Anda di halaman 1dari 36

IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

VISKOSITAS
Viskositas(kekentalan)dapat dianggap sebagai gesekan di bagian dalam suatu
fluida. Karena viskositas ini, maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida di
atas lapisan lainnya, atau supaya satu permukaan dapat meluncur di atas
permukaaan lainnya bila di antara permukaan-permukaan ini terdapat lapisan fluida,
haruslah dikerjakan gaya. Baik zat cccair maupun gas mempunyai viskositas; hanya
saja zat cair lebih kental (viscous) dari pada gas. Dalam merumuskan persamaan-
persamaan dasar mengenai aliran yang kental akan jelas nanti, bahwa masalahnya
mirip dengan masalah tegangan dan regangan luncur di dalam zat padat.
Gambar 1.1 ialah salah satu macam alat mengukur viskositas zat cair. Sebuah
silinder diberi poros di atas bantalan yang hampir tidak mempunyai gesekan sehingga
dapat berputar secara konsentrik di dalam bejana berbentuk silinder. Zat cair yang
viskositasnya akan diukur, dituangkan ke dalam ruang diantara silinder-silinder itu.
Suatu kopel (gaya putar) dapat diberikan kepada silinder sebelah dalam oleh sistem
kerekan- beban. Apabila beban dilepaskan, silinder sebelah dalam ini akan beroleh
percepatan sejenak, tetapi dengan cepat pula mencapai suatu kecepatan sudut
konstan dan akan terus menerus berputar dengan kecepatan konstan ini selama kopel
tadi masih bekerja. Jelas kiranya bahwa kecepatan ini akan lebih kecil bila cairan yang
hendak diukur kekentalannya itu gliseri misalnya, dan bukan air atau minyak tanah
(kerosenel). Bila besar kopel, dimensi alat itu, dan kecepatan sudutnya diketahui,
maka viskositas zay cair yang hendak diukur dapat dihitung.

Gambar 1.1 diagram bagan salah satu jenis viskosimeter


Untuk kembali kapada soal-soal pokok, umpamkanlah kedua silinder itu hampir
sam ukurannya, sehingga cairan diantaranya akan merupakan lapisan yang tipis saja.
Dengan demikian, sebusur pendek lapisan ini dapt dianggap sebagai salah satu garis
lurus. Gambar 1.2 memperlihatkan sebagian lapisan zat cair di antara dinding dalm
yang bergerak denagn dinding luar yang diam. Cairan yang bersentuhan dengan
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

dinding yang bergerak ternyata sama kecepatannya dengan kecepatan dinding itu;
cairan disebelah dinding yang diam, diam pula. Kecepatan lapisan-lapisan zat cair di
antara kedua dinding bertambah secara seragam dari dinding yang satu ke dinding
yang satu lagi, seperti ditunjukkkan oleh anak-anak panah.
Aliran seperti ini disebut aliran laminer. (Lamina berarti lembaran tipis). Lapisan
demi lapisan zat cair itu saling luncur-meluncur, seperti halnya lembaran-lembaran
buku yang terletak rebah di atas meja lalu dikerjakn gaya horizontal pada kulit
atasnya. Akibat gerak demikian, bagian cairan yang pada suatu katika berbentuk
abcd, beberapa saat kemudian berubah menjadi abcd, dan distorsinya makin lama
makin bertambah kalau gerak itu berlangsung terus. Denagn perkataan lain, cairan itu
berada dalam keadaan di mana regangan luncur bertambah terus-menerus.

Gambar 1.2 aliran laminer cairan kental


Supaya grak selalu ada, perlu terus-menerus dikerjakan gaya arah ke kanan
pada pelat sebelah atas yang bergerak , dan karena itu secara tidak langsung berarti
pula mengerjakn gaya pada permukaan cairan sebelah atas. Gaya ini juga
berkecendrungan menyeret cairan dan sekalian pelat sebelah bawah ke kanan. Karena
itu harus dilakukan gaya yang sama besar ke kiri pada pelat sebelah bawah supaya
pelat ini tidak bergerak. Dalam gambar 1.2, kedua gaya ini dilambangkan dengan
huruf F. Kalau A ialah cairan terhadap mana gaya-gaya F ini bekerja, maka
perbandingan F/A tidak lain ialah tegangan luncur yang bekerja terhadap zat cair itu.
Apabila suatu zat padat mengalami tegangan luncur, pada benda padat itu
terjadi suatu penggeseran yang ditimbulkannya terhadap dimensi melintang L, dan
dalam batas elastik, tegangan luncur ini bertambah terus tanpa batas selama ada
tegangan, dan berdasarkan percobaan, ternyata tegangan ini tidak bergantung
kepada regangan luncur, melainkan bergantung pada cepat perubahannya. Tegangan
dalam gambar 1.2 pada saat ketiak volum fluida berbentuk abcd, ialah dd/ad, atau
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

dd/L.Karena L konstan, cepat perubahan regangan sama denagn 1/L kali cepat
perubahan dd. Tetapi cepat perubahan dd tidak lain adalah kecepatan titik d, atau
kecepatan v dinding yang bergerak itu, berarti:

Rumus 1.3 Cepat perubahan tegangan luncur =

Koefisien viskositas fluidanya, atau disingkatkan viskositas ,didefinisikan sebagai


perbandingan tegangan luncur,F/A, dengan cepat perubahan regangan luncur:

Rumus 1.4 = = ,atau

Rumus 1.5 F =A

Untuk cairan yang mudah mengalir, misalnya air atau minyak tanah
(kerosene), tegangan luncur itu relatif kecil untuk cepat perubahan regangan luncur
tertentu, dan viskositasnya juga relatif kecil. Dalam hal cairan seperti molase atau
gliserin, diperlukan tegangan luncur yang lebih besar untuk cepat perubahan
regangan luncur yang sama, dan viskositas cairannya lebih besar pula. Viskositas gas
kurang sekali dari viskositas cairan. Viskositas semua fluida sangat dipengaruhi oleh
temperatur; jika temperatur naik, viskositas gas bertambah dan viskositas cairan
berkurang.
Persamaan 1.3 dirumuskan untuk kejadian khusus dalam mana kecepatan
makin bertambah secara uniform bila semakin jauh dari pelat sebelah bawah. Istilah
umum untuk cepat perubahan kecepatan ruang, dalam arah aliran, ialah gradien

kecepatan dalam arah tersebut. Khusus pada kejadian ini, gradien kecepatan ialah .

Pada kejadian yang umum, gradien kecepatan tidak uniform dan harganya di tiap titik

dapat dituliskan sebagai , di mana dv ialah selisih kecepatan antara dua titik

yang dipisahkan oleh jarak dy diukur tegak lurus terhadap arah aliran. Karena itu
bentuk umum persamaan 1.4, ialah:

Rumus 1.6 F=A

Satuan viskositas ialah gaya kali jarak dibagi oleh luas kali kecepatan. Jadi,
dalam sistem cgs satuan viskositas ialah 1 dyn cm (cm s ), yang disederhanakan
menjadi 1 dyn s cm . Satuan ini disebut 1 poise, sebagai penghormatan kepada
sarjana Perancis Poiseuille.Viskositas yang kecil diukur dalam centipoise (1 cp =10
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

poise) ataumicropoise (1 p =10 poise). Dalam tabel 1.5 beberapa harga viskositas
dicantumkan.
Tabel 1.7. Beberapa Harga Viskositas
Temperatur(C) Viskositas Viskositas air Viskositas udara
minyak (centipoise) (micropoise)
Jarak, (poise)
0 53 1,792 171
20 9,86 1,005 181
40 2,31 0,656 190
60 0,80 0,469 200
80 0,30 0,357 209
100 0,17 0,284 218

Konsep Viskositas

Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Pernah lihat air khan ? air apa dulu gurumuda air sumur, air
leding, air minum, air tawar, air

gurumuda adalah zat cair yang jenisnya berbeda misalnya sirup dan air. Sirup
biasanya lebih kental dari air. Atau air susu, minyak goreng, oli, darah, dkk.
Tambahin sendiri. Tingkat kekentalan setiap zat cair tersebut berbeda-beda. Btw, pada
umumnya, zat cair tuh lebih kental dari zat gas.

Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara


molekul-molekul yang menyusun suatu fluida (fluida tuh zat yang dapat mengalir,
dalam hal ini zat cair dan zat gas jangan pake lupa ya). Istilah gaulnya, viskositas
tuh gaya gesekan internal fluida (internal = dalam). Jadi molekul-molekul yang
membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada
zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara
molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan
antara molekul.

Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air.
Sebaliknya, fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli,
madu dkk. Dirimu bisa membuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng di
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

atas lantai yang permukaannya miring. Pasti air ngalir lebih cepat daripada minyak
goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin
tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu
menggoreng paha ikan di dapur, minyak goreng yang awalnya kental menjadi lebih
cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental
zat gas tersebut.

Oya, perlu diketahui bahwa viskositas alias kekentalan cuma ada pada fluida riil
(rill = nyata). Fluida riil/nyata tuh fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari,
seperti air, sirup, oli, asap knalpot, dkk. Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida
ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model
yang digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini
yang kita pakai dalam pokok bahasan Fluida Dinamis). Mirip seperti kita menganggap
benda sebagai benda tegar, padahal dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak
ada benda yang benar-benar tegar/kaku. Tujuannya sama, biar analisis kita menjadi
lebih sederhana alias tidak beribet.

Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer.
Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :

a. Viskometer kapiler / Ostwald


Viskositas dari cairan newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia mengalir karena
gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan
dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui
( biasanya air ) untuk lewat 2 tanda tersebut.( Moechtar,1990 )
b. Viskometer Hoppler
Berdasrkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan
sehingga gaya gesek = gaya berat gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah
menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang hampir
tikal berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari
harga resiprok sampel. ( Moechtar,1990 )
c. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob dan
dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi
disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penueunan konsentrasi.
Penurunan konsentrasi ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar
memadat. Hal ini disebt aliran sumbat. ( Moechtar,1990 )

d. Viskometer Cone dan Plate


Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian
dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan
bermacam kecapatan dan sampelnya digeser didalam ruang semit antara papan yang
diam dan kemudian kerucut yang berputar. ( Moechtar,1990 )
Kooefisien Viskositas
Viskositas fluida dilambangkan dengan simbol (baca : eta). Ini hurufnya orang
yunani. Hurufnya orang yunani aneh2, kakinya sebelah panjang, sebelahnya pendek
= koofisien viskositas. Jadi tingkat kekentalan suatu fluida dinyatakan oleh koofisien
viskositas fluida tersebut. Secara matematis, koofisien viskositas bisa dinyatakan
dengan persamaan. Sekarang, siapkan amunisi secukupnya kita akan menurunkan
persamaan si koofisien viskositas. Untuk membantu menurunkan persamaan, kita
meninjau gerakan suatu lapisan tipis fluida yang ditempatkan di antara dua pelat
sejajar. Ok, tancap gas Tataplah gambar di bawah dengan penuh kelembutan.

Gambar 1.7

Lapisan fluida tipis ditempatkan di antara 2 pelat. Gurumuda sengaja memberi


warna biru pada lapisan fluida yang berada di bagian tengah, biar dirimu mudah
paham dengan penjelasan gurumuda. Masih ingat si kohesi dan adhesi tidak ? kohesi
tuh gaya tarik menarik antara molekul sejenis, sedangkan si adhesi gaya tarik menarik
antara molekul yang tak sejenis. Gaya adhesi bekerja antara pelat dan lapisan fluida
yang nempel dengan pelat (molekul fluida dan molekul pelat saling tarik menarik).
Sedangkan gaya kohesi bekerja di antara selaput fluida (molekul fluida saling tarik
menarik).
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

Mula-mula pelat dan lapisan fluida diam (gambar 1). Setelah itu pelat yang ada
di sebelah atas ditarik ke kanan (gambar 2). Pelat yang ada di sebelah bawah tidak
ditarik (pelat sebelah bawah diam). Besar gaya tarik diatur sedemikian rupa sehingga
pelat yang ada di sebelah atas bergeser ke kanan dengan laju tetap (v tetap). Karena
ada gaya adhesi yang bekerja antara pinggir pelat dengan bagian fluida yang nempel
dengan pelat, maka fluida yang ada di sebelah bawah pelat juga ikut2an bergeser ke
kanan. Karena ada gaya kohesi antara molekul fluida, maka si fluida yang bergeser ke
kanan tadi narik temannya yang ada di sebelah bawah. Temannya yang ada di sebelah
bawah juga ikut2an bergeser ke kanan. Temannya tadi narik lagi temannya yang ada
di sebelah bawah. begitu seterusnyaIngat ya, pelat yang ada di sebelah bawah
diam. Karena si pelat diam, maka bagian fluida yang nempel dengan pelat tersebut
juga ikut2an diam (ada gaya adhesi.. jangan pake lupa). Si fluida yang nempel dengan
pelat nahan temannya yang ada di sebelah atas. Temannya yang ada di sebelah atas
juga nahan temannya yang ada di sebelah atas demikian seterusnya.

Karena bagian fluida yang berada di sebelah atas menarik temannya yang
berada di sebelah bawah untuk bergeser ke kanan, sebaliknya bagian fluida yang ada
di sebelah bawah menahan temannya yang ada di sebelah atas, maka laju fluida
tersebut bervariasi. Bagian fluida yang berada di sebelah atas bergerak dengan laju
(v) yang lebih besar, temannya yang berada di sebelah bawah bergerak dengan v
yang lebih kecil, demikian seterusnya. Jadi makin ke bawah v makin kecil. Dengan kata
lain, kecepatan lapisan fluida mengalami perubahan secara teratur dari atas ke bawah
sejauh l (lihat gambar 2). Perubahan kecepatan lapisan fluida (v) dibagi jarak
terjadinya perubahan (l) = v / l. v / l dikenal dengan julukan gradien kecepatan. Nah,
pelat yang berada di sebelah atas bisa bergerak karena ada gaya tarik (F). Untuk
fluida tertentu, besarnya Gaya tarik yang dibutuhkan berbanding lurus dengan luas
fluida yang nempel dengan pelat (A), laju fluida (v) dan berbanding terbalik dengan
jarak l. Secara matematis, bisa ditulis sebagai berikut :

Rumus 1.8

Sebelumnya, gurumuda sudah menjelaskan bahwa Fluida yang lebih cair


biasanya lebih mudah mengalir, sebaliknya fluida yang lebih kental lebih sulit
mengalir. Tingkat kekentalan fluida dinyatakan dengan koofisien viskositas. Nah, jika
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

fluida makin kental maka gaya tarik yang dibutuhkan juga makin besar. Dalam hal ini,
gaya tarik berbanding lurus dengan koofisien kekentalan. Secara matematis bisa
ditulis sebagai berikut :

Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koofisien viskositas adalah Ns/m 2 = Pa.s
(pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk si koofisien viskositas
adalah dyn.s/cm2 = poise (P). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cP).
1 cP = 1/100 P. Satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Perancis,
almahrum Jean Louis Marie Poiseuille (baca : pwa-zoo-yuh).

1 poise = 1 dyn . s/cm2 = 10-1 N.s/m2

Fluida Temperatur Koofisien Viskositas


o
( C)
Air 0 1,8 x 10-3
20 1,0 x 10-3
60 0,65 x 10-3
100 0,3 x 10-3
Darah (keseluruhan) 37 4,0 x 10-3
Plasma Darah 37 1,5 x 10-3
Ethyl alkohol 20 1,2 x 10-3
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

Oli mesin (SAE 10) 30 200 x 10-3


Gliserin 0 10.000 x 10-3
20 1500 x 10-3
60 81 x 10-3
Udara 20 0,018 x 10-3

Hidrogen 0 0,009 x 10-3


Uap air 100 0,013 x 10-3
Hukum Poiseuille
Mengingat sifat umum efek kekentalan,jelas kiranya, bahwa kecepatan fluida
kental yang mengalir melalui pipa tidak sama di seluruh titik penampang
lintangnya.Lapisan paling luar fluida melekat pada dinding pipa dan kecepatannya nol.
Dinding pipamenahan gerak lapisan paling luar tersebut dan lapisan ini menahan
pula lapisan berikutnya, dan seterusnya. Asal kecepatan tidak terlalu besar, aliran
akan laminer,dengan kecepatan paling besar di bagian tengah pipa, Lalu berangsur
kecil sampai menjadi nol pada dinding pipa. Aliran fluidanya dapat diibaratkan seperti
pipa-pipa teleskop yang meluncur relatif satu sama lain; pipa paling tengah bergerak
maju paling cepat dan pipa yang paling liar tetap diam.
Misalkan dalam sepotong pipa yang radius dalamnya R dan panjangnya L
mengalir fluida yang viskositasnya secara laminer (Gambar 1.6).sebuah silinder kecil
beradius r berada dalm kesetimbangan (bergerak dengan kecepatan
konstan)disebabkan gaya dorong yang timbul akibat perbedaan tekanan antara ujng-
ujung.
Persamaan Poiseuille.
Sebelumnya kita sudah mempelajari konsep2 viskositas dan menurunkan
persamaan koofisien viskositas. Pada kesempatan ini akan berkenalan dengan
persamaan Poiseuille. Disebut persamaan Poiseuille, karena persamaan ini ditemukan
oleh almahrum Jean Louis Marie Poiseuille (1799-1869).Seperti yang sudah gurumuda
jelaskan di awal tulisan ini, setiap fluida bisa kita anggap sebagai fluida ideal. Fluida
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

ideal tidak mempunyai viskositas alias kekentalan. Jika kita mengandaikan suatu fluida
ideal mengalir dalam sebuah pipa, setiap bagian fluida tersebut bergerak dengan laju
(v) yang sama. Berbeda dengan fluida ideal, fluida riil alias fluida yang kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari mempunyai viskositas. Karena mempunyai viskositas,
maka ketika mengalir dalam sebuah pipa, misalnya, laju setiap bagian fluida berbeda-
beda. Lapisan fluida yang berada tengah-tengah bergerak lebih cepat (v besar),
sebaliknya lapisan fluida yang nempel dengan pipa tidak bergerak alias diam (v = 0).
Jadi dari tengah ke pinggir pipa, setiap bagian fluida tersebut bergerak dengan laju
yang berbeda-beda. Untuk memudahkan pemahamanmu, amati gambar di bawah.

Gambar ini cuma ilustrasi saja. Oya, lupa laju setiap bagian fluida berbeda-
beda karena adanya kohesi dan adhesi (mirip seperti penjelasan sebelumnya, ketika
kita menurunkan persamaan koofisien viskositas). Si viskositas bikin fluida sebel
Fluida terseok-seok dalam pipa (tabung). Hehe.Agar laju aliran setiap bagian fluida
sama, maka perlu ada perbedaan tekanan pada kedua ujung pipa atau tabung apapun
yang dilalui fluida. Yang dimaksudkan dengan fluida di sini adalah fluida riil/nyata,
jangan lupa ya. Contohnya air atau minyak yang ngalir melalui pipa, darah yang
mengalir dalam pembuluh darah dkk Selain membantu suatu fluida riil mengalir
dengan lancar, perbedaan tekanan juga bisa membuat si sluida bisa mengalir pada
pipa yang ketinggiannya berbeda.

Gambar 1.9

Keterangan :

R = jari-jari pipa/tabung
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

v1 = laju aliran fluida yang berada di tengah/sumbu tabung

v2 = laju aliran fluida yang berjarak r 2 dari pinggir tabung

v3 = laju aliran fluida yang berjarak r 3 dari pinggir tabung

v4 = laju aliran fluida yang berjarak r 4 dari pinggir tabung

r = jarak

Almahrum Jean Louis Marie Poiseuille, mantan ilmuwan perancis yang tertarik
pada aspek-aspek fisika dari peredaraan darah manusia, melakukan penelitian untuk
menyelidiki bagiamana faktor-faktor, seperti perbedaan tekanan, luas penampang
tabung dan ukuran tabung mempengaruhi laju fluida riil. (sstt.. pembuluh darah kita
juga bentuknya mirip pipa, Cuma ukurannya kecil sekali). Hasil yang diperoleh
Almahrum Jean Louis Marie Poiseuille, dikenal dengan julukan persamaan Poiseuille.

Sekarang mari kita oprek persamaan almahrum Poiseuille. Persamaan Poiseuille ini
bisa kita turunkan menggunakan bantuan persamaan koofisien viskositas yang telah
kita turunkan sebelumnya. Kita gunakan persamaan viskositas karena kasusnya mirip
walau tak sama. Ketika menurunkan persamaan koofisien viskositas, kita meninjau
aliran lapisan fluida riil antara 2 pelat sejajar dan fluida tersebut bisa bergerak karena
adanya gaya tarik (F). Bedanya, persamaan Poiseuille yang akan kita turunkan
sebenarnya menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran fluida riil dalam
pipa/tabung dan fluida mengalir akibat adanya perbedaan tekanan. Karenanya,
persamaan koofisien viskositas perlu dioprek dan disesuaikan lagi. Kita tulis
persamaannya dulu ya

Rumus 1.10

Karena fluida bisa mengalir akibat adanya perbedaan tekanan (fluida mengalir dari
tempat yang tekanannya tinggi ke tempat yang tekanannya rendah), maka F kita ganti
dengan p1-p2 (p1 > p2).
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

Rumus 1.11

Ketika menurunkan persamaan koofisien viskositas, kita meninjau aliran lapisan


fluida riil antara 2 pelat sejajar. Setiap bagian fluida tersebut mengalami perubahan
kecepatan teratur sejauh l. Untuk kasus ini, laju aliran fluida mengalami perubahan
secara teratur dari sumbu tabung sampai ke tepi tabung. Fluida yang berada di sumbu
tabung mengalir dengan laju (v) yang lebih besar. Semakin ke pinggir, laju fluida
semakin kecil. Jari-jari tabung = jarak antara sumbu tabung dengan tepi tabung = R.
Jarak antara setiap bagian fluida dengan tepi tabung = r. Karena jumlah setiap bagian
fluida itu sangat banyak dan jaraknya dari tepi tabung juga berbeda-beda, maka kita
cukup menulis seperti ini :

v1 = laju fluida yang berada pada jarak r1 dari tepi tabung (r1 = R)

v2 = laju fluida yang berada pada jarak r2 dari tepi tabung (r2 < r1)

v3 = laju fluida yang berada pada jarak r3 dari tepi tabung (r3 < r2 < r1)

v4 = laju fluida yang berada pada jarak r4 dari tepi tabung (r4 <r3 < r2 < r1)

vn = laju fluida yang berada pada jarak rn dari tepi tabung (rn < < r4 < r3 < r2 < r1)

Jumlah setiap bagian fluida sangat banyak dan kita juga tidak tahu secara pasti
berapa jumlahnya yang sebenarnya, maka cukup ditulis dengan simbol n. Setiap
bagian fluida mengalami perubahan laju (v) secara teratur, dari sumbu tabung (r 1 = R)
sampai tepi tabung (rn). Dari sumbu tabung (r1 = R) ke tepi tabung (rn), laju setiap
bagian fluida makin kecil (v1 > v2 > v3 > v4 > . > vn). Cara praktis untuk menentukan
jarak terjadinya perubahan laju aliran fluida riil dalam tabung adalah menggunakan
kalkulus. Tapi kalau pakai kalkulus malah gak nyambung alias beribet.. Dari
penjelasan di atas, kita bisa punya gambaran bahwa dari R ke r n, laju fluida semakin
kecil. Ingat ya, panjang pipa = L. Jika dioprek dengan kalkulus, akan diperoleh
persamaan :
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

Wuh, bahasa apa ini. he2. Ini adalah persamaan laju aliran fluida pada jarak r
dari pipa yang berjari-jari R. Kalau bingung sambil lihat gambar di atas. Perlu
diketahui bahwa fluida mengalir dalam pipa alias tabung, sehingga kita perlu meninjau
laju aliran volume fluida tersebut. Cara praktis untuk menghitung laju aliran volume
fluida juga menggunakan kalkulus. Gurumuda jelaskan pengantarnya saja

Di dalam tabung ada fluida. Misalnya kita membagi fluida menjadi potongan-
potongan yang sangat kecil, di mana setiap potongan tersebut mempunyai satuan
luas dA, berjarak dr dari sumbu tabung dan mempunyai laju aliran v. Secara
matematis bisa ditulis sebagai berikut :

dA1 = potongan fluida 1, yang berjarak dr 1 dari sumbu tabung

dA2 = potongan fluida 2, yang berjarak dr 2 dari sumbu tabung

dA3 = potongan fluida 3, yang berjarak dr 3 dari sumbu tabung

dAn = potongan fluida n, yang berjarak drn dari sumbu tabung

Potongan2 fluida sangat banyak, sehingga cukup ditulis dengan simbol n saja, biar
lebih praktis (n = terakhir). Laju aliran volume setiap potongan fluida tersebut, secara
matematis bisa ditulis sebagai berikut : Setiap potongan fluida tersebut berada pada
jarak r = 0 sampai r = R (R = jari-jari tabung). Dengan kata lain, jarak setiap potongan
fluida tersebut berbeda-beda jika diukur dari sumbu tabung. Jika kita oprek dengan
kalkulus
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001


Rumus1.12

Keterangan:::


