Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.

5, April 2013 (309-317) ISSN: 2337-6732

ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN


DI SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA
Marizca Monica Rantung
A. Binilang, E. M. Wuisan, F. Halim
Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi
email:brikaks_1505@ymail.com

ABSTRAK
Sub DAS Panasen merupakan salah satu sub DAS andalan di Kabupaten Minahasa. Seiring
dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, pemanfaatan lahan di Sub DAS Panasen
semakin meningkat. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai menyebabkan tanah mudah
tererosi dan menyebabkan terjadinya sedimentasi di sungai atau danau Tondano. Oleh sebab
itu perlu dilakukan analisis erosi dan sedimentasi lahan pada Sub DAS Panasen, mengingat
begitu besarnya peran sub DAS Panasen di Danau Tondano.
Perhitungan laju erosi dan sedimentasi pada penelitian ini menggunakan metode USLE dan
MUSLE. Penelitian ini diawali dengan menganalisis beberapa faktor yang dapat
menyebabkan erosi seperti curah hujan (R), jenis tanah untuk menentukan nilai erodibilitas
tanah (KET), topografi untuk menghitung faktor kemiringan lereng (LS), pengelolaan lahan
dan pengelolaan tanaman untuk memperoleh nilai CP. Pada analisis jumlah sedimentasi
faktor erosivitas tanah diganti dengan memperhitungkan debit puncak dan total volume
limpasan permukaan.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan metode USLE dan MUSLE
maka diperoleh laju erosi di Sub DAS Panasen pada tahun 2011 sebesar 22,05 ton/ha/tahun
atau sama dengan 2537,92ton/thn, dan jumlah sedimentasi sebesar 469,06 ton. Hasil analisis
yang ada menunjukkan bahwa tidak semua tanah yang terangkat dari permukaan tanah
melalui proses erosi, masuk ke danau dan menjadi sedimen.
Kata kunci: erosi, MUSLE, sedimentasi, sub DAS Panasen, USLE.

PENDAHULUAN pertanian, perkebunan, sawah setengah


teknis, sawah tadah hujan, dan sebagainya
Latar Belakang untuk menunjang perekonomian masyarakat
Sub DAS Panasen merupakan salah satu di daerah tersebut.
dari 34 sub DAS yang ada di DAS Danau Jumlah sedimentasi yang semakin
Tondano yang memiliki peranan penting meningkat di sungai Panasen, mendorong
dalam menyimpan atau menerima air hujan masyarakat maupun pemerintah yang ada
dan membawa air ke sungai Panasen maupun untuk meminimalisasi jumlah sedimen yang
sungai Ranolesi, kemudian dialirkan ke akan masuk ke danau Tondano dengan
danau Tondano. Sub DAS Panasen membangun beberapa cek dam, dan
merupakan sub DAS yang paling besar di melakukan pembersihan sungai dengan cara
DAS danau Tondano dengan luas 6127.84 ha mengeruk sedimen yang ada dengan
atau sebesar 61,28 km2. Bagian hulu dari sub menggunakan alat pengeruk. Tetapi yang
DAS Panasen terletak di gunung Rindengan menjadi permasalahan saat ini adalah jumlah
dan bagian hilir terletak di desa Tounelet. sedimen akan terus meningkat seiring
Letak sub DAS Panasen cukup strategis, dengan bertambahnya jumlah erosi yang
dimana masih terdapat begitu banyak lahan dihasilkan oleh suatu lahan.
yang belum dimanfaatkan untuk pemba- Meningkatnya jumlah erosi dan
ngunan besar seperti pabrik atau pusat sedimentasi di sub DAS Panasen akan
perbelanjaan. Hal ini mendorong masyarakat memberi dampak yang besar bagi danau
yang ada untuk memaksimalkan lahan yang Tondano, seperti pendangkalan. Oleh sebab
ada dengan mengelolanya menjadi lahan itu, perlu dilakukan sebuah analisis laju erosi

