Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerapan etika bisnis dalam suatu organisasi yang bertujuan memperoleh


laba dengan cara menghimpun dana dari masyarakat merupakan isu yang sering
dikaji secara mendalam. Secara teoretis penerapan etika merupakan suatu hal yang
mudah dilakukan dan diterapkan.
Secara teoretis isu etika dapat dilihat dari berbagai macam aspek dan sudut
pandang yang mampu melihat suatu masalah secara komprehensif. Beberapa
peneliti telah memberikan pandangan dan pendapat mengenai konsep dasar etika
dan keterkaitannya dengan penerapan di lingkungan bisnis.
Etika dalam akuntansi keuangan dan manajemen merupakan suatu bidang
keuangan yang merupakan sebuah bidang yang luas dan dinamis. Bidang ini
berpengaruh langsung terhadap kehidupan setiap orang dan organisasi. Ada
banyak bidang yang dapat dipelajari, tetapi sejumlah besar peluang karir tersedia
di bidang keuangan. Manajemen keuangan dengan demikian merupakan suatu
bidang keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip keuangan dalam sebuah
organisasi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai melalaui pengambilan
keputusan dan manajemen sumber daya yang tepat.
Akuntansi manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan
penggunaan informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal
lainnya untuk keperluan penghitungan biaya produk, perencanaan, pengendalian,
evaluasi serta pengambilan keputusan. Akuntansi manajemen mempunyai peran
penting dalam menunjang tercapainya tujuan perusahaan, dimana tujuan tersebut
harus dicapai melalui cara yang legal dan etis, maka para akuntan manajemen
dituntut untuk bertindak jujur, terpercaya dan etis.
Akuntansi keuangan merupakan bidang akuntansi yang mengkhususkan
fungsi dan aktivitasnya pada kegiatan pengolahan data akuntansi dari suatu
perusahaan dan penyusunan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
berbagai pihak, yaitu pihak internal dan pihak eksternal. Oleh karena tujuan
akuntansi keuangan adalah menyediakan informasi kepada pihak yang

1
berkepentingan, maka laporan keuangan harus bersifat umum sehingga dapat
diterima oleh semua pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan yang
dimaksud harus mampu menunjukkan keadaan keuangan dan hasil usaha
perusahaan.
Banyaknya penyimpangan etika profesi dan bisnis yang terjadi pada
perusahaan terkemuka terkait bidang akuntansi keuangan dan manajemen maka
penulis akan mengkaji beberapa kasus dengan bermacam motif serta latar
belakang. dengan demikian, pada akhirnya kajian ini sekaligus berdampak positif
bagi etika dan profesi Akuntansi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa tanggung jawab akuntan keuangan dan akuntan manajemen?
b. Bagaimana etika akuntansi keuangan?
c. Apa kriteria standar perilaku akuntan manajemen?
d. Bagaimana etika profesional akuntansi manajemen?
e. Bagaimana etika dalam praktik akuntansi keuangan?
f. Apa saja kasus dan latar belakang dalam akuntansi keuangan?
g. Apa saja kasus dan latar belakang dalam akuntansi manajemen?
h. Bagaimana sikap profesional yang seharusnya dilakukan?

1.3 Tujuan

a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa atas berbagai teori dan


isu etika dalam bisnis dan profesi.
b. Sebagai bekal pengetahuan dan pemahaman yang memadai untuk
meningkatkan kesadaran etis mahasiswa.
c. Mahasiswa diharapkan mampu mengambil keputusan bisnis dan profesi secara
rasional dan intuitif.

1.4 Manfaat Pembuatan Makalah


Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca khususnya
para calon pebisnis memiliki dan mengerti akan wawasan yang utuh mengenai
prinsip-prinsip, tujuan, serta peran etika bisnis sehingga dapat

mengaplikasikannya dalam kegiatan bisnis yang riil di masyarakat pada


umumnya.

