Anda di halaman 1dari 14

STANDAR FASILITAS PELAYANAN

KESEHATAN MATA
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang :

1 Mata adalah indera yang menjadi jalur informasi utama (80%) dalam kehidupan sehari-hari sejak
dilahirkan sampai usia tua.
2 Mata terdiri dari kelopak mata, sistim lakrimal, jaringan lunak orbita dan tulang orbita serta bola
mata ; merupakan satu kesatuan fungsional yang saling berkaitan satu sama lainnya, sehingga
standar pelayanan kesehatan mata paripurna harus meliputi semua organ mata tersebut.
3 Upaya Kesehatan Mata dan Pencegahan Kebutaan (UKM-PK) dan Penanggulangan Kebutaan
Katarak Paripurna (PKKP), serta Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan
Penglihatan dan Kebutaan Nasional 2003 (PGPK) yang dijalankan oleh pemerintah dan
masyarakat, termasuk organisasi organisasi profesi dan lembaga sosial kemasyarakatan
bertujuan untuk mewujudkan optimalisasi fungsi penglihatan dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup masyarakat serta menunjang harapan hidup produktif.
4 UKM/PK dan PKKP sejak tahun 1987 telah menjadi salah satu dari 18 upaya kesehatan pokok
Departemen Kesehatan dengan target menurunkan angka kebutaan menjadi 0,5 % pada tahun
2000.
5 Pada tahun 2003 angka kebutaan adalah 1,5 %, dengan demikian target UKM-PK dan PKKP
belum tercapai, bahkan terjadi peningkatan prevalensi kelainan mata degeneratif sebagai akibat
bertambahnya umur harapan hidup rata rata penduduk Indonesia.
6 Perkembangan era globalisasi dan informasi menyebabkan meningkatnya tuntutan masyarakat
akan pelayanan kesehatan mata yang bertanggung jawab, bermutu dan merata.
7 Untuk mengantisipasi hal hal diatas diperlukan suatu tatanan tentang fungsi, peran, dan
tanggung jawab semua pihak yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan mata serta
keikutsertaan pihak pihak yang terkait dalam bentuk standar pelayanan kesehatan mata.
8 PERDAMI sebagai organisasi profesi terdepan dalam pelayanan kesehatan mata perlu
menyusun suatu standar pelayanan guna mewujudkan Pelayanan Kesehatan Mata yang
profesional serta melindungi masyarakat dari pelayanan yang merugikan termasuk tindakan mal
praktek. Standar tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah (Depkes dan
Pemda) untuk menyusun berbagai peraturan atau ketentuan yang mendukung pelaksanaan
UKM-PK dan PKKP.
II. LANDASAN

1 Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.


2 Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
3 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159 b/Menkes/Per/II/ 1998 tahun 1998 tentang Rumah
Sakit.
4 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 436/Menkes/ SK/VI/ 1993 tahun 1993 tentang Pelayanan
Medis.
5 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 575/Menkes/ Perd/IX/1989 tahun 1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medik.
6 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/Per/ XII/1986 tahun 1986 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik.
7 Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan Nasional
(PGPK) Depkes tahun 2003.
BAB II
Standar Jenis Pelayanan

Pasal 1 : JENIS PELAYANAN


Sesuai dengan jenisnya pelayanan kesehatan mata diklasifikasikan sebagai berikut:
1 Pelayanan kesehatan mata primer adalah pemeriksaan dan atau tindakan medik mata.
2 Pelayanan kesehatan mata sekunder adalah pemeriksaan dan atau tindakan medik
spesialistik mata.
3 Pelayanan kesehatan mata tersier adalah pemeriksaan dan atau tindakan medik sub-
spesialistik mata.

