DRG Nono
DRG Nono
TUJUAN
Setelah selesai praktikum mahasiswa mampu:
a. Melakukan penuangan logam campur dengan benar
b. Menganalisa hasil tuangan berdasarkan pengamatan
3. CARA KERJA
3.1 Persiapan Alat
a. Kompor untuk burn out siap dinyalakan
b. Glass lab dalam keadaan bersih
c. Pinset besar dan kecil disediakan
d. Preheating furnace (oven) sudah dinyalakan
e. Alat casting sentrifugal sudah dalam keadaan siap dengan cara memutar
lengan pemutar sebanyak 3 kali
f. Crucible casting dimasukkan ke dalam furnace
1
3.2 Burn out dan Preheating
a. Crucible former dilepaskan dari bumbung tuang yang berisi bahan tanam.
Lalu, bersihkan sisa bahan tanam gipsum yang melekat di sisi luar bumbung
tuang.
b. Burn out malam dengan cara bumbung tuang diletakkan diatas kompor
dengan posisi bagian datar dari bumbung tuang berada di atas, sedangkan
crucible former menghadap ke bawah (api) dengan sudut 45.
c. Bumbung tuang dikeluarkan dari oven dan diletakkan pada alat sentrifugal.
d. Logam dipanasi dengan api torch sampai cair, kemudian lengan pemutar
ditarik sedikit, batang penahan akan turun dan lengan pemutar dilepas hingga
berputar.
4. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 1. Pengamatan hasil praktikum casting dengan variasi konsistensi bahan tanam
gypsum bonded.
Bagian
Marginal Binti Mahkota
No. Porositas Sayap Distorsi marginal
space l tidak lengkap
membulat
I 3,00 mm - - + + - -
II 1,80 mm - + + - - -
IIIa 2,90 mm - - + - - -
III
0,65 mm - - - - - -
b
4
Gambar 5.1 Hasil praktikum casting dengan variasi konsistensi bahan tanam
gypsum bonded
6. PEMBAHASAN
6.1 Tinjauan Pustaka
6.1.1 Komposisi
5
6.1.2 Reaksi
Campuran silika dengan bubuk kalsium sulfat hemihidrat
menghasilkan setting expansion yang besar daripada ptoduk gipsum yang
digunakan tanpa campuran apapun. Partikel silika akan mengganggu
dengan interlocking dan intermeshing dari kristal yang dihasilkan. Jadi,
desakan dari kristal akan terjadi selama pertumbuhan, dan ini akan
menyebabkan eksapnsi. Pada gipsum dapat terjadi porositas. Porositas
yang terjadi dapat dikarenakan rendahnya kandungan dari kalsium sulfat
hemihidrat dan lebih banyak air yang digunakan. Ketika kandungan kristal
gipsum cukup banyak, maka porositas akan sedikit. Ukuran partikel juga
menjadi pengaruh. Semakin seragam ukuran partikel, maka kemungkinan
terjadi porositas akan meningkat. Partikel yang mengandung partikel halus
dan kasar akan menghasilkan porositas yang lebih rendah dibanding
dengan partikel yang memiliki ukuran seragam (Journal of Engineering
Science and Technology July 2015, Vol. 10(7).
6
Bahan tanam gypsum bonded akan terdekomposisi di atas suhu
1200C karena interaksi dengan silika dengan kalsium sulfat untuk
membebaskan gas sulfur trioksida:
Karbon bisa berasal dari residu atau sisa yang tertinggal setelah
pembakaran model malam atau kemungkinan berasal dari keberadaan
grafit dalam investment. Reaksi lebih lanjutnya bisa terjadi pembebasan
sulfur dioksida yang terjadi pada suhu diatas 700 dan menyebabkan
gipsum cenderung rapuh, menyusut, dan terkontaminasi dengan sulfida
dari elemen non-noble alloy (McCabe, 2008, p. 50).
6.1.3 Kegunaan
Casting dirancang untuk membuat duplikat/tiruan logam dari
struktur gigi yang sudah hilang secara akurat. Casting digunakan untuk
membuat restorasi kecil, seperti inlay, onlay, crowns, dan endodontic
pots (Anusavice, 2013, p. 210).