1.5 Metode Pembuatan Makalah

2
Kami membuat makalah ini dengan beberapa metode antara lain :
a. Kepustakaan yaitu mencari buku-buku yang berkaitan dengan materi yang
kami bahas.
b. Pencarian ilmu dan teori yang berkaitan dengan materi yang kami bahas
melalui Internet.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tanggung Jawab Akuntansi Keuangan dan Manajemen


Etika dalam akuntansi keuangan dan manajemen merupakan suatu bidang
keuangan yang merupakan sebuah bidang yang luas dan dinamis. Bidang ini
berpengaruh langsung terhadap kehidupan setiap orang dan organisasi. Ada
banyak bidang yang dapat dipelajari, tetapi sejumlah besar peluang karir tersedia
di bidang keuangan. Manajemen keuangan dengan demikian merupakan suatu
bidang keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip keuangan dalam sebuah
organisasi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai melalui pengambilan
keputusan dan manajemen sumber daya yang tepat
Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan
penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor,
pemasok, serta pemerintah. Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan
adalah persamaan akuntansi dimana aktiva adalah harta yang dimiliki suatu
perusahaan digunakan untuk operasi perusahaan dalam upaya untuk menghasilkan
pendapatan. Sedangkan modal yaitu selisih antara aktiva dikurang hutang.
Akuntansi keuangan berhubungan dengan masalah pencatatan transaksi
untuk suatu perusahaan atau organisasi dan penyusunan berbagai laporan berkala
dari hasil pencatatan tersebut. Laporan ini yang disusun untuk kepentingan umum
dan biasanya digunakan pemilik perusahaan untuk menilai prestasi manajer atau
dipakai manajer sebagai pertanggungjawaban keuangan terhadap para pemegang
saham. Hal penting dari akuntansi keuangan adalah adanya Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang merupakan aturan- aturan yang harus digunakan di dalam
pengukuran dan penyajian laporan keuangan untuk kepentingan eksternal. Dengan
demikian, diharapkan pemakai dan penyusun laporan keuangan dapat
berkomunikasi melalui laporan keuangan ini, sebab mereka menggunakan acuan
yang sama yaitu SAK. SAK ini mulai diterapkan di Indonesia pada 1994,
menggantikan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984.
Akuntansi manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan
penggunaan informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal

4
lainnya untuk keperluan penghitungan biaya produk, perencanaan, pengendalian
dan evaluasi, serta pengambilan keputusan. Definisi akuntansi manajemen
menurut Chartered Institute of Management Accountant, yaitu Penyatuan bagian
manajemen yang mencakup, penyajian dan penafsiran informasi yang digunakan
untuk perumusan strategi, aktivitas perencanaan dan pengendalian, pembuatan
keputusan, optimalisasi penggunaan sumber daya, pengungkapan kepada pemilik
dan pihak luar, pengungkapan kepada pekerja, pengamanan asset.
Bagian integral dari manajemen yang berkaitan dengan proses identifikasi
penyajian dan interpretasi/penafsiran atas informasi yang berguna untuk
merumuskan strategi, proses perencanaan dan pengendalian, pengambilan
keputusan, optimalisasi keputusan, pengungkapan pemegang saham dan pihak
luar, pengungkapan entitas organisasi bagi karyawan, dan perlindungan atas aset
organisasi. Akuntansi Manajemen (Managerial Accounting) berhubungan dengan
pengidentifikasian dan pemilihan yang terbaik dari beberapa alternatif kebijakan
atau tindakan dengan menggunakan data historis atau taksiran untuk membantu
pimpinan.
Persamaan akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen prinsip
akuntansi yang diterima baik dalam akuntansi dalam akuntansi keuangan
kemungkinan besar juga merupakan prisnsip pengukuran yang relevan dalam
akuntansi manajemen dan menggunakan sistem informasi operasi yang sama
sebagai bahan baku untuk menghasilkan informasi yang disajikan kepada
pemakainya.

2.2 Etika Akuntansi Keuangan


Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan aturan-aturan yang
harus digunakan di dalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan untuk
kepentingan eksternal.
Berikut tabel persamaan akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen :

Persamaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen


Prinsip akuntansi yang lazim Menggunakan Sistem informasi
diterima baik dalam akuntansi keuangan operasi yang sama sebagai bahan baku

5
kemungkinan besar juga merupakan untuk menghasilkan informasi yang
prinsip pengukuran yang relevan dalam disajikan kepada pemakainya
akuntansi manajemen

Berikut tabel perbedaan akuntansi keuangan dan manajemen :


No. Unsur Perbedaan Akuntansi Keuangan Akuntansi Manajemen
Tidak terikat dengan Prinsip
1. Dasar pencatatan Prinsip Akuntansi yang lazim
Akuntansi yang lazim
Informasi masa lalu dan masa
2. Fokus Informasi Informasi masa lalu
yang akan datang.
3. Lingkup Informasi Secara keseluruhan Bagian perusahaan
Sifat laporan yang Lebih rinci dan unsur taksiran
4. Berupa ringkasan
dihasilkan lebih dominan.
Keterlibatan dalam Lebih mementingkan Lebih bersangkutan dengan
5.
perilaku manusia pengukuran kejadian ekonomi pengukuran kinerja manajemen.
Disiplin Sumber Ilmu Ekonomi dan Ilmu Psikologi
6. Ilmu Ekonomi
yang Melandasi Sosial.

2.3 Kriteria Standar Perilaku Akuntan Manajemen

Ada beberapa standar etika untuk akuntansi manajemen yaitu :


Competence (Kompetensi)
Auditor harus menjaga kemampuan dan pengetahuan profesional mereka
pada tingkatan yang cukup tinggi dan tekun dalam mengaplikasikannya ketika
memberikan jasanya, diantaranya menjaga tingkat kompetensi profesional,
melaksanakan tugas profesional yang sesuai dengan hukum dan menyediakan
laporan yang lengkap dan transparan.
Confidentiality (Kerahasiaan)
Auditor harus dapat menghormati dan menghargai kerahasiaan informasi
yang diperoleh dari pekerjaan dan hubungan profesionalnya, diantaranya meliputi
menahan diri supaya tidak menyingkap informasi rahasia, menginformasikan pada
bawahan (subordinat) dengan memperhatikan kerahasiaan informasi, menahan
diri dari penggunaan informasi rahasia yang diperoleh.
Integrity (Kejujuran)

6
Auditor harus jujur dan bersikap adil serta dapat dipercaya dalam
hubungan profesionalnya. Meliputi menghindari konflik kepentingan yang tersirat
maupun tersurat, menahan diri dari aktivitas yang akan menghambat kemampuan,
menolak hadiah, bantuan, atau keramahan yang akan mempengaruhi segala
macam tindakan dalam pekerjaan, mengetahui dan mengkomunikasikan batas-
batas profesionalitas, mengkomunikasikan informasi yang baik maupun tidak
baik, menghindarkan diri dalam keikutsertaan atau membantu kegiatan yang akan
mencemarkan nama baik profesi.
Objectivity of Management Accountant (Objektivitas Akuntan Manajemen)
Auditor tidak boleh berkompromi mengenai penilaian profesionalnya
karena disebabkan prasangka, konflik kepentingan dan terpengaruh orang lain,
seperti memberitahukan informasi dengan wajar dan objektif dan mengungkapkan
sepenuhnya informasi relevan.
Whistle Blowing
Merupakan Tindakan yang dilakukan seorang atau beberapa karyawan
untuk membocorkan kecurangan perusahaan kepada pihak lain. Motivasi
utamanya adalah moral. Whistle blowing sering disamakan begitu saja dengan
membuka rahasia perusahaan.
Creative Accounting
Creative Accounting adalah semua proses dimana beberapa pihak
menggunakan kemampuan pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di
dalamnya standar, teknik) dan menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan
keuangan (Amat, Blake dan Dowd, 1999). Pihak-pihak yang terlibat di dalam
proses creative accounting, seperti manajer dan akuntan. Creative accounting
melibatkan begitu banyak manipulasi, penipuan, penyajian laporan keuangan yang
tidak benar, seperti permainan pembukuan (memilih penggunaan metode alokasi,
mempercepat atan menunda pengakuan atas suatu transaksi dalam suatu periode
ke periode yang lain).
Fraud Accounting
Fraud sebagai suatu tindak kesengajaan untuk menggunakan sumber daya
perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk memperoleh
keuntungan pribadi. Dalam bahasa yang lebih sederhana, fraud adalah penipuan

