Anda di halaman 1dari 16

2.

1 Konsep Asma

2.1.1 Definisi Asma

Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan cirri adanya

bronkospasme periodic ( yaitu kontraksi spasme pada saluran napas). Asma

merupakan penyakit kompleks yang dapat terjadi diakibatkan oleh factor

biokimia, endokrin,adanya infeksi, dan atau psikologi. Menurut ( Smeltzer, 2012)

definisi asma adalah penyakit yang mana jalan nafasnya mengalami kondisi

obstruktif (terdapat sumbatan /ada keabnormalitasan), intermitten (dapat

terjadinya hilang timbul), reversible dimana trakea berespon secara hiperaktif/

berlebihan terhadap stimulasi dan kondisi tertentu.

2.1.2 Epidemiologi

Kejadian asma merupakan permasalahan yang terjadi di seluruh dunia

dengan berbagai prevalensi yang beragam dan menyerang tidak hanya pada

usia dewasa saja namun manifestasinya dapat terjadi pada saat usia anak.

Penyakit kronik ini telah menyerang 300 juta penduduk dunia (GINA,2003)

Menurut PDPI (2006) mengungkapkan bahwa menurut studi pendahuluan

yang dilakukan oleh Survei kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai

provinsi di Indonesia pada tahun 11996 asma telah menduduki peringkat kelima

dari sepuluh penyakit penyebab kesakitan dengan disejajarkan dengan penyakit

bronkitis kronik dan emfisema menjadi penyebab terjadinya kematian urutan

keempat di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Lalu pada SKRT 1995 dilaporkan

bahwa prevalensi asma sendiri di Seluruh Indonesia telah terjadi 13 per 1.000

penduduk di berbagai wilayah (PDPI,2006)


2.1.3 Etiologi

Penyebab asma masih belum dapat dipastikan secara jelas namun dalam

mayoritas kejadiannya diakibatkan karena hiperaktivitas bronchus, jadi pada

orang dengan asma kondisi aktivitas pada bronkhusnya akan menjadi lebih peka

terhadap rangsangan/stimuli imunologi maupun non imunologi. Karena adanya

karakteristik itulah serangan dapat diterima baik dikibatkan dari fisik, alergen atau

bahkan karena adanya infeksi dan lain sebagainya.Faktor-faktor yang dapat

memicu terjadinya serangan antara lain :

Alergen Utama ; debu di lingkungan sekitar yang tersebar, tepung sari

dari rerumputan, dan spora jamur


Iritan ; seperti bau-bau yang menyengat, polutan dan asap
Infeksi saluran napas yang utamanya disebabkan karena adanya virus
Perubahan cuaca yang ekstrim
Aktivitas yang berlebihan dilakukan
Obat-obatan
Emosi yang tidak dapat terkontrol dengan baik
Lain-lain : seperti Refluks gastro esophagus

Sedangkan menurut Sundaru (2005) beberapa faktor yang mengakibatkan asma

antara lain :

1. Faktor Instrinsik

Yaitu merupakan faktro yang diakibatkan dari dalam tubuh seseoraang

sendiri

a. Genetik

Diketahui bahwa pembawaan/ gen akan berkolaborasi dengan alergi

yang merupakaan salah satu faktor pencetus terjadinya asma.


b. Infeksi saluran pernapasan
Infeksi saluranpernapasan adalah merupakan salah satu pencetus yang

dapat memicu terjadinya serangan asma. Virus Influenza sangat sering

dditemukan pada saat terjadi serangan tersebut, Jika serangan

dikarenakan bukan terjadi akibat adanya virus maka untuk

mengembalikan ke kondisi stabil akan membutuhkan waktu yang yang

lebih lama (Heru Sundaru,2005:46)


c. Stress
Kondisi stress dapat menjadi pencetus asma juga, selain itu dengan

adanya stress maka kondisi jiwa yang dalam tekanan akan berefek pada

keparahan dari kondisi saat terjadinya serangan. Serangan-serangan

tersebut dapat membuat aktivitas dalam sehari-hari menjadi terganggu.

