Anda di halaman 1dari 16

BAB I

Pendahuluan
1.1. Maksud
Menentukan struktur melalui peta kontur.
Membuat deliniasi pola pengaliran pada peta kontur
Menentukan persen lereng dari kontur yang ada pada peta kontur.

1.2. Tujuan
Dapat menentukan struktur melalui peta kontur.
Mampu mengetahui pola pengaliran yang ada pada daerah struktural tersebut.
Dapat menentukan klasifikasi suatu daerah berdasarkan klasifikasi van
Zuidam dimana berdasarkan kelerengan suatu daerah.

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari/tanggal : Rabu, 08 Maret 2017
Waktu : 15.30 17.30 WIB
Tempat pelaksanaan : Ruang GS 302 Gedung Pertamina Sukowati

BAB II
Geologi Regional
2.1. Fisiografi Regional
Daerah Karangsambung, Kabupaten Kebumen , Jawa Tengah( Gambar 1)
merupakan salah satu tempat tersingkapnya batuan campuran , yaitu komplek
Melange Lok ulo yang berumur Kapur Akhir sampai Paleosen ( Asikin , 1974 ,
Wakita dkk., 1994 dalam Harsolumakso dan Noeradi, 1996). Satuan ini merupakan
hasil dari proses subduksi antara lempeng Indo Australia dengan lempeng benua
Asia Tenggara (Asikin, 1974 dalam Harsolumakso dan Noeradi , 1996). Kemudian di
atasnya diendapkan satuan yang lebih muda terdiri batulempung dengan fragmen
asing yang bercampur d idalamnya yang dianggap sebagai olissostrom (Asikin 1974;
Asikin dkk., 1992 dalam Harsolumakso dan Noeradi , 1996). Kemudian diatasnya
diendapkan breksi dari Formasi Waturanda dan Perselingan Batupasir Batulempung
dari Formasi Panasogan ( Asikin 1974 dalam Hadiyansyah , 2005).

Secara fisiografi daerah Jawa Tengah dibagi menjadi enam satuan yaitu ( van
Bemmelen , 1949 dalam Hadiyansyah, 2005) :

Gambar 2. Fisiografi Jawa Tengah ( van Bemmelen , 1949 dalam hadiyansyah , 2005).

Dataran Aluvial Jawa utara


Satuan Gunungapi Kuarter
Antiklinorium Bogor-Serayu Utara Kendeng
Depresi Jawa Tengah
Pegunungan Serayu selatan dan,
Pegunungan Selatan Jawa.
2.2. Stratigrafi Regional
Stratigrafi daerah Karangsambung dari tua ke muda yaitu : Komleks Melange
Lok Ulo, Formasi Karangsambung , Formasi Totogan, Formasi Waturanda , Formasi
Penosogan , Formasi Halang dan aluvial ( Gambar 3)

Gambar 3. Stratigrafi daerah Karangsambung (modifikasi Harsolumakso dkk., 1996


dari Asikin dkk., 1992 dalam Hadiyansyah, 2005).
Kompleks Melange terdiri atas blok blok berbagai ukuran dari batuan
sedimen pelagis, batuan beku basaltis dan batuan metamorf yang tercampur secara
tektonik dalam matriks batuan pelitik (Asikin, 1974 dalam Prasetyadi, 2007).
Sedangkan formasi Karangsambung dan Formasi Totogan umumnya terdiri dari
percampuran sedimenter fragmen fragmen dan blok blok (olisolit) seperti
batupasir, batulanau , kongomerat, dan batugamping Nummulites dalam masadar
lempung dan diinterpretasikan sebagai endapan olistostrom (asikin, 1974 dalam
Prasetyadi, 2007 ).Menumpang selaras di atas formasi totogan adalah formasi
waturanda yang terdiri dari batupasir dan breksi volkanik. Formasi Waturanda
ditumpangi secara selaras oleh formasi Penosogan yang terdiri dari perselingan napal
dan batupasir gampingan (asikin dkkk., 1992 dalam Prasetyadi ,2007).

2.3. Struktur Regional


Struktur utama yang ada di karangsambung dapat dibagi menjadi 3 struktur
utama , yaitu :

a. Arah timurlaut Baratdaya yang ditunjukkan oleh arah umum sumbu


panjang boudin, berkembang di kelompok batuan Pra Tersier
(Harsolumkso dkk., 1995 dalam Prasetyadi, 2007 ).

b. Arah Timur Barat yang ditunjukkan oleh arah umum struktur lipatan
yang berkembang di batuan Tersier,

c. Arah Utara Selatan berupa sesar yang memotong batuan Pra Tersier
dan Tersier (Asikin dkk.,1992 dalam Prasetyadi, 2007)

Struktur utama ini dapat dilihat pada peta geologi daerah Karangsambung
(Gambar 4.)

Gambar 4. Peta Geologi Karangsambung (modifikasi dari Asikin dkk., 1992 dan
Condon dkk., 1996 dalam Prasetyadi, 2007).

BAB III
Metodologi
3.1. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan

Penggaris
Pensil warna
Pensil
Gunting
Peta topografi
Kertas kalkir
Selotip

3.2. Diagram Alir

3.2.1 Pembuatan deliniasi satuan geomorfologi

Mulai

Melekatkan kertas kalkir pada peta dengan menyelotip ujung


sisi peta .Lalu beri garis tepi sesuai dengan peta untuk
mempermudah pengerjaan

Melakukan deliniasi garis kontur menggunakan pensil warna


(warna ungu tua untuk satuan kontur rapat, warna ungu muda
untuk satuan kontur renggang)

Selesai

3.2.2 Pembuatan deliniasi pola pengaliran dan jalan

Mulai
Melekatkan kertas kalkir pada peta dengan menyelotip ujung
sisi peta .Lalu beri garis tepi sesuai dengan peta untuk
mempermudah pengerjaan

Melakukan deliniasi kenampakan alam yang ada pada daerah


di sekitar sungai (warna merah untuk jalan, warna biru untuk
sungai, warna biru muda untuk anak sungai).

Selesai

3.2.3 Pembuatan sayatan peta topografi

Mulai

Melakukan penyayatan pada peta topografi dengan panjang


sayatan 30cm dengan ketentuan awal dan akhir sayatan
diketahui elevasinya dan melewati sungai tua .

Menyiapkan kertas HVS lalu melipat HVS tersebut sesuai


dengan garis diagonalnya

Menempelkan kertas HVS pada sayatan di peta topografi


lalu menandai kontur yang ada pada peta di kertas HVS
Melakukan plot hasil penandaan kontur pada peta ke
kertas mmblock

Selesai

Penjelasan :
IK : interval kontur

D : panjang suatu daerah berdasarkan n kontur


yang disayat
BAB IV
N : jumlah kontur yang disayat
PERHITUNGAN MORFOMETRI
h : interval kontur berdasarkan n kontur yang
disayat

%lereng : persentase kemiringan dari suatu


daerah
Rumus :

1
IK : 2000 x skala

D : n x skala

h : IK x n

h
%lereng : d x 100%

4.1. Kontur rapat :


Skala yang digunakan 1:25000
1
Menentukan nilai IK : 2000 x 25000 = 12,5

IK = 12,5

Menentukan h
12,5 x 5 = 62,5

Menenetukan nilai d :
d1 = panjang sayatan x skala = 0,4 x 250 = 100 m

d2 = panjang sayatan x skala = 0,6 x 250 = 150 m

d3 = panjang sayatan x skala = 0,5 x 250 = 125 m

d4 = panjang sayatan x skala = 0,6 x 250 = 150 m

d5 = panjang sayatan x skala = 0,6 x 250 = 150 m

Menentukan persen lereng :


h 62,5
%Garis 1 = d x 100% = 100 x 100% = 62.5%
h 62,5
%Garis 2 = d x 100% = 150 x 100% = 41,7%

h 62,5
%Garis 3 = d x 100% = 125 x 100% = 50%

h 62,5
%Garis 4 = d x 100% = 150 x 100% = 41,7%

h 62,5
%Garis 5 = d x 100% = 150 x 100% = 41,7%

62,5+ 50+62,5+41,7+ 41,7


Rata-rata kelerengan = 5 = 47,52 %

Dikarenakan nilai rata-rata kelerengan sebesar 47,52 % maka daerah ini tergolong
Berbukit terjal (Van Zuidam, 1983)
Beda ketinggian = Top Hill Low Hill = 337,5 m - 150 m = 187,5 m
Dikarenakan nilai dari beda ketinggian sebesar 337,5 m maka daerah ini tergolong
Berbukit terjal (Van Zuidam, 1983)