7
yang disengaja. Hal ini termasuk berbohong, menipu, menggelapkan dan mencuri.
Yang dimaksud dengan penggelapan disini adalah merubah asset/kekayaan
perusahaan yang dipercayakan kepadanya secara tidak wajar untuk kepentingan
dirinya.
Fraud Auditing ( Kecurangan Audit )
Upaya untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi
komersial. Untuk dapat melakukan audit kecurangan terhadap pembukuan dan
transaksi komersial memerlukan gabungan dua keterampilan, yaitu sebagai
auditor yang terlatih dan kriminal investigator.

2.4 Perilaku Profesi Akuntan


Etika dalam akuntansi seringkali disebut sebagai suatu hal yang klasik.
Hal tersebut dikarenakan pengguna informasi akuntansi menggunakan informasi
yang penting serta membuat berbagai keputusan. Profesi dalam akuntansi
keuangan memegang rasa tanggung jawab yang tinggi kepada publik. Tindakan
akuntansi yang tidak benar, tidak hanya akan merusak bisnis, tetapi juga merusak
auditor perusahaan yang tidak mengungkapkan salah saji. Kode etik yang kuat
dan tingkat kepatuhan terhadap etika dapat menyebabkan kepercayaan investor
sehingga mengarah kepada hal yang kepastian dan merupakan hal yang
keamananbagi para investor.
Para akuntan dan auditor dapat menghindari dilema etika dengan memiliki
pemahaman yang baik tentang pengetahuan etika. Hal tersebut memungkinkan
mereka dapat membuat pilihan yang tepat. Mungkin hal itu tidak berdampak baik
bagi perusahaan tetapi dapat menguntungkan masyarakat yang bergantung pada
akuntan atau auditor. Aturan kode etik yang ada menjadi panutan bagi akuntan dan
auditor untuk mempertahankan standar etika dan memenuhi kewajiban mereka
terhadap masyarakat profesi dan organisasi yang mereka layani. Beberapa bagian
kode yang disoroti adalah integritas dan harus jujur dengan transaksi mereka,
objektivitas dan kebebasan dari konflik kepentingan, kebebasan auditor dalam
penampilan dan kenyataan, penerimaan kewajiban dan pengungkapan kerahasiaan

8
informasi non luar, kompetensi serta memiliki pengetahuan dan keterampilan
untuk melakukan pekerjaannya.

9
BAB III

STUDI KASUS

3.1 Kasus Akuntansi Keuangan pada PT KAI Tahun 2006

Transparasi serta kejujuran dalam pengelolahan lembaga yang merupakan


salah satu derivasi amanah reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan
oleh salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Kereta Api
Indonesia. Dalam laporan kinerja keuangan tahunan yang diterbitkannya pada
tahun 2005, pihak KAI mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp 6,90 Milyar
telah diraihnya. Padahal apabila dicermati, sebenarnya ia harus dinyatakan
menderita kerugian sebesar Rp 63 Milyar.
Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak
dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi dalam laporan keuangan itu, pajak pihak
ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan, ia tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau aset.
Komisaris PT KAI (Kereta Api Indonesia) mengungkapkan bahwa ada
manipulasi laporan keuangan dalam PT KAI yang seharusnya perusahaan
mengalami kerugian tetapi dilaporkan mendapatkan keuntungan. Komisaris PT
KAI mengetahui bahwa ada sejumlah pos-pos yang seharusnya dilaporkan
sebagai beban bagi perusahaan tetapi malah dinyatakan sebagai aset perusahaan.
Jadi disini ada permainan atau trik-trik akuntansi yang sedang dijalankan.
Di lain pihak PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan
pencatatan tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan
piutang yang tidak tertagih, terdapat pihak yang menilai bahwa piutang pada
pihak ketiga yang tak tertagih itu bukan pendapatan. Sehingga sebagai
konsekuensinya, PT KAI seharusnya mengakui menderita kerugian.

10
3.2 Kasus Akuntansi Keuangan pada PT Indofarma, Tbk Pada Tahun 2005

PT. Indofarma (Persero) Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara


(BUMN) yang berada di bawah Departemen Kesehatan. Indofarma memproduksi
obat obat esensial dan merupakan produsen obat generik berlogo terbesar di
Indonesia. Diawali dengan melihat tinjauan keuangan kurun waktu 1999-2003,
kondisi perusahaan memiliki growth sales yang sangat baik akan tetapi
pencapaian yang baik tidak diimbangi oleh laba yang dihasilkan. Terbukti adanya
kerugian yang sangat ekstrim di periode 2002-2003 yang tak luput sebagai akibat
kesalahan-kesalahan direksi dalam pelaporan keuangannya.

Sebut saja, overstated pada penilaian persediaan barang work in process.


Kejadian ini merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap ketentuan Pasar
Modal (UUPM dan peraturan Bapepam) dan Pedoman Standar Akuntan
Akuntansi Keuangan (PSAK). Berdasarkan peraturan Bapepam Nomor VIII.G7
tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan yang bertanggung jawab dalam
penyajian Laporan Keuangan adalah manajemen dari Emiten atau Perusahaan
Publik (Direksi). Oleh karenanya tindakan ini sepenuhnyamerupakan tanggung
jawab dari Direksi yang menjabat pada saat Laporan Keuangan tersebut
dikeluarkan.
Sanksi yang diberikan oleh Bapepam merupakan kewajiban dari Direksi
yang menjabat pada waktu itu secara bersama-sama (tanggung renteng). Tidak
jelas apa yang menjadi latar belakang dari Bapepam hanya memberikan sanksi
administrative berupa membayar denda pada kasus ini. Dalam press release-nya,
Bapepam hanya menyebutkan bahwa telah terjadi penilaian barang yang lebih
tinggi dari harga seharusnya. Dengan demikian tidak diketahui apakah tindakan
tersebut merupakan suatu kesengajaan atau tidak dari manajemen untuk
memberikan Laporan Keuangan dengan kinerja yang bagus kepada publik.
Sehingga publik akan menanamkan atau tidak modalnya terhadap perusahaan
farmasi tersebut. Kalau tindakan ini merupakan satu hal yang disengaja dan
diketahui oleh manajemen Indofarma jelas merupakan suatu kejahatan di Pasar
Modal.

3.3 Kasus Kredit Macet BRI Cabang Jambi Tahun 2010

11
Seorang akuntan publik yang menyusun laporan keuangan Raden Motor
yang bertujuan mendapatkan hutang atau pinjaman modal senilai Rp. 52 miliar
dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Jambi pada tahun 2009 diduga terlibat
dalam kasus korupsi kredit macet. Terungkapnya hal ini setelah Kejati Provinsi
Jambi mengungkap kasus tersebut pada kredit macet yang digunakan untuk
pengembangan bisnis di bidang otomotif tersebut.
Ada 4 aktivitas data pada laporan keuangan tersebut yang tidak disajikan
dalam laporan oleh akuntan publik sehingga terjadi kesalahan dalam proses
kreditnya dan ditemukan dugaan korupsinya
Kasus kredit macet itu terungkap, setelah pihak kejaksaan menerima
laporan tentang adanya penyalah-gunaan kredit yang diajukan oleh tersangka Zein
Muhamad sebagai pemilik Raden Motor.

3.4 Kasus PT Asian Agri Group


PT. Asian Agri Group merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
perkebunan kelapa sawit, cokelat dan karet yang memilik lahan 150 ribu hektar.
Perusahaan tersebut pada awal tahun 2007 diduga telah melakukan transfer
pricing. Berawal dari kejahatan yang dilakukan oleh Vincentius Amin Sutanto
dalam melakukan penggelapan uang perusahaan senilai US$3,1 juta dengan cara
membuat surat fiktif perintah transfer ke bank Fortis (Singapura) berasal dari
rekening Asian Agri Abadi Oils & Facts Ltd (Britis Virgin Island) di bank itu.
Merasa terancam oleh pemilik perusahaan karena perbuatannya, kemudian
Vicentius menyebarkan informasi bahwa telah terjadi upaya bertahun-tahun dari
kelompok usaha Raja Garuda Mas untuk memanipulasi pembayaran pajak ke
negara. Jumlahnya tak kecil, jika ditotal sejak 2002, konon jumlah pajak yang tak
dibayarkan mencapai sekitar Rp 1,1 Triliun. Angka ini didapat dari perhitungan
jumlah pajak penghasilan (PPh) badan Asian Agri sebesar 30% dari profit
perusahaan yang sengaja ditransfer ke luar negeri.
Manipulasi pajak dilakukan lewat transfer keuntungan ke perusahaan
afiliasi Asian Agri diluar negeri seperti Hongkong, British Virgin Island, Makao
dan Mauritius dengan menggunakan tiga pola, yaitu: pembuatan biaya fiktif,
transaksi hedging fiktif dan transfer pricing.

12
Langkah yang paling sering digunakan oleh PT Asian Agri adalah dengan
mengenakan biaya fiktif lengkap dengan bon-bon fiktif untuk kepentingan auditor.
Setiap tahunnya, jumlah biaya fiktif ini mencapai US$10-20 juta. Mekanisme lain
adalah melalui mekanisme transfer pricing. Yaitu menjual produk ke perusahaan
afiliasi di luar negeri dengan harga rendah, sebelum menjualnya kembali ke
pembeli rill dengan harga pasar sesungguhnya.
Berbicara mengenai transfer pricing, secara Standar Akuntansi Keuangan
hanya didasarkan pada PSAK no 7 mengenai Pengungkapan Pihak-Pihak
Berelasi ataupun IAS 24 terkait Related Parties Disclosure. Akan tetapi, di
Indonesia tidak hanya IAI saja yang mengeluarkan aturan dalam kaitannya
transfer pricing, melainkan peraturan perpajakan turut mengaturnya, seperti
berikut ini:
1. Undang-Undang no. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan jo.
Undang-Undang no. 36 tahun 2008, pasal 18 ayat (4) terkait
hubungan istimewa.
2. Pasal 18 ayat (3a) UU PPh, mengatur tentang kesepakatan harga
transfer (advance pricing agreement/APA) , yaitu kesepakatan antara
Wajib Pajak dengan Direktur Jenderal Pajak mengenai harga jual
wajar produk yang dihasilkannya kepada pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa. Keuntungan dari kesepakatan ini
adalah memberi kepastian hukum dan kemudahan penghitungan
pajak serta tidak dilakukan koreksi bagi Wajib Pajak yang
melakukan kesepakatan.
3. Kewajiban dokumen, pelaporan dan pembukuan transfer pricing (PP
80 Tahun 2007 Pasal 16 ayat (2) , Pasal 19 PER 43/PJ/2010)
4. Perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty), melakukan
pertukaran informasi dan melakukan renegosiasi tax treaty.
5. Pemeriksaan transfer pricing, pedoman khusus pemeriksaan transfer
pricing: Surat Edaran Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Nomor :
S-153/PJ.04/2010 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor:
SE-04/PJ.7/1993

13
6. PER-43/PJ/2010, penerapan prinsip kewajaran dan kewajiban usaha
(arms length price) karena penentuan harga tidak wajar dengan
melakukan analisis kesebandingan, menentukan metode transfer
pricing yang tepat dan keharusan mendokumentasikan serta
menyimpan buku dan catatan.

3. Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.


PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah
di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di
audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN
dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung
unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan
keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan
kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan
yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6
milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan.
Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan
berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral
berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang
Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan
overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan penyajian yang berkaitan
dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan
digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan
dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari
2002.
Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan
dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31
Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan
adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda
tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga
tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa

14
KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar
audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP
tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan
tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian, yang menyatakan
bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham
milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan
keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002.
Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang
Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 Khusus huruf m Perubahan
Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:
Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan
matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi
fakta dan kecurangan atau kelalaian. Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau
koreksi atas kesalahan mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan
melakukan penyajian kembali (restatement) untuk periode yang telah disajikan
sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian
sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan
apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan
masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru.