2. Faktor ekstrinsik

Yaitu faktor yang disebabkan dari lar tubuh seseorang. Beberapa

diantaranya:

a. Alergen

Alergen adalah zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi karena masuk

kedalam tubuh melalui makanan/minuman yang dikonsumsi, airbone,

suntikan/tempelan. Alergen seperti tungau debu rumah ( Dermatophagoides

Pteronyssynus atau D.Farinela) yang berkembang baik di tempat-tempat

seperti kasur, yang hidup dengan memakan kulit manusia yang terlepas saat

tidur. Sedangkan contoh alergen yang berasal dari makanan seperti

susu,telur,kacang-kacangan,coklat dan ikan laut. Sedangkan alergen yang

diakibatkan obat seperti semacam salep dan kosmetik juga bisamenjadi

pemicu pencetus asma dan alergi bisa juga berasal dari hewan seperti

anjing,kelinci,kucing,dan kuda. ( sundaru,2005 :44)


b. Obat-obatan

Obat-obat yang sering memicu terjadinya gejala asma adalah golongan

reseptor beta (beta bloker). Terkadang bagi sebagian orang dengan tingkat

keparahan asma yang berat maka akan lebih sensitive, pemakaian dalam

dosis terkecil akan membuat gejalaasma menjadi muncul. Obat-obatan jenis

aspirin dan anti rematik juga dapat mencetuskan serrangan bagi sekitar 2-

10% penderita asma. Serangan asma yang berat dapat disertai dengan

manifestasi gejala alergi seperti mata dan bibir menjadi bengkak,gatal-gatal

pada kulit.

c. Polusi udara

Polusi udara membuat terjadinya spasme lebi h parah pada saluran

pernapasan. Polusi udara bisa dimana saja baik didalam rumah maaupun

diluar rumah. Asap rokok,semprotan obat nyamuk, semprotan rambut juga

dapat memicu terjadinya serangan. Asap mengandung hasil pembakaran

berupa sulfur dioksida dan oksida foto chemichal juga dapat mencetuskan

serangan selain itu serangan dapat terjadi akibat menghirup asap rokok

dalam jangka waktu panjang meengakibatkan penyempitan saluran napas

menjadi lebih parah.

d. Cuaca

Cuaca yang lembab mengandung hawa dingin yang dapat mempengaruhi

terjadinya serangan asma . atmosfer yang berubah secara mendadak berupa

udara dingin akan membuat penyempitan pada saluran napas secara tiba-

tiba.
2.1.2 Klasifikasi

Pengklasifikasian asma terbagi menjadi alergi ,ideopatik (non alegi) dan

campuran.

a. Asma Alergik/Ekstrinsik

Asma alergik merupakan salah salah satu klasifikasi dari asma. Penyebabnya

dapat datang dari lingkungan eksternal tubuh individu. Bisa juga disebabkan

karena alergen seperti : bulu binatang, terkena debu, tepung sari, makanan dan

lain-lain. Iritan yang dpat dengan mudah untuk masuk kedalam system

pernapasan adalah yang dihantarkan melalui udara sehingga akibatnya dalam

hitungan menit dan bahkan detik ada beberapa orang yang dapat muncul

kekambuhan dengan sangat cepat. Beberapa alergen memang dapat muncul

setiap saat namun juga ada alergen yang hanya muncul di musim-musim

tertentu saja (seasonal). Dalam pengklasifikasian ini umumnya individu sudah

memiliki riwayat penyakit alergi di keluarganya dan riwayat pengobatan eczema

atau rhinitis alergik. Serangan dapat begitu saja timbul jika adanya kontak

dengan alergen. Gejala dari asma ini umumnya akan terjadi pada usia anak-

anak.

b. Ideopatik (non allergenic/instrinsik)

Jenis asma ini tidak ada sangkut pautnya dengan terjadinya kontak secara

langsung oleh alergen dari liingkungan eksternal. Jenis ini dapat begitu terjadi

bisa karena ada faktor common cold, ISPA, aktivitas yang tidak terkontrol

( mengakibatkan lelah yang berlebihan) dan atau dikarenakan kondisi emosi

yang berlebihan/ tidak stabil. Serangan terjadi pada jenis ini dapat menjadi berat
dan bisa menimbulkan emfisema ataupun dapat berkembang menjadi bronchitis

dan selain itu kondisi yang lebih buruk lagi jika berkembang menjadi asma

campuran dan dapat muncul atau dimulai pada usia-usia dewasa (.35 tahun)

c. Asma Campuran (mixed asthma)