Pasal 2 : KEGIATAN
1. Pemeriksaan dan tindakan medik pelayanan kesehatan mata (primer)

a Melakukan anamnesa
b Menjelaskan proses pemeriksaan yang akan dijalani oleh pasien.
c Mengukur dan menentukan tajam penglihatan (visus).
d Melakukan pemeriksaan segmen depan mata dengan lup dan lampu senter.
e Melakukan pemeriksaan lapang padangan dengan metode konfrontasi atau kampus
sederhana.
f Mengukur tekanan bolamata dengan tonometer Schiotz.
g Memeriksa kejernihan media refrakta dan segmen belakang mata dengan oftalmoskop direk.
h Memeriksa dan menentukan ada tidaknya kelainan penglihatan warna dengan Tes Ishihara-
Kanehara.
i Melakukan tindakan bedah kecil (kalasion dan hordeolum), serta perawatan pascabedah
katarak dan glaukoma.
j Memeriksa dan menangani penyakit mata luar.
k Mampu melakukan pertolongan pertama pada kedaruratan mata.
l Memberikan penyuluhan kesehatan mata
m Penyaringan penyakit mata penyebab kebutaan (skrining ).

2. Pemeriksaan dan tindakan medik pelayanan kesehatan mata spesialistik (sekunder)

a Melakukan pemeriksaan dan tindakan medik mata primer.


b Melakukan penanganan lanjut terhadap pasien rujukan dari sarana kesehatan primer.
c Melakukan pemeriksaan dan tindakan medik mata spesialistik (sekunder) yang meliputi:
2c.1. Pemeriksaan segmen depan mata menggunakan slip-lamp.
2c.2. Pemeriksaan segmen belakang mata menggunakan
oftalmoskop direk dan atau indirek.
2c.3. Pemeriksaan khusus tonometri, gonioskopi, kampimetri.
2c.4. Pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya.
2c.5. Tindakan bedah sedang dan besar (lihat lampiran)
2c.6. Perawatan pra/pasca bedah.
d Merujuk pasien yang membutuhkan pemeriksaan dan tindakan medik matasubspesialistik
(tersier ).
e Memberikan penyuluhan kesehatan mata
f Khusus untuk BKMM.

3. Pemeriksaan dan tindakan medik pelayanan kesehatan mata subspesialistik (tersier)


a Melakukan pemeriksaan mata primer dan sekunder.
b Menindaklanjuti pasien rujukan dari sarana kesehatan sekunder.
c Melakukan pemeriksaan penunjang diagnostik lanjut.
d Melakukan pemeriksaan dan tindakan medik mata subspesialistik yang ditentukan oleh
kebutuhan masyarakat, tersedianya tenaga ahli serta tersedianya sarana dan prasarana
yang meliputi :
3d.1. Katarak dan bedah refraktif
3d.2. Glaukoma
3d.3. Vitreoretina
3d.4. Infeksi dan imunologi
3d.5. Pediatri oftalmologi
3d.6. Strabismus
3d.7. Neuro oftalmologi
3d.8. Onkologi mata
3d.9. Bedah plastik dan rekonstruksi.
3d.10.Refraksi dan Lensa Kontak (Kontaktologi)
e. Perawatan pra dan pasca bedah subspesialistik.
f. Memberikan penyuluhan kesehatan mata

Pasal 3 : Instalasi Pelayanan Kesehatan Mata

Pelayanan lesehatan mata dapat dilaksanakan di :


1 Balai Pengobatan Umum
2 Pusat Kesehatan Masyarakat
3 Praktek dokter umum dan spesialis mata.
4 Rumah Sakit Umum tipe D
5 Rumah Sakit Umum tipe C
6 Balai Kesehatan Indera Masyarakat
7 Rumah Sakit Umum tipe B pendidikan dan non pendidikan
8 Praktek bersama dokter spesialis
9 Rumah Sakit Umum tipe A atau rumah sakit rujukan nasional
10 Rumah Sakit Khusus Mata
BAB III
Standar Ruangan dan Peralatan

Pasal 4 : Standar Ruangan

1. Standar Ruangan pelayanan kesehatan mata primer


a Ruangan pemeriksaan mata.
b Ruangan pemeriksaan dengan peralatan sesuai Bab III pasal 5.
c Ruangan tindakan bedah kecil mata di Puskesmas dengan fasilitas rawat inap

2 Standar Ruangan pelayanan kesehatan mata sekunder.


a Ruangan pemeriksaan mata.
b Ruangan rawat inap untuk penderita penyakit mata .
c Ruangan untuk tindakan pembedahan mata sedang dan besar.
d Ruangan pemeriksaan dengan peralatan sesuai Bab III pasal 5.
e Pada Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) selain ruangan pada butir 2 a,b,c diatas
perlu disediakan ruang pertemuan, mobil unit untuk penyuluhan dan kegiatan operasi di
lapangan.
f Untuk Rumah sakit tipe B pendidikan perlu disediakan ruang kuliah.