309
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (309-317) ISSN: 2337-6732

dan sedimentasi lahan di sub DAS Panasen penting, sedangkan erosi oleh angin tidak
untuk memberi informasi kepada masyarakat begitu berarti. Erosi oleh angin merupakan
yang ada mengenai tingkat erosi dan peristiwa sangat penting di daerah beriklim
sedimentasi yang dihasilkan oleh masing- kering. Indonesia adalah daerah tropika yang
masing tata guna lahan yang ada di Sub DAS umumnya beriklim basah atau agak basah
Panasen. (Sitanala, 2010).
Perumusan Masalah Proses erosi tanah yang disebabkan oleh
Erosi yang terjadi terus-menerus air meliputi tiga tahap yang terjadi dalam
disepanjang sub DAS Panasen dapat keadaan normal di lapangan, yaitu tahap
menyebabkan terjadinya peningkatan laju pertama pemecahan bongkah-bongkah atau
sedimentasi di sub DAS Panasen. agregat tanah kedalam bentuk butir-butir
kecil atau partikel tanah, tahap kedua
Batasan Masalah pemindahan atau pengangkutan butir-butir
Penelitian ini dibatasi pada: yang kecil sampai sangat halus tersebut, dan
1. Lokasi penelitian dilakukan di sub DAS tahap ketiga pengendapan partikel-partikel
Panasen tersebut di tempat yang lebih rendah atau di
2. Analisis besaran erosi menggunakan dasar sungai atau waduk.
metode USLE (Universal Soil Loss Erosi menyebabkan hilangnya lapisan
Equation). tanah yang subur dan baik untuk
3. Analisis besaran sedimen menggunakan pertumbuhan tanaman serta berkurangnya
metode MUSLE (Modified Universal Soil kemampuan tanah untuk menyerap dan
Loss Equation). menahan air. Tanah yang terangkut tersebut
Tujuan Penelitian akan terbawa masuk sumber air yang
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dinamai sedimen, dimana sedimen ini akan
menganalisis laju erosi dan menganalisis diendapkan di tempat yang aliran airnya
jumlah sedimentasi lahan di sub DAS melambat; di dalam sungai, waduk, danau,
Panasen. reservoir, saluran irigasi, di atas tanah
pertanian dan sebagainya (Sitanala, 2010).
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk Pengertian dan Dampak Sedimentasi
memberikan informasi kepada masyarakat Tanah dan bagian-bagian tanah yang
dan pemerintah mengenai laju erosi dan terangkut oleh air dari suatu tempat yang
jumlah sedimentasi yang terjadi di Sub DAS mengalami erosi pada suatu daerah aliran
Panasen, sehingga setiap pihak yang terkait sungai (DAS) dan masuk ke dalam suatu
dapat memaksimalkan dan mengefektifkan badan air secara umum disebut sedimen.
pemanfaatan lahan di daerah penelitian. Sedimen yang terbawa masuk ke dalam
sungai hanya sebagian saja dari tanah yang
tererosi dari tempatnya. Sebagian lagi dari
LANDASAN TEORI tanah yang terbawa erosi akan mengendap
pada suatu tempat di lahan di bagian bawah
Pengertian dan Dampak Erosi tempat erosi pada DAS tersebut (Sitanala,
Erosi adalah peristiwa berpindahnya atau 2010).
terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah Sedimen yang dihasilkan oleh proses
dari suatu tempat ke tempat lain oleh media erosi dan terbawa oleh aliran air akan
alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau diendapkan pada suatu tempat yang
bagian-bagian tanah pada suatu tempat kecepatan airnya melambat atau terhenti.
terkikis dan terangkut yang kemudian Peristiwa pengendapan ini dikenal dengan
diendapkan ditempat lain. Pengikisan dan peristiwa atau proses sedimentasi, yaitu
pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh proses yang bertanggungjawab atas
media alami, yaitu air dan angin (Sitanala, terbentuknya dataran-dataran alluvial yang
2010). luas dan banyak terdapat di dunia,
Erosi oleh angin disebabkan oleh merupakan suatu keuntungan oleh karena
kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air dapat memberikan lahan untuk perluasan
ditimbulkan oleh kekuatan air. Di daerah pertanian atau permukiman (Sitanala, 2010).
beriklim basah erosi oleh air yang lebih

