Anda di halaman 1dari 3

1.

Pertumbuhan Serangga
Ada tiga fase pertumbuhan serangga yaitu pertumbuhan embrionik, pradewasa,
dan dewasa. Perkembangbiakan embrionik diawali dengan vertilisasi telur. Hal ini
biasanya terjadi di dalam tubuh serangga betina karena mempunyai spermatecha.
Vertilisasi ini ditandai dengan bertemunya sperma dengan sel telur (ovum). Setelah
terjadi vertilisasi maka berlangsunglah proses pembelahan nucleus menuju ke
permukaan telur dan terbentuklah blastoderm yang merupakan sebuah lapisan seluler
tipis. Didalam telur terjadi proses pembentukan kuning telur (vitellogenesis). Pada akhir
proses terjadilah pembentukan chorion atau cangkang telur (Gambar 3).

Gambar 1. Proses pembentukan blastoderm

Proses embrionik selanjutnya adalah terbentuknya bakal embrio (germ band).


Germ band melengkung masuk ke dalam kuning telur dan setelah itu terbentuklah tiga
jaringan utama yaitu mesoderm, endoderm, dan ectoderm.

Gambar 2. Mesoderm, endoderm, dan ectoderm


Mesoderm membentuk lapisan dalam yang terdiri dari otot, lemak, dan gonad
sedangkan endoderm membentuk lapisan tengah yang terdiri dari usus atau saluran
pencernaan (midgut) dan ectoderm membentuk lapisan luar yang terdiri dari usus depan
(foregut), usus belakang (hindgut), sayap dan garis trachea. Akhir dari semua proses
tersebut adalah penetasan telur dan munculnya organisme baru yang merupakan
serangga pradewasa. Semua proses reproduksi tersebut dikontrol oleh sistem endokrin.
Sistem endokrin adalah sebuah sistem komunikasi internal yang secara relatif sangat
cepat yang berhubungan dengan system syaraf.
Secara umum serangga pradewasa adalah telur, larva, dan pupa. Telur diletakkan
secara tunggal, atau dalam kelompok, di dalam atau di atas jaringan tanaman atau
binatang inang yang menjadi sasaran makanan serangga. Embrio di dalam telur
berkembang menjadi larva atau nimfa (tergantung macam metamorfosis atau
perkembangan) yang keluar dari telur pada saat telur menetas. Larva dipisahkan lagi
menjadi beberapa nama sesuai dengan metamorfosis dan tempat hidupnya. Semua
serangga yang bermetamorfosis sempurna (holometabola) larvanya disebut larva.
Sedangkan serangga yang metamorfosisnya bertahap (paurometabola) larvanya disebut
nimfa, dan serangga yang metamorfosisnya tidak lengkap (hemimetabola) disebut naiad
(Djarubito, 1993).
Ada beberapa tipe larva pada serangga yang didasarkan pada jumlah kaki dan
bentuk tubuhnya. Bedasarkan jumlah kaki, serangga dibedakan atas tiga tipe yaitu
polipoda, oligopoda, dan apoda. Sedangkan berdasarkan bentuk tubuhnya larva
serangga dibedakan atas beberapa tipe yaitu eruciform, scarabaeiform, campodeiform,
elateriform, vermiform, dan flatyform. Polipoda adalah larva yang berkaki lebih dari 3
pasang yaitu selain mempunyai kaki thorakial (kaki sesungguhnya) juga mempunyai
kaki tambahan yang berupa kaki abdominal. Larva polipoda ini juga disebut bertipe
eruciform dan platyform. Larva bertipe eruciform ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
caputnya bertipe hypognathous, sangat jelas ruas-ruas tubuhnya, kakinya pendek,
antena sangat kecil, dan tubuhnya berupa silinder dan memanjang.
Gambar 3. Tipe larva
Setelah fase larva khususnya
untuk serangga yang bermetamorfosis sempurna (holometabola) akan memasuki fase pupa.
Ada tiga tipe pupa berdasarkan bentuknya yaitu eksarata, obtekta, dan coarctata.

Gambar 4. Tipe pupa


Setelah fase pupa atau fase nimfa untuk serangga yang metamorfosisnya sederhana
akan masuk ke dalam fase dewasa yaitu mejadi serangga dewasa. Umumnya serangga
dewasa hidup di daratan hanya beberapa spesies serangga dewasa yang hidup di atas
permukaan air.

Djarubito, M.B, 1993. Zoologi Dasar. Jakarta. Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai