DISUSUN OLEH
YOUVANKA ARSY WINMIRRAH
11/312014/KG/08827
b. Mikrodonsia
Mikrodonsia merupakan keadaan
yang menunjukkan ukuran gigi lebih
kecil dari normal. Anomali ini bisa terjadi
pada satu gigi saja, atau seluruh gigi.
Kelainan ini lebih sering terjadi pada
gigi-gigi permanen dibandingkan gigi-
gigi decidui, lebih sering terjadi pada gigi insisivus dua rahang atas
dan gigi molar tiga rahang atas. Faktor penyebabnya yaitu adanya
disfungsi endokrin pada pembentukan gigi, serta faktor herediter.
Untuk perawatannya dapat dilakukan pemberian restorasi estetik
untuk memperbaiki bentuk dan ukuran gigi, misalnya dengan
pemasangan mahkota tiruan (crown) atau dengan penambalan. Juga
bisa dilakukan perawatan orthodonti (pemakaian kawat gigi) untuk
merapatkan ruangan antar gigi-geligi bila diperlukan.
3. Anomali jumlah
a. Anodonsia (tidak tumbuhnya gigi)
Anodontia merupakan kelainan genetik yang langka ditandai
dengan tidak munculnya gigi geligi tetap. Kondisi tersebut dibagi
menjadi tiga kelompok berdasarkan jumlah gigi yang hilang. Pada
anodontia kompleks, gigi geligi tidak muncul secara keseluruhan.
Anodontia parsial, disebut juga sebagai hipodontia, adalah kehilangan
kongenital untuk satu sampai enam gigi geligi tetap, sedangkan
oligodontia mengacu pada kehilangan lebih dari enam gigi. Hipodontia
dan oligodontia diketahui lebih umum terjadi daripada kehilangan gigi
secara keseluruhan yang ditemukan pada anodontia kompleks.
Perawatan anodontia yaitu implan gigi dan gigi tiruan untuk
anak-anak secepatnya pada usia dua tahun. Kekurangan satu gigi atau
lebih yang terjadi karena kongenital cenderung lebih sering terjadi
pada pria daripada wanita. Kehilangan gigi insisif lateral pada orang
g. Taurodonsia
Anomali dengan rongga pulpa yang sangat membesar.
Pemberian nama taurodonsia berdasarkan kemiripan sepintas dengan
gigi-gigi molar sapi (taurus=banteng). Gigi dengan ruang pulpa
sangat panjang, tidak ada pengecilan rongga pulpa pada daerah
cemento enamel junction.
4. Makrognasia
Makrognasia adalah rahang yang besar. Jika terjadi pada
mandibula, hal ini dapat menyebabkan protrusi (kelas III Angle) dengan
dagu menonjol. Keadaan ini dapat bersifat kongenital dapat pula
bersifat dapatan dan dapat dikoreksi dengan tindakan bedah.