I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam laporan ini akan membahas praktikum fisika tentang besaran vektor.
Laporan ini dibuat untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan setelah
melakukan percobaan tentang besaran vektor di laboratorium. Dalam
mempelajari fisika kita selalu menemui pelajaran tentang besaran, yaitu
sesuatu yang dapat diukur dan dioperasikan. Ada besaran yang cukup
dinyatakan dengan nilai dan satuan saja tanpa perlu ditambahkan penjelasan
lainnya dan ada juga besaran yang ditambahkan penjalasan lainnya seperti
arah besaran itu sendiri. Besaran yang dinyatakan dengan nilai dan satuan
juga ditambah dengan penjelasan arah disebut dengan besaran vektor.
B. Tujuan Praktikum
A. Pengertian Vektor
B. Penamaan Vektor
Besaran vektor ini mempunyai tata cara penamaannya sendiri. Besaran vektor
dinotasikan dengan huruf kecil dan tebal, misalnya a. Selain dinotasikan
dengan cara itu, vektor juga dapat dinotasikan dengan cara menuliskan ruas
garis yang disertai dengan tanda ank panah diatas hurufnya, misalnya AB .
C. Perhitungan Vektor
b. Menguraikan Vektor
Setelah memahami cara menjumlahkan vektor, Anda akan mempelajari
cara menguraikan sebuah vektor. Sebuah vektor dapat diuraikan
menjadi dua buah vektor atau lebih. Pada materi ini, Anda hanya akan
5
D. Penerapan Vektor
B. Prosedur Praktikum
F1
F3
Gambar 3.8 Sketsa arah gaya membentuk sudut
5. Menandai titik sambungan benang yang membentuk sudut siku-siku dan titik
lain pada benang penghubung neraca pegas ketiga, kemudian membuatlah
garis seperti pada gambar berikut.
A. Data Percobaan
F1 F2 F3 F1 sin F2 sin
Pengukuran ke
(N) (N) (N) (N) (N)
B. Pembahasan
Pada percobaan pertama yang saya lakukan pada sudut 150o, pada sudut ini
setiap neraca pegas menunjukkan gaya sebesar 1 N pada F1, 0,5 N pada F2
dan 2 N pada F3. Dari nilai-nilai tersebut bisa kita gunakan untuk
mendapatkan nilai F1 sin dengan nilai 0,5 N.
Pada percobaan kedua ini kita juga bisa sedikit menyimpulkan bahwa
tegangan yang ada pada F1 sin yang terjadi pada sudut tersebut adalah sama
dengan F1 yaitu 0 N. Hal yang sama juga terjadi pada tegangan di F2 sin
yang menghasilkan nilai tegangan yang sama besar dengan F2 nya yaitu
sebesar 0,25N.
Pada percobaan
kedua yang
dilakukan
pada sudut 120o, pada sudut ini setiap neraca pegas menunjukkan gaya
sebesar 1 N pada F1, 1 N pada F2 dan 1,4 N pada F3. Dari nilai-nilai tersebut
bisa mendapat F1 sin dengan nilai 0,86 N. Pada percobaan kedua ini kita
juga bisa sedikit menyimpulkan bahwa tegangan F1 sin yang terjadi pada
sudut tersebut lebih kecil dari F1. Hal itu terjadi juga pada tegangan di F2
yang menghasilkan nilai yang juga lebih kecil yaitu 0,86 N.
Pada percobaan
ketiga yang
dilakukan pada sudut
135o, pada sudut ini
setiap neraca pegas menunjukkan gaya sebesar 1,5 N pada F1, 1,2 N pada F2
dan 1,6 N pada F3. Dari nilai-nilai tersebut bisa mendapat F1 sin dengan
nilai 1,06 N. Pada ketiga ini kita juga bisa sedikit menyimpulkan bahwa
tegangan F1 sin yang terjadi pada sudut tersebut lebih kecil dari F1. Hal itu
terjadi juga pada tegangan di F2 yang menghasilkan nilai yang juga lebih
kecil yaitu 0,84 N.
