Anda di halaman 1dari 16

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam laporan ini akan membahas praktikum fisika tentang besaran vektor.
Laporan ini dibuat untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan setelah
melakukan percobaan tentang besaran vektor di laboratorium. Dalam
mempelajari fisika kita selalu menemui pelajaran tentang besaran, yaitu
sesuatu yang dapat diukur dan dioperasikan. Ada besaran yang cukup
dinyatakan dengan nilai dan satuan saja tanpa perlu ditambahkan penjelasan
lainnya dan ada juga besaran yang ditambahkan penjalasan lainnya seperti
arah besaran itu sendiri. Besaran yang dinyatakan dengan nilai dan satuan
juga ditambah dengan penjelasan arah disebut dengan besaran vektor.

Kelebihan yang ada di besaran vektor adalah besaran ini memperlihatkan


kemana arah besaran itu mengarah seperti contohnya seseorang yang akan
menyebrang sungai menggunakan perahu namun perahu tidak bersadar pada
tempat yang ia harapkan ini lah yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi.
Perahu yang menyebrang tadi di dorong oleh arus air yang mengalir ini
menyebabkan kecepatan perahu bertambah namun arah yang ditujuh tidak
tepat sasaran. Dari kejadian tersebut kita dapat menyebutkan bahwa gaya dan
kecepatan merupakan besaran vektor karena memiliki arah. Kelebihan
besaran vektor ini sangat berguna untuk dalam kita mengerjakan sesuatu
didalam kehidupan sehari hari Dalam penggunaan vektor, dua buah vektor
atau lebih dapat dijumlah, dikurang, dikalikan, atau dibagai, kegiatan ini
disebut operasi vektor. Aplikasi besaran vektor dalam kehidupan sehari-hari
banyak kita jumpai, contohnya adalah saat kita mendorong mobil yang
mogok dan mengunakan.Ini membuktikan vektor sangat membantu kita.
2

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


1. Menguraikan vektor menjadi dua vektor yang sebidang.
2. Mempermudah mengetahui arah gaya yang bekerja pada suatu benda.
3. Dengan mengetahui arah gaya, gaya-gaya yang bekerja pada benda
dapat dimodelkan sehingga mempermudah pengoperasian vektor.
4. Mengetahui besaran-besaran yang merupakan besaran vektor.
5. Mengetahui arah gerak benda setelah diberikan gaya.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Vektor

Vektor merupakan besaran yang mempunyai besar dan arah, vektor


digambarkan sebuah garis yang mempunyai titik pangkal atau titik dimana titik
tersebut merupakan awal kerja dari vektor tersebut, sedangkan untuk
mengetahui nilai sebuah vektor kita dapat mengetahui melalui panjang garis
suatu vektor dan yang terakhir yang membedakan besaran vektor dan besaran
skalar adalah arah, dimana arah vektor biasanya digambarkan dengan tanda
panah. (Widodo, 2009)

B. Penamaan Vektor

Besaran vektor ini mempunyai tata cara penamaannya sendiri. Besaran vektor
dinotasikan dengan huruf kecil dan tebal, misalnya a. Selain dinotasikan
dengan cara itu, vektor juga dapat dinotasikan dengan cara menuliskan ruas
garis yang disertai dengan tanda ank panah diatas hurufnya, misalnya AB .

C. Perhitungan Vektor

Adapun beberapa cara dalam perhitungan vektor :


1. Resultan Vektor
Beberapa vektor dapat dijumlahkan menjadi sebuah vektor yang disebut
resultan vektor. Resultan vektor dapat diperoleh dengan beberapa metode,
4

yaitu metode segitiga, metode jajargenjang, poligon,dan analitis. (Indrajit,


2009)
a. Menjumlahkan vektor dengan cara jajaran genjang
Anda dapat memperoleh resultan dua buah vektor dengan metode
jajargenjang. Pada metode jajargenjang terdapat beberapa langkah
(Sumarsono, 2009), yaitu sebagai berikut:
1) Lukis vektor pertama dan vektor kedua dengan titik pangkal berimpit.
2) Lukis sebuah jajar genjang dengan kedua vektor tersebut sebagai
sisisisinya.
3) Resultan kedua vektor adalah diagonal jajargenjang yang titik
pangkalnya sama dengan titik pangkal kedua vektor.

Gambar 2.1 Perhitungan Vektor Jajar Genjang


Rumus yang digunakan untuk menyelesaikan resultan gaya vektor ini
adalah
F= ......(2.1)

b. Seperti pada penjumlahan vektor, suatu vektor bisa dikurangkan dengan


vektor lain. (Karyono, 2009)
1) Mengurangkankan vektor dengan jajaran genjang
2) Mengurangkan vektor dengan cara poligon

2. Menentukan Resultan Vektor Menggunakan Rumus Kosinus


a. Untuk menentukan vektor resultan secara matematis dapat digunakan
rumus Kosinus, yaitu sebagai berikut

R2 = F12 + F22 + 2 F1.F2 Cos ..................................... (2.2)

b. Menguraikan Vektor
Setelah memahami cara menjumlahkan vektor, Anda akan mempelajari
cara menguraikan sebuah vektor. Sebuah vektor dapat diuraikan
menjadi dua buah vektor atau lebih. Pada materi ini, Anda hanya akan
5

mempelajari cara menguraikan sebuah vektor menjadi dua buah vektor


yang saling tegak lurus, yaitu pada sumbu X dan sumbu Y.

D. Penerapan Vektor

Adapun penerapan vektor dalam kehidupan, yaitu:


1. Pada saat anak-anak bermain jungkat-jungkit ditaman bermain, bidang
miring dari jungkat-jungkit itu merupakan salah satu penerapan vektor.
2. Saat kita bermain layang-layang juga merupakan aplikasi vektor, penerapan
vektor dalam layang-layang ini membuat arah layang-layang tidak lurus
dengan kita.
3. Pesawat terbang yang terbang dan mendarat merupakan penerapan vektor,
sehingga waktu mendarat tidak langsung jatuh tapi mengikuti arah
vektornya
6

III. METADOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah:

1. Neraca pegas 3 buah

Gambar 3.1 Neraca Pegas


2. Benang

Gambar 3.2 Benang


3. Busur derajat

Gambar 3.3 Busur Derajat


7

B. Prosedur Praktikum

Adapun prosedur yang akan dilakukan di dalam melakukan praktikum adala


sebagai berikut :
1. Menyiapkan Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum.
2. Menyiapkan benang dan mengikat membentuk huruf Y seperti gambar
berikut.

Gambar 3.6 Sketsa benang huruf Y


3. Mengikat neraca pegas pada setiap ujung tali,
sehingga membentuk gambar berikut.

Gambar 3.7 Sketsa benang diikat di neraca


4. Menyiapkan papan tripleks, tancapkam paku payung kemudian kaitkan dua
neraca pegas pada paku payung. Tarik neraca pegas ketiga sehingga dua
neraca lainnya membentuk sudut 900 (siku-siku).
F2

F1

F3
Gambar 3.8 Sketsa arah gaya membentuk sudut

5. Menandai titik sambungan benang yang membentuk sudut siku-siku dan titik
lain pada benang penghubung neraca pegas ketiga, kemudian membuatlah
garis seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.9 Sketsa membentuk sudut antar gaya

6. Mencatat yang di tunjukan oleh neraca 1 sebagai F1 dan neraca 2 sebagai


F2, juga mencatat hasil yang di tunjukan oleh neraca 3 sebagai F3.
7. Mengukur sudut yaitu sudut antara vektor F dengan F1.
8. Melakukan percobaan sebanyak 5 kali dengan merubah salah satu paku
payung (merubah-ubah sudut ).
9. Memasukkan data ke dalam tabel.
IV. DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data Percobaan

Adapun dari percobaan-percobaan yang dilakukan dalam praktikum di


laboratorium terpadu mekatronika Teknik Mesin diperoleh data hasil
pengukuran seperti yang tersaji pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran

F1 F2 F3 F1 sin F2 sin
Pengukuran ke
(N) (N) (N) (N) (N)

1 1 0,5 2 150o 0,5 0,25


2 1 1 1,4 120o 0,86 0,86
3 1,5 1,2 1,6 135o 1,06 0,84
4 0,3 0,5 0,9 110o 0,28 0,46
5 1,2 0,5 1,3 150o 0,6 0,25
Rata-rata 1 0,74 1,44 133o 0,66 0,532
Ketidakpastian
0,28 0,2888 0,288 14.4 0,24 0,15
pengukuran
Error
28% 38,9% 20% 10,816% 36% 47.5%
pengukuran