6.1.4 Manipulasi
Tahap awal yang dilakukan adalah pembuangan malam. Pada
tahap ini, bumbung tuang harus benar-benar dipastikan bersih dari
malam. Lalu, memanaskan bumbung tuang (mould). Pemanasan mould
investment7 harus dilakukan pada tingkat yang memungkinkan uap dan
gas-gas lain dibebaskan tanpa meretakkan cetakan. Juga penting bahwa
suhu cetakan yang dipanaskan cukup untuk memungkinkan
terjadinyaekspansi termal serta suhu ini tidak dibiarkan turun secara
signifikn sebelum pengecoran dimulai. Untuk alloy emas dibakar pada
suhu 450C atau bisa lebih sampai 700C sering digunakan pada gypsum
bonded. Untuk alloy Ni/Cr temperature yang digunakan sekitar 700-
900C. Untuk alloy Co/Cr biasanya dibakar pada suhu 1000C. Casting
yang dilakuan pada cetakan harus pada suhu diatas 650C jika
ekspansinya memadai karena didapatkan ekspansi termal yang pas maka
hasil yng diinginkan dapat dicapai. Hal ini mengharuskan cetakan
dipanaskan sampai sektar 750C untuk menghindari pendinginan yang
mungkin terjadi sebelum pengecoran dimulai.
Keseimbangan antara cair suhu dan cetakan suhu penting dalam
hal memproduksi casting lengkap dan akurat dengan struktur butir halus.
Alloy harus panas untuk memastikan bahwa alloy sudah sepenuhnya cair
dan tetap seperti itu sampai casting dilakukan pada cetakan. Tetapi tidak
harus terlalu panas karena dapat mulai mengoksidasi dan terjadi
kristalisasi yang tertunda saat mencapai bagian rongga cetakan atau
menyebabkan rusak interaksi dengan dinding cetakan. Suhu pada cetakan
harus cukup bagus untuk memastikan ekspansi yang tepat pada cetakan
dan untuk mengurangi kristalisasi mengakibatkan pengisian alloy pada
cetakan yang tidak komplit, tetapi tidak cukp bagus untuk kristalisasi
shingga diperlambat beberapa lama yang akan memperkasar bentuk
strukturnya (McCabe, 2008, hal 80).
6.1.5 Sifat
Sifat fisik bahan tanam tuang:
a. Thermal stability: bahan tanam tuang harus memiliki retensi yang baik
terhadap suhu saat casting memiliki kekuatan yang cukup untuk
menahan stress saat setting ketika alloy cair memasuki mould bahan
tanam tuang.
b. Porositas: gipsum bonded dan fosfat bonded merupakan material yang
8
cukup porus, sehingga dapat melepaskan air dan gas lainnya dari
dalam mould selama proses casting.
c. Kompensasi ekspansi: keakuratan agar bahan tanam tuang fit dengan
casting bergantung pada kemampuan bahan tanam tuang untuk
mengkompensasi penyusutan dari alloy selama proses setting.
Besarnya penyusutan bervariasi, pada gold alloy sebesar 1.4%, pada
Ni/Cr alloy 2%, dan pada Co/Cr sebesar 2.3% (McCabe and Walls
2008, p.49-51).
7. KESIMPULAN
W/P ratio pada investment material berpengaruh pada hasil casting. W/P
ratio yang terlalu tinggi dapat menyebabkan timbulnya bintil, sayap, serta
marginal fit yang kurang baik pada hasil casting.
12
Daftar Pustaka
Anusavice KJ, Shen C, Rawls RH 2013. Phillips Science of Dental Materials.
12nd Edition. USA: Saunder Elesevier. p. 210; 218; 222.
Journal of Engineering Science and Technology July 2015, Vol. 10(7).
McCabe JF dan Walls A. 2008. Applied Dental Materials. 9th ed. United
Kingdom: Blackwell Publishing Ltd. p. 49-51; 80-83.
Sakaguci, RL dan Powers, JM. 2012. Craig's Restorative Dental Materials 13th
edition. Philadelphia : Mosby Elsevier. p. 310.
13