Berdasarkan persamaan Poiseuille di atas, tampak bahwa laju aliran volume
fluida alias debit (Q) sebanding dengan pangkat empat jari-jari tabung (R 4), gradien
tekanan (p2-p1/L) dan berbanding terbalik dengan viskositas. Jika jari-jari tabung
ditambahkan (koofisien viskositas dan gradien tekanan tetap), maka laju aliran fluida
meningkat sebesar faktor 16. Kalau dirimu mau kuliah di bagian teknik perledingan
atau teknik pertubuhan, pahami persamaan almahrum Poiseuille ini dengan baik.
Konsep dasar perancangan pipa, jarum suntik dkk menggunakan persamaan ini. Debit
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

fluida sebanding dengan R4 (R = jari-jari tabung). Karenanya, jari-jari jarum suntik atau
jari-jari pipa perlu diperhitungkan secara saksama. Misalnya, jika kita menggandakan
jari-jari dalam jarum (r x 2), maka debit cairan yang nyemprot = menaikan gaya tekan
ibu jari

sebesar 16 kali. Salah hitung bisa overdosis Persamaan almahrum Poiseuille juga
menunjukkan bahwa pangkat empat jari-jari (r4), berbanding terbalik dengan
perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa. Misalnya mula-mula darah mengalir
dalam pembuluh darah yang mempunyai jari-jari dalam sebesar r. Kalau terdapat
penyempitan pembuluh darah (misalnya r/2 = jari-jari dalam pembuluh darah
berkurang 2 kali), maka diperlukan perbedaan tekanan sebesar 16 kali untuk
membuat darah mengalir seperti semula (biar debit alias laju aliran volume darah
tetap). Coba bayangkan apa jantung gak copot gitu, kalau harus kerja keras untuk
memompa biar darahnya bisa ngalir dengan debit yang sama makanya kalau orang
yang mengalami penyempitan pembuluh darah bisa kena tekanan darah tinggi,
bahkan stroke karena jantung dipaksa untuk memompa lebih keras. Demikian juga
orang yang gemuk, punya banyak kolesterol yang mempersempit pembuluh darah.
Pembuluh darah nyempit dikit aja, jantung harus lembur mending langsing saja, biar
pembuluh darah normal, jantung pun ikut2an senang. Kalau si jantung gak lembur
khan dirimu ikut2an senang, pacaran jalan terus he2.

Gambar 1.13.(a)gaya terhadap silinder fluida kental.(b) distribusi kecepatan


Silinder itu serta gaya kekentalan yang menahan pada permukaan luar. Gaya dorong
ini ada

Rumus 1.4 (p1-p2)

Berdasarkan persamaan(1.7), gaya kekentalan ialah

Rumus 1.15 -A = - 2rL


IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

Dimana dv/dr ialah gradien kecepatan pada jarak radial r dari sumbu.Tanada negatif
diberiak karena v berkurang bila r bertambah.Denagn menjabarkan gay-gaya dan
mengintegrasikannya.,

Rumus 1.16-

Dan karena itu Rumus 1.17V= ( - )

Yang merupakan persamaanparabola. Garis lengkung dalam gambar 1.16 (b0 arah
grafik persamaan ini. Panjang anak-anak panah sebanding dengan kecepatan diposisi
masing-masingnya. Gradien kecepatan,dv/dr, disembarang radius, merupakan
kemirinan garis lengkung ini yang diukur terhadap sebuah sumbu vertikal. Kita
katakan bahwa aliran ini mempunyai profil kecepatan parabola.
Guna menghitung cepat pengosongan q, atau volum fluida yang melewati sembarang
penampang pipa per satuan waktu, perhatikanlah unsur-berdinding tipis seperti dalam
Gambar 1.16(c). Volum fluida dv yang melewati ujng-ujung unsur ini waktu dt ialah v
dA dt, dimana v kecepatan pada radius r ialah luas yang diarsir, yang sama dengan
2r dr.denagn mengambil rumusan v persamaan (1.7), maka kita peroleh

Rumus 1.18 dV = (

Volum yang mengalir melewati seluruh penampang lintang diperoleh dengan


mengintegrasikan sekuruh unsur antara r=O dan r=R. Denagn membagi dengan d/t,
untuk cepat aliran volum Q, kita peroleh

Rumus 1.19 Q =

Rumus ini pertama kali dirumuskan oleh Poiseuille dan dinamakan hukum
Poiseuille.Kecepatan aliran volum (volum rate of low) berbanding terbalik dengan
viskositas, seperti dapt diduga sebelumnya, dan berbanding dengan radius pipa
pangkat empat, sehingga jika sekiranya sebagai contoh, radiusnya hanya
setengahnya, maka kecepatan aliran volum berkurang dengan faktor7. Perbandingan
(p1-p2)/L ialah gradien tekanan di sepanjang pipa. Aliran berbanding lurus dengan
gradien tekanan, dan terlihat bahwa fluida kental terdapat penurunan tekanan.,
bahkan di sepanjang pipa mendatar yang penampang lintangnya konstan. Jika
penampang lintang itu tidak sama dari titik ke titik lain dan jika pipa tidak horisontal,
terang akan ada tambahan perbedaan tekana akibat percepatan tekanan akibat
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

percepatan fluida atau akibat efek gravitasi. Perbedaan-perbedaan ini ditentukan


berdasarkan persamaan Bernoulli.
Beda antara aliran fluida sempurna yang tidak kental dnegan mempunyai
viskositas dilukiskan dalam gambar 1.8, dimana fluida mengalir dalam pipa horisontal
yang penampang lintannya berrbeda-beda.Tinggi fluida di dalam pipa-pipa kecil
vertikal berbanding dengan tekanan pengukur.
Hukum Stokes
Bila fluida sempurna yang viskositasnya nol mengalir melewati sebuah bola,
atau apabila sebuah bola bergerak dalam suatu fluida yang diam, garis-garis arusnya
akan membentuk suatu pola yang simetris sempurna di sekelilingnya bola itu.Tekanan
terhadap sembarang titikpermukaaan bola yang menghadap arah aliran datang tepat
sama dengan tekanan terhadap titik lawan titik tersebut pada permukaan bola yang
menghadap ke arah hilir aliran, dan gaya resultan terhadap bola itu sama dengan
nol.Tetapi jika fluida itu mempunyai kekentalan, akan oleh soretan kekentalan
terhadap boal itu. (Seretan karena kekentalan ini sudah terang akan dialami oleh
benda berbentuk bagaimanapun, tetapi hanya pada satu boal seratan tersebut mudah
dihitung lagi).
Persamaan untuk gaya kekentalan tidak akan kita rumuskan langsung
berdasarkan hukum aliran fluida kental. Besarn-besaran yang mempengaruhi gaya itu
adalah viskositas fluida yang bersangkutan, radiusr boal itu, dan kecepatannya v
relatif terhadap fluida. Bila dianalisa selengkapnya, maka persamaan

maka persamaan untuk gaya kekentalan itu ialah..


Rumus 1.20 F=6rv
Persamaan ini pertama kali dirumuskan oleh Sir George stokes dalam tahun 1845 dan
dinamakan hukum stokes. Kita telah pernah memakainya waktu mempelajari gerak
bola yang jatuh ke dalam fluida kental, walaupun ketika itu hanya untuk mengetahui
bahwa gaya kekentalan pada sebuah bola tertentu di dalam suatu fluida tertentu
berbandingan dengan kecepatan relatifnya.
Seperti telah kita ketahui, sebuah bola yang jatuh ke dalam fluida kental akan
mencapai kecepatan akhir vr pada saat gaya kekentalan yang menahan plus gaya
apung sama dengan berta bola itu. Umpaman
p rapat massa bola itu dan p rapt massa fluida. Jadi, berat bola ialah 4/3r pg, dan
apabila kecepatan akhir telah tercapai, Rumus 1.21
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

r pg+6r pg,

Vr= (p p).

Dengan mengukur kecepatan akhir sebuah bola yang radius dan rapat
massanya diketahui, maka viskositas fluida ke dalam mana boal itu dijatuhkan,
dapatlah dihitung berdasrkan persamaan di atas. Persamaan ini juga telah digunakan
oleh Milikan untuk menghitung radius tetes minyak submikroskopik halus elektron.
Dalam percobaan ini, kecepatan akhir tetes minyak itu diukur ketika tetes jatuh dalam
udara yang viskositasnya diketahui.