3. Standar Ruangan pelayanan kesehatan mata tersier


a Ruangan ruangan poliklinik untuk pemeriksaan berbagai sub-spesialistik mata.
b Ruangan pemeriksaan dan bedah mata emergency
c Ruang rawat inap untuk penderita penyakit mata .
d Ruang bedah mata sedang dan besar.
e Ruangan pemeriksaan dengan peralatan sesuai Bab III pasal 5.
f Ruang kuliah untuk penyelenggaraan pendidikan.
g Ruangan - ruangan sesuai ketentuan yang berlaku bagi rumah sakit tipe A.

Pasal 5 : Standar Peralatan

1 Sarana pelayanan kesehatan mata primer minimal harus tersedia peralatan sebagai
berikut:

1.1. Peralatan diagnostik:


a Lembar optotip Snellen yang dilengkapi clock dial .
b Lembar kartu tes baca.
c Bingkai ujicoba trial lens (trial frame) dan 1 (satu) set lensa ujicoba (trial lens set)
d Buku Ishihara-Kanehara.
e Lup binokuler (lensa pembesar) 3 5 Dioptri.
f Oftalmoskop direk.
g Tonometer Schiotz.
h Obat-obatan diagnostik midriatikum, anestesi topical.
i Lampu senter.
1.2. Peralatan bedah
a. Set peralatan bedah kecil
b. Lampu operasi

2 Pada Sarana kesehatan mata sekunder tersedia :

1 Peralatan diagnostik
2.1.1. Peralatan diagnostik minimal
a Lembar optotip Snellen yang dilengkapi clock dial .
b Lembar kartu tes baca.
c Bingkai ujicoba trial lens (trial frame) dan 1 (satu) set lensa ujicoba (trial lens set)
d Buku Ishihara-Kanehara.
e Lensometer
f Oftalmoskop direk dan atau indirek
g Slit lamp
h Tonometer Schiotz dan atau Aplanasi
i Streak retinoscopy
j Lensa Gonioskopi dengan tiga cermin.
k Set dilator punktum, probe lakrimal dan anel.

2.1.2. Peralatan diagnostik pelengkap


a. Kampimeter
b Alat untuk biometri A-scan.
c Keratometer.
d USG Mata
e Worth Four Dot Test.
f Retinometer

2.2. Peralatan bedah :


a Mikroskop operasi.
b Set peralatan bedah segmen anterior.
c Set peralatan bedah segmen posterior sederhana.
d Set peralatan bedah adneksa dan orbita sederhana.

2.3. Peralatan tambahan untuk BKIM :


a Sebuah mobil unit dengan perlengkapan penyuluhan.
b Satu unit mikroskop operasi beserta peralatan bedah.
3 Pada sarana kesehatan mata tersier, selain peralatan pada Pasal 5.2. , harus pula tersedia:

1 KATARAK DAN BEDAH REFRAKTIF


Peralatan Diagnostik :
1 Slitlamp
2 Keratometer
3 A-scan Biometer
4 Topografi kornea : Video keratografi
5 Retinometri
6 B-scan ultrasonografi
7 Trial lens set
8 Trial Frame
9 Chart Projector
10 Autorefractometer
11 Lensmeter
12 PD meter
13 Lampu senter
14 Oftalmoskop direk
15 Specular Microscope

Peralatan bedah yang dibutuhkan agar mampu melakukan tindakan :

I Bedah Katarak EKEK dengan implantasi IOL


II Bedah katarak Fako dengan impolasi IOL
III Bedah Transplantasi tembus kornea
IV Bedah Transplantasi lamellar kornea
V Bedah Refraktif kornea.

PERALATAN SET BEDAH KATARAK DASAR

1 Towel Clamp 2
2 Curved Hemosstatic Clamp 2
3 Mosquito forceps 2
4 Caliper 1
5 Wired Eyelid speculum 1
6 Eyespeculum screw controlled 1
7 Superior rectus speculum 1
8 Tenotomy scissors curved 1
9 Hook, V.graefe, 10mm 1
10 Hook, Sinskey, angled 2
11 Razorblade, breadker & holder 2
12 Stitch scissors, sharp 1
13 Scissors, Corneal, 11mm, 1
Right,blunt 1
14 Scissors, Corneal,11mm, left,bulnt 1
15 Scissors, iris,11mm,curved,sharp 1
16 Scissors,Vannas, micro,13 mm, 1
angled 1
17 Scissors, Vannas, bulnt, 9 mm 1
18 Needle holder,heavy,16 mm 1
19 Needle holder, fine 11 mm 1
20 Needle holder, 8 mm curved 2
21 Needle holder, delicate, 7 1
mm,curved 1
22 Forceps, utilty 1
23 Forceps, iris, collibry 1
24 Forceps,corneal 0,3 mm 1
25 Forceps, fixation, 0,12 mm 1
26 Forceps,tying, 0,3 mm, straight 1
27 Forseps, tying, 0,3 mm, curved 1
28 Forceps, Mc Pherson 1
29 Forceps, Capsulorhexis 1
30 Forceps, Biopolar, Mc. Pherson, 1
angled 1
31 Lens loop irrigating, 6 mm,wide 1
32 Lens loop, 5mm wide X 7 mm long 1
33 Spatula, iris, 2 mm-wide, angled 1
34 Spatula, iris, 1 mm-wide, angled 2
35 Spatula,cyclodialysis, 1mm wide, 10 3
mm long, angled 2
36 Cannules. 1/A,Symcoe 1
37 Cannules, A/C irrigating, 19 Gauge, 1
angled
38 Cannules, A/C irrigating, 23 Gauge,
angled
39 Cannules A/C irrigating,27
mm,angled
40 Cannules, Hydrodissection, curved
41 Bipolar Coagulator
42 Rotator, IOL

SET FAKO-EMULSIFIKASI
Terdiri dari Set bedah katarak dasar ditambah :

1 Slit knife keratome disposable, 2,5 mm, 1 per pasien


angled 1 buah
2 Keratome, Diamond, 3,0 mm. angled 1 per pasien
3 Crescent knife, disposable, bevel up 1 buah
4 Nucleus Chopper 1 buah
5 Sinskey hook 1 buah
6 Necleus manipulator 1 Unit
7 Mesin fako-emulsifikasi : 2 buah
Hand piece, US 1 buah
Hand-piece, I/A Straight 1 buah
Hand-piece, I/A, Curved 1 buah
Hand piece, I/A, bi-manual

SET TRANSPLANTASI TEMBUS KORNEA


Terdiri dari set bedah katarak dasar ditambah :

1 Flicringa Fixation Rings ( 10 -18 mm) 1 set


2 Trephine Hendle, Universal 1 set
3 Punch,Cottingham 1 set
4 Base Plug, for Cottingham punch 2 buah
5 Trephine Blade, disposable, (6.0 9,5 mm ) 1 set
6 Scissors, Corneal section, Right
7 Scissors, Corneal section, Left 1 buah
1 buah

2 REFRAKSI DAN LENSA KONTAK

Alat Diagnostik :
- Peralatan Standar untuk Refraksi :
1 Optotip Snellen
2 Trial Lens Set
3 Trial Frame
4 Streak Retinoscope
5 Jackson Cross Cylinder
6 Lensometer
- Peralatan Standar untuk Pelayanan LensaKontak :

Optotip Snellen
1
Trial Lens Set
2
Trial Frame
3
Streak Retinoscope
4
Keratometer
5
Slit lamp
6
Trial Set Lensa Kontak
7
Cairan Pencuci, pembasah Lensa Kontak
8
Sarana untuk mencuci lensa Uji Coba (Wastafel )
9
Suction Pipet untuk emlepas lensa uji coba
10
Kaca cermin
11
Fluorescein Strip
12
Magnifier khusus untuk melihat detail lensa kontak
13
Burton lamp ( untuk menilai fitting pada bayi / anak anak ).
14
3 GLAUKOMA :

Peralatan Diagnostik :
1 Computed Perimetry
2 Handheld tonometri
3 Gonioscopi Kuppe
4 Hand held Slit-lamp
5 Tonometer non kontak
6 Tonometer aplanasi
7 YAG laser
8 Argon laser
9 Imaging andlaser
10 Foto fundus stereoskopis

Peralatan bedah :

1 Non penehatys filtration up set


2 Tubekulektomi set
3 Divice inplant ( Ahmed , Holtens)

4 RETINA
Peralatan Diagnostik
1 Slit lamp
2 Lensa Fundus ( kontak dan non kontak )
3 oftalmoskop Indirek dengan lensa kondensing
4 Ofthalmoskop Direk
5 Kamera Fundus dengan Angiography Fluorescein Fundus ( FFA ) pencitraan digital
6 Ultrasonograpjy A scan dan B scan.
7 Amsler Grid Chart.
8 Amsler chart
9 Tes Buta Warna
Alat Bedah dan alat untuk tindakan :
1 Laser Photocoagulation instrument
2 Instrumen untuk bedah vitreoretina, Desmarres, muscle hock, calper,, microscissors,
microforceps, membranepeeler, , silicon injector, Contact lens (Landers)
3 Vitrectomy Unit.
4 Alat krio set, diaterm set.
5 Microscope dengan Wide Agle Viewing (BIOM atau EBOS ).
6 Laser photocoagulation for Endolaser and Laser Indirect Ophthalmoscope CLIO ).
7 Loupe No. 3, 5 7 )
8 Close Circuit TV
9 Pengamanan terhadap sinar laser ( laser Safety precaution for Laser rays - Goggles )
10
5 INFEKSI & IMUNOLOGI
Alat diagnostik :
1 Mikroskocope Casay ( Monocular/Binocular )
2 Slit lamp
3 Fluorescein strip.
4 Schimmer paper
5 USG
6 Rose Bensal
7 Glass Rod
8 Glass Object
9 Brunssen Brander
10 Tonoapplair
11 Indirect oftalmoscopy
12 Loupe
13 Alat untuk Anel Test
14 Baumann Sonde
15 Dilatator punction
16 Pewarna
Gram
KOH
Alat bedah dan alat untuk tindakan :
Hodeolum
Flap konjungtiva
Ammion graft
Wnucleasi
Eviserasi
Demofatgoaff, Fascialah graff.

6 STRABISMUS
Peralatan Diagnostik :
1 Major Amblyoscope/Synophtore
2 Maddox Scale
3 Prisma Bar vertical dan horizontal
4 Loose prisma
5 Trial len set
6 Adult and pediatric frame
7 Stereotest (Titmus, Randot, Lang, TNO )
8 WFDT dengan KM Red Green
9 Bagolini lenses
10 Retinoscope
11 Refraction lens bar with convex and concave lenses
12 Red dan White madox rods
13 Portable biomicroscope
14 Direct and indirect ophthalmoscope
15 Visual acuity chart
16 Near vision card
17 Optokinetic drum
18 Fine tooth forceps ( passive duction and estimation of generation muscle force)
19 Hees or Lees screen
20 Netral density filters
21 Visuscope or similar device to test fixation pattern
22 Perimeter to determine field of single binocular vision

Peralatan bedah :
1 Lup ( alat pembesar )
2 Set bedah strabismus

7 PEDIATRIK OFTALMOLOGI
Alat Diagnostik :
1 Trial lens set, Trial Frame, Chart Projector, Preferential looking
2 Lensometer
3 Streak Retinoskope dan Auto Refraktometer
4 Slit Lamp / Hand Held slit lamp
5 Tonopen
6 Direk dan atau indirek oftalmoskop (Condensing Lens 40 D)
7 Bleharostat Bayi
8 1 set alat pemeriksaan anel dan probing (dengan berbagai ukuran)
9 USG
10 ERG, VEP.