Garis IK (m) h (m) Panjang d (m) Persen lereng


Kontur kontur (cm)
1 12,5 62,5 0,4 100 62,5 %
2 12,5 62,5 0,6 150 41,7 %
3 12,5 62,5 0,5 125 50 %
4 12,5 62,5 0,6 150 41,7 %
5 12,5 62,5 0,6 150 41,7 %
Rata-rata 12,5 62,5 0,54 135 47,52 % (Berbukit
terjal (Van
Zuidam, 1983))
Beda Tinggi 187,5 m (Berbukit terjal (Van Zuidam, 1983))
Tabel 4.1 Hasil perhitungan morfometri di kontur rapat
4.2. Kontur renggang
1
Menentukan nilai IK : 2000 x 25000 = 12,5

IK = 12,5

Menentukan h
12,5 x 5 = 62,5

Nilai d :
d1 = panjang sayatan x skala = 2,7 x 250 = 675 m

d2 = panjang sayatan x skala = 3,5 x 250 = 875 m

d3 = panjang sayatan x skala = 1,7 x 250 = 425 m

d4 = panjang sayatan x skala = 2,1 x 250 = 525 m

d5 = panjang sayatan x skala = 3,1 x 250 = 775 m

Persen lereng :
h 62,5
%Garis 1 = d x 100% = 675 x 100% = 9,25%

h 62,5
%Garis 2 = d x 100% = 875 x 100% = 7,14%

h 62,5
%Garis 3 = d x 100% = 425 x 100% = 14,70%

h 62,5
%Garis 4 = d x 100% = 525 x 100% = 11,90%

h 62,5
%Garis 5 = d x 100% = 775 x 100% = 8,06%
9,25+7,14+14,70+11,90 +8,06
Rata-rata kelerengan : 5 = 10,21 %Dikarenakan

nilai rata-rata kelerengan sebesar 12,22% maka daerah ini tergolong Bergelombang
miring (Van Zuidam, 1983)
Beda ketinggian = Top Hill Low Hill =112,5 m 50 m = 62,5 m
Dikarenakan nilai beda ketinggian sebesar 62,5 m maka daerah ini tergolong
Bergelombang lemah - kuat (Van Zuidam, 1983)

Garis IK (m) h (m) Panjang d (m) Persen lereng


Kontur kontur (cm)
1 12,5 62,5 2,7 675 9,25%
2 12,5 62,5 3,5 875 7,14 %
3 12,5 62,5 1,7 425 14,70%
4 12,5 62,5 2,1 525 11,90 %
5 12,5 62,5 3,1 775 8,06%
Rata-rata 12,5 62,5 2,62 655 10.21 %
Bergelombang
miring(Van Zuidam,
1983)
Beda Tinggi 62,5 (Perbukitan bergelombang (Van Zuidam, 1983)
Tabel 4.2 Hasil perhitungan morfometri di kontur renggang
BAB V

PEMBAHASAN

Pada hari Rabu, 8 Maret 2017 telah dilaksanakan Praktikum Geomorfologi dan
Geologi Foto acara Bentuklahan Tektonik dan Denudasional yang berlangsung di ruangan GS
302 Gedung Pertamina Sukowati. Pada praktikum ini para praktikan diajarkan mengenai
Bentuklahan Struktural dan apa saja pencirinya pada peta topografi. Kemudian para praktikan
juga belajar membuat delineasi kontur renggang atau rapat serta sungai dan jalan penduduk.
Selain itu para praktikan juga diajarkan menghitung morfometri dari setiap kontur, baik
renggang maupun rapat dan juga mengklasifikasikannya ke dalam Klasifikasi Morfometri
van Zuidam. Setelah belajar mengenai morfometri, para praktikan juga diminta untuk
membuat profil sayatan normal maupun eksagerasi dari peta tersebut. Peta yang digunakan
pada praktikum ini adalah Peta Topografi daerah Karangsambung, Kabupaten Kebumen.
5.1 Delineasi rapat renggang

Pada Peta Topografi Regional Karangsambung, dijumpai berbagai tipe kontur,


baik kontur rapat maupun renggang. Kontur rapat merupakan kontur dimana terdapat
perbedaan ketinggian yang cukup tegas pada peta. Pada kenampakan sebenarnya di
lapangan, kontur ini menggambarkan adanya lereng yang curam pada suatu bukit.
Sedangkan kontur yang renggang menggambarkan kenampakan sebaliknya, dimana pada
peta kontur ini menggambarkan perbedaan yang tidak begitu tegas, dan kenampakan
kontur ini di lapangan cenderung landai. Kontur yang curam pada peta ditandai dengan
warna ungu tua sedangkan landai ditandai dengan warna degradasinya (ungu muda atau
sejenisnya)

Keberadaan kontur-kontur tersebut, baik kontur renggang ataupun rapat,


mengindikasikan morfologi struktural pada daerah tersebut. Pada kontur rapat yang
menggambarkan perbedaan ketinggian, mengindikasikan adanya morfologi-morfologi
seperti adanya perbukitan lipatan atau sejenisnya. Sedangkan pada kontur rendah,
biasanya mengindikasikan adanya sinklin pada kontur tersebut

Pada kontur yang rendah, diinterpretasikan memiliki ketinggian yang rendah, dan
melingkupi daerah-daerah yang memiliki ketinggian lebih besar dan rapat. Biasanya
banyak dijumpai anak-anak sungai pada wilayah tersebut.

5.2 Pola Pengaliran Sungai

Pada Peta Topografi lembar Karangsambung ini ditemukan suatu sungai yang
paling menonjol, disebut Sungai Luk Ulo, Sungai Lukulo sebenarnya bermuara di
Pegunungan Dieng, di wilayah Banjarnegara, melewati wilayah Kebumen mulai dari
Karangsambung, lalu berlanjut ke selatan hingga akhirnya bermuara di Samudera Hindia.
Sungai Lukulo ini memiliki berbagai anakan sungai yang tersebar di daerah aliran
sungainya, termasuk di wilayah Karangsambung.

Dari delineasi sungai dan jalan raya pada peta tersebut, ditemukan bahwa sungai-
sungai di wilayah Karangsambung memiliki berbagai karakter, diantanya anakan sungai
yang dijumpai membentuk pola yang cenderung tegak lurus dengan sungai-sungai
induknya. Kenampakan seperti ini menandakan bahwa perlapisan batuan yang
melingkupi aliran sungai tersebut biasanya memiliki jurus perlapisan atau dip yang
sejajar atau searah dengan aliran sungai, atau juga Struktur geologi pada daerah tersebut.
Kenampakan pada pola pengaliran ini merupakan salah satu contoh dari kenampakan
pada Pola Teralis atau trellis. Dimana pola ini begitu banyak dijumpai pada wilayah-
wilayah yang banyak dijumpai struktur-struktur geologi seperti Struktur sesar atau
struktur lipatan. Sedangkan pada wilayah Karangsambung, diinterpretasikan bahwa jenis
dari pola pengaliran Trellisnya banyak dipengaruhi oleh struktur lipatan menunjam dan
sesar.

5.3 Perhitungan morfometri

5.4 Sayatan

5.5 Indikasi adanya Struktur

Adanya bentangan wilayah perbukitan yang tidak wajar pada daerah tersebut
mengindikasikan adanya perlipatan menunjam.
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Pada peta topografi daerah Karangsambung, hasil perhitungan morfometri pada
satuan kontur rapat 47,52 % sehingga termasuk dalam kelas berbukit terjal (Van
Zuidam, 1983) dan pada kontur rapat ini memiliki beda ketinggian sebesar 187,5
meter sehingga daerah ini termasuk dalam kelas berbukit terjal (Van Zuidam, 1983).
Pada kontur rapat ini banyak ditemukan morfologi structural.. Diduga tenaga
endogen pada kontur rapat lebih dominan dibandingkan pada kontur renggang.
Pada peta topografi Karangsambung, hasil perhitungan morfometri pada satuan
kontur rapat 10,21% sehingga termasuk dalam kelas bergelombang mirig (Van
Zuidam, 1983) dan pada kontur rapat ini memiliki beda ketinggian sebesar 62,5
meter sehingga daerah ini termasuk dalam kelas berbukit bergelombang miring (Van
Zuidam, 1983). Pada kontur renggang ini jarang ditemukan morfologi structural.
Satuan fluvial pada kontur rapat di peta ini termasuk dalam stadia muda dikarenakan
memiliki pola pengaliran yang dendritik. Lalu pada kontur renggang, satuan fluvial
termasuk dalam stadia dewasa dikarenakan memiliki pola pengaliran yang
rectangular dan trellis. Morfologi yang dapat ditemui di daerah fluvial yaitu
meandering, channel bar, dan point bar.

6.2. Saran
Wilayah ini disarakan digunakan sebagai geowisata karena kemungkinan terdapat
banyak air terjun serta digunakan sebagai laboratorium alam geologi karena keterdapatan
banyak struktur diwilayah ini .Pada sungai besarnya dapat digunakan sebagai irigasi serta
sebagai PLTA.

Objek studi geologi

Anda mungkin juga menyukai