Gambar 4.3 Grafik percobaan ketiga.
Pada percobaan keempat yang dilakukan pada sudut 110o, pada sudut ini
setiap neraca pegas menunjukkan gaya sebesar 0,3 N pada F1, 0,5 N pada F2
dan 0,9 N pada F3. Dari nilai-nilai tersebut bisa mendapat F1 sin dengan
nilai 0,28 N. Pada percobaan kedua ini kita juga bisa sedikit menyimpulkan
bahwa tegangan F1 sin yang terjadi pada sudut tersebut lebih kecil dari F1.
Hal itu terjadi juga pada tegangan di F2 yang menghasilkan nilai yang juga
lebih kecil yaitu 0,46 N.
Pada percobaan kelima yang dilakukan pada sudut 150o, pada sudut ini setiap
neraca pegas menunjukkan gaya sebesar 1,2 N pada F1, 0,51 N pada F2 dan
1,3 N pada F3. Dari nilai-nilai tersebut bisa mendapat F1 sin dengan nilai
0,6 N. Pada percobaan kedua ini kita juga bisa sedikit menyimpulkan bahwa
tegangan F1 sin yang terjadi pada sudut tersebut lebih kecil dari F1. Hal itu
terjadi juga pada tegangan di F2 yang menghasilkan nilai yang juga lebih
kecil yaitu 0,25 N.
Gambar 4.5 Grafik percobaan kelima.
Dapat dilihat dalam grafik diatas bahwa rata-rata yang memliki nilai gaya
tertinggi adalah neraca pegas ketiga (F3). Merincikan tentang F1 bisa juga
dicari dengan rata-rata 1 N maka ketidakpastian pengukuran adalah 0,28 N
dan dengan mengalikan nilai ketidakpastian pengukuran dengan 100 % dan
membaginya dengan nilai rata-rata maka diperoleh nilai error pengukurannya
adalah sebesar 28 %.
Begitu pula dengan F2 bisa juga dicari dengan rata-rata 0,74 N maka
ketidakpastian pengukuran adalah 0,288 N dan dengan mengalikan nilai
ketidakpastian pengukuran dengan 100 % dan membaginya dengan nilai rata-
rata maka didapat nilai error pengukurannya sebesar 38,9 %. Begitu pula
melakukannya dengan F3 mendapatkan nilai rata-rata tegangan 1,44 N dan
nilai ketidakpastian pengukuran sebesar 0,288 N maka nilai error pengukuran
adalah 20 %. Mengetahui nilai rata-rata dari F1 sin adalah 0.66 N dengan
nilai ketidakpastian pengukuran 0.24 dikalikan 100% kemudian membaginya
dengan nilai rata-rata maka didapatkan error pengukuran 36%. Mengetahui
dari F2 sin adalah 0,532 N dengan nilai ketidakpastian pengukuran 0,25
dikalikan 100% kemudian membaginya dengan nilai rata-rata maka
didapatkan error pengukuran 47,8%.
Gambar 4.6 Grafik rata-rata.
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun saran yang ingin saya sampaikan dalam melakukan praktikum fisika
dasar mengenai vektor adalah sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran saya menyarankan untuk
mempelajari dahulu alat-alat praktikum yang akan digunakan, besaran dan
satuan juga langkah dan metode praktikum agar praktikum berjalan
dengan lancar, mudah dipahami dan berjalan dengan waktu yang efisien.
2. Sebelum melakukan praktikum mempelajari konsep vektor secara teori
terlebih dahulu.
3. Melakukan percobaan sebanyak 5 kali dengan benar dan tepat sesuai
prosedur praktikum dan menggunakan alat dengan benar agar memperoleh
hasil yang maksimal dan tingkat akurasi yang tinggi.