Kasus Akuntansi Keuangan Dan Manajemen Internasional


3.6 Kasus WorldCom
Perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Amerika Serikat,
mengakui telah Melakukan skandal akuntansi yang menyebabkan
perdagangan sahamnya di bursa NASDAQ terhenti. Beberapa minggu
kemudian, WorldCom menyatakan diri bangkrut. Perusahaan telah memberi
gambaran yang salah tentang kinerja perusahaan dengan cara memalsukan
milyaran bisnis rutin sebagai belanja modal, sehingga labanya overstated
sebesar $11 milyar pada awal 2002.
Perusahaan juga meminjamkan uang lebih dari $400 juta kepada Chief
Executive Officer (CEO)-nya waktu, Bernard Ebbers, untuk menutupi

15
kerugian perdagangan pribadinya. Ironisnya meski di dakwa telah melakukan
pemalsuan, konspirasi dan laporan keuangan yang salah, mantan CEO
WorldCom tersebut mengaku tidak bersalah (Mehta, 2003; Klayman, 2004;
Reuters, 2004).

3.7 Kasus Enron Corp


Perusahaan terbesar ketujuh di AS yang bergerak di bidang industri
energi, para manajernya memanipulasi angka yang menjadi dasar untuk
memperoleh kompensasi moneter yang besar. Praktik kecurangan yang
dilakukan antara lain yaitu di Divisi Pelayanan Energi, para eksekutif melebih-
lebihkan nilai kontrak yang dihasilkan dari estimasi internal. Pada proyek
perdagangan luar negerinya misal di India dan Brasil, para eksekutif
membukukan laba yang mencurigakan. Strategi yang salah, investasi yang
buruk dan pengendalian keuangan yang lemah menimbulkan ketimpangan
neraca yang sangat besar dan harga saham yang dilebih-lebihkan. Akibatnya
ribuan orang kehilangan pekerjaan dan kerugian pasar milyaran dollar pada
nilai pasar (Schwartz, 2001; Mclean, 2001).
Kasus ini diperparah dengan praktik akuntansi yang meragukan dan
tidak independennya audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik
(KAP) Arthur Andersen terhadap Enron. Arthur Anderson, yang sebelumnya
merupakan salah satu The big six tidak hanya melakukan memanipulasi
laporan keuangan Enron tetapi juga telah melakukan tindakan yang tidak etis
dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan
kasus Enron.
Independensi sebagai auditor terpengaruh dengan banyaknya mantan
pejabat dan senior KAP Arthur Andersen yang bekerja dalam department
akuntansi Enron Corp. Baik Enron maupun Anderson, dua raksasa industri di
bidangnya, sama-sama kolaps dan menorehkan sejarah kelam dalam praktik
akuntansi.

BAB IV
ANALISA STUDI KASUS

16
Dari pembahasan beberapa kasus tersebut, dapat dilihat bahwa sebenarnya
masing masing permasalahan telah memiliki peraturan yang jelas dalam
pengaturannya. Seharusnya, perusahaan - peraturan terkait menggunakan
peraturan tersebut menjadi dasar bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
Akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Di dalam kasus yang terjadi,
peran akuntan di dalam perusahaan sangat nyata bahwa mereka juga turut ambil
bagian pada operasi perusahaan yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Ketika menemui suatu permasalahan terkait etika di dalam perusahaan,
seharusnya akuntan baik secara individu maupun bersama sama dengan
koleganya, baik secara formal maupun tidak formal, wajib untuk
mempertimbangkan banyak faktor dalam kaitan penyelesaian permasalahan etika
yang ada di perusahaan. Dan apabila dalam penyelesaiannya tetap tidak
menemukan jalan keluar, maka sebaiknya akuntan berkonsultasi dengan
perusahaan atau bahkan meminta nasihat profesional dari organisasi profesi yang
relevan bahkan penasihat hukum tanpa mengabaikan prinsip kerahasiaan sesuai
dengan yang telah diatur pada IFAC bagian 100.17 hingga 100.22.
Meskipun demikian, akuntan perusahaan mungkin menghadapi ancaman
intimidasi dimana ada tekanan bahwa akuntan perusahaan bekerja untuk
perusahaan sehingga obyektifitasnya terpengaruhi. Hal ini yang menjadi tantangan
bagi akuntan internal perusahaan, terutama akuntan yang terlibat di dalam
perusahaan yang memiliki kasus seperti Indofarma dan Asian Agri yang diangkat
oleh penulis.

