis warga mempunyai hak,
kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur pemerintahan di dunia
publik. Sedang demokrasi adalah keputusan berdasarkan suara terbanyak. Di
Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-citakan pembentukan negara
demokrasi yang berwatak anti-feodalisme dan anti-imperialisme, dengan tujuan
membentuk masyarakat sosialis. Bagi Gus Dur, landasan demokrasi adalah
keadilan, dalam arti terbukanya peluang kepada semua orang, dan berarti juga
otonomi atau kemandirian dari orang yang bersangkutan untuk mengatur hidupnya,
sesuai dengan apa yang dia ingini. Jadi masalah keadilan menjadi penting, dalam
arti dia mempunyai hak untuk menentukan sendiri jalan hidupnya, tetapi harus
dihormati haknya dan harus diberi peluang dan kemudahan serta pertolongan untuk
mencapai itu.
Rakyat bebas menyampaikan aspirasinya demi kepentingan bersama. Kepentingan
bersama yang harus direalisasikan oleh para profesi hukum. Tetapi terjadinya
penyalahgunaan profesi hukum tersebut disebabkan adanya faktor kepentingan.[1]
Wacana pemilihan Gubernur oleh DPRD ini terjadi karena banyaknya pelanggaran
yang terjadi dalam Pemilukada. Salah satunya adanya money politik yang dapat
mengungah ideologi masyarakat dalam menentukan pilihannya. Berbagai alasan
yang memicu terjadinya wacana pemilihan gubernur oleh DPRD.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Otonomi Daerah


Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi
derah adalah hak ,wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan menurut Suparmoko (2002:61)
mengartikan otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat.Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang No. 32
tahun 2004, bahwa pemberian kewenangan otonomi daerah dan kabupaten / kota
didasarkan kepada desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan
bertanggung jawab.

a. Kewenangan otonomi daerah

Yang dimaksud dengan kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup semua bidang pemerintahan
kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan
fiscal agama serta kewenangan dibidang lainnya ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan. Disamping itu keleluasaan otonomi mencakup pula
kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.

b. Otonomi Nyata

Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan


kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan
serta tumbuh hidup dan berkembang di daerah.

c. Otonomi Yang Bertanggung Jawab

Otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan pertanggung jawaban


sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam
mencapai tujuan pemberian otonomi berupa peningkatan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan
pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang sehat antara pusat dan daerah
serta antar daerah dalam rangka menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 7, 8, 9 tentang Pemerintah Daerah,


ada 3 dasar sistem hubungan antara pusat dan daerah yaitu :

Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada daerah


otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang
pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu.

Tugas perbantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan atau
desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggung
jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Dalam Undang-Undang No.
32 tahun 2004 pasl 1 ayat 6 menyebutkan bahwa daerah otonomi selanjutnya
disebut daerah adalah kesatuan masyarakat yang mempunyai batas-batas wilayah
yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Profesor Oppenhein (dalam Mohammad Jimmi Ibrahim, 1991:50) bahwa


daerah otonom adalah bagian organis daripada negara, maka daerah otonom
mempunyai kehidupan sendiri yang bersifat mandiri dengan kata lain tetap terikat
dengan negara kesatuan. Daerah otonom ini merupakan masyarakat hukum yaitu
berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

B. Hakekat Otonomi Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya adalah upaya untuk


meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan
pembangunan sesuai dengan kehendak dan kepentingan masyarakat. Berkaiatan
dengan hakekat otonomi daerah tersebut yang berkenaan dengan pelimpahan
wewenang pengambilan keputusan kebijakan, pengelolaan dana publik dan
pengaturan kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan
masyarakat maka peranan data keuangan daerah sangat dibututuhkan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan besar belanja
yang harus dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Data keuangan daerah yang memberikan gambaran statistik
perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan maupun pengeluaran dan
analisa terhadapnya merupakan informasi yang penting terutama untuk membuat
kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah untuk meliahat kemampuan/
kemandirian daerah (Yuliati, 2001:22).

C. Tujuan Otonomi Daerah

Menurut Mardiasmo (Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah) adalah: Untuk


meningkatkan pelayanan publik (public service) dam memajukan perekonomian
daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah
dan desentralisasi fiskal, yaitu:
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat.
Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.
Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Selanjutnya tujuan otonomi daerah menurut penjelasan Undang-undang No 32


tahun 2004 pada dasarnya adalah sama yaitu otonomi daerah diarahkan untuk
memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan
kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat
secara nyata, dinamis, dan bertanggung jawab sehingga memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa, mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan di
daerah yang akan memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal.