310
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (309-317) ISSN: 2337-6732

Dampak lainnya dari proses sedimentasi LPL = faktor panjang lereng (m)
di sungai adalah terjadinya pengendapan SKL = faktor kemiringan lereng (%)
sedimen di dasar sungai yang menyebabkan CPT = faktor pengelolaan tanaman
naiknya dasar sungai, kemudian menyebab- PPL = faktor pengelolaan lahan
kan tingginya muka air sehingga berakibat Pada metode USLE, perkiraan besarnya
sering terjadi banjir yang menimpa lahan- erosi adalah dalam kurun waktu per tahun
lahan yang tidak dilindungi. Erosi tanah (tahunan) dan, dengan demikian, harga rata-
tidak hanya berpengaruh negatif pada lahan rata faktor R dihitung dari data curah hujan
dimana terjadi erosi, tetapi juga di daerah tahunan sebanyak mungkin (Asdak, 1995).
hilirnya dimana material sedimen diendap- Karena terbatasnya penyebaran penakar
kan. Banyak bangunan-bangunan sipil di hujan otomatik, maka Lenvain (1975), dalam
daerah hilir akan terganggu, saluran-saluran, Bols, (1978) telah mencoba dan mendapat-
jalur navigasi air, waduk-waduk akan kan metode lain untuk menentukan nilai
mengalami pengendapan sedimen. erosivitas hujan dengan menggunakan data
Disamping itu kandungan sedimen yang curah hujan yang umumnya tersedia dengan
tinggi pada air sungai juga akan merugikan persamaan sebagai berikut :
pada penyediaan air bersih yang bersumber R = 2,23.P1,98 (2)
dari air permukaan, biaya pengelolaan akan Dimana :
menjadi lebih mahal (Suripin, 2001). P = curah hujan bulanan (cm)
Analisis Laju Erosi dengan Metode USLE Faktor indeks topografi LPL dan SKL,
Uji Signifikansi masing-masing mewakili pengaruh panjang
Praktek-praktek bercocok tanam bersifat dan kemiringan lereng terhadap besarnya
merubah keadaan penutupan lahan, oleh erosi dan aliran permukaan. Panjang lereng
karenanya dapat mengakibatkan terjadinya mengacu pada aliran permukaan, yaitu lokasi
erosi permukaan pada tingkat atau besaran berlangsungnya erosi dari kemungkinan
yang bervariasi. Oleh karena besaran erosi terjadinya deposisi sedimen, pada umumnya
yang berlangsung ditentukan oleh intensitas kemiringan lereng diperlakukan sebagai
dan bentuk aktivitas pengelolaan lahan faktor yang seragam (Asdak, 1995).
tersebut perlu dilakukan. Dari beberapa Dalam prakteknya nilai LPL dan SKL
metode untuk memperkirakan besarnya erosi dihitung sekaligus berupa faktor LS. LS
permukaan, metode Universal Soil Loss adalah rasio antara besarnya erosi dari
Equation (USLE) yang dikembangkan oleh sebidang tanah dengan panjang lereng dan
Wischmeir dan Smith (1978) adalah metode kecuraman tertentu terhadap besarnya erosi
yang paling umum digunakan untuk dari tanah (Sitanala, 2010). Untuk nilai
memperkirakan besarnya erosi. USLE adalah panjang dan kemiringan lereng ditentukan
suatu model erosi yang dirancang untuk dengan menggunakan Tabel 1 berdasarkan
memprediksi erosi rata-rata jangka panjang topografi dan jenis tata guna lahan yang ada.
dari erosi lembar atau alur dibawah keadaan Setelah itu nilai LS untuk kemiringan lereng
tertentu. Metode ini juga bermanfaat untuk kurang dari 20% dianalisis dengan
tanah tempat bangunan dan penggunaan non- menggunakan persamaan :
pertanian, tetapi metode ini tidak dapat LS=LPL1/2(0,00138SKL2+0,00965SKL+0,0138)
memprediksi pengendapan dan tidak (3)
memperhitungkan hasil sedimen dari erosi Dimana :
parit, tebing sungai, dan dasar sungai LPL = panjang lereng (m)
(Sitanala, 2010). SKL = kemiringan lereng (%)
Laju tingkat erosi di daerah hulu sub Untuk lereng lebih besar dari 20%,
DAS Panasen dihitung dengan menggunakan digunakan persamaan :