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Permasalahan etika terkait akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen
melibatkan pihak akuntan profesional di dalam internal perusahaan. Kode Etik
untuk akuntan yang bergerak pada bidang ini terdapat di dalam IFAC bagian C.
Akuntan yang berada di dalam internal perusahaan tentunya sangat berperan di
dalam budaya kerja perusahaan, bahkan disebutkan pula bahwa seharusnya
akuntan di dalam perusahaan bergerak aktif untuk mendorong pembangunan
budaya kerja yang memegang etika di dalam perusahaan. Akan tetapi akuntan
profesional tidak terlepas dari ancaman yang ada dengan bekerja di dalam
perusahaan. Akuntan profesional yang bekerja di dalam lingkungan internal
perusahaan juga memikul beban berat untuk memegang teguh prinsip dasar etika
dan juga independensinya. Apabila akuntan tidak dapat melakukannya, maka
akuntan akan dapat dengan mudah terlibat di dalam permasalahan yang ada pada
perusahaan.

4.2 Saran
Akuntan yang bekerja di dalam lingkungan internal perusahaan harus
memberikan informasi kepada pihak perusahaan mengenai peraturan peraturan
yang berlaku umum, sehingga perusahaan dapat menerapkan peraturan yang
berlaku pada operasi perusahaan secara keseluruhan. Dengan demikian, akuntan
telah berkontribusi dalam membangun budaya kerja yang beretika di dalam
perusahaan. Selain itu, akuntan juga perlu tegas di dalam menghadapi
permasalahan terkait etika yang ada di dalam perusahaan karena tingkah laku
akuntan akan mempengaruhi seluruh profesi akuntan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Armein, RizkaArdhianty. 2005. Analisis Laporan Keuangan PT. Indofarma,


Tbk.
Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Gunadi. 1994. Transfer Pricing Suatu Tinjauan Akuntansi Manajemen dan Pajak.
Jakarta: Bina Rena Pariwar.
IFAC Kode Etik untuk Akuntan Profesional Indonesia. Undang-Undang Nomor
36 tahun 2008 tentang Perubahan ke IV tentang Pajak Penghasilan. LN No.
133 tahun 2008.
Keraf, A. Sonny, dan Robert Haryono Imam. 1995. Etika Bisnis: Membangun
Citra Bisnis sebagai Profesi Luhur. Penerbit Kanisius.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Ritonga, Rolando. 2009. Pengaruh Transfer Pricing Terhadap Penerimaan Negara
(Studi Kasus Transfer Pricing Asian Agri dan Dampaknya Bagi Penerimaan
Pajak di Indonesia). Jakarta : Universitas Indonesia.

http://www.bapepam.go.id/old/old/news/NOP2004/indo_farma.pdf
http://www.rmol.co/read/2011/02/20/18755/PT-Indofarma-Servis-Bekas-Pejabat-
2,6-Miliar-
http://www.merdeka.com/peristiwa/eks-direktur-pt-indofarma-tbk-dituntut-3-
tahun.html
http://nichonotes.blogspot.co.id/2015/01/contoh-kasus-etika-profesi-
akuntansi.html (Diunduh tanggal 10 November 2015)
http://memebali.blogspot.co.id/2013/05/etika-bisnis-dan-profesi-etika-
dalam.html?showComment=1447136461947#c7919505745594098603
(Diunduh Tanggal 10 November 2015)
https://www.academia.edu/8747154/Etika_dalam_Praktik_Akuntansi_Manajemen
_dan_Akuntansi_Keuangan (Diunduh Tanggal 10 November 2015)

19

Anda mungkin juga menyukai