Asma Campuran adalah bentuk yang sering ditemukan dari kedua jenis asma

diatas. Kejadian ini dapat begitu saja terjadi jika dilihat dari progress kondisi yang

tidak diperkirakan dari awal mula terjadinya gejala sehingga mempengaruhi

kondisi menjadi semakin bervariasi kegawatannya dan menifestasi yang dapat

ditimbulkan dari adanya kondisi semacam ini.

Klasifikasi derajat asma pada anak dengan pembagian oleh PNAA

(pedoman Nasional Asma Anak) dibagi menjadi 3 derajat penyakit yaitu :

1. Asma Episodik jarang


2. Asma Episodik Sering
3. Asma Persisten
2.1.3 Tanda dan Gejala

Asma sangat khas karena dapat dicirikan dengan adanya manifestasi

klinis seperti wheezing episodic, kesulitan bernapas, dipsnea pada dada, dan

disertai dengan batuk.Episode tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan

napas yang lebar,luas,bervariasi dan reversible dengan atau tanpaa pengobatan.

Apabila saat bernapas disertai dengan otot bantu pernapasan tambahan

biasanya akan terjadi asma yang sangat berat. Wheezing selama pernapasan

normal atau suatu ekspirasinya yang diperpanjang saat berhubungan dengan

obstruksi saluran pernapasan. Tanda tandda asma yang mengancam jiwa

seperti tiba-tiba mengantuk,terjadi kegelisahan yang berat ddan terjadinya


penurunan kesadaran ( Lawrence,2005 ;28). Beberapa gambaran yang dapat

diobservasi (sesuai dengan pengamatan):

a. Gambaran obejektif

Terdapat beberapa keadaan seperti :

- Sesak napas parah dengan ekspirassi memanjang disertai dengan suara

wheezing
- Dapat disertai oleh batuk dengan sputum kental dan sulit jika dikeluarkan
- Bernapas dengan bantuan otot-otot bantu pernapasan taambahan
- Sianosis (pucat), takikardi (nadi cepat),perasaan atau raut wajah

gelisah,dan pulsus paradoksus


b. Gambaran subjektif

Terdapat beberapa keadaan seperti berikut ini :

- Pasien mengeluhkan sukar bernapas


- Pasien mengeluhkan sesak napas pada area dada
- Pasien mengeluhkan perasaan anoreksia

Table 1. Reaksi Fisiologis penyakit Asma

1 Pupil Adanya dilatasi Untuk mengontrol kewaspadaan

(pelebaran) visual terhadap adanya ancaman

pada tubuh
2 Kulit Peningkatan Untuk mengontrol peningkatan suhu

keringat tubuh,berhubungan dengan

peningkatan metabolisme

Kulit dingin Kontriksi kapiler darah sebagai efek

dari pelepasan nonepineprin


3 Jantung Denyut nadi Untuk membawa nutrisi, oksigen

meningkat dan hasil sisa metabolisme tubuh

Curah jantung secara efektif


meningkat Sebagai efek dari peningkatan

denyut nadi dan retensi air


4 Pembuluh Tekanan darah Kontriksi pembuluh darah reservoir

darah meningkat seperti kulit,ginjal dan organ organ

lainnya
5 Ginjal Sekresi urin Sebagai efek dari nonepineprin dan

meningkat adanya peningkatan volume

pembuluh darah
6 Paru Pernapasan Berhubungan dengan

meningkat pengembangan dan dilatasi pada

bronchial yang dapat menimbulkan

hiperventilasi paru
7 Pencernaan Mulut Hiperventilasi, sekresi urin

kering,peristaltik meningkat, dehidrasi

menurun&meningk Efek dari saraf simpatis atau

at parasimpatis dapat menyebabkan

konstipasi atau diare


8 Metabolisme Gula darah Produksi glukokortikoid dan

meningkat glukoneogenesis
9 Musculoskelet Ketegangan otot Berhubungan dengan upaya

al meningkat pertahanan dan persiapan bagi

mempertahankan diri
(Rasmun,2004)