model prediksi erosi USLE dengan LS = (22 )z c(cos )1.5[0.5(sin )1.25+(sin)2,25]
persamaan empiris berikut : (4)
Ea = R. KET. LPL. SKL. CPT. PPL (1) Dimana :
Dimana : z = 0,5 untuk lereng 5% atau lebih
Ea = erosi total (ton/ha/tahun) = 0,4 untuk lereng 3,5 4,9 %
R = indeks erosivitas hujan (cm) = 0,3 untuk lereng 3,5 %
KET = faktor erodibilitas tanah c = 34,71

311
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (309-317) ISSN: 2337-6732

= sudut/kemiringan lereng Hutan dengan tutupan baik 0.001


Campuran perkebunan Tegalan 0.364
Tabel 1 : Panjang Lereng pada Beberapa sayuran
Penggunaan Lahan Campuran perkebunan Tegalan 0.136
Penggunaan Lahan / Panjang jagung, dll
Tanaman lereng (m) Pemukiman 0.180
Padi sawah 40,0 Rawa 0.010
Jagung/Tegalan/pertanian 1,0 Sumber : Laporan Akhir Investigasi Kualitas
lahan kering Air Sungai dan Danau Tondano
Sayuran/Tegalan 1,0
Perkebunan dengan tutupan 40,9 Tabel 4 : Nilai faktor PKL Untuk Berbagai
baik Tindakan Konservasi Tanah
Penggunaan Lahan / Panjang No Tindakan khusus konservasi Nilai
Tanaman lereng (m) tanah PKL
Hutan Sekunder 58,0 1. Padi sawah 0.040
Hutan Alam 58,0 2. Jagung/Tegalan 0.150
Campuran Perkebunan- 20,9 3. Perkebunan 0.405
tegalan 4. Hutan sekunder 1.000
Perkebunan Campuran 20,9 5. Hutan Alam 1.000
Pemukiman 25,0 6. Campuran Perkebunan- 0.269
Rawa 50,0 7. tegalan sayuran
Sumber : Laporan Akhir Investigasi Kualitas 8. Campuran Perkebunan- 0.269
Air Sungai dan Danau Tondano 9. tegalan jagung, dll
10 Pemukiman 0.150
Nilai erodibilitas tanah (KET), faktor 11 Rawa 1.000
pengelolaan tanaman (CPT), faktor Sumber : Laporan Akhir Investigasi Kualitas
pengelolaan lahan (PPL) ditentukan dengan Air Sungai dan Danau Tondano
menggunakan Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4.
Perhitungan Jumlah Sedimen dengan
Tabel 2 : Indeks Erodibilitas Metode MUSLE
Jenis Tanah Bahan Induk KET Untuk menduga hasil sedimen dari sub
Haplorthox Tufa Volkan 0,03 DAS Panasen digunakan metode MUSLE
Trophothent Batu liat berkapur 0,14 (Modified Universal Soil Loss Equation),
Chromudert Napal 0,27 yang merupakan pengembangan dari metode
Tropodults Batu liat 0,16 USLE. MUSLE tidak menggunakan faktor
Tropohumult Tufa volkan 0,10 energi hujan sebagai penyebab terjadinya
Dystropept Breksi berkapur 0,23 erosi melainkan menggunakan faktor
Humitropepts 0,15 limpasan permukaan, sehingga MUSLE
Tropudalfs Breksi berkapur 0,22 tidak memerlukan faktor sediment delivery
Tropaqupets Halus berlempung 0,20 ratio (SDR), karena nilainya bervariasi dari
Eutropepts Tufa Gampingan 0,16 satu tempat ke tempat lainnya. Faktor
limpasan permukaan mewakili energi yang
Eutrandepts - 0,22
digunakan untuk penghancuran dan
Sumber : Chay Asdak (1995)
pengangkutan sedimen. Persamaan MUSLE
dapat dituliskan dalam bentuk sebagai
Tabel 3 : Nilai faktor CPT (pengelolaan
berikut (Suripin, 2001) :
tanaman)
SY = 11,8 (Qp . VQ)0,56 . K.LS.CPT.PKL (5)
Nilai
Dengan :
Macam penggunaan lahan Faktor
SY= hasil sedimen tiap kejadian hujan (ton)
CPT
VQ= volume aliran pada suatu kejadian hujan
Padi sawah 0.010 (m3)
Tanaman sayuran/Tegalan 0.700 Qp= debit puncak (m3/dtk)
Perkebunan dengan tutupan baik 0.245 Menurut Suripin (2003), untuk DAS
Hutan dengan tutupan kurang 0.027 dengan tata guna lahan yang tidak homogen
Hutan dengan tutupan kurang 0.005

