Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1
7. Bagaimana mekanisme kerja terapi gen?
8. Bagaimana prinsip kerja terapi gen?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian bioremediasi
2. Untuk mengetahui proses bioremediasi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis bioremediasi
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi bioremediasi
5. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan bioremedias
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan terapi gen
9. Untuk mengetahui mekanisme kerja terapi gen
10. Untuk mengetahui prinsip kerja terapi gen
BAB II
PEMBAHASAN
2
Bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi masalah
lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang
dimaksud adalah khamir, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri yang
berfungsi sebagai agen bioremediator. Selain dengan memanfaatkan mikroorganisme,
bioremediasi juga dapat pula memanfaatkan tanaman air. Tanaman air memiliki
kemampuan secara umum untuk menetralisir komponen-komponen tertentu di dalam
perairan dan sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair ( misalnya
menyingkirkan kelebihan nutrien, logam dan bakteri patogen). Penggunaan tumbuhan
ini biasa dikenal dengan istilah fitoremediasi.
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) atau
dengan kata lain mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari
lingkungan.
Bioremediasi telah memberikan manfaat yang luar biasa pada :
1. Bidang Lingkungan, yakni, pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan
bahkan mengubah limbah tersebut menjadi ramah lingkungan. Contoh bioremediasi
dalam lingkungan yakni telah membantu mengurangi pencemaran dari pabrik,
misalnya saat 1979, supertanker Exxon Valdez di Alaska, lebih dari 11juta gallon oli
mentah mengalir, tetapi bakteri pemakan oli membantu mengurangi pencemaran laut
yang lebih jauh lagi.
2. Bidang Industri, yakni bioremediasi telah memberikan suatu inovasi baru yang
membangkitkan semangat industri sehingga terbentuklah suatu perusahaan yang
khusus bergerak dibidang bioremediasi, contohnya adalah Regenesis Bioremediation
Products, Inc., di San Clemente, Calif.
3
polutan tersebut. Enzim mempercepat proses tersebut dengan cara menurunkan energi
aktivasi, yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi. Pada proses ini
terjadi biotransformasi atau biodetoksifikasi senyawa toksik menjadi senyawa yang
kurang toksik atau tidak toksik. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada
biodegradasi. Degradasi senyawa kimia oleh mikroba di lingkungan merupakan
proses yang sangat penting untuk mengurangi kadar bahan-bahan berbahaya di
lingkungan, yang berlangsung melalui suatu seri reaksi kimia yang cukup kompleks
dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Misalnya
mengubah bahan kimia menjadi air dan gas yang tidak berbahaya misalnya CO2.
Dalam proses degradasinya, mikroba menggunakan senyawa kimia tersebut untuk
pertumbuhan dan reproduksinya melalui berbagai proses oksidasi. Enzim yang
dihasilkan juga berperan untuk mengkatalis reaksi degradasi, sehingga tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai keseimbangan. Lintasan
biodegradasi berbagai senyawa kimia yang berbahaya dapat dimengerti berdasarkan
lintasan mekanisme dari beberapa senyawa kimia alami seperti hidrokarbon, lignin,
selulosa, dan hemiselulosa. Sebagian besar dari prosesnya, terutama tahap akhir
metabolisme umumnya berlangsung melalui proses yang sama.
4
terpenuhi, mikroba akan tumbuh dengan lambat atau mati. Secara umum kondisi yang
diperlukan ini tidak dapat ditemukan di area yang tercemar (Suhardi, 2010).
2. Bioaugmentasi
Bioaugmentasi merupakan penambahan produk mikroba komersial ke dalam
limbah cair untuk meningkatkan efisiensi dalam pengolahan limbah secara biologi.
Cara ini paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat.
Hambatan mekanisme ini yaitu sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar
agar mikroba dapat berkembang dengan optimal. Selain itu mikroba perlu beradaptasi
dengan lingkungan tersebut (Uwityangyoyo, 2011). Menurut Munir (2006), dalam
beberapa hal, teknik bioaugmentasi juga diikuti dengan penambahan nutrien tertentu.
Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam
bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang asing
kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
3. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar.
2. Ex situ, yaitu bioremediasi yang dilakukan dengan mengambil limbah tersebut lalu
ditreatment ditempat lain, setelah itu baru dikembalikan ke tempat asal. Lalu diberi
perlakuan khusus dengan memakai mikroba.
5
pendegradasi hidrokarbon perlu dioptimalkan aktivitasnya dengan pengaturan kondisi
dan penambahan suplemen yang sesuai. Dalam hal ini perlu diperhatikan faktor-
faktor lingkungan yang mempengaruhi proses bioremediasi, yang meliputi kondisi
tanah, temperature, oksigen, dan nutrient yang tersedia.
a) Lingkungan
Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung
kelancaran aliran nutrient, enzim-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran tersebut
akan mengakibatkan terbentuknya kondisi anaerob sehingga proses biodegradasi
aerobik menjadi tidak efektif..
b) Temperatur
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40C.
