Anda di halaman 1dari 4

Imunisasi dibagi menjadi 2, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

Imunisasi aktif

adalah suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan kepada tubuh dari antigen

yang berasal dari suatu patogen, dengan harapan tubuh akan membentuk sistem kekebalan

terhadap patogen tersebut. Imunisasi aktif sering disebut dengan vaksinasi (Abbas et al, 2001

dan Grabenstein, 2006).

Pada dasarnya vaksin (imunisasi aktif), dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu (Suyitno,

2011) :

1. Live attenuated (bakteri atau virus hidup yang dilemahkan).

2. Inactivated (bakteri, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif).

Vaksin hidup attenuated diproduksi di laboratorium dengan cara melakukan

modifikasi virus atau bakteri penyebab penyakit. Vaksin mikroorganisme yang dihasilkan

masih memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi banyak (replikasi) dan menimbulkan

kekebalan tetapi tidak menyebabkan penyakit. Vaksin hidup attenuated yang tersedia adalah

(Suyitno, 2011) :

Berasal dari virus hidup : vaksin campak, gondongan (parotis), rubella, polio,

rotavirus, dan demam kuning (yellow fever).

Berasal dari bakteri hidup : vaksin BCG dan demam tifoid oral.

Kelebihan dari vaksin hidup attenuated adalah (NIAID, 2012) :

o Vaksin merangsang respon seluler dan antibodi yang kuat sehingga dapat bertahan

seumur hidup dengan hanya satu atau dua dosis pemberian.


o Untuk beberapa jenis vaksin virus mudah diproduksi. Kekurangan dari vaksin hidup

attenuated adalah (Suyitno, 2011):

o Vaksin bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila terkena panas atau sinar.

o Vaksin dapat menyebabkan penyakit yang umumnya bersifat ringan dan dianggap

sebagai kejadian ikutan (adverse event).

o Vaksin dapat berubah menjadi bentuk patogenik seperti semula (hanya terjadi pada

vaksin polio hidup).

Vaksin inactivated dapat terdiri atas seluruh tubuh virus atau bakteri, atau komponen

(fraksi) dari kedua organisme tersebut. Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara

membiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak

aktif (inactivated) dengan penanaman bahan kimia. Untuk vaksin komponen, organisme

tersebut dibuat murni dan hanya komponen- komponenya yang dimasukkan dalam vaksin

(misalnya kapsul polisakarida dan bakteri pneumokokus). Vaksin inactivated yang tersedia

saat ini adalah (Suyitno, 2011) :

Seluruh sel virus yang inactivated: influenza, polio injeksi, rabies, hepatitis A.

Seluruh bakteri yang inactivated: pertusis, tifoid, kolera, lepra.

Vaksin fraksional yang masuk sub-unit: hepatitis B, influenza, pertusis a-seluler,

tifoid Vi, lyme disease.

Toksoid : difteria, tetanus, botulinum.

Polisakarida murni : pneumokokus, meningokokus, dan Haemophillus influenza

tipe b.
Polisakarida konjugasi : Haemophillus influenza tipe b, pneumokokus,

meningokokus.

Kelebihan dari vaksin inactivated adalah (Suyitno, 2011) :

o Vaksin tidak menyebabkan penyakit (walaupun pada orang dengan defisiensi imun).

o Vaksin tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik.

Kekurangan dari vaksin inactivated adalah (Suyitno, 2011) :

o Vaksin selalu membutuhkan dosis multipel untuk membentuk respon imun protektif.

o Respon imun terhadap vaksin inactivated sebagian besar humoral, hanya sedikit

atau tak menimbulkan imunitas seluler.

Imunisasi pasif adalah memberikan imunoglobulin (kekebalan yang sudah jadi)

kepada tubuh seseorang sehingga dapat memberikan perlindungan dengan segera dan cepat

yang seringkali dapat terhindar dari kematian ( Abbas et al, 2001 dan Grabenstein, 2006).

Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami atau didapat. Transfer imunitas pasif alami

terjadi saat ibu hamil memberikan antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi

diakhir trimester pertama kehamilan, dan jenis antibodi yang disalurkan melalui plasenta

adalah immunoglobulin G (IgG). Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi

melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah immunoglobulin A (IgA). Transfer

imunitas pasif didapat terjadi saat seseorang menerima plasma atau serum yang mengandung

antibodi tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya (Hendrarto et al, 2011).

Jenis imunisasi pasif atau seroterapi tergantung dari cara pemberian dan jenis antibodi

yang diinginkan, yaitu (Hendrarto dkk, 2011) :

1. Imunoglobulin yang diberikan secara intramsukular (IG)


2. Imunoglobulin yang diberikan secara intravena (IVIG)

3. Imunoglobulin spesifik (hyperimmune)

4. Plasma manusia

5. Antiserum (antibodi dari hewan)

Anda mungkin juga menyukai