312
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (309-317) ISSN: 2337-6732

nilai debit puncak (Qp) dapat dihitung - Data tata guna lahan di sekitar sub DAS
dengan persamaan: Panasen diperoleh dari peta rupa bumi
Qp = 0.00278 I CiAi (6) skala 1:50.000 dan dari BP DAS
Dengan : Tondano.
Ci=koefisien aliran permukaan jenis penutup - Jenis tanah yang diamati adalah tanah di
tanah i di sekitar sub DAS Panasen. Data ini
Ai = luas lahan dengan jenis penutup tanah i diperoleh dari peta rupa bumi dengan
I= intensitas hujan (mm/jam) skala 1:50.000 dan dari BP DAS
Volume aliran pada suatu kejadian hujan Tondano.
(VQ) dihitung dengan menggunakan - Data kemiringan lereng atau topografi di
persamaan : dapat dari peta rupa bumi dengan skala
VQ = Pe x luas daerah aliran sungai (7) 1:50.000 dan dari BP DAS Tondano.
3. Analisis data dan pembahasan
Untuk memperoleh laju erosi dan jumlah
METODOLOGI PENELITIAN sedimentasi di sub DAS Panasen, peneliti
melakukan analisis data sekunder untuk
Lokasi Penelitian memperoleh beberapa parameter yang
Secara geografis bagian hulu sub DAS dibutuhkan seperti jenis tanah, jenis
Panasen terletak pada 1846.15LU dan pengelolaan lahan, jenis tanaman, dan
1244635.26BT. Untuk bagian hilir sub kemiringan lereng. Jenis tanah pada suatu
DAS Panasen terletak pada 1119.53LU tata guna lahan ditentukan dengan
dan 124535.80BT. Sub DAS Panasen menggabungkan atau menumpang tindih peta
meliputi kecamatan Tompaso, kecamatan tata guna lahan dengan peta jenis tanah.
Langowan Utara, kecamatan Langowan
Timur, dan Kecamatan Langowan Barat,
dimana luas daerah sub DAS Panasen adalah
6127.84 ha atau 61,28 km.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode survei dan analisis data
sekunder. Peneliti melakukan observasi atau
survei di lokasi penelitian mulai dari bagian
hulu sampai kebagian hilir lokasi penelitian,
dimana alat yang digunakan untuk menun-
jang penelitian ini adalah perahu untuk dapat
menyusuri bagian hilir sungai dan kamera
untuk mendokumentasikan kegiatan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
proses penelitian adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Studi literatur adalah studi kepustakaan
guna mendapatkan teori-teori yang berkaitan
dengan erosi dan sedimentasi.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan
mengunjungi instansi-instansi terkait seperti
BP DAS Tondano, BMKG Kayuwatu, dan
Balai Wilayah Sungai Sulawesi I untuk
memperoleh data-data yang berhubungan
dengan penelitian ini. Data yang dibutuhkan
berupa:
- Data curah hujan bulanan untuk 10 tahun Gambar1 :BaganAlirPenelitian
terakhir diperoleh dari BMKG Kayuwatu.