Ladislao, et. al. (2007) mengatakan bahwa temperatur yang digunakan pada suhu
38C bukan pilihan yang valid karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris untuk
mengontrol mikroorganisme patogen. Pada temperatur yang rendah, viskositas
minyak akan meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai pendek yang bersifat
toksik menurun dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga proses biodegradasi
akan terhambat.
c) Oksigen
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun kapang
adalah oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan demikian tersedianya
oksigen merupakan syarat keberhasilan degradasi hidrokarbon minyak
d) pH.
Pada tanah umumnya merupakan lingkungan asam, alkali sangat jarang
namun ada yang melaporkan pada pH 11. Penyesuaian pH dari 4,5 menjadi 7,4
dengan penambahan kapur meningkatkan penguraian minyak menjadi dua kali.
Penyesuaian pH dapat merubah kelarutan, bioavailabilitas, bentuk senyawa kimia
polutan, dan makro & mikro nutrien. Ketersediaan Ca, Mg, Na, K, NH4+, N dan P
akan turun, sedangkan penurunan pH menurunkan ketersediaan NO3- dan Cl- .
6
Cendawan yang lebih dikenal tahan terhadap asam akan lebih berperan dibandingkan
bakteri asam.
e) Kadar H2O dan karakter geologi.
Kadar air dan bentuk poros tanah berpengaruh pada bioremediasi. Nilai
aktivitas air dibutuhkan utk pertumbuhan mikroba berkisar 0.9 - 1.0, umumnya kadar
air 50-60%. Bioremediasi lebih berhasil pada tanah yang poros.
Kelebihan dan Kekurangan Bioremediasi
7
2.7 Mekanisme kerja terapi gen
1. Terapi gen secara ex vivo dan in vivo
Transfer gen merupakan langkah penting dalam proses terapi gen. Gen yang
akan digunakan mula-mula diisolasi dan kemudian di transformasikan ke sel target
dengan cara di kloning (Mohammad, 2008). Strategi utama dalam transfer gen
somatik manusia dibedakan dalam dua kelompok, yaitu : Ex vivo dan in vivo. Pada
ex vivo, gen dibungkus vektor kemudian dikenalkan ke sel yang diambil dari pasien
(sel target) dan dikembangkan secara invitro dan kemudian di transformasi ke sel
yang diinjeksi kembali. Pada invivo pengiriman gen dilakukan secara langsung ke sel
pasien tanpa dikembangkan dulu secara invitro
2. Mekanisme terapi gen berdasarkan sel target
Berdasarkan sel target yang digunakan, terapi gen dibedakan dalam dua tipe utama,
yaitu Somatik dan Germ-line. Modifikasi gen yang tidak melewati keturunan disebut
dengan terapi gen somatik sedangkan modifikasi gen yang mencakup sel reproduksi
adalah terapi gen Germ-line. Sel target dari terapi gen somatik adalah sel stem,
fibroblas dan sel stem lainnya. Target dari terapi gen germ-line adalah sperma atau sel
telur (Anonima. 2010).
8
Prinsip-prinsip terapi gen adalah gen yang akan dipindahkan itu harus
diletakkan ke dalam sel yang akan berfungsi normal dan efektif. Untuk hemofilia gen
harus diletakkan ke dalam sel yang akan menghantarkan protein faktor VIII atau
faktor IX ke dalam peredaran darah. Saat ditransfer, gen tersebut harus berfungsi
dalam sel dalam jangka waktu yang lama, demikian pula sel baru yang disebut
transduced cell, harus pula bertahan lama. Program terapi gen terbagi dalam dua
jenis. Pertama, pemindahan gen dilakukan di dalam tubuh pasien (in vivo transfer).
Kedua, pemindahan gen dilakukan di luar tubuh pasien (ex vivo transfer). Terapi gen
in vivo transfer bersandarkan pada kemampuan sel-sel untuk menyerap DNA. Peneliti
berharap dapat memetakan gen yang berfungsi normal sehingga memungkinkan sel-
sel menerimanya sesegera mungkin, misalnya melalui penyuntikan. Sedangkan ex
vivo transfer, gen yang berfungsi normal disisipkan ke dalam sel di dalam
laboratorium. Kemudian sel yang telah ditransferkan ke gen baru tadi di letakkan ke
dalam tubuh pasien.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan
untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang
beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
2. Jenis-jenis bioremediasi meliputi :
. Bioremediasi yang melibatkan mikroba terdapat 3 macam yaitu :
- Biostimulasi, Bioaugmentasi, Bioremediasi .
3. Terapi gen atau gen therapy merupakan modifikasi materi genetik (DNA) dari
sel untuk tujuan pengobatan.
4. Mekanisme terapi gen melalui transfer gen baik secara ex vivo maupun in
vivo dan melalui Gene Transfer Agents (Agen Pembawa Gen).
5. Prinsip-prinsip terapi gen adalah gen yang akan dipindahkan itu harus
diletakkan ke dalam sel yang akan berfungsi normal dan efektif.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan, agar dapat meningkatkan
pemahaman kita mengenai terapi gen dan bioremediasi
10
DAFTAR PUSTAKA
11