2.1.4 Derajat asma

Menurut frekuensi serangan pada penyakit asma. Maka dibedakan

menjadi 3 derajat antara lain :

Asma persisten ringan Asma persisten sedang Asma persisten berat


Frekuensi Frekuensi Frekuensi
serangan 1-4 serangan 5-8 serangan >9

x/bulan x/bulan x/bulan


Serangan Gejala tiap hari Gejala terus
Serangan
mengaganggu menerus
mengaganggu Serangan
aktivitas tidur
Serangan asma aktivitas tidur mengaganggu
Serangan asma
malam lebih dari aktivitas tidur
malam lebih dari Gejala terjadi
2 x/bulan
1 x/minggu selalu malam hari
Aktivitas fisik

terbatas kerena

gejala asma
Tabel 2. (Ilmu Penyakit Dalam, 2006)

Parameter klinis, Asma Asma episodic Asma persisten

kebutuhan obat dan episodic sering

faal paru asma jarang


Frekuensi Serangan <1 x/bulan >1 x/bulan sering
lama Serangan <1 minggu >1 minggu Hampir sepanjang

tahun,tidak ada periode

bebas serangan
Intensitas Serangan Biasanya Biasanya Biasanya berat

ringan sedang
Diantara Serangan Tanpa Sering ada Gejala siang dan

gejala gejala malam


Tidur dan aktivitas Tidak seringterganggu Sangat terganggu

terganggu
pemeriksaan fisik di Normal Mungkin Tidak pernah normal

luar Serangan (tidak terganggu

ditemukan ( ditemukan
kelainan kelainan)
Obat pengendal (anti Tidak perlu perlu perlu

inflamasi)
Uji faal paru (diluar PEF atau PEF atau FEV1 sering

serangan ) FEV1 < 60-80%

>80%
Variabilitas faal paru Variabilitas Variabilitas Variabilitas 20-30%

(bila ada serangan) >15% >30% Variabilitas >50%


Tabel 3 Rahajoe N, dkk. Pedoman Nasional Asma Anak,UKK Pulmonologi, PP

IDAI,2004 PEF = Peak Expiratory Flow (Aliran ekspirasi/saat membuang napas

puncak), FEV1 = Forced Expiratory Volume in Second (Volume Ekspirasi Paksa

dalam 1 detik )

Tabel 4. Klasifikasi derajat manifestasi asma pada anak (GINA,2006)

Parameter Ringan Sedang Berat Ancaman

klinis, henti napas

fungsi faal

paru,lab
Sesak Berjalan Berbicara Istirahat

(breathless Bayi : Bayi : Bayi tidak mau

) menangis -Tangis makan/minum

keras pendek&lemah

-Kesulitan

menetek/makan
Posisi Bisa Lebih suka Duduk

berbaring duduk bertopang

lengan
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
Kesadaran Mungkin Biasanya Biasanya Kebingungan
irritable irritable irritable
Sianosis Tidak ada Tiddak ada Ada Nyata
Wheezing Sedang,serin Nyaring,sepanja Sangat Sulit/tidak

g hanya ng ekspirasi nyaring,terdeng terdengar

paada akhir inspirasi ar tanpa

stetoskop
Penggunaa Biiasanya Biasanya ya Ya Gerakan

n otot tidak paradoktorak

bantu o- abdominal

respiratorik
Retraksi Dangkal, Sedang Dalam,ditamba Dangkal/

retraksi ditambah h napas cuping hilang

interkostal retraksi hidung

suprasentral
Frekuensi Takipnue takipnue takipnue Bradipnue

napas
Pedoman nilai baku frekuensi napas pada anak sadar :
Usia Frekuensi napas normal per menit

<2 bulan <60

2-12 bulan <50

1-5 tahun <40

6-8 tahun <30


Frekuensi normal takikardi takikardi Bradikardi

nadi
Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak
Usia Frekuensi nadi normal per menit