Bilangan Reynold
Apabila kecepatn asuatu fluida yang mengalir dalam sebuah pipa melampaui
harga kritik tertentu (yang bergantung pada sifat-sifat dan pada radius pipa), maka
sifat aliran menjadi sangat rumit. Di dalam lapisan sangat tipis sekali yang
bersebelahan dengan dinding pipa, disebut lapisan batas, alirannya masi laminer.
Kecepatan aliran di dalam lapisan batas pada dinding pipa adalah nol dan semakin
bertambah besar secara uniform di dalam lapisan itu. Sifat-sifat lapisan batas sanagt
penting sekali dalam mennetukan tahanan terhadap aliran, dan lapisan menentukan
perpindahan panas ke atau dari fluida yang sedang bergerak itu.Di luar lapisan batas,
gerak fluida sangat tidak teratur. Di dalam fluida timbul arus pusar setempat yang
memperbesar tahanan terhadap aliran, Aliran semacam ini disebut aliran yang
turbulen (bergejolak).
Percobaan menunjukkan bahwa ada kombinasi empat faktor yang menentukan
apakah aliran fluida melalui pipa bersifat laminer atau turbulen. Kombinasi ini dikenal
sebagai bilangan Reynold,Nr,dan didefinisikansebagai:

Rumus 1.22

Di mana p ialah rapat massa fluida, v kecepatan alir rata-rata, viskositas, dan d
diameter pipa. (Kecepatan rata-rata ialh kecepatan uniform melalui penampang
lintang yang menimbulkan kecepatan pengosongan yang sama).
Bilangna Reynold, pvD/, ialah besaran yang tidak berdimensi dan besar
angkanya adalah sama dalam setiap sistem satuan tertentu. Sebagai contoh, untuk air
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

20C yang mengalir dalm pipa berdiameter 1cm dengan kecepatan rata-rata 10 cm
sek bilangan Reynoldnya ialah

Rumus 1.23

Kalau keempat besaran itu dinyatakan dalam satuan sisitem Inggris, angka
yang akan kita peroleh 1000 juga.Tiap percobaan menunjukkan bahwa apabila
bilangan Reynold lebih kecil dari kira-kira tiap 2000, aliran akan laminer, dan jika lebih
dari kira-kira 3000, aliran akan turbulen. Dalam daerah antara 2000 dan 3000, aliran
tidak stabil dan dapat berubah dari laminer menjadi turbulen atau sebaliknya.
Berarti , untuk air pada 20C yang mengalir dalam pipa berdiameter 1 cm, aliran akan
laminer kalau
Rumus 1.24

2000 atau kalau iV un

Karena bilangan ini jauh lebih kecil dari 3000, alirannya adalah laminer dan

tidak akan menjadi turbulen, kecuali jika kecepatannya sebesar 420 cm


.Bilangan Reynold suatu sistem telah dijadikan dasar untuk mempelajari sifat sisitem-
sistem nyata dengan cara mempergunakan sebuah model berukuran kecil. Salah satu
contoh yang sudah umum ialah terowongan angin. Dlam terowongan ini, orang
mengukur gaya aerodinamik terhadap model berskala kecil pesawat terbang. Lalu
berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dikalkulasikan berapa besar gaya itu terhadap
sayap berukuran sesungguhnya.

Dua sistem dikatakan sama-sama secara dinamika bila Bilangan


Reynold,pvD/, sama untuk kedua sistem itu. Pada umumnya huruf D dapat berarti
sembarang dimensi suatu sistem, misalnya rentangan sayap pesawat terbang.
Misalkan sutu fluida, yang kerapatannya p dan viskositasnya diketahui, mengalir
mengitari sebuah model yang skalanya setengah ukuran benda yang sebenarnya,
Maka secara dinamika, aliran tersebut akan sama dengan aliran sekitar benda
berukuran sebenarnya ini kalau kecepatannya v dua kali lipat.
Aliran air yang ada di alam ini memiliki bentuk yang beragam, karena
berbagai sebab dari keadaan alam baik bentuk permukaan tempat mengalirnya air
juga akibat arah arus yang tidak mudah untuk digambarkan. Misalnya aliran sungai
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

yangs edang banjir, air terjun dari suatu ketinggian tertentu, dan sebagainya. Contoh
yang disebutkan di bagian depan memberikan gambaran mengenai bentuk yang sulit
dilukiskan secara pasti. mNamun demikian, bila kita kaji secara mendalam maka
dalam setiap gerakan partikel tersebut akan selalu berlaku hukum ke-2 Newton. Oleh
sebab itu, agar kita labih mudah untuk enghitung
memahami perilaku air yang mengalir diperlukan pemahaman yang berkaitan dengan
kecepatan (laju air) dan kerapatan air dari setiap ruang dan waktu. Bertolak dari dua
besaran ini aliran air akan mudah untuk dipahami gejala fisisnya, terutama dibedakan
macam-macam alirannya. Bertolak dari kecepatan sebagai fungsi dari tempat dan
waktu dapat dibedakan menjadi:

a. Aliran steady (mantap) dan non steady (tidak mantap)

b. Aliran rotational dan aliran irotational

Aliran air dikatakan steady (mantap) apabila kelajuan air pada setiap titik
tertentu setiap saat adalah konstan. Hal ini berarti pada titik tersebut kelajuannya
akan selalu konstan. Hal ini barati pada aliran steady (mantap) kelajuan pada satu titik
tertentu adalah tetap setiap saat, meskipun kelajuan aliran secara keseluruhan itu
berubah/berbeda. Aliran steady ini akan banyak dijumpai pada aliran air yang memiliki
kedalaman yang cukup, atau pada aliran yang yang memiliki kecepatan yang kecil.
Sebagai contoh aliran steady ini adalah aliran laminier, yakni bahwa arus air memiliki
arus yang sederhana (streamline/arus tenang), kelajuan gerak yang kecil dengan
dimensi vektor kecepatannya berubah secara kontinyu dari nol pada dinding dan
maksimum pada sumbu pipa (dimensi linearnya kecil) dan banyak terjadi pada air
yang memiliki kekentalan rendah. Selanjutnya aliran air dikatakan tidak mantap (non
steady) apabila kecepatan v pada setiap tempat tertentu dan setiap saat tidak
konstan. Hal ini berarti bahwa pada aliran ini kecepatan v sebagai fungsi dari waktu.

Dalam aliran ini elemen penyusun air akan selalu berusaha menggabungkan diri
satu sama lain dengan elemen air di sekelilingnya meskipun aliran secara keseluruhan
berlangsung dengan lancar. Contoh aliran tidak steady ini adalah aliran turbulen, yakni
bahwa partikel dalam fluida mengalami perubahan kecepatan dari titik ke titik dan dari
waktu ke waktu berlangsung secara tidak teratur (acak). Oleh sebab itu aliran turbulen
biasanya terjadi pada kecepatan air yang tinggi dengan kekentalan yang relatif tinggi
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

serta memiliki dimensi linear yang tinggi, sehingga terdapat kecenderungan berolak
selama pengalirannya.

Di samping aliran laminier dan aliran turbulen dikenal pula aliran yang memiliki
profil kecepatan datar, tetapi aliran ini hanya dikenal pada fluida yang tidak memiliki
kekentalan (koefisien kekentalannya nol) dan mengalir secara lambat. Sedangkan air
adalah tergolong pada fluida yang memiliki kekentalan, sehingga Selanjutnya aliran
irrotational adalah aliran air yang tidak diikuti perputaran partikel penyusun air
tersebut, sedangkan aliran rotational adalah aliran yang diikuti perputaran partikel
penyusun air. Hal ini memberikan gambaran bahwa untuk aliran rotational dapat
diberikan istilah air tidak dapat digolongkan sebagai aliran datar.

Salah satu cara untuk mengetahui adanya aliran rotasi ini antara lain bila di
permukaan air terapung sebuah tongkat yang melintang selama aliran gerak tongkat
tersebut akan mengalami gerakan yang berputar di samping berpindag secara
translasi akibat aliran air tersebut. Contoh aliran rotasi adalah aliran yang berupa
aliran pusaran, yakni suatu aliran yang vektor kecepatannya berubah dalam arah
tegak/transversal. Selanjutnya bila ditinjau dari perubahan massa jenis air yang
mengalir maka akan dikenal aliran-aliran sebagai berikut:

a. Aliran viscous dan aliran non viscous


b. Aliran termampatkan dan aliran tak termampatkan

Aliran viscous adalah aliran dengan kekentalan, atau sering disebut aliran fluida
pekat. Kepekatan fluida ini tergantung pada gesekan antara beberapa partikel
penyusun fluida. Di samping itu juga gesekan antara fluida itu sendiri dengan tempat
terjadinya aliran tersebuut. Untuk aliran air lebih didekatkan pada aliran dengan
kekentalan yang rendah, sehingga aliran air dapat berapda pada aliran non viscous.
Selanjutnya aliran termampatkan adalag aliran yang terjadi pada fluida yang selama
pengalirannya dapat dimampatkan atau berubah volumenya, sehingga akan
mengubah pula massa jenis fluida tersbeut. Aliran termampatkan ini pada umumnya
berlangsung pada gas, sedangkan pada air alirannya lebih didekatkan pada
pengertian aliran tak termampatkan yakni bahwa selama pengaliran air tersebut
massa jenis air dianggap tetap besarnya. Dari uraian yang telah dikemukakan di
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

bagian depan, maka agar aliran air dapat dipahami dengan mudah maka aliran yang
dimaksud dalam pembahasan nanti labih ditekankan pada aliran-aliran yang meliputi:

1. Aliran air merupakan aliran yang mantap

2. Aliran air merupakan aliran yang tidak berputar (irrotational = tidak berotasi)

3. Aliran air merupakan aliran yang tidak termampatkan, yakni bahwa selama
pengaliran berlangsung massa jenisnya tetap

4. Aliran air merupakan merupakan aliran tanpa kekentalan (kekentalannya rendah)

Melalui pengertiannya seperti yang telah dikemukakan di atas selanjutnya akan


dikenal aliran stasioner, yakni bahwa aliran air tersebut akan membentuk gas alir yang
tertentu dan partikel penyusun air akan melalui jalur tertentu yang pernah dilalui oleh
pertikel penyusun air di depannya. Pada aliran stasioner tersebut garis alirnya
digambarkan dalam titik P, Q, dan R. Hal ini berarti air akan lewat pada titik-titik P,
selanjutnya Q dan R. Pada aliran ini di setiap titik dalam pipa tersebut (titik P, atau titik
Q atau titik R) tidak bekerja gaya, dan beda tekanan.

IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

pada masing-masing titik dapat ditiadakan. Oleh sebab itu kecepatan aliran air di titik
tertentu adalah sama. Namun demikian kecepatan aliran pada titik P, titik Q, dan titik
R dapat saja berbeda besarnya. Gambar berikut adalah gambar yang memperlihatkan
arus yang streamline dan turbulen.

Gambar 1.25 Aliran stasioner


IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

Gambar 1.26 Arus turbulen dan streamline

Garis-garis yang digambarkan dalam tabung 3 ini disebut sebagai garis alir atau garis
alur. Kecepatan titik A, B, dan C akan berbeda-beda.

Bilangan Reynold merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi. Bilangan ini
dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan aliran laminier dan turbulen di satu
pihak, dan di lain pihak dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk mengetahui jenis-
jenis aliran yang berlangsung dalam air. Hal ini didasarkan pada suatu keadaan bahwa
dalam satu tabung/pipa atau dalam satu tempat mengalirnya air, sering terjadi
perubahan bentuk aliran yang satu menjadi aliran yang lain. Perubahan bentuk aliran
ini pada umumnya tidaklah terjadi secara tiba-tiba tetapi memerlukan waktu antara,
yakni suatu waktu yang relatif pendek dengan diketahuinya kecepatan kristis dari
suatu aliran. Kecepatan kritis ini pada umumnya akan dipengaruhi oleh ukuran pipa,
jenis zat cair yang lewat dalam pipa tersebut.

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan terdapat empat besaran yang


menentukan apakah aliran tersebut digolongkan aliran laminier ataukah aliran
turbulen. Keempat besaran tersebut adalah besaran massa jenis air, kecepatan aliran,
kekentalan, dan diameter pipa. Kombinasi dari keempatnya akan menentukan
besarnya bilangan Reynold. Oleh sebab itu, bilangan Reynold dapat dituliskan dalam
keempat besaran tersebut sebagai berikut.

Keterangan:

Re : bilangan Reynold : massa jenis : viscositas/kekentalan v : kecepatan aliran


D : diameter pipa. Hasil perhitungan berdasarkan eksperimen didapatkan ketentuan
bahwa untuk bilangan Reynold berikut ini:
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

Gambar 1.27

0 < Re 2000, aliran disebut laminier

GG



Gambar 1.28GG

2000 < Re 3000, aliran disebut transisi antara laminier dan aliran turbulen Re >
3000, aliran turbulen

Gambar 1.29

Dalam pembahasan aliran air, baik aliran air yang lewat sungai maupun melalui pipa
oleh PAM, istilah debit air banyak dikenal.

Gambar 1. 30 Aliran air lewat pipa.


IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

Debit merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu
tempat atau yang dapat ditampung dalam suatu tempat tiap satu satuan waktu
tertentu. Satuan debit pada umumnya mengacu pada satuan volume dan satuan
waktu. Apabila Q menyatakan debit air dan v menyatakan volume air, sedangkan t
adalah selang waktu tertentu mengalirnya air tersebut, maka hubungan antara
ketiganya dapat dinyatakan sebagai berikut:

Rumus 1.31 Q = V/t

V : volume satuannya m3 (MKS) atau cm3 (cgs)

t : selang waktu tertentu satuannya second

Satuan Q adalah m3/sec (MKS) dan cm3 (cgs)

Gambar 1.32 Bak penampung air

Seperti telah diungkapkan di bagian depan bahwa aliran air pada umumnya
berkaitan dengan kecepatan pengalirannya, dan massa jenis air itu sendiri. Aliran air
dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimampatkan dan
berpindah tanpa mengalami gesekan. Hal ini berarti bahwa pada gerakan air tersebut
memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan geraknya
beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi di suatu tempat terhadap partikel penyusun
air tersebut. Namun demikian sifat seperti yang telah diungkapkan di bagian depan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari sering sulit dijumpai dalam kenyataan, sehingga
besarnya debit air yang mengalir pada sembarang aliran tersebut juga tidak mudah.
Oleh sebab itu dalam pembahasan kita nanti ukuran debit didasarkan pada aliran ideal
seperti yang t Gambar 1.33 Gerak zat cair dalam tabung dari posisi
(a) dan (b)
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

Lihat gambar di atas, suatu pipa terbuka yang luas penampang ujung kiri
adalah A1 dan mengalir air dengan kecepatan V 1, selanjutnya air mengalir melalui pipa
kanan yang memiliki luas penampang A2 dengan kecepatan pengaliran adalah V2,
maka berdasarkan sifat yang telah dikemukakan di depan akan berlaku

hukum kekekalan massa, yakni bahwa selama pengaliran tidak ada fluida yang
hilang, maka selama t detik Rumus 1.34 A1 V1 g t = A2 V2 g t

Rumus 1.35 A1 V1 = A2 V2 = konstan

Persamaan tersebut merupakan persamaan kontinuitas, dan sebagai konsekuensi


aliran semacam ini adalah bahwa lecepatan pengaliran air akan terbesar pada suatu
tempat yang memiliki luas penampang terkecil.Di sini volume air yang mengalir

Rumus 1.36 V = A v t

Jadi selama t detik besarnya debit air yang dapat keluar adalah

Rumus 1.37 Q = (A v t)/t

Q=Av

Seperti telah diungkapkan di bagian depan bahwa aliran air dalam suatu tabung
akan bergantung pada tingginya permukaan air di dalam tabung tersebut dan luas
penampang lubang yang terdapat dalam tabung. Hal ini berarti bahwa debit air yang
mengalir dalam tabung akan bergantung pada ketinggian permukaan air dalam
tabung dan luas penampangnya. Gambar di bawah ini memperlihatkan bahwa tabung
dengan ketinggian permukaan air yang sama tingginya tetapi luas lubang pengaliran
berbeda. Selanjutnya air dibiarkan mengalir dalam waktu yang sama.

Gambar 1.38 Peluapan air melalui lubang yang memiliki diameter berbeda.
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

Dari gambar di atas nampak jelas bahwa banyaknya air yang meluah melalui
lubang tabung yang memiliki luas penampang yang lebih besar akan lebih banyak
dibandingkan dengan tabung yang memiliki luas penampang yang lebih kecil. Hal ini
disebabkan luas penampang lubang pengaliran air berbeda, yakni lubang yang satu
lebih besar dari yang lainnya. Selanjutnya perhatikan gambar berikut ini, di bawah ini
terdapat dua tabung sama besar, diberikan dua lubang yang sama besarnya dan
lubang tersebut berada pada ketinggian yang sama.

Seterusnya pada tabung diisi dengan air yang berbeda tingginya dan dibiarkan air
mengalir melalui lubang tersebut.

Gambar 1.39 Peluapan air melalui lubang sama tetapi ketinggian air
berbeda.

Dari aliran air dalam selang waktu yang bersamaan akan dapat diketahui bahwa
air dalam lubang tabung yang memiliki permukaan yang lebih tinggi akan memberikan
gambaran debit air yang lebih besar daripada tabung yang memiliki ketinggian
permukaan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan pada permukaan air yang lebih
tinggi gaya berat yang diberikan air semakin besar, sehingga memiliki kecenderungan
tekanan yang lebih besar daripada tabung yang memiliki ketinggian permukaan air
yang lebih rendah. Akibatnya aliran air akan lebih cepat dari yang lainnya. Dengan
demikian akan memiliki debit yang lebih besar dari lainnya, semakin tinggi permukaan
air dalam tabung akan semakin besar kecepatan air yang keluar dari tabung.

Aliran Fluida Kental dalam Pipa

Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat
karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan
molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan molekul dalam zat padat, akibatnya
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil pada perubahan bentuk karena
gesekan. Zat padat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun
suatu gaya yang besar diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah
berubah bentuk maupun volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak
mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya dan
volumenya dapat diubah hanya jika diberikan padanya gaya yang sangat besar dan
gas tidak mempunyai bentuk dan maupun volume yang tetap,gas akan berkembang
mengisi seluruh wadah. Karena fase cair dan gas tidak mempertahankan suatu bentuk
yang tetap, keduanya mempunyai kemampuan untuk mengalir. Dengan demikian
kedua duanya sering secara kolektif disebut sebagai fluida.

Sifat Dasar Fluida

Cairan dan gas disebut fluida, sebab zat cair tersebut dapat mengalir. Untuk mengerti
aliran fluida maka harus

mengetahui beberapa sifat dasar fluida. Adapun sifat sifat dasar fluida yaitu;
kerapatan (density), berat jenis (specific gravity), tekanan (pressure), kekentalan
(viscosity). Ala

Kerapatan (density)
Kerapatan atau density dinyatakan dengan ( adalah huruf kecil Yunani yang
dibaca rho), didefinisikan sebagai mass per satuan volume.
Rumus 1.40 = (2-1)
dimana = kerapatan (kg/m3)
m = massa benda (kg)
v = volume (m3)
Pada persamaan 2-1 diatas, dapat digunakan untuk menuliskan massa, dengan
persamaan sebagai berikut : Rumus 1.41 M =
v [ kg ] m per
Kerapatan adalah suatu sifat karakteristik setiap bahan murni. Benda tersusun
atas bahan murni, misalnya emas murni, yang dapat memiliki berbagai ukuran
ataupun massa, tetapi kerapatannya akan sama untuk semuanya. Satuan SI untuk
kerapatan adalah kg/m3. Kadang kerapatan diberikan dalam g/cm3. Dengan catatan
bahwa jika kg/m3 = 1000 g/(100 cm)3, kemudian kerapatan yang diberikan dalam
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

g/cm3 harus dikalikan dengan 1000 untuk memberikan hasil dalam kg/m3. Dengan
demikian kerapatan air adalah 1,00 g/cm3, akan sama dengan 1000 kg/m3.
Berbagaikerapatan bahan diunjukkan pada tabel II-1. Dalam tabel II-1 tersebut
ditetapkan suhu dan tekanan karena besaran ini akan dipengaruhi kerapatan bahan
(meskipun pengaruhnya kecil untuk zat cair).
Tabel 1.42 Berbagai Kerapatan Density Bahan
BahanBahan KKKKerapatan p (kg/ )
CairCair
Air pada suhu 4C 1.1.0
Darah plasma
1.2.0
Darah seluruhnya
1.3.0
Air laut
Raksa 1.025
Alkohol, alkyl
13.6
Bensin
0.79

0.68
Berat jenis (specific gravity)
Berat jenis suatu bahan didefinikan sebagai perbandingan kerapatan bahan
terhadap kerapatan air. Berat jenis (specific gravity disingkat SG) adalah besaran
murni tanpa dimensi maupun satuan, dinyatakan

persamaan 2-3 dan 2-4 sebagai berikut :

Untuk fluida cair SGc =

Untuk fluida cair SGg = tetes

Dimana
c = massa jenis cairan (g/cm3)
w = massa jenis air (g/cm3)
g = massa jenis gas (g/cm3)
a = massa jenis udara (g/cm3) sko
Tekanan (pressure)
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, dengan gaya F dianggap
bekerja secara tegak lurus terhadap luas permukaan A, maka :
Rumus 1.43 P = F/A [ kg/m2 ]
dimana P = tekanan (kg/m2)
F = gaya (kg)
A=luaspermukaan(m2)
Satuan tekanan dalam SI adalah N/m2. Satuan ini mempunyai nama resmi
Pascal (Pa), untuk penghormatan terhadap Blaise Pascal dipakai 1 Pa = 1 N/m2.
Namun untuk penyederhanaan, sering menggunakan N/m2. Satuan lain yang
digunakan adalah dyne/cm2, lb/in2, (kadang disingkat dengan psi), dan kg/cm2
(apabila kilogram adalah gaya : yaitu, 1 kg/cm2 = 10 N/cm2). Sebagai contoh
perhitungan tekanan, seorang dengan berat 60 kg yang kedua kakinya menutupi
luasan 500 cm2 akan menggunakan tekanan sebesar : F/A = m.g/A = (60 kg 9,8
m/det2) / 0,050 m2 = 11760 kg/m2 = 12 104 N/m2.terhadap tanah. Jika orang
tersebut berdiri dengan satu kaki atau dua kaki dengan luasan yang lebih kecil,
gayanya akan sama tetapi karena luasannya menjadi 12 maka tekanannya akan
menjadi dua kali yaitu 24 104 N/m2.


Gambar 1.44 : tekanan adalah sama di setiap arah dalam suatu fluida
pada kedalaman tertentu jika tidak demikian maka fluida akan bergerak
Tekanan dalam cairan yang mempunyai kerapatan seragam akan bervariasi terhadap
kedalaman. Bayangan sebuah titik yang terletak pada kedalaman h dibawah
permukaan cairan seperti yang ditunjukkan pada gambar II-2 sebagai berikut :
Gambar 1.45 : Tekanan pada kedalaman h dalam cairan
Tekanan yang disebabkan oleh cairan pada kedalaman h ini disebabkan oleh
berat kolom cairan di atasnya. Dengan demikian gaya yang bekerja pada luasan
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

tersebut adalah F = mg = Ahg,dengan Ah adalah volume kolom tersebut, adalah


kerapatan cairan (diasumsikan konstan), dan g adalah percepatan gravitasi. Kemudian
tekanan P, adalah

Rumus 146 P=

P =p.g.h

Dengan demikian, tekanan berbanding lurus dengan kerapatan cairan, dan


kedalaman cairan tersebut. Secara umum, tekanan pada kedalaman yang sama
dalam cairan yang seragam sama. Persamaan 2-7, berlaku untuk fluida yang
kerapatannya konstan dan tidak berubah terhadap kedalaman yaitu, jika fluida
tersebut tak dapat dimampatkan (incompressible). Ini biasanya merupakan
pendekatan yang baik untuk fluida (meskipun pada kedalaman yang sangat dalam
didalam lautan, kerapatan air naik terutama akibat pemampatan yang disebabkan
oleh berat air dalam jumlah besar diatasnya ). Dilain pihak, gas dapat mampat, dan
kerapatannya dapat bervariasi cukup besar terhadap perubahan kedalaman. Jika
kerapatannya hanya bervariasi sangat kecil, persamaan 2-8 berikut dapat digunakan
untuk menentukan perbedaan tekanan p pada ketinggian yang berbeda dengan
adalah kerapatan rata-rata
Rumus 1.47 p = g h [ mmHg ]
dimana : p = perbedaan tekanan ( mmHg )
= kerapatan ( kg/m3 )
g = gravitasi ( m/det2)
h = pertambahan kedalaman ( m )
Kekentalan (viscosity)
Kekentalan (viscosity) didefinisikan sebagai gesekan internal atau gesekan
fluida terhadap wadah dimana fluida itu mengalir. Ini ada dalam cairan atau gas, dan
pada dasarnya adalah gesekan antar lapisan fluida yang berdekatan ketika bergerak
melintasi satu sama lain atau gesekan antara fluida dengan wadah tempat ia
mengalir. Dalam cairan, kekentalan disebabkan oleh gaya kohesif antara molekul-
molekulnya sedangkan gas, berasal tumbukan diantara molekul-molekul tersebut.
Kekentalan fluida yang berbeda dapat dinyatakan secara kuantatif dengan koefisien
kekentalan, yang didefinisikan dengan cara sebagai berikut : Fluida diletakkan
diantara dua lempengan datar. Salah satu lempengan diam dan yang lain dibuat
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

bergerak. Fluida yang secara langsung bersinggungan dengan masing-masing


lempengan ditarik pada permukaanya oleh
gaya rekat diantara molekul-molekul cairan dengan kedua lempengan tersebut.
Dengan demikian permukaan fluida sebelah atas bergerak dengan laju v yang seperti
lempengan atas, sedangkan fluida yang bersinggungan dengan lempengan diam
bertahan diam. Kecepatan bervariasi secara linear dari 0 hingga v seperti ditunjukkan
gambar.Kenaikan kecepatan dibagi oleh jarak dengan perubahan ini dibuat sama
dengan v/I disebut gradien kecepatan. Untuk menggerakkan lempengan diatas
memerlukan gaya, yang dapat dibuktikan dengan menggerakkan lempengan datar
melewati genangan fluida. Untuk fluida tertentu, diperoleh bahwa gaya sebagai
berikut :

Rumus 1.48 F = [ kg/m2 ]

Untuk fluida yang berbeda, fluida yang kental, diperlukan gaya yang lebih besar.
Tetapan kesebandingan untuk persamaan ini didefinisikan sebagai koefisien
kekentalan, :