313
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (309-317) ISSN: 2337-6732

Demikian halnya dengan menentukan tata guna lahan yang ada dapat dilihat pada
kemiringan lereng suatu tata guna lahan, Tabel 5.
dilakukan dengan menggabungkan peta tata Untuk menghitung jumlah sedimentasi
guna lahan dengan peta kemiringan lereng. yang terjadi di Sub DAS Panasen, digunakan
Data curah hujan digunakan untuk metode MUSLE yang merupakan
menghitung nilai erosivitas hujan, pengembangan dari metode USLE. Pada
menghitung nilai debit puncak dan volume metode ini faktor erosivitas hujan atau daya
limpasan permukaan. Metode yang jatuh hujan diganti dengan menghitung nilai
digunakan untuk menghitung laju erosi debit puncak (QP) dan nilai volume limpasan
adalah metode USLE, sedangkan untuk permukaan (VQ).
menghitung jumlah sedimentasi lahan Untuk menghitung debit puncak maka
dengan menggunakan metode MUSLE. dilakukan analisis hidrologi untuk
menentukan curah hujan rencana dan data
yang digunakan dalam analisis hidrologi ini
HASIL DAN PEMBAHASAN adalah data curah hujan harian maksimum
tahunan. Dalam analisis hujan rencana harus
Laju erosi di suatu daerah atau suatu dilakukan perhitungan menentukan jenis
lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebaran data dilakukan analisis distribusi
seperti curah hujan, tata guna lahan, jenis peluang dan berdasarkan hasil dari
tanah, cara pengelolaan lahan, jenis tanaman, perhitungan parameter statistik diperoleh
kemiringan lereng dan panjang lereng. bahwa parameter statistik data curah hujan
Berdasarkan hasil analisis yang telah tidak sesuai untuk distribusi Normal, Log
dilakukan, diperoleh bahwa lahan dengan Normal dan Gumbel, sehingga data yang ada
jenis tata guna lahan pertanian lahan kering mengikuti tipe distribusi Log Pearson III.
campur semak menghasilkan nilai laju erosi Namun mengingat perbedaan antara
yang paling tinggi dimana untuk pertanian parameter statistik hasil pengujian tidak
lahan kering untuk jenis tanah begitu besar, maka perlu dilakukan uji
Humitropepts= 663,37 ton/thn dan untuk kecocokan distribusi data curah hujan
pertanian lahan kering untuk jenis tanah terhadap fungsi distribusi peluang, sehingga
Tropaquepts = 560,05 ton/thn. Dengan dilakukan uji kecocokan dengan metode
menggunakan metode yang sama yaitu Smirnov Kolmogorov dan hasil dari
metode USLE maka laju erosi di Sub DAS pengujian tersebut menunjukkan bahwa
Panasen berdasarkan tata guna lahan yang semua tipe sebaran (Normal, Log Normal,
ada pada tahun 2011 = 2537,92 ton/thn. Laju Gumbel dan Log Pearson III) memenuhi
erosi lahan di sub DAS Panasen berdasarkan

Tabel 5. Analisis Laju Erosi Lahan yang Dihasilkan di Sub Das Panasen Tahun 2011

314
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (309-317) ISSN: 2337-6732

