Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM ADPR

High Purity Germanium Detector (HPGe Detector)

Disusun Oleh :

Nama : Elza Jamayanti

NIM : 011400379

Prodi : Teknokimia Nuklir

Semester : III

Kelompok : B5

Teman Kerja : Irianto Rizaldi F

Asisten : Maria Christina

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2015
DETEKTOR HPGe (HIGH PURITY GERMANIUM)

I. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mampu memahami teknik dasar pengukuran tenaga sinar
gamma menggunakan detektor semikonduktor HpGe.
2. Menentukan FWHM.
3. Menghitung resolusi dan efisiensi detector.
4. Menentukan peak-to-compton.

II. DASAR TEORI


Detektor HPGe
Germanium detektor sebagian besar digunakan untuk spektroskopi gamma
di fisika nuklir . Detektor ini juga disebut-kemurnian tinggi detektor germanium
(HPGe) atau detektor hyperpure germanium. Sebelum teknik pemurnian saat yang
disempurnakan, germanium kristal tidak dapat diproduksi dengan kemurnian yang
cukup untuk memungkinkan penggunaannya sebagai detektor spektroskopi.
Kotoran dalam elektron kristal perangkap dan lubang, merusak kinerja detektor.
Akibatnya kristal germanium yang didoping dengan lithium ion (Ge (Li)), untuk
menghasilkan intrinsik wilayah di mana elektron dan lubang akan mampu
mencapai kontak dan menghasilkan sinyal.
Pada 2012 HPGe detektor yang biasa menggunakan difusi lithium untuk
membuat n+ kontak ohmik , dan implantasi boron untuk membuat p + kontak.
Detektor koaksial dengan kontak n+ sentral disebut sebagai tipe-n detektor,
sedangkan tipe-p detektor memiliki ap + kontak pusat. Ketebalan kontak ini
merupakan lapisan mati di sekitar permukaan kristal di mana deposisi energi tidak
menghasilkan sinyal detektor. Kontak sentral dalam detektor ini adalah
berlawanan dengan kontak permukaan, membuat lapisan mati n-jenis detektor
yang lebih kecil daripada lapisan mati dalam tipe-p detektor. Khas lapisan
ketebalan mati beberapa ratus mikrometer untuk lapisan difusi Li, dan beberapa
persepuluh mikrometer untuk lapisan implantasi B.
Kelemahan utama dari detektor germanium adalah bahwa mereka harus
didinginkan sampai nitrogen cair suhu untuk menghasilkan data spektroskopi.
Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014
Pada suhu yang lebih tinggi, elektron dapat dengan mudah melintasi celah pita
dalam kristal dan mencapai pita konduksi, di mana mereka bebas untuk merespon
medan listrik, memproduksi terlalu banyak kebisingan listrik berguna sebagai
spektrometer. Pendinginan sampai suhu nitrogen cair (77 K) mengurangi Eksitasi
termal elektron valensi sehingga hanya interaksi sinar gamma dapat memberikan
elektron energi yang diperlukan untuk menyeberangi celah pita dan mencapai pita
konduksi. Pendinginan dengan nitrogen cair tidak nyaman, seperti detektor
membutuhkan jam untuk mendinginkan untuk suhu operasi sebelum dapat
digunakan, dan tidak dapat dibiarkan hangat saat digunakan. Ge (Li) kristal tidak
pernah diizinkan untuk pemanasan, seperti lithium akan melayang keluar dari
kristal, merusak detektor. HPGe detektor dapat diizinkan untuk hangat sampai
suhu kamar bila tidak digunakan.
Detektor germanium dioda semikonduktor yang memiliki struktur pin di
mana intrinsik (I) wilayah sensitif terhadap radiasi, terutama sinar x dan sinar
gamma pengion. Dalam reverse bias, medan listrik meluas di seluruh wilayah
intrinsik atau habis. Ketika foton berinteraksi dengan materi dalam volume
kehabisan detektor, biaya operator (lubang dan elektron) yang dihasilkan dan
tersapu oleh medan listrik ke P dan N elektroda. Tuduhan ini, yang sebanding
dengan energi yang disimpan dalam detektor oleh foton masuk, diubah menjadi
pulsa tegangan dengan biaya preamplifier sensitif terpisahkan.
Karena germanium memiliki band gap yang relatif rendah, detektor ini
harus didinginkan untuk mengurangi generasi termal pembawa muatan (dengan
demikian membalikkan kebocoran arus) ke tingkat yang dapat diterima. Jika tidak,
kebocoran arus akibat bising menghancurkan resolusi energi detektor germanium.
Nitrogen cair, yang memiliki suhu 77 K adalah media pendingin umum untuk
detektor tersebut. Detektor germanium dipasang dalam ruang vakum yang melekat
atau dimasukkan ke dalam LN 2 Dewar. Permukaan detektor sensitif sehingga
terlindung dari kelembaban dan kontaminan condensible.
Interaksi sinar gamma dengan materi.
lnteraksi sinar gamma dengan materi melalui tiga proses yaitu :
proses photolistrik;
efek Compton;
bentukan pasangan.
Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014
Pada pancaran sinar gamma tidak ada tebal tertentu yang dapat menyerap
semua sinar gamma dalam materi, seperti untuk sinar alpha dan sinar beta. Besar
intensitas sinar gamma yang melalui materi akan turun secara eksponensial sesuai
dengan persamaan :
= 0 e-x
Harga disebut koeffisien absorpsi linier sinar gamma yang nilainya tergantung
pada jenis materi dan energi sinar gamma.
= pl + c + pp
pl = Koeff absorpsi sinar gamma akibat proses efek photo listrik
c = Koeff absorpsi sinar gamma akibat proses efek Compton
pp = Koeff absorpsi sinar gamma akibat proses bentukan pasangan