D. Prinsip Otonomi Daerah

Menurut penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, prinsip penyelenggaraan


otonomi daerah adalah :

1. penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan aspek demokrasi,


keadilan, pemerataan serta potensi dan keaneka ragaman daerah.

2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan


bertanggung jawab.
3. pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah dan
daerah kota, sedangkan otonomi provinsi adalah otonomi yang terbatas.

4. Pelaksanaan otonomi harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap


terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.

5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah


kabupaten dan derah kota tidak lagi wilayah administrasi. Demikian pula di
kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah.

6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi


badan legislatif daerah baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawasan,
mempunyai fungsi anggaran atas penyelenggaraan otonomi daerah.

7. Pelaksanaan dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam


kedudukan sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan
pemerintah tertentu dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah.

8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya di


pemerintah daerah dan daerah kepada desa yang disertai pembiayaan, sarana dan
pra sarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan
dan mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskan.

Rakyat bebas menyampaikan aspirasinya demi kepentingan bersama. Kepentingan


bersama yang harus direalisasikan oleh para profesi hukum. Tetapi terjadinya
penyalahgunaan profesi hukum tersebut disebabkan adanya faktor kepentingan.[1]
Wacana pemilihan Gubernur oleh DPRD ini terjadi karena banyaknya pelanggaran
yang terjadi dalam Pemilukada. Salah satunya adanya money politik yang dapat
mengungah ideologi masyarakat dalam menentukan pilihannya. Berbagai alasan
yang memicu terjadinya wacana pemilihan gubernur oleh DPRD.

Namun, terkait dengan pemilihan gubernur oleh DPRD yang diwacanakan saat ini
jelas bertentangan dengan prinsip demokrasi yang dianut Indonesia. Dimana dalam
demokrasi terdapat prinsip dan syarat yang harus terpenuhi agar dapat memenuhi
penerapan implementasi demokrasi tersebut. Setiap prinsip demokrasi dan
prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah terakomodasi dalam suatu
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi, dapat
ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan soko guru
demokrasi.Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah:
2. Kedaulatan rakyat;
3. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
4. Kekuasaan mayoritas;
5. Hak-hak minoritas;
6. Jaminan hak asasi manusia;
7. Pemilihan yang bebas dan jujur;
8. Persamaan di depan hukum;
9. Proses hukum yang wajar;
10. Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
11. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
12. Nilai-nilai tolerensi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
Terkait dengan hal tersebut maka adapaun pokok pikiran atau landasan berpikir
suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan hakikat manusia, yaitu pada
dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungan sosial.
Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat 2 (dua) asas pokok demokrasi, yaitu:

1. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-


wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan
rahasia serta jurdil;
2. Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan
pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.
Terdapat statement bahwa Pemilihan umum secara langsung mencerminkan
sebuah demokrasi yang baik. Jika pemilihan Gubernur dan wakilnya oleg DPRD
terrealisasi maka tentu telah menyalahi ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945 yang
disebutkan bahwa pemilihan seharusnya dilakukan secara langsung.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomer 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomer 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Nomer 6
Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nemer 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan,
dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Tahapan Pilkada
secara langsung dibagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan.
Tahap Persiapan meliputi :
1. Pemberitahuan DPRD kepada KDH dan KPUD mengenai berakhirnya masa
jabatan Kepala Daerah.
2. Dengan adanya pemberitahuan dimaksud KDH berkewajiban untuk
menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada pemerintah
dan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD.
3. KPUD dengan pemberitahuan dimaksud menetapkan rencana penyelenggaraan
Pemilihan KDH dan WKDH yang meliputi penetapan tatacara dan jadwal tahapan
PILKADA, membentuk Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara
(PPS), dan Kelompok Penyelenggara pemungutan Suara (KPPS) serta
pemberitahuan dan pendaftaran pemantau.
4. DPRD membentuk Panitia pengawas Pemilihan yang unsurnya terdiri dari
Kepolisian, Kejaksaan, perguruan Tinggi, Pers dan Tokoh masyarakat.
Misalnya diambil suatu contoh untuk pemilihan Gubernur diawali dengan proses
penetapan Daftar Pemilih Sementara (DPS) sampai dengan Daftar Pemilih Tetap
(DPT), begitu juga proses pencalonan, kampanye sampai dengan pemungutan dan
penghitungan suara serta penetapan jadwal pelaksanaan. Dalam tahapan
selanjutnya dilakukan Pengumuman Pendaftaran dan Penetapan Pasangan Calon
Peserta pemilihan adalah pasangan calon yang diusulkan oleh Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik yang memenuhi persyaratan perolehan sekurang-kurangnya
15 % jumlah kursi di DPRD atau 15 % dari akumulasi perolehan suara sah dalam
pemilihan anggota DPRD di daerah yang bersangkutan. Dalam hal Partai Politik atau
gabungan Partai Politik dalam mengusulkan pasangan calon menggunakan
ketentuan memperoleh sekurang-kurangnya 15 % jumlah kursi DPRD apabila hasil
bagi jumlah kursi menghasilkan angka pecahan maka perolehan 15 % dari jumlah
kursi dihitung dengan pembulatan ke atas, sebagai contoh jumlah kursi DPRD 45
dikali 15 % sama dengan 6,75 kursi sehingga untuk memenuhi persyaratan 15 %
adalah 7 kursi. Selanjutnya dilakukan penelitian persyaratan pasangan calon
dengan meminta kepada KPUD untuk selalu independen dan memberlakukan
semua pasangan calon secara adil dan setara serta berkoordinasi dengan instansi
teknis seperti Diknas apabila ijazah cajon diragukan. Dalam melakukan penelitian
persyaratan pasangan calon agar dilakukan secara terbuka, apa kekurangan
persyaratan dari pasangan calon dan memperhatikan waktu agar kekurangan
persyaratan tersebut dapat dilengkapi oleh pasangan calon.
Sebelum sampai pada tahapan penyelenggaraan pemilihan, sehingga diperlukan
langkah-langkah koordinasi yang optimal. Kampanye dilaksanakan antara lain
melalui pertemuan terbatas, tatap muka, penyebaran melalui media
cetak/elektronik, pemasangan alat peraga dan debat publik yang dilaksanakan
selama 14 (empat belas) hari dan berakhir 3 (tiga) hari sebelum pemungutan suara
yang disebut masa tenang. Terkait dengan kampanye melalui media
cetak/elektronik, Undang-undang menegaskan agar media cetak/elektronik
memberi kesempatan yang sama pada setiap pasangan calon untuk menyampaikan
tema dan materi kampanye. Selain daripada itu pemerintah daerah juga diwajibkan
memberi kesempatan yang sama pada setiap pasangan calon untuk menggunakan
fasilitas umum. Pengaturan lainnya tentang kampanye adalah :
1. Pasangan calon wajib menyampaikan visi misi dan rogram secara lisan maupun
kepada masyarakat.
2. Penyampaian materi kampanye dilakukan dengan carasopan, tertib dan
bersifat edukatif.
3. Larangan kampanye antara lain menghasut atau mengadu domba partai politik
atau kelompok masyarakat dan menggunakan fasilitas dan anggaran pemerintah
dan pemerintah daerah serta melakukan pawai arak-arakan yang dilakukan dengan
berjalan kaki atau dengan kendaraan di jalan raya.
4. Dalam kampanye pasangan calon atau tim kampanye dilarang melibatkan PNS,
TNI/Polri sebagai peserta kampanye dan juru kampanye dalam pemilihan.
5. Pejabat negara yang menjadi calon kepala daerah dan wakil Kepala daerah
dalam melaksanakan kampanye tidak menggunakan fasilitas yang terkait dengan
jabatannya dan harus menjalankan cuti.
Dengan telah terpenuhinya syarat dan prasyarat sebelum dilakukannya pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah maka masih dilalui berbagai proses baik
sebelum dan sesudah terpilihnya sebagaiman telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demokrasi adalah pondasi dalam menjalankan pemerintahan termasuk halnya
dalam melakukan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Namun
banyaknya faktor kepentingan politik menjadi salah satu penyebab dari berbagai
alasan diwacanakannya pemilihan Gubernur dan wakil gubernur (Kepala dan wakil
kepala daerah) oleh DPRD

Anda mungkin juga menyukai