syarat untuk uji Smirnov Kolmogorov karena tahun 2011, untuk mendapat gambaran
memiliki nilai max (selisih peluang terbesar jumlah sedimentasi yang teraktual
antara distribusi data dan teoritisnya) lebih Untuk mendapatkan jumlah sedimentasi
kecil dari nilai kritis (Do = 0,41). Namun di Sub DAS Panasen perlu menghitung
yang paling memenuhi adalah tipe distribusi volume aliran permukaan yang nantinya
Log Pearson III karena memiliki nilai max akan dikalikan dengan debit puncak yang
yang paling kecil yaitu 0,095. Maka curah telah diperoleh sebelumnya. Volume aliran
hujan rencana dihitung berdasarkan metode permukaan dipengaruhi oleh jenis tanah dan
Log Pearson III. Berdasarkan analisis yang tata guna lahannya. Oleh sebab itu tata guna
telah dilakukan maka diperoleh curah hujan lahan diklasifikasikan terlebih dahulu
rencana untuk TR 2,5,10,25,50,100 yaitu berdasarkan kelompok hidrologi tanahyang
107,299 mm, 143,957 mm, 163,609 mm, ada. Berdasarkan pengklasifikasian tersebut
184,187 mm, 197,026 mm, dan 208,11 mm. diperoleh nilai CN Tertimbang dimana nilai
Dalam menghitung waktu konsentrasi CN (%) yang ditentukan berdasarkan jenis
ada digunakan rumus Kirpich (1940) dan tanah dan tata guna lahan dikalikan dengan
diperoleh waktu konsentrasi sebesar 1,98 luas tata guna lahan (km). Setelah nilai CN
jam. Intensitas curah hujan rencana dihitung Tertimbang dari masing-masing tata guna
dengan menggunakan rumus Mononobe lahan diperoleh, semua nilai itu dijumlahkan
karena data yang dipakai adalah data curah dan dibagi dengan luas areal sub DAS
hujan harian maksimum, maka intensitas Panasen sehingga diperoleh CN komposit =
curah hujan untuk tahun 2011 diperoleh 78,207 dan nilai retensi potensial (s) =
19,71 mm/jam dan intensitas hujan 70,779.
berdasarkan periode ulang (TR) 2, 5, 10, 25, Dengan menggunakan data curah hujan
50, 100 yaitu 23,76 mm/jam, 31,88 mm/jam, harian maksimum tahunan dari bulan Januari
36,23 mm/jam, 40,79 mm/jam, 43,63 sampai bulan Desember tahun 2011, dimana
mm/jam, 46,09 mm/jam. data curah hujan yang ada dirata-ratakan
Karena penggunaan lahan di Sub DAS sehingga diperoleh nilai volume limpasan
Panasen tidak seragam, maka dalam tahunan (Pe) = 12,664 mm. Untuk total
perhitungan koefisien pengaliran dibagi volume limpasan permukaan pada masing-
menjadi beberapa bagian sesuai dengan tata masing tata guna lahan diperoleh dengan
guna lahan. Berdasarkan hasil perhitungan mengalikan volume limpasan dengan luas
yang telah dilakukan diperoleh nilai daerah aliran sungai atau luas masing-masing
koefisien pengaliran(CiAi) untuk tata guna tata guna lahan, hasilnya dapat dilihat di
lahan hutan lahan kering sekunder (C1A1) = Tabel 6 berikut :
0,1428, permukiman (C2A2) = 76,154,
pertanian lahan kering (C3A3) = 424, Tabel 6. Volume limpasan permukaan
pertanian lahan kering campur semak (C4A4) pada masingmasing tata guna lahan di
= 10,132, sawah (C5A5) = 258,59, semak sub DAS Panasen
belukar (C6A6) = 24,485, dan untuk tubuh air
(C7A7) = 0,5655.
Dengan menggunakan metode rasional,
debit puncak pada tahun 2011 diperoleh
43,5098 m3/det dan untuk memprediksi
jumlah sedimentasi dengan kala ulang
tertentu maka diperoleh debit puncak dengan
TR = 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun : untuk
periode ulang 2 tahun debit puncak (Qp) =
52,4557 m/detik, untuk periode ulang 5
tahun = 70,3769 m/detik, periode ulang 10 =
79,9843 m/detik, periode ulang 25 tahun =
90,0433 m/detik, periode ulang 50 tahun =
96,3209 m/detik, dan untuk periode ulang Jumlah sedimentasi di sub DAS Panasen
100 tahun = 101,7396 m/detik. Untuk pada masing-masing tata guna lahan tahun
penelitian ini digunakan debit puncak untuk 2011 dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

315
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (309-317) ISSN: 2337-6732

Tabel 7. Jumlah sedimentasi di sub DAS Panasen pada Tahun 2011

Jenis Tata Guna Lahan KET.LS.CPT.PKL VQ (m3) QP(m3/det) SY(ton)


Hutan lahan kering sekunder 0.00373 602.797 43.5098254 13.12
Permukiman 0.00231 29224.278 43.5098254 71.52
Pertanian lahan kering 0.00044 50890.794 43.5098254 18.48
0.00041 280503.431 43.5098254 45.05
0.00055 177609.960 43.5098254 46.51
Pertanian lahan kering campur 0.00868 6331.906 43.5098254 113.99
semak 0.00814 6499.068 43.5098254 108.43
Sawah 0.00003 121798.009 43.5098254 2.07
0.00004 56828.855 43.5098254 1.69
Semak Belukar 0.00024 6569.352 43.5098254 3.22
0.00037 30126.575 43.5098254 11.58
0.00035 7600.820 43.5098254 5.12
Tubuh Air 0.00495 1432.277 43.5098254 28.28
Total 469.06

Berdasarkan hasil perhitungan laju erosi


dengan menggunakan metode USLE dan PENUTUP
jumlah sedimentasi dengan menggunakan
metode MUSLE, maka diperoleh hasil Kesimpulan
sebagai berikut : Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka dapat dikemukakan
Tabel 8. Laju Erosi dan Jumlah beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Sedimentasi lahan di sub DAS Panasen 1. Dengan menggunakan metode USLE,
tahun 2011 laju erosi yang diperoleh = 95.66
Jenis Tata Guna
Ea (ton/thn) SY (ton)
ton/ha/thn atau sama dengan 2537,92
Lahan ton/thn
Hutan lahan 2. Dengan menggunakan metode MUSLE,
12.95 13.12
kering sekunder jumlah sedimentasi di Sub DAS
Permukiman 389.29 71.52 Panasen pada tahun 2011 diperoleh =
128.38 18.48 469,06 ton .
Pertanian lahan
663.37 45.05
kering Saran
560.05 46.51 Pemanfaatan lahan di Sub DAS Panasen
Pertanian lahan 316.57 113.99 akan terus berkembang seiring dengan
kering campur kebutuhan orang-orang di Sub DAS Panasen
semak 304.62 108.43 maupun kebutuhan orang-orang di luar Sub
21.15 2.07 DAS Panasen. Pemanfaatan lahan dan
Sawah pemilihan tanaman yang tidak sesuai akan
12.34 1.69
sangat mempengaruhi laju erosi dan
9.08 3.22 sedimentasi di daerah tersebut. Oleh sebab
Semak Belukar 63.87 11.58 itu, sangat penting memperhatikan jenis
15.41 5.12
tanaman dan sistem pengelolaan yang tepat
dan efektif.
Tubuh Air 40.84 28.28 Untuk dapat mengendalikan atau mengu-
Total 2537.92 469.06 rangi laju erosi dan jumlah sedimentasi di
sub DAS Panasen maka penulis mereko-

316
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 (309-317) ISSN: 2337-6732

mendasikan kepada masyarakat maupun sisa-sisa dari tumbuhan untuk mengurangi


pemerintah yang ada untuk lebih jumlah jumlah dan kecepatan aliran
memperhatikan pemanfaatan lahan dan permukaan. Sedangkan metode mekanik,
penggunaan atau pemilihan tanaman yang lebih ke perlakuan fisik terhadap tanah untuk
sesuai. Beberapa metode yang dapat meningkatkan kemampuan penggunaan
digunakan adalah metode vegetatif dan tanah dengan cara membuat teras, check
metode mekanik. Metode vegetatif dam, pengolahan tanah menurut kontur, dan
memanfaatkan tanaman atau tumbuhan, atau sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Chay Asdak, 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta. Hal.169, 455-459, 463, 472-473, 491.
Sitanala Arsyad, 2010. Konservasi Air dan Tanah. IPB Press. Bogor. Hal. 98-102.
Suripin, 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Semarang. Hal. 22-25, 71-82, 134-
138.
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Semarang. Hal. 32-50, 57-58.
Wantasen, Sofia., 2003. Laporan AkhirInvestigasi Kualitas Air Sungai dan Danau Tondano.
PT Palma Sejati Konsultan, Hal. 34-35.

317

Anda mungkin juga menyukai