2-12 bulan <160

1-2 tahun <120

6-8 tahun <110


Pulsus paradoksus Tidak ada ( 10 mmHg) , ada ( 10-20 mmHg) , ada (>20

mmHg)
tidak ada tanda kelelahan otot respiratorik
PERF/Fev 1

Pra bronkodilator >60% 40-60% <40%

Pasca bronkodilator >80% 60-80% <60%,respon <2

jam
SaO2 % >95% 91-95% 90%
PaO2 Normal (biasanya tidak perlu

diperiksa),>60mmHg,<60mmHg
PaCO2 <45mmHg <45mmHg >45mmHg

2.1.5 Patofisiologi

Pencetus Serangan (alergen, emosi,stress, obat dan infeksi)

Reaksi Antigen antibody

Pengeluaran mediator mediator


(bradikinin, histamin, dan
anafilaktosin)

Kontraksi otot Peningkatan permeabilitas kapiler Peningkatan


polos produksi mukus

Obstruksi
Bronkhospasme saluran nafas Kelebihan
mukus

ASMA

2.1.6 Faktor Resiko

Secara umum faktor resiko dibedakan menjadi 2 kelompok yang pertama faktor

genetic dan yang kedua adalah faktor lingkungan.


1. Faktor genetic
a. Hipereaktivitas
b. Atopi/alergi bronkus
c. Faktor yang memodifikasi penyakit genetic
d. Jenis kelamin
e. Ras/ etnic

2. Faktor Lingkungan
a. Alergen di dalam ruangan ( tungau,debu rumah,kucing,alternaria/jamur

dll)
b. Alergen diluar ruangan (alternaria,tepung sari)
c. Makanan ( bahan penyedap,pengawet,pewarna

maakanan,kacang,makanan laut,susu sapi,telur)


d. Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, bloker dll)
e. Bahan- bahan mengiritasi ( misalnya parfum,household spray dan lain-

lain)
f. Ekspresi emosi berlebihan
g. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
h. Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
i. Exercise induced asthma, jadi asma ini bisa kambuh ketika melakukan

aktivitas tertentu)
j. Terjadi perubahan cuaca yang ekstrim

2.1.7 Penatalaksanaan

Tujuan tatalaksana asma secara umum adalah untuk menjamin tercapainya

secara optimal. Secara lebih rinci tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai

berikut.

a) Pasien dapat menjalani aktivitas normalnya, termasuk bermain dan

berolahraga
b) Sesedikit mungkin angka absensi sekolah
c) Gejala tidak timbul siang ataupun malamhari.
d) Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada variasi diurnal yang

mencolok.
e) Kebutuhan obat seminimal mungkindan tidak ada serangan
f) Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin

timbul.
Tabel 2. Jenis Alat Inhalasi yang disesuaikan dengan usia

Umur Alat Inhalasi


< 2 tahun Nebulizer
MDI ( Maternal Dose Inhaler) dengan spacer

Aerochamber, Babyhaler

Nebulizer

MDI dengan spacer


5-8 tahun
DPI (Dry Power Inhaler) : Diskhaler,

Turbuhale

Nebulizer

MDI dengan spacer

DPI

MDI tanpa spacer


>8 tahun

Ada 5 komponen yang dapat diterapka dalam penatalaksanaan dengan asma

yaitu antara lain :

1. KIE atau hubungan antara dokter dan pasien


2. Identifikasi dan menurunkan pajanan terhadap faktor risiko
3. Penilaian, pengobatan dan monitor asma
4. Penatalaksanaan asma eksaserbasi akut dan
5. Keadaan khusus seperti ibu hamil,hipertensi, diabetes mellitus,dll

(Deparrtemen Kesehatan RI,2009)


DAFTAR PUSTAKA

- Corwin,Elizabeth. 2000. Buku Patofisiologi. Jakarta :EGC


- Depdiknas, (2002 hal 27) Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3.

Jakarta : Balai Pustaka


- Harrison.2000.Prinsip - Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 1. Jakarta :

EGC
- Hawari,Dadang.2000.Terapi dan detoksifikasi mutakhir Naza. Jakarta:UI

Press
- Perry ,A.G.2000. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta : EGC
- Somantri,Irman.Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan

Sistem Pernapasan. Salemba

Anda mungkin juga menyukai