Alat Operasi :
1 peralatan operasi katarak dengan atau tanpa Vitrektomi anterior
2 peralatan operasi enukleasi / eviserasi / eksenterasitio orbitae
3 peralatan operasi glaukoma

3.8. REKONSTRUKSI DAN ONKOLOGI MATA


Diagnostik :
1 Hertel
2 Anel test & sonde
3 USG
4 Slit lamp
5 Pungtum dilalator

Operasi :
1 Set peralatan bedah plastik terdiri dari pinset, gunting, pisau,needle holder
2 Dilatator pungtum, probe lakrimal, anel
3 Rounger
4 Periosteal elevator
5 Boor
6 Gunting dan perisoteal elevator iga
7 Sryker saw
8 Hak orbita berbagai ukuran
9 Silicon lacrimal tube
10 Bahan sintetik untuk rekonstruksi fraktur, a.l : silicon blok dll
11 Kawat halus atau prolen 3,0 atau plate & screw
12 Implan orbita
13 Endoscope

9 NEURO OFTALMOLOGI
Diagnostik
1 ERG / NEP
2 Perimeter Octopus
3 Hess Screen
BAB IV
Ketenagaan

Pasal 6

1 Pada sarana pelayanan kesehatan mata primer:


Pelayanan dilakukan oleh dokter umum atau dokter spesialis mata yang telah ter-registrasi,
dengan mitra kerja perawat/perawat mahir mata dan refraksionis optisien.
2 Pada sarana pelayanan kesehatan mata sekunder
Pelayanan dilakukan oleh dokter spesialis mata yang telah ter-registrasi, dengan mitra kerja
dokter spesialis lain yang terkait, perawat mahir mata dan refraksionis optisien.
3 Pada sarana pelayanan kesehatan mata tersier
Pelayanan dilakukan oleh dokter spesialis mata konsultan, dokter spesialis mata yang telah ter-
registrasi, dengan mitra kerja dokter spesialis lain yang terkait serta perawat mahir mata dan
refraksionis optisien.
Bab V
Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 7 : Pembinaan

1 Sarana dan prasarana dilaksanakan oleh pimpinan/ manajemen pimpinan institusi atau badan
yang melaksanakan pelayanan kesehatan mata dengan advokasi PERDAMI.
2 Ketenagaan :
a Memiliki kedalaman pengetahuan yang memadai dan mengikuti perkembangan
keilmuan sesuai profesinya.
b Kemampuan dan keterampilan dilaksanakan sesuai dengan standar profesi
PERDAMI
c Etika profesi dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan dan Etik Kedokteran (DKEK)
PERDAMI dan MajeIis Kehormatan Etik Kedokteran IDI
3 Administrasi medik
Dilaksanakan sesuai dengan bentuk standar yang berlaku dan mencerminkan kinerja untuk
masing masing instalasi atau badan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan mata.

Pasal 8 : Pengawasan
1 Internal : dilaksanakan oleh Pembina masingmasing instalasi atau badan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan mata, termasuk memperhatikan fungsi dan ketepatan
(kalibrasi) peralatan medik.
2 Eksternal : Pelaksanaan bekerjasama dengan PERDAMI yaitu :
a Program akreditasi dengan advokasi oleh Departemen Kesehatan c.q. Komite Akreditasi
Rumah Sakit dan Sarana / prasarana pelayanan kesehatan ( KARS ).
b Untuk tingkat propinsi dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
c Untuk tingkat Kabupaten / Kota dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
BAB VI
Evaluasi

Pasal 9 : Evaluasi standar pelayanan

Dilakukan tiap tiga tahun sekali oleh PERDAMI

BAB VI
PENUTUP

Pasal 10 : Penutup

Bagi sarana pelayanan kesehatan, yang telah atau akan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
mata agar menyesuaikan dengan ketentuan yang terdapat dalam standar pelayanan kesehatan mata
ini dan dapat mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif bagi masing
masing daerah atau wilayah.

Anda mungkin juga menyukai