1. Efek Photolistrik.
Pada peristiwa ini sinar gamma berinteraksi dengan elektron yang terikat
oleh inti atom menimbulkan elektron terlepas dari ikatannya. Besar energi kinetik
elektron tersebut sama dengan besar energi sinar gamma dikurangi energi ikat
elektron.
=
Ek = Energi Ikat Elektron
hv = Energi Sinar Gamma
W = Energi Ikat Elektron
Kebolehjadian peristiwa ini terjadi untuk sinar gamma yang berenergi < 1
MeV.

2. Efek Compton
Pada peristiwa ini sinar gamma berinteraksi dengan elektron bebas atau
ataom yang terikat lemah suatu atom sehingga mengakibatkan elektron terlepas
dan terjadi hamburan sinar gamma. Proses tersebut dapat dilihat pada gambar.

Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014
Gambar 1. Peristiwa Proses Compton
Jika energi sinar gamma mula-mula adalah hv, dan energi sinar gamma
yang dihamburkan adalah hv, dan besar sudut hamburan , maka
adalah
hubungan antara energi sinar gamma mula-mula dengan yang dihamburkan dapat
ditulis seperti dalam rumus berikut:

=
1 + (1 cos ) / 2
dan besarnya energi kinetik elektron yang terlepas adalah
(1 cos ) / 2
=
1 + (1 cos ) 2
Kebolehjadian ini terjadi untuk energi sinar gamma sekitar 0,5 MeV - 5 MeV.
Dalam hal ini khusus apabila terjadi backscattering (sudut sama dengan180)
maka energi sinar gamma yang terhambur adalah :

=
1 + 4

3. Efek Produksi Pasangan


Pada peristiwa ini sinar gamma berinteraksi dengan materi, sinar gamma
akan lenyap dan timbut pasangan positron dan elektron negatif. Peristiwa ini
terjadi apabila energi sinar gamma lebih besar dari 1,02 MeV. Besarnya energi
kinetis kedua partikel tersebut sama dengan besarnya energi sinar gamma
dikurangi besarnya energi yang hilang untuk membentuk positron dan elektron.
Maka
= 2 2

= 1,02

Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014
Dengan Ekin adalah energi gerak positron dan elektron.
Hasil akhir ketiga peristiwa tersebut adalah elektronyang dapat dimanfaatkan
untuk sistem deteksi sehingga akhirnya lewat ketiga peristiwa tersebut dapat
dideteksi intensitas dan energi sinar gamma.

Spektrum Energi dan Kalibrasi Energi serta Efisiensi Pencacahan

Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014
Untuk memperoleh spektrum energi sumber radioaktf, dapat menggunakan
peralatan Multi Channel Analyser atau Single Channel Analyser (MCA/SCA)
kedua alat tersebut tidak lain adalah penganalisa tinggi pulsa (Pulse Hight
Analyser PHA). SCA pada prinsipnya adalah dua buah diskriminator yaitu
diskriminator atas dan bawah. Selisih tinggi diskriminator atas dan bawah dikenal
dengan nama jendela (window), yang lebarnya dapat dibuat tetap misal 0,2 Volt.
Pulsa yang tingginya berada diantara diskriminator bawah ditambah lebar jendela
akan tercacah, sedangkan diluarnya tidak tercacah.
Untuk mendapatkan spektrum dilakukan pencacahan pada setiap ketinggian
diskrimanator bawah yang biasa disebut nomor kanal. Dengan melakukan
pencacahan untuk setiap nomor kanal akan diperoleh cacah setiap nomor kanal.
Dari hasil yang diperoleh dapat dibuat grafik antara cacah vs. nomor kanal yang
tidak lain adalah spektrum energi dari suatu sumber radioaktif.
Contoh spektrum energi seperti gambar berikut :

Gambar 3. Spektrum Energi dari Cs-137


Dengan menggunakan sumber standar yang ada, antara lain: Co-60; Cs-137 atau
Na-22 dapat diperoleh grafik kalibrasi energi yaitu grafik antara energi Vs

Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014
nomor kanal. Ketiga sumber radioaktif tersebut masing masing memancarkan
energi 1,17 dan 1,33 MeV; 0,662 MeV dan 1,274 MeV.
Untuk menetukan energi suatu sumber yang belum diketahui besarnya,
dapat diperoleh dengan menggunakan grafik kalibrasi yaitu grafik energi vs.
nomor kanal puncak, seperti pada gambar

Gambar 4. Grafik Kalibrasi


Sedangkan untuk untuk mengetahui efisiensi pencacahan, dilakukan
perhitungan hasil luasan dibawah puncak tersebut yang sebelumnya dikurangi
background dibandingkan dengan aktivitas dari sumber standard yang telah
diketahui maka akan didapatkan effisiensi sistem deteksi dari detektor Nal(TI).
Percobaan kalibrasi efisiensi vs energi dilakukan dengan menggunakan sumber
standard Na-22; Mn-54; Cs-137 dan Co-60. Dilakukan pula perhitungan
effisiensi, untuk berbagai intensitas yang masuk ke detektor Nal(Tl) dengan cara
mengubah jarak antara detektor dan sumber standard
Cara melakukan perhitungan luasan daerah dibawah grafik spektrum yaitu
dengan menggambarkan spektrum sinar gamma diatas kertas, kemudian
dilakukan pengurangan intensitas cacah total dikurangi intensitas cacah akibat
background sehingga didapat intensitas cacah yang diakibatkan oleh sumber
standard. Luasan dibawah intensitas cacah akibat sumber standard dibandingkan
dengan aktivitas sumber standard setelah dikoreksi dengan waktu lamanya

Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014
meluruh dari saat sumber dibuat sampai saat percobaan dilakukan dan fraksi
disitegrasi dari sinar gamma.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
Detector HPGe
Accuspec.
Detektor CdTe & Preamp Model XR-100T-CdTe.
Power Supply & Amplifier Model PX2T.
Sumber radioaktif.

IV. LANGKAH KERJA


1. Sistem dihubungkan seperti gambar berikut:

2. Sumber standar Cs-137 diletakkan dengan jarak 1 cm di depan jendela


detektor HPGe.
3. Accuspec, modul power supply dan amplifier model PX2T dihidupkan
4. Keluaran amplifier dengan CRO diamati, kemudian tinggi pulsa sesuai diatur
kebutuhan dengan memutar knop gain.
5. Waktu cacah (livetime preset atau realtime preset) diatur sebesar 90 sekon.

Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014
6. Accuspec dijalankan dengan mengaktifkan akuisisi, tunggu beberapa saat
hingga proses selesai.
7. Hasil cacahan dicatat.
8. Sumber diganti dengan sumber X, proses akuisisi diulang.
9. Kalibrasi tenaga dilakukan dengan terlebih dulu memasukkan data energi
gamma dan nomor saluran puncak untuk masing-masing sumber radioaktif.
10. Identifikasi dilakukan terhadap sumber x berdasarkan besarnya energi gamma
yang diperoleh melalui proses kalibrasi.

