Porto DHF
Porto DHF
Disusun oleh:
Pendamping :
RSUD BANJARBARU
2015-2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
(DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (DEN). Virus ini
terdiri dari 4 serotipe yakni DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus ini
menyebabkan kematian. 2
penyakit demam berdarah dengue, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk
seluruh Indonesia. Sejak Januari sampai dengan 5 Maret 2004 total kasus DHF di
kabupaten Banjar. Jumlah Penderita DBD di Kabupaten Banjar adalah 101 orang
di tahun 2010, di tahun 2011 sebanyak 12 orang, dan di tahun 2012 terjadi
2
Penderita meningkat pada bulan DesemberJanuari dan semakin turun hingga
bulan April. Curah hujan tinggi terjadi mulai bulan Oktober dan terus naik hingga
bulan Januari, dan akhirnya mengalami penurunan pada bulan Februari dan
Maret.5
seorang anak perempuan berumur 11 tahun yang dirawat di Ruang Anak RSUD
Banjarbaru.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Umur : 11 thn
ANAMNESIS
nyeri sendi sejak satu hari yang lalu, nyeri mendadak. Pasien juga
mengeluh ada nyeri di bagian belakang mata sejak satu hari yang lalu, juga
disertai mual dan muntah yang berisikan air dan makanan. Pasien juga
dikeluhkan sempat mimisan satu kali sehari yang lalu, dan sempat muntah
dengan bercak darah, serta bab kecoklatan. Pasien masih bisa kencing,
nafsu makan pasien menurun dan juga dikeluhkan sedikit minum. Nyeri
4
menelan (+), batuk (+). Selain itu pasien juga sempat mengeluh sesak 3
Serupa (+), kakak pasien baru sembuh dari penyakit DHF, asma (-).
Riwayat Lingkungan:
di daerah tinggal pasien, rumah dengan ventilasi baik, genangan air (+),
PEMERIKSAAN FISIK
Vital sign
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 132 kali/ menit
Nafas : 22 kali/ menit
Suhu : 39,0 C
Status generalis
Kepala : Normosefal
Mata : Konjugtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
Hidung : Sekret (-), epistaksis (+)
Telinga : Cairan (-/-), darah (-/-), edem pada daun telinga D/S
Mulut : Sianosis (-), deviasi lidah (-), edem (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP (-), edem (-)
Thoraks : Simetris kanan dan kiri
Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Pulsasi iktus cordis teraba pada ICS V linea
midklavikula sinistra
5
Perkusi : Batas kanan jantung ICS IV linea parasternalis
dextra, batas kiri jantung ICS V linea midklavikula
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematokrit 47,1 36 55 %
6
Leukosit 2.400 4000-10000/mm3
Hematokrit 46,9 36 55 %
Laboratorium 09/1/2016
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematokrit 47,0 36 55 %
Laboratorium 10/1/2016
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematokrit 38,0 36 55 %
Laboratorium 11/1/2016
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematokrit 37,0 36 55 %
7
PENATALAKSANAAN
DIAGNOSIS
DHF Grade II
8
PERJALANAN PENYAKIT/ FOLLOW UP
9
(+) T: 37C (k/p)
3. Inj. Ondansentron 2
mg (k/p)
4. Inj. Ranitidin 2x1
amp
5. Sanmol Tab 3x1 tab
6. Sanmag Syr 3x1 cth
9/1/16 Demam (-) Kes: CM DHF Grade Th/:
Mual (+) GCS: E4V5M6 II 1. IVFD Asering 54
Muntah (+)
N : 100x/menit tetes/menit makro (4
Melena (-)
Nyeri Kepala RR: 24 x/ menit jam) lanjut 30
(+) T: 35,4C tetes/menit makro
Nyeri Perut 2. Inj. Antrain 400 mg
(+) (k/p)
3. Inj. Ondansentron 2
mg (k/p)
4. Inj. Ranitidin 2x1
amp
5. Sanmol 3x1 tab
6. Sanmag Syr 3x1 cth
10/1/16 Demam (-) Kes: CM DHF Grade Th/:
Muntah (+) GCS: E4V5M6 III 1. IVFD Asering 8
Melena (+)
N : 102x/menit tetes/menit makro
Mimisan (-)
2. Inj. Lasix 20 mg
Sesak (+) RR: 28 x/ menit
Nyeri Perut (now)
T: 36,8C
3. Inj. Ondansentron 2
(+)
mg (k/p)
4. Inj. Ranitidin 2x1
amp
5. Sanmol 3x1/2 tab
6. Sanmag Syr 3x1 cth
7. Omeprazol 1x1 tab
8. Supralisisn 1x1 tab
11/1/16 Demam (+) Kes: CM DHF Grade Th/:
Muntah (+) GCS: E4V5M6 II 1. IVFD Asering 8
Melena (+)
N : 84x/menit tetes/menit makro
Mimisan (-)
2. Inj. Ondansentron 2
Nyeri Kepala RR: 20 x/ menit
10
(+) T: 37C mg (k/p)
Nyeri Perut 3. Inj. Ranitidin 2x1
(+) amp
4. Sanmol 3x1/2 tab
5. Sanmag Syr 3x1 cth
6. Omeprazol 1x1 tab
7. Supralisisn 1x1 tab
8. R/ foto thorax
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
DHF adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe
I-IV dengan manifestasi klinis demam 2 7 hari disertai gejala perdarahan dan
bila timbul renjatan, angka kematiannya cukup tinggi. Pada keadaan yang lebih
parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan penderita jatuh dalam keadaan
syok akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut Dengue Shock Syndrome
(DSS).6
II. Etiologi
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (DEN). Virus ini terdiri atas 4
12
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Virus ini ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal. Struktur antigen ke-4
serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-
genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar
serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri, tergantung waktu dan daerah
dapat mencapai 2,6 11,0 % pada tingkat nukleotida dan 1,3 7,7 % untuk
dari protein struktural dan non-struktural. Protein struktural yang terdiri dari
protein envelope (E), protein pre-membran (prM) dan protein core (C) merupakan
25% dari total protein, sedangkan protein non-struktural merupakan bagian yang
Nyamuk mendapatkan virus ini pada saat melakukan gigitan pada manusia
(makhluk vertebrata) yang pada saat itu sedang mengandung virus dengue
13
didalam darahnya (viraemia). Virus yang sampai kedalam lambung nyamuk akan
akhirnya akan sampai di kelenjar ludah. Virus yang berada di lokasi ini setiap saat
siap untuk dimasukkan ke dalam kulit tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. 9,10
kulit. Setelah itu disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana
virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah
virus sudah cukup, maka virus akan memasuki sirkulasi darah (viraemia), dan
pada saat ini manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan
adanya virus dengue dalam tubuh manusia, maka tubuh akan memberi reaksi.
Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini antara manusia yang satu dengan manusia
yang lain dapat berbeda, dimana perbedaan reaksi ini akan memanifestasikan
III. Epidemiologi
Sejak Januari sampai dengan 5 Maret 2004 total kasus DHF di seluruh
389 orang (CFR=1,53%). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534
orang) sedangkan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%)1. KLB DBD
terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000
penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%,
21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003)1. Tidak tertutup
14
disebabkan oleh virus dengue jenis baru karena dengue adalah virus RNA (virus
yang menggunakan RNA sebagai genomnya). Virus RNA bermutasi jauh lebih
mortalitas yang sangat rendah. Dengan penanganan yang benar, angka mortalitas
DBD sebesar 5%, dan bila tidak dilakukan penangan maka angka mortalitas DHF
seratus tahun ini dapat dibagi menjadi dua teori patogenesis, yaitu: pertama, virus
dengue mempunyai sifat tertentu, dan yang ke dua, pada manusia yang terinfeksi
15
unik yaitu terjadinya kebocoran plasma ke dalam rongga pleura dan
Infeksi virus
dengue
Demam,
anoreksia, hepatomeg trombositopenia
muntah Manifestasi ali
perdaraha Permeabilitas vaskular
n naik
Dehidrasi
Kebocoran plasma:
hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi
pleura, dan asites.
hipovolemi
a
syok
Perdarahan anoksia
saluran cerna
meningg
al
infection hypothesis dapat dilihat pada bagan 3. Hipotesis ini menyatakan bahwa
16
DHF dapat terjadi apabila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Akibat
infeksi ke-2 oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang penderita dengan
kadar antibodi anti dengue yang rendah, respon antibodi anamnestik yang akan
17
15
limf osit imun dengan menghasilkan titer tinggi antibodi Ig G anti dengue.
Complement Complement
activation
Anaphylatoxin (C3a
C5a histamin level
in 24 hours
vascular urine 18
permeability
SHOCK
Anoxia Acidosis
Bagan 3. Patogenesis syok pada Dengue Hemorrhagic Fever.16
Derajat 1: demam diikuti gejala tidak khas. Satu-satunya tanda perdarahan adalah
Derajat 3: terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang
cepat dan lemah , hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab dan penderita
gelisah.
Derajat 4: terjadi syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah
VII. Diagnosis.6,10,16
tahun 2009, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini
Kriteria Klinis
19
Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
Hematemesis dan atau melena
Hematuria
Uji tourniquet positif
Kriteria Laboratoris :
IX. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DHF tanpa penyulit antara lain :9,10,19
1. Tirah baring
2. Makanan lunak. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum banyak 1,5-2
liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau sirop) atau air tawar ditambah
20
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberikan
Inisial kristaloid 6
cc/kgbb/jam
Turunkan
Hentikan
6cc/kgbb/jam
cairan
kemudian
IV
3cc/kgbb/jam
21
Hematokrit naik Hematokrit
turun
Transfusi
IV koloid
darahDextran 40
atau plasma
10cc/kgbb/jam
10cc/kgbb/jam
selama 1 jam
Membai
k
Turunkan 10 ke 6 ke
3cc/kgBB/jam
Membaik :
1. Tidak gelisah
2. Nadi kuat
4. Diuresis cukup
(12 ml/kgbb/jam)
22
5. Ht turun (2 kali pemeriksaan)
Tidak Membaik
1. Distress pernafasan
X. Prognosis.
faktor seperti: 20
penangan.
2) Ada tidaknya rekuren syok yang terutama terjadi dalam 6 jam pertama
XI. Pencegahan
23
pembersihan pada sumber larva dan harus bekerjasama dengan sektor non-
pelaksanaannnya.10
dengue ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk
24
BAB IV
PEMBAHASAN
DHF adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe
I-IV dengan manifestasi klinis demam 2 7 hari disertai gejala perdarahan dan
bila timbul renjatan, angka kematiannya cukup tinggi. Pada keadaan yang lebih
parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan penderita jatuh dalam keadaan
syok akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut Dengue Shock Syndrome
(DSS).6
Pada kasus ini seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang dengan
keluhan demam tinggi mendadak sejak satu hari yang lalu. Berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, sebagian besar
mengarah pada penyakit DHF. Berdasarkan kriteria WHO, anak memiliki klinis
demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, terdapat manifestasi perdarahan
(mimisan, petekia, dan melena), serta terdapat manifestasi laboratoris
(trombositopeni dan hemokonsentrasi) , sehingga anak didiagnosa dengan DHF.
Berdasarkan kriteria WHO, anak termasuk dalam kategori DHF Grade II.
Anak demam tinggi dengan mendadak sebab tidak jelas serta diikuti dengan tanda
perdarahan (petekia, mimisan, dan melena).
Terapi yang didapatkan oleh pasien, adalah :
1. IVFD RL 20 tetes/menit makro
2. Inj. Antrain 400 mg (k/p)
3. Inj. Ondansentron 2 mg (k/p)
4. Inj. Ranitidin 2x1 amp
5. Progesic Syr 4x1,5 cth
6. Amoxicilin Syr 3x1 cth
7. Sanmag Syr 3x1 cth
DHF grade II, yaitu dengan pemberian cairan parenteral berupa RL sebanyak 6
cc/KgBB/jam selama 2 jam. Dilihat dari tanda vital yang membaik, maka terapi
dianjurkan untuk minum banyak, tirah baring, dan pemberian antipiretik progesic
syr jika suhu badan meningkat, anak juga mendapatkan antibiotik Amoxicilin syr
sekunder, serta mendapatkan sanmaag syr karena anak tidak mau makan dan
peningkatan sampai mencapai nilai normal pada hari ke-3 dan ke-4 perawatan.
Hal ini menggambarkan kelainan hemostasis pada DHF berupa agregasi trombosit
Pada kasus ini juga didapatkan nilai leukosit berupa neutrofil di bawah
normal. Kemudian terlihat adanya kenaikan seiring dengan keadaan anak yang
infeksi (biasanya virus) dan biasanya menetap selama 3-6 hari. Mekanisme
adalah terapi cairan sesuai untuk DHF derajat II, tirah baring, diet lunak,
1
pemberian antipiretik, pemberian antibiotik jika dikhawatirkan terjadi infeksi
2
BAB V
PENUTUP
seorang anak perempuan berusia 11 tahun yang dirawat di ruang anak RSUD
Banjarbaru. Pasien datang dengan keluhan badan panas mendadak. Tanda klinis,
fisik dan laboratorium mengarah pada dengue haemorrhagic fever (DHF) derajat
II.
Banjarmasin, adalah terapi cairan sesuai untuk DHF grade II, tirah baring, diet