B. Pembahasan

Adapun setelah melakukan pengukuran dalam praktikum dan mengumpulkan


data, saya melakukan perhitungan dan disini saya akan membahas dan
menjelaskan hasil praktikum dan perhitungan.Untuk mendapatkan hasil
seperti pada tabel 4.1 saya lakukan sesuai dengan prosedur yang terdapat
pada bab III, yaitu dengan benang diikat pada neraca sehingga membentuk
huruf Y. Ketika benang dan neraca membentuk huruf Y maka akan terdapat
tiga buah resultan vektor. Ketiga gaya tersebut akan saya beri nama F 1, F2,
dan F3. Kemudian saya bentuk membentuk sudut 900 diantara vektor F1 dan F2.
Selanjutnya ketika sudah membentuk huruf Y saya mulai membentuk sudut
baru dengan gaya F3. Pada percobaan ini ketika saya membentuk sudut di F3
saya mendapatkan sudut tertentu yang berhimpitan antara F1 dan F2. Jika
sudut sudah di temukan saya melihat ketiga neraca yang dihubungkan dengan
tali yang terikat yang masing-masing sudah menunjukkan resultan gaya atau
nilainya masing-masing. Saya juga mendapatkan hasil dari proyeksi sumbu x
dan y melalui perhitungan yaitu F1 sin dan F2 sin sebesar 0 N dan 5 N.
Dengan hasil seperti yang akan saya jelaskan pada pembahasan ini disertai
dengan grafik dari setiap percobaaan yang telah saya lakukan.

Sedangkan data rata-rata , ketidakpastian pengukuran, dan error pengukuran


dari data-data yang disajikan dalam tabel 4.1 yang saya masukan kedalam
rumus-rumus matematis yang terdapat pada modul praktikum fisika teknik
yang diberikan kepada setiap mahasiswa yang melakukan praktikum.Untuk
perincian data dan perhitungan dari hasil grafik-grafik dan tabel dapat dilihat
dalam lembar lampiran yang berada di belakang laporan ini.Hasil daripada
perhitungan resultan vektor yang saya lakukan dapat dilihat pada gambar
grafik yang tersaji dibawah ini.

Pada percobaan pertama yang saya lakukan pada sudut 150o, pada sudut ini
setiap neraca pegas menunjukkan gaya sebesar 1 N pada F1, 0,5 N pada F2
dan 2 N pada F3. Dari nilai-nilai tersebut bisa kita gunakan untuk
mendapatkan nilai F1 sin dengan nilai 0,5 N.

Pada percobaan kedua ini kita juga bisa sedikit menyimpulkan bahwa
tegangan yang ada pada F1 sin yang terjadi pada sudut tersebut adalah sama
dengan F1 yaitu 0 N. Hal yang sama juga terjadi pada tegangan di F2 sin
yang menghasilkan nilai tegangan yang sama besar dengan F2 nya yaitu
sebesar 0,25N.

Berikut adalah grafik yang menunjukkan nilai pada percobaan pertama:


Gambar 4.1
Grafik
percobaan
pertama

Pada percobaan
kedua yang
dilakukan
pada sudut 120o, pada sudut ini setiap neraca pegas menunjukkan gaya
sebesar 1 N pada F1, 1 N pada F2 dan 1,4 N pada F3. Dari nilai-nilai tersebut
bisa mendapat F1 sin dengan nilai 0,86 N. Pada percobaan kedua ini kita
juga bisa sedikit menyimpulkan bahwa tegangan F1 sin yang terjadi pada
sudut tersebut lebih kecil dari F1. Hal itu terjadi juga pada tegangan di F2
yang menghasilkan nilai yang juga lebih kecil yaitu 0,86 N.

Gambar 4.2 Grafik


percobaan
kedua.

Pada percobaan
ketiga yang
dilakukan pada sudut
135o, pada sudut ini
setiap neraca pegas menunjukkan gaya sebesar 1,5 N pada F1, 1,2 N pada F2
dan 1,6 N pada F3. Dari nilai-nilai tersebut bisa mendapat F1 sin dengan
nilai 1,06 N. Pada ketiga ini kita juga bisa sedikit menyimpulkan bahwa
tegangan F1 sin yang terjadi pada sudut tersebut lebih kecil dari F1. Hal itu
terjadi juga pada tegangan di F2 yang menghasilkan nilai yang juga lebih
kecil yaitu 0,84 N.
Gambar 4.3 Grafik percobaan ketiga.
Pada percobaan keempat yang dilakukan pada sudut 110o, pada sudut ini
setiap neraca pegas menunjukkan gaya sebesar 0,3 N pada F1, 0,5 N pada F2
dan 0,9 N pada F3. Dari nilai-nilai tersebut bisa mendapat F1 sin dengan
nilai 0,28 N. Pada percobaan kedua ini kita juga bisa sedikit menyimpulkan
bahwa tegangan F1 sin yang terjadi pada sudut tersebut lebih kecil dari F1.
Hal itu terjadi juga pada tegangan di F2 yang menghasilkan nilai yang juga
lebih kecil yaitu 0,46 N.

Gambar 4.4 Grafik percobaan keempat.

Pada percobaan kelima yang dilakukan pada sudut 150o, pada sudut ini setiap
neraca pegas menunjukkan gaya sebesar 1,2 N pada F1, 0,51 N pada F2 dan
1,3 N pada F3. Dari nilai-nilai tersebut bisa mendapat F1 sin dengan nilai
0,6 N. Pada percobaan kedua ini kita juga bisa sedikit menyimpulkan bahwa
tegangan F1 sin yang terjadi pada sudut tersebut lebih kecil dari F1. Hal itu
terjadi juga pada tegangan di F2 yang menghasilkan nilai yang juga lebih
kecil yaitu 0,25 N.
Gambar 4.5 Grafik percobaan kelima.

Dapat dilihat dalam grafik diatas bahwa rata-rata yang memliki nilai gaya
tertinggi adalah neraca pegas ketiga (F3). Merincikan tentang F1 bisa juga
dicari dengan rata-rata 1 N maka ketidakpastian pengukuran adalah 0,28 N
dan dengan mengalikan nilai ketidakpastian pengukuran dengan 100 % dan
membaginya dengan nilai rata-rata maka diperoleh nilai error pengukurannya
adalah sebesar 28 %.

Begitu pula dengan F2 bisa juga dicari dengan rata-rata 0,74 N maka
ketidakpastian pengukuran adalah 0,288 N dan dengan mengalikan nilai
ketidakpastian pengukuran dengan 100 % dan membaginya dengan nilai rata-
rata maka didapat nilai error pengukurannya sebesar 38,9 %. Begitu pula
melakukannya dengan F3 mendapatkan nilai rata-rata tegangan 1,44 N dan
nilai ketidakpastian pengukuran sebesar 0,288 N maka nilai error pengukuran
adalah 20 %. Mengetahui nilai rata-rata dari F1 sin adalah 0.66 N dengan
nilai ketidakpastian pengukuran 0.24 dikalikan 100% kemudian membaginya
dengan nilai rata-rata maka didapatkan error pengukuran 36%. Mengetahui
dari F2 sin adalah 0,532 N dengan nilai ketidakpastian pengukuran 0,25
dikalikan 100% kemudian membaginya dengan nilai rata-rata maka
didapatkan error pengukuran 47,8%.
Gambar 4.6 Grafik rata-rata.

Ketidakpastian pengukuran merupakan selisih antara pengukuran yang kita


lakukan dengan ukuran yang seharusnya. Dalam mengukur, melakukan
percobaan mungkin terjadi keselisihan angka. Hal ini dapat terjadi karena alat
yang digunakan masih alat yang sederhana, kesalahan pembacaan skala,
ataupun alat tidak bekerja maksimal. Berikut adalah grafik ketidakpastian
pengukuran.

Gambar 4.7 Grafik ketidakpastian pengukuran.

Error pengukuran adalah suatu penilaian keberhasilan dari suatu percobaan.


Apabila error pengukuran mendekati 0 maka pengukuran yang dilakukan
dapat dikatakan valid. Berikut adalah grafik error pengukuran dari percobaan
yang saya lakukan.
Gambar 4.9 Grafik error pengukuran.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang saya dapatkan setelah melakukan praktikum vektor


ini adalah sebagai berikut:
1. Vektor dapat di uraikan menjadi dua buah vektor dengan mengalikannya
dengan nilai sinus sudut yang di bentuk garis kerja vektor itu sendiri.
2. Hasil atau besar nilai vektor uraian tergantung padabesar nilai sinus sudut
.
3. Semakin besar sudut maka vektor resultan semakin besar.
4. Semakin kecil sudut maka nilai resultan vektor semakin kecil juga.
5. Ketidakpastian pengukuran dalam praktikum dapat terjadi karena
kesalahan pada sumber daya manusia, keterbatasan alat dan lain-lain.

B. Saran

Adapun saran yang ingin saya sampaikan dalam melakukan praktikum fisika
dasar mengenai vektor adalah sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran saya menyarankan untuk
mempelajari dahulu alat-alat praktikum yang akan digunakan, besaran dan
satuan juga langkah dan metode praktikum agar praktikum berjalan
dengan lancar, mudah dipahami dan berjalan dengan waktu yang efisien.
2. Sebelum melakukan praktikum mempelajari konsep vektor secara teori
terlebih dahulu.
3. Melakukan percobaan sebanyak 5 kali dengan benar dan tepat sesuai
prosedur praktikum dan menggunakan alat dengan benar agar memperoleh
hasil yang maksimal dan tingkat akurasi yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai