Anda di halaman 1dari 9

Nama : Lies Wahyuni

Nim : 1603216
FILSAFAT ILMU

1. Uraikan Secara Jelas Tentang Sarana Ilmiah


Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berpikir. Hal ini pernah diutarakan
oleh seniman handal, Auguste Rodin lewat karya pahatan yang menjelaskan
hakikat manusia yang sesungguhnya, patung seorang manusia yang sedang
berpikir. Proses berpikir manusia inilah yang memunculkan berbagai ilmu
pengetahuan. Dengan dobrakandobrakan pemikiran dan ide manusia mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan yang didasari dengan pemikiran yang
mendalam dan menyeluruh. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diperlukan
metode ilmiah yang langkah dan kegiatannya didasarkan pada prinsip-prinsip
keilmuan. Sarana ilmiah berperan sebagai alat bantu yang mengorganisasikan
metode ilmiah menjadi sebuah pengetahuan yang lebih sempurna. Tentu saja
berpikir berdasarkan keilmuan amat sangat berbeda dengan proses berpikir pada
umumnya. Disnilah para filsafat menuangkan segala bentuk pemikirannya dengan
menggunakan metode dan kegiatan yang bersifat ilmiah. Kegiatan dan metode
yang tidak didasarkan pada pemikiranpemikiran khayal namun logis dan empiris.
Semua dibuktikan secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Filsuf-filsuf
mendalami apa yang mereka kembangkan dengan menggunakan langkah-langkah
ilmiah yang didalamnya juag dibutuhkan sarana untuk membantu lancarnya
kegiatan ilmaih tersebut. Maka disinilah peran sarana ilmiah amat sangat berarti.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya (Salam: 2000). Selain itu, Salam
(2000:24) menambahkan bahwa sarana ilmiah merupakan alat yang membantu
kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu atau sarana ilmiah mempunyai fungsi
fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh. Sarana ilmiah
diperlukan untuk membantu kegiatan berpikir ilmiah. Tanpa sarana berpikir ilmiah
maka kegiatan berpikir ilmiah tidak akan berjalan dengan baik. Dan pada
hakikatnya sarana berpikir ilmiah terdiri dari empat bagian, yaitu bahasa,
matematika, statistik dan logika. Berikut merupakan penjelasan dari sarana
berpikir ilmiah.
a. Bahasa
Ernst Cassier menyebut manusia sebagai Animal symbolicum, mahluk yang
mempergunakan symbol, yang secara generic mempunyai cakupan yang lebih
luas dari pada Homo sapiens yakni mahluk yang berpikir sebab dalam
kegiatan berpikirnya manusia mempergunakan symbol. Tanpa mempunyai
kemampuan berbahasa ini maka kegiatan berpikir secara sistematis dan
teratur tidak mungkin dapat dilakukan. Tanpa bahasa simpul Aldous Huxley
manusia tak berbeda dengan anjing atau monyet.
Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa, tanpa
bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak
seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Dengan demikian tanpa
bahasa maka kita tak dapat mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang
lain. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dimana obyek-
obyek yang factual ditransformasikan menjadi symbol-simbol bahasa yang
bersifat abstrak. Adanya symbol bahasa yang bersifat abstrak ini
memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut.
Demikian juga bahasa memberikan kemampuan untuk berpikir secara teratur
dan sistematis. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran,
persaan dan sikap.
Pertama-tama bahasa dapat dicirakan sebagai serangkaian bunyi. Kedua
bahsa merupakan lambing dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti
tertentu. Manusia mengumpulkan lambing-lambang ini dan menyusun apa
yang kita kenal sebagai pembendaharaan kata-kata. Pembendaharaan ini
merupakan akumulasi dari pengalaman dan pemikiran manusia. Dengan
bahsa kita dapat mendeskripsikan sikap dan perasaan kita.