Rumus 1.49 = [ Pa.s ]

dimana : F = gaya (kg/m2)


A = luasan fluida yang bersinggungan dengan setiap lempengan ( m2 )
V = kecepatan fluida (m/detik2)
L = Jarak lempengannya (m2)
= koefisien kekentalan ( pa.s )
Penyelesaian untuk , kita peroleh = FI/vA. Satuan SI untuk adalah N.s/m2 = Pa.s
(pascal.detik). Dalam sistem cgs, satuan ini adalah dyne.s/cm2 dan satuan ini disebut
poise (P). Kekentalan sering dinyatakan dalam centipoises (cP), yaitu 1/100 poise.
Tabel II-2 menunjukkan daftar koefisien kekentalan untuk berbagai fluida. Suhu juga
dispesifikasikan, karena mempunyai efek yang berpengaruh dalam menyatakan
kekentalan cairan ; kekentalan cairan seperti minyak motor, sebagai contohnya,
menurun dengan cepat terhadap kenaikan suhu.
Aliran dalam tabung
Jika fluida tidak mempunyai kekentalan, ia dapat mengalir melalui tabung atau
pipa mendatar tanpa memerlukan gaya. Oleh karena itu adanya kekentalan,
perbedaan tekanan antara kedua ujung tabung diperlukan untuk aliran mantap setiap
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

fluida nyata, misalnya air atau minyak didalam pipa. Laju alir dalam tabung bulat
bergantung pada kekentalan fluida, perbedaan tekanan, dan dimensi tabung. Seorang
ilmuan Perancis J.L Poiseuille (1977-1869), yang tertarik pada fisika sirkulasi darah
(yang menamakan poise), menentukan bagaimana variabel yang mempengaruhi
laju aliran fluida yang tak dapat mampat yang menjalani aliran laminar dalam sebuah
tabung silinder. Hasilnya dikenal sebagai persamaan Poiseuille sebagai berikut :

Rumus 1.50 Q = [ m3/detik ]

dimana : r = jari-jari dalam tabung ( m )

L = panjang tabung ( m )
P1-P2 = perbedaan tekanan pada kedua ujung (atm)
= kekentalan (P.s/m2)
Q = laju aliran volume (m3/detik)
Tabel 1.51 Koefisien Kekentalan Untuk Berbagai Fluida
Koefisien kekentalan Suhu Koefisien kekentalan
untuk berbagai (Pa.s)
fluida Fluida
Air 0 1,8 10-3
Darah seluruh tubuh 20 1,0 10-3
Plasma darah 100 0,3 10-3
Alkohol ethyl 37 4 10-3
Mesin mesin (SAE 10) 37 1,5 10-3
Gliserin 20 1,2 10-3
Udara 30 200 10-3
Hidrogen 20 1500 10-3
Uap air 20 0,018 10-3
0 0.009 10-3
100 0.013 10-3
1 Pa.s = 10 P = 1000 cP
Persamaan Kontiunitas
Gerak fluida didalam suatu tabung aliran haruslah sejajar dengan dinding
tabung. Meskipun besar kecepatan fluida dapat berbeda dari suatu titik ke titik lain
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

didalam tabung. Pada gambar II-4 menunjukkan tabung aliran untuk membuktikan
persamaan kontinuitas.

Gambar 1.52: Tabung aliran membuktikan persamaan kontinuitas


Pada gambar , misalkan pada titik P besar kecepatan adalah V1, dan pada titik Q
adalah V2. Kemudian A1 dan A2 adalah luas penampang tabung aliran tegak lurus
pada titik Q. Didalam interval waktu t sebuah elemen fluida mengalir kira-kira sejauh
Vt. Maka massa fluida m1 yang menyeberangi A1 selama interval waktu t adalah

Rumus 1.53 m = 1 A1 V1 t
dengan kata lain massa m1/t adalah kira-kira sama dengan 1A1V1. Kita harus
mengambil t cukup kecil sehingga didalam interval waktu ini baik V maupun A tidak
berubah banyak pada jarak yang dijalani fluida, sehingga dapat ditulis massa di titik P
adalah 1A1V1 massa di titik Q adalah 2A2V2, dimana 1 dan 2 berturut-turut
adalah kerapatan fluida di P dan Q. Karena tidak ada fluidayang berkurang dan
bertambah maka massa yang menyeberangi setiap bagian tabung per satuan waktu
haruslah konstan. Maka massa P haruslah sama dengan massa di Q, sehingga
dapatlah ditulis;
Rumus 1.54 1A1V1 = 2A2V2 atau
A V = konstan
( Persamaan berikut menyatakan hukum kekekalan massa didalam fluida. Jika fluida
yang mengalir tidak termampatkan, dalam arti kerapatan konstan maka persamaan
dapat ditulis menjadi :
Rumus 1.55 A1 V1 = A2 V2
A V = konstan
Persamaan diatas dikenal dengan persamaan kontinuitas.
Jenis dan Karakteristik Fluida
Hal yang berhubungan dengan jenis dan karakteristik aliran fluida yang
dimaksudkan disini adalah profil aliran dalam wadah tertutup (pipa umumnya). Profil
aliran dari fluida yang melalui pipa, akan dipengaruhi oleh gaya momentum fluida
yang membuat fluida bergerak di dalam pipa, gaya viscous/gaya gesek yang menahan
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

aliran pada dinding pipa dan fluidanya sendiri (gesekan internal) dan juga dipengaruhi
oleh belokan pipa, valve sebagainya.
Jenis aliran fluida terbagi dalam 2 bagian yaitu :
1. Aliran Laminar
2. Aliran Turbulen
Pada gambar dibawah ini diperlihatkan profil aliran fluida :
Laminer berasal dari bahasa latin thin plate yang berarti plate tipis atau aliran
sangat halus. Pada aliran laminer, gaya viscous (gesek) yang relatif besar
mempengaruhi kecepatan aliran sehingga semakin mendekati dinding pipa, semakin
rendah kecepatannya. Secara teori, aliran ini berbentuk parabola dengan bagian
tengah mempunyai kecepatan paling pinggir mempunyai kecepatan paling rendah
akibat adanya gaya gesekan. Pada aliran turbulen, gaya momentum aliran lebih besar
dibandingkan gaya gesekan dan pengaruh dari dinding pipa menjadi kecil. Karenanya
aliran turbulen memberikan profil kecepatan yang lebih seragam dibandingkan aliran
laminer, walaupun pada lapisan fluida dekat dinding pipa tetap laminer. Profil
kecepatan pada daerah transisi antara laminer dan turbulen dapat tidak stabil dan
sulit untuk diperkirakan karena aliran dapat menunjukkan sifat dari daerah aliran
laminer maupun turbulen atau osilasi antara keduanya. Pada beberapa tempat, aliran
turbulen dibutuhkan untuk pencampuran zat cair.
Pola aliran laminar dan turbulen diperlihatkan pada gambar II-6 dibawah ini.

Gambar 1.56 : Pola aliran Turbulen dan Laminer


Untuk mengetahui jenis aliran fluida dilakukan dengan apa yang disebut dengan

bilangan Reynolds (Rd). Rumus 1.57 RD =

Rumus 1.58 RD =
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA : M. Syahrun Zahier
NIM :03101404001

Dimana : Rd = Bilangan Reynolds


Q = Laju aliran (m3/menit)
SG = spesific gravity (g/cm3)
= Koefisien kekentalan (kg/m3)
D = Diameter pipa (m2)
Besarnya bilangan Reynold yang terjadi pada suau aliran dalam pipa dapat
menunjukkan apakah profil aliran tersebut luminer atau turbulen. Biasanya angka Rd
<2000 merupakan batas aliran laminer dan angka lebih besar dari Rd >2300
dikatakan aliran turbulen. Sedangkan Rd diantara keduanya dinyatakan sebagai aliran
transisi. Karakteristik lain yang mempengaruhi pengukuran laju aliran adalah
temperatur dan tekanan fluida tersebut, khususnya bila fluida tersebut adalah fluida
gas. Hal ini disebabkan karena massa jenis () fluida gas sangat dipengaruhi oleh
kedua besaran yang disebutkan diatas.
Jenis aliran fluida didalam pipa tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

1.Kecepatan fluida (V) didefinisikan besarnya debit aliran yang mengalir persatuan
luas.
Rumus 1.59 V=Q/A (m/detik)
2. Debit (Q) didefinisikan suatu kecepatan aliran fluida yang memberikan banyaknya
volume
fluida dalam pipa.

Rumus 1.60 Q=AV (

Dimana V = kecepatan aliran (m)


Q = laju aliran (m3)
A = luas pipa (m2)

Anda mungkin juga menyukai