Anda di halaman 1dari 5

Hijrahnya Kaum Muslimin Ke HABASYAH

Permusuhan dengan kaum kafir menyebabkan penderitaan dan kesu-sahan kaum


Muslimin semakin bertambah. Akhirnya Rasulullah saw. meng-izinkan mereka
meninggalkan Makkah. Banyak para sahabat yang hijrah ke negeri Habasyah,
walaupun pada saat itu Habasyah dipimpin oleh seorang raja Nasrani pada waktu
itu dia belum memeluk Islam yang terkenal karena kasih sayang dan keadilannya.

Pada bulan Rajab tahun ke-5 sejak Rasulullah saw. menjalankan dakwah,
rombongan pertama telah diberangkatkan ke Habasyah. Rombongan itu berjumlah
kurang lebih 12 orang lelaki dan 5 orang wanita. Orang-orang kafir Quraisy pun
segera mengejar untuk menghalangi kaum muslimin, namun mereka tiba di
pelabuhan setelah kapal kaum muslimin bertolak.

Setibanya di Habasyah, rombongan kaum muslimin mendengar kabar burung


bahwa seluruh orang Quraisy telah memeluk Islam dan Islam telah mendapat
kemenangan. Mendengar berita itu, mereka sangat gembira. Mereka pun memutus-
kan untuk kembali ke tanah air mereka. Tetapi ketika hampir tiba di Makkah mereka
mendapati bahwa berita itu hanya tipuan belaka. Karena ternyata gangguan dan
permusuhan terhadap orang-orang Islam tidak berkurang sedikit pun. Dengan
terpaksa mereka segera berlayar kembali ke Habasyah, sedangkan sebagian dari
mereka terus memasuki kota Makkah dengan perlindungan orang yang
berpengaruh. Peristiwa ini dikenal dengan nama hijrah ke Habasyah yang pertama.

Tidak lama setelah kejadian itu, satu rombongan sahabat yang lebih besar
jumlahnya, yaitu sekitar 83 orang lelaki dan 18 orang wanita telah berhijrah ke
Habasyah. Kepergian para sahabat yang kedua ini dikenal dengan sebuatan Hijrah
ke Habasyah yang Kedua. Dalam rombongan hijrah yang kedua ini termasuk di
antaranya sejumlah sahabat Nabi yang pernah ikut pada hijrah yang pertama.

Kepergian orang-orang Islam ke Habasyah menimbulkan kemarahan kaum kafirin


Quraisy. Mereka mengirim satu rombongan khusus ke Habasyah dengan membawa
bermacam-macam hadiah untuk membujuk raja Najasyi dan orang-orang penting di
istananya serta pendeta-pendeta Nasrani. Setibanya di Habasyah, mereka segera
menemui pembesar-pembesar istana dan para pendeta Nasrani. Dengan menyuap
para pembesar istana dan para pendeta itu, mereka berhasil menemui raja. Mereka
bersujud di hadapan raja sambil meletakan beraneka macam hadiah* di
hadapannya, lalu mereka berkata, Tuanku, sebagian dari warga kami telah
meninggalkan agama nenek moyang kami dan telah memeluk agama baru yang
bertentangan dengan agamakami dan agama tuan. Mereka telah datang untuk
menetap di sini. Pembesar-pembesar Makkah, orang tua dan kaum kerabat mereka
telah mengutus kami untuk membawa mereka kembali. Kami memohon agar tuan
bersedia menyerahkan mereka kepada kami.

Raja Habasyah menjawab, Kami tidak dapat menyerahkan orang yang telah
meminta perlindungan kepada kami tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Biarlah
mereka dibawa ke hadapan kami supaya kami dapat menelaah perkataan-
perkataan mereka. Jika tuduhan kalian benar, kami akan menyerahkan mereka
kepada kalian. Kemudian raja Najasyi menyuruh pegawainya untuk membawa
kaum muslimin ke hadapannya. Kaum muslimin merasa khawatir, karena tidak tahu
apa yang harus diperbuat, tetapi Allah menolong mereka dan memberikan
semangat kepada mereka. Sesampainya di hadapan raja, mereka menyampaikan
salam kepada raja. Seorang aparat raja berkata, Kalian tidak mempunyai sopan
santun karena tidak bersujud kepada raja!

Nabi kami telah melarang kami agar tidak bersujud kepada selain Allah jawab
mereka. Lalu sang raja meminta mereka untuk menceritakan perihal yang
sebenarnya.

Salah seorang sahabat, yaitu Jafar r.a. bangun lalu berkata, Wahai tuan raja!
Dahulu kami ini manusia jahil. Kami tidak mengenal Allah dan Rasul-Nya, kami
menyembah batu-batu dan memakan bangkai serta menger-jakan berbagai jenis
kejahatan yang keji. Kami pun memutuskan hubungan silaturahmi. Yang kuat di
antara kami akan menindas yang lemah. Dalam keadaan seperti itu, akhirnya
datanglah seorang Nabi yang membawa pemba-haruan dalam kehidupan kami.
Keturunannya yang mulia, kejujurannya, dan kehidupannya suci bersih sudah kami
kenal dan telah tersebar luas. Beliau mengajak kami supaya menyembah Allah dan
meninggalkan perbuatan-perbuatan syirik. Beliau memerintahkan kami agar
melakukan yang maruf dan meninggalkan yang mungkar. Beliau mengajarkan
kepada kami supaya berkata benar, menunaikan amanah, menghormati kaum
kerabat dan berbuat baik terhadap tetangga. Dari beliau kami belajar shalat, puasa,
zakat dan berkelakuan baik. Beliau melarang perbuatan zina, berdusta, memakan
harta anak yatim secara zhalim, dan memfitnah. Kami diajar supaya menjauhi
perbuatan jahat, pertumpahan darah, dan sebagainya. Beliau juga mengajarkan
kami al Quran, kitabullah yang mengagumkan. Oleh karena itu kami percaya
kepada beliau, kami mengikuti jejak langkahnya, dan menerima ajaran yang
dibawanya. Karena hal itulah kami diganggu dan disiksa dengan harapan kami
kembali kepada agama semula. Karena kekejaman mereka telah melampuai batas
perikemanusiaan, maka dengan izin beliau kami datang ke negeri ini untuk
memohon perlindungan tuan.

Raja Najasyi berkata, Perdengarkanlah sedikit al Quran yang telah engkau pelajari
dari Nabi itu. Kemudian Jafar r.a. membaca ayat permulaan surat Maryam. Ayat-
ayat yang dibacanya sangat mengharukan hati pendengarnya, sehingga pipi-pipi
mereka basah oleh air mata.

Demi Allah! kata raja Najasyi. kalimat-kalimat yang dibaca tadi sama dengan
kalimat-kalimat yang telah diturunkan kepada Nabi Musa a.s. dan merupakan nur
dari sumber cahaya yang sama. Raja memandang per-wakilan kaum Quraisy lalu
mengatakan bahwa ia tidak akan menyerahkan para pengungsi itu kepada mereka.

Sungguhpun orang-orang Quraisy merasa malu dan hampa, namun mereka tidak
mau mengaku kalah. Mereka bermusyawarah, kemudian salah seorang dari mereka
berkata, Aku akan mengatakan sesuatu yang tentu dapat menimbulkan kemarahan
baginda raja terhadap mereka.

Usulan ini tidak disetujui oleh beberapa orang Quraisy. Sebagian mereka
berpendapat bahwa dengan diterimanya usulan tersebut, berarti kaum muslimin
terancam bahaya. Sedangkan mereka tidak menginginkan hal itu terjadi, karena
sekalipun telah memeluk Islam, orang-orang itu adalah tetap darah daging dan
kerabat mereka. Tetapi orang yang mengajukan usul itu tidak mau
membatalkannya. Copyright fadlie.web.id

Keesokan harinya perwakilan Quraisy ini menghasut raja Habasyah dengan


mengatakan bahwa orang-orang Islam ini tidak percaya Nabi Isa itu anak Allah.
Sekali lagi orang-orang Islam itu dibawa menghadap raja. Mereka gemetar karena
ketakutan. Ketika ditanya mengenai Nabi Isa a.s., dengan tegas mereka menjawab,
Kami percaya kepada firman-firman Allah mengenai Isa a.s. yang diturunkan
kepada Nabi kami, bahwa dia hanyalah seorang hamba dan pesuruh Allah. Kami
juga percaya dengan firman-firman Allah yang telah disampaikan kepada
Maryam.Copyright fadlie.web.id

Raja Najasyi berkata, Demikian itulah pengakuan Isa tentang dirinya, tidak ada
perbedaan sedikit pun. Para pendeta yang mendengar perkataan raja bersungut-
sungut mem-bantah pernyataan itu, tetapi raja tidak menghiraukan mereka. Raja
berkata kepada para utusan Quraisy, Katakan apa keinginan kalian? Sambil
berkata demikian, raja pun mengembalikan hadiah-hadiah yang telah diberikan oleh
para utusan Quraisy itu. Kemudian raja mengalihkan perhatiannya kepada orang-
orang Islam dan berkata, Tinggallah kalian di sini dengan aman, orang-orang yang
menganiaya kalian akan menerima hukuman yang berat.

Rombongan para utusan kafir Quraisy pun pulang dengan perasaan kecewa dan
malu. Kegagalan perwakilan Quraisy dan kemenangan orang-orang Islam ini
menyebabkan kaum musyrikin bertambah berang, apalagi setelah mendengar
Umar memeluk Islam. Mereka terus memikirkan bagai-mana caranya
menghancurkan kaum muslimin. Akibat kemarahan yang meluap ini maka para
pemuka Quraisy mengadakan musyawarah yang tujuan utamanya adalah
merencanakan pembunuhan Rasulullah saw. Copyright fadlie.web.id

Namun membunuh Muhammad itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Bani Hasyim
yang satu keturunan dengan Muhammad saw. yang jumlahnya cukup banyak dan
sangat kuat pengaruhnya, sungguhpun banyak yang belum memeluk Islam, namun
sudah pasti mereka tidak akan berdiam diri kalau salah seorang dari kalangan
mereka dibunuh. Copyright fadlie.web.id

Akhirnya dalam musyawarah para pemuka Quraisy itu diputuskan untuk memboikot
Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Isi keputusan itu menya-takan bahwa orang-orang
Quraisy tidak boleh bergaul dengan Bani Hasyim atau pun sebaliknya. Tidak boleh
mengadakan jual beli dan berbicara dengan mereka, bahkan tidak boleh berkunjung
ke rumah-rumah mereka. Keputusan ini terus berlaku selama Bani Hasyim tidak
menyerahkan Muhammad saw. untuk dibunuh. Keputusan tersebut tidak hanya
berupa kata-kata, bahkan mereka membuat maklumat tertulis pada tanggal satu
Muharram tahun ketujuh kenabian. Maklumat yang ditandatangani oleh tiap
pemuka Quraisy itu digantung di dinding Kabah supaya semua orang dapat menge-
tahui dan mematuhinya. Copyright fadlie.web.id

Pemboikotan itu berjalan selama tiga tahun dan selama itu Muhammad beserta
Bani Hasyim dan Bani Muthalib terkurung di sebuah lembah di kota Makkah .
Mereka tidak dibenarkan keluar dari lembah itu dan tidak diper-bolehkan jual beli
dengan kaum Quraisy bahkan dengan pedagang asing sekalipun. Mereka yang
melanggar, dihukum dengan hukuman yang kejam. Pemboikotan ini sudah tentu
mengakibatkan Bani Hasyim dan yang lainnya menderita kesusahan dan kelaparan.
Karena mereka tidak bisa keluar dari lembah itu untuk mendapatkan keperluan
mereka dari orang-orang Quraisy, pedagang lain pun tidak berani datang ke tempat
mereka. Sebagian kaum wanita yang sedang menyusui, air susunya kering,
sehingga tidak dapat menyusui bayinya dan anak-anak mereka menangis menjerit-
jerit kelaparan. Untung saja ada sedikit makanan yang diselundupkan oleh para
lelaki kaum Quraisy yang telah menikah dengan wanita-wanita Bani Hasyim.
Sungguhpun penderitaan mereka tidak terbayangkan beratnya, namun Nabi
Muhammad saw. dan para sahabatnya tetap teguh dalam keimanan mereka,
bahkan dalam keadaan demikian, mereka sempat pula menyampaikan risalah Ilahi
kepada manusia yang senasib dengan mereka.

Akhirnya setelah tiga tahun berlalu, atas kehendak dan kemurahan Allah Swt,
maklumat yang digantung di dinding Kabah itu pun hancur dimakan rayap, dan
pemboikotan yang dilakukan terhadap Bani Hasyim dan keluarganya itu dengan
sendirinya tidak berlaku lagi.

Hikmah dari kisah di atas:

Demikianlah secara ringkas gambaran penderitaan yang dialami Nabi dan para
sahabatnya. Kita yang mengaku sebagai pengikut-pengikut beliau, patutlah
bertanya kepada diri sendiri mengenai usaha yang telah kita lakukan untuk
menegakkan syiar Islam. Adakah pengorbanan yang telah kita berikan dl, jalan
Allah? Kita menginginkan kemajuan dunia dan kenikmatan akhirat tetapi lupa
dengan semua ini, bahwa hal ini tidak mungkin diperoleh tanpa pengorbanan di
jalan Allah. Saya mengkhawatirkan kalian, hai orang-orang Badwi, kalian tidak akan
sampai ke Kabah, karena jalan yang kalian tempuh menuju ke Turkist

Anda mungkin juga menyukai