V. DATA PENGAMATAN
1. Sumber Radiasi Co-60
Waktu Cacah = 90 s
Photopeak 1
FWHM = 1,93
Gross Area = 44412
Nett Area = 32340 497
E1 = 1165,95 keV
E2 = 1177,52 keV
E puncak = 1173,90 keV

Photopeak 2
FWHM = 1,94
Gross Area = 34923
Nett Area = 26236 351
E1 = 1330,45 keV
E2 = 1335,73 keV
E puncak = 1333,20 keV

2. Comptons Co-60
No Energi (keV) Counts
1. 1040,24 53
2. 1045,33 56

Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014
3. 1050,43 52
4. 1055,52 52
5. 1060,61 45
6. 1065,70 51
7. 1070,79 44
8. 1075,03 45
9. 1080,12 56
10. 1085,22 47
11. 1090,31 41
12. 1095,40 43
13. 1096,25 54
= 1070,073 = 49

VI. PERHITUNGAN
1. Menghitung Aktifitas Sumber Co-60
A0 = 1 Ci = 1 x 10-3 Ci
3,7 10 10
A0 = 1 x 10-3 Ci 1
1
A0 = 37000 Bq
= 37000 dps

t = November 2011 (diasumsikan pada tanggal 1)


365
t = 1 November 2011 1 Desember 2015 = 4,02 tahun 1
= 1467 hari

365
T1/2 = 5,27 tahun x 1
1/2
T = 1923 hari
ln 2

At = A0 1/2
0,693
1467
At = 37000 dps 1923
At = 37000 dps 0,528
At = 21821,98 dps

2. Menghitung Resolusi Energi


Photopeak 1

Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014
2 1
Resolusi = 100%

1177 ,52 1165 ,95
Resolusi = 1173 ,90
100%

Resolusi = 0,985 %

Photopeak 2
2 1
Resolusi = 100%

1335 ,73 1330 ,45
Resolusi = 1333 ,20
100%

Resolusi = 0,396 %

3. Menghitung Efisiensi Detektor


Photopeak 1
32340

90
Efisiensi = 100%

359,33
Efisiensi = 21821 ,98 100%

Efisiensi = 1,646%

Photopeak 2
26236

90
Efisiensi = 100%

291,51
Efisiensi = 21821 ,98 100%

Efisiensi = 1,335%

Efisiensi = 0,696%

4. Menghitung peak to compton


Photopeak 1

Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014

Peak to compton =

32340
Peak to compton = 49

Peak to compton = 660

Photopeak 2

34923
Peak to compton = 49

Peak to compton = 712,7

VII. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan agar dapat memahami teknik dasar pengukuran
tenaga sinar gamma menggunakan detektor semikonduktor HpGe, menentukan
efisiensi dan resolusi detektor serta menentukan perbandingan antara peak to
compton. Detektor Detektor ini bekerja dengan suhu yang rendah menggunakan
nitrogen cair sebagai pendingin. Hal itu bertujuan untuk menjaga kemurnian dari
germanium yang sangat sensitif terhadap temperatur. Prinsip kerja detektor HPGe
berdasarkan pada kemampuan elektron mengalami ionisasi dan tereksitasi bila
dikenai radiasi sehingga elektron dapat berpindah dari pita valensi ke pita induksi
yang akan menghasilkan pulsa listrik. Pulsa listrik inilah yang akan diolah dan
diperkuat yang kemudian ditampilkan dalam bentuk photopeak pada komputer.
Tinggi pulsa sebanding dengan tenaga foton gamma yang berinteraksi dengan
detektor.

Dalam percobaan, sumber radioaktif yang digunakan adalah Co-60 yang


memiliki waktu paruh berkisar 5,27 tahun. Ketika meluruh, Co-60 akan
mengemisikan satu buah beta dan dua buah gamma. Percobaan pertama
dilakukan dengan mencacah latar (background), dimana cacah latar ini bertujuan
untuk mengidentifikasi besarnya radiasi yang berada di lingkungan sekitar seperti
cahaya, udara dan sebagainya.

Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014
Percobaan kedua adalah mencacah Co-60 selama 90 detik. Detektor semi-
konduktor kemurnian tinggi seperti detektor HPGe mempunyai daerah depletion
region (daerah intrinsik). Radiasi dari Co-60 yang masuk ke dalam daerah
intrinsik ini maka akan terbentuk pasangan electron (ion negatif) dan hole (ion
positif). Elektron akan bergerak menuju ke elektroda positif dan hole akan
bergerak menuju ke elektroda negatif. Pada ujung-ujung elektroda akan terjadi
perubahan beda potensial yang menghasilkan pulsa listrik. Pulsa listrik ini akan
diolah menjadi spektrum Co-60 yang terlihat pada komputer. Spektrum yang
terlihat memiliki dua puncak yang terpisah. Pada penentuan FWHM telah
diketahui dengan melihat data pada photopeak.

Efisiensi detektor menunjukkan perbandingan jumlah radiasi yang diserap


oleh detektor terhadap radiasi yang sampai ke detektor. Efisiensi pada dua
photopeak mempunyai nilai yang berbeda, hal ini disebabkan oleh kemampuan
detektor memiliki batasan dalam mendeteksi suatu sumber radioaktif. Semakin
tinggi energi suatu sumber, maka nilai efisiensinya semakin kecil karena semakin
banyak radiasi yang tidak mengenai detektor. Menurut litelatur, efisiensi detektor
HPGe sangat tinggi pada energi 3 keV sampai 100 keV, sedangkan Co-60
memiliki energi 1173 keV dan 1333 keV. Resolusi detektor menunjukkan
kemampuan detektor dalam memisahkan dua puncak yang berdekatan, semakin
kecil nilai resolusi berarti semakin baik detektor dalam memisahkan dua puncak.
Resolusi yang didapat dalam perhitungan kecil, hal ini menunjukkan kemampuan
detektor HpGe yang berfungsi baik dalam memisahkan dua puncak energi.
Resolusi terbaik pada detektor HPGe berkisar pada energi 3 keV E 1000 keV.

Penentuan peak to compton bertujuan untuk mengetahui rasio cacahan pada


sumber dengan jumlah hamburan comptonnya. Compton terjadi karena suatu
tumbukan lenting sempurna antara sebuah foton dan sebuah elektron bebas.
Dimana foton berinteraksi dengan elektron yang dianggap bebas (tenaga ikat
elektron lebih kecil dari energi foton datang). Compton yang diinginkan pada
rasio peak to compton adalah kecil. Setelah melakukan perhitungan nilai compton
yang didapat lebih kecil dibandingkan cacahan pada sumber dengan rasio peak to
compton pada photopeak 1 dan photopeak 2 secara berturut-turur sebesar 660 dan

Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014
712,7. Hal ini menunjukkan bahwa compton bernilai lebih sedikit dibandingkan
cacahan bersih yang dilakukan oleh detektor.

VIII. KESIMPULAN
1. Prinsip kerja detektor HPGe berdasarkan pada kemampuan elektron
mengalami ionisasi dan tereksitasi bila dikenai radiasi sehingga elektron dapat
berpindah dari pita valensi ke pita induksi yang akan menghasilkan pulsa
listrik. Pulsa listrik inilah yang akan diolah dan diperkuat yang kemudian
ditampilkan dalam bentuk photopeak pada komputer.
2. Semakin tinggi energi suatu sumber, maka nilai efisiensinya semakin kecil
karena semakin banyak radiasi yang tidak mengenai detektor.
3. Resolusi detektor menunjukkan kemampuan detektor dalam memisahkan dua
puncak yang berdekatan, semakin kecil nilai resolusi berarti semakin baik
detektor dalam memisahkan dua puncak.
4. Rasio peak to compton pada photopeak 1 dan photopeak 2 secara berturut-
turur sebesar 660 dan 712,7.

IX. DAFTAR PUSTAKA


http://charismaprillia.blogspot.co.id/2014/02/interaksi-sinar-x.html diakses pada
tanggal 26 Desember 2015
http://papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2013/makalah05.pdf diakses pada tanggal
26 Desember 2015
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-umihabibah-27724-3-2007ta-
2.pdf diakses pada tanggal 26 Desember 2015
http://dokumen.tips/documents/hpge-susi1.html diakses pada tanggal 26
Desember 2015

Yogyakarta, 18 Januari 2016


Dosen Pembimbing Praktikan

Maria Christina P Elza Jamayanti

Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014
Detektor HpGe
Elza Jamayanti
Teknokimia Nuklir 2014

Anda mungkin juga menyukai