Menurut Sigmund Freud, kebudayaan membentuk manusia dengan menekan
dorongan-dorongan alami mereka, mensublimasikannya menjadi suatu yang
berbudaya yang kemudian merupakan dasar bagi pembentukan budaya.
Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa
pengetahuan. Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan obyektif yakni
trebebas dari unsur-unsur emotif. Berbahasa yang jelas artinya ialah bahwa
makna yang terkandung dalam kata-kata yang dipergunakan adiungkapkan
secara tersurat (eksplisit) untuk mencegah pemberian makna yang lain.
Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang
mengemukankan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pemikiran
dalam mendapatkan pengetahuan tersebut.
Adapun kekurangan bahasa, bahasa bersifat multifungsi yakni sebagai sarana
komunikasi emotif, afektif dan simbolik. Kedua terletak pada arti yang tidak
jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa.
Bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang sama. Ketiga
bahasa sering bersifat berputar-putar (sirkular) dalam mempergunakan kata-
kata terutama dalam memberikan definisi. Ahli filsafat Henri Bergson (1859-
1941) membedakan antara pengetahuan yang bersifat absolut yang didapat
tanpa melalui bahasa dan pengetahuan yang bersifat relative yang didapat
tanpa melalui bahasa dan bahasa.
b. Matematika
Matematika adalah bahasa yang mengembangkan serangkaian makna dar
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambing-lambang matematika bersifat
artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya.
1) Sifat Kuantitatif dari Matematika
Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa
verbal. Matematika mengembangkan bahasa numeric yang
memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif.
Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan
control dari ilmu. Matematika memungkinkan ilmu mengalami
perkembangan dari kualitatif ke kuantitatif.
2) Matematika Sarana Berpikir Deduktif
Berpikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didsarkan
kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Secara
deduktif matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan
premis-premis yang tertentu.
3) Perkembangan Matematika
Ditinjau dari perkembangannya ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yakni
tahap sistematika, komparatif dan kuantitatif. Pada tahap sistematika
maka ilmu mulai menggolong-golongkan obyek empiris ke dalam
kategori-kategori tertentu. Tahap komparatif kita mulai membandingkan
antara obyek yang satu dengan obyek yang lain kategori yang satu
dengan kategori yang lain. Tahap kuantitatif dimana kita mencari
hubungan sebab akibat tidak lagi berdasarkan perbandingan melainkan
berdasarkan pengukuran yang eksak dari obyek yang sedang kita selidiki.
Matematika berfungsi sebagai alat berpikir. Matematika pada garis
besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara akonsisten
berdasarkan logika deduktif.
Tidak semua ahli filsafat setuju dengan pernyataan bahwa matematika
adalah pengetahuan yang bersifat deduktif. Immanuel khant (1724-1804)
berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan sintetik a priori
dimana eksistensi matematika tergantung kepada dunia pengalaman kita.
Kata Wittgensteein pernyataan matematika tidaklah mengekspresikan
produk pikiran (tentang objek yang faktual).
Disamping sarana berpikir deduktif yang merupakan aspek estetik,
matematika juga merupakan keguanaan praktis dalam kehidupan sehari-
hari. Griffits dan Howson (1974) membagi sejarah perkembangan
matematika menjadi empat tahap. Tahap yang pertama dimulai dengan
matematika yang berkembang pada peradaban mesir kuno dan daerah
sekitarnya seperti babilonia dan Mesopotamia.
Matematika mendapatkan momentum baru dalam peradaban yunani yang
sangat memperhatikan aspek estetik dari matematika. Peradaban yunani
inilah yang meletakan dasar matematika sebagai cara berpikir rasional
dengan menetapkan berbagai langkah dan berbagai defenisi tertentu.
Bagi dunia keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang
memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat.
Matematika merupakan alat yang memungkinkan ditemukanya serta
dikomunikasikanya kebenaran ilmiah lewat berbagai disiplin keilmuan.
4) Beberapa aliran dalam filsifat matematika
Akhir-akhir ini filsafat khan tentang matematika mendapat momentum
baru dalam aliran yang disebut / intuisionis dengan komponen utamanya
adalah seorang ahli matematika berkebangsaan belanda bernama Jan
brouwer (1881-1966). Terdapat pula aliran ketiga yang dipelopori oleh
Davidhilbert (1862-1943) dan terkenal dengan sebutan kaum formalis.
5) Matematika dan peradaban
Matematika dapat dikatakan hamper sama tuanya dengan peradaban
manusia itu sendiri. Sekitar 3500 tahun SM bangsa mesir kuno telah
memiliki angka-angka bedanya dengan abad ke 20 adalah bahwa
pengetahuan tentang matematika pada tahun itu dianggap keramat.
Matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan untuk
menjawab kekurangan bahasa verbal alamiah. Matematika tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia. Tanpa matematika
maka pengetahuan akan berhenti pada tahap kualitatif yang tidak
memungkinkan untuk meningkatkan penalaranya lebih jauh.
c. Statistik
Peluang yang merupakan teori dari statistika merupakan konsep baru yang
tidak dikenal dalam pemikiran yunani kuno, romawi, dan bahkan eropa pada
abad pertengahan. Konsep statiskika sering dikaitkan dengan distribusi
variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Abraham demoivire
(1667-1754) mengembangkan teori galat atau kekeliruan. Pada tahun 1757
Thomas simpson menyimpulkan terdapat suatu distribusi yang berlanjut
(continuous distribution) dari suatu variable dalam suatu frekuensi yang
cukup banyak. Piere simon de lace (1749-1827) mengembangkan konsep
diatas sehingga menemukan distribusi normal. Kemudian ditemukan
distribusi lain yang tidak berupa kurva normal yang ditemukan Francis galton
(1822-1911) dan Karl pearson (1857-1936). Karl friederch gauss (1777-1855)
dia menemukan teknik kuadrat terkecil simpangan baku dan galat baku untuk
rata-rata (the standar eror of de mean). Desain eksperimen dikembangkan
oleh Ronald alylmer fiser (1890-1962) disamping analisis varian dan
kovarian, distribusi z, distribusi t, uji signifikan dan teori tentang perkiraan
(theory of estimation).
1) Statistika dan cara berpikir induktif
Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang
telah teruji kebenaranya. Pengujian secara empiris merupakan salah satu
mata rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari
pengetahuan-pengetahuan lainya. Pengujian mengharuskan kita untuk
menarik ekesimpulan yang bersifat umum dari kasus yang bersifat
individual jadi dalam hal ini kita menarik kesimpulan logika induktif.
Perbedaan penarikan kesimpulan deduktif dan induktif. Dalam penalaran
deduktif maka kesimpulan yang ditarik adalah benar sekiranya premis-
premis yang dipergunakanya adalah benar dan prosedur penarikan
kesimpulanya adalah sah. Sedangkan dalam penalaran induktif meskipun
premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulanya
adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu benar. Penarikan
kesimpulan secara induktif menghapkan kita sebuah permasalahan
mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada suatu
kesimpulan yang bersifat umum.
Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang
bersifat umum dengan jalan mengamati sebagian dari populasi yang
bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat
ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya
didasarkan pada asas yang sangat sederhana yakni makin besar contoh
yang diambil maka makin tinggi pula tinggkat ketelitian tingkat
kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita
untuk mengetahui apakah hubungan kausalitas antara dua factor atau
lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu
hubungan yang bersifat empiris. Secara hakiki statistika mempunyai
kedudukan yang sama dalam penarikan kesimpulan induktif seperti
matematika dalam penarikan kesimpulan deduktif. Pendidikan statistika
adalah menurut ferguson pendidikan dalam metode ilmiah.
2) Karakteristik berpikir induktif
Logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat
peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik. Dasar dari
teori statistika adalah teori peluang. Menurut bidang pengakajianya
statistika dibedakan menjadi 2 yaitu statistika teoritis dan terapan.
Statistika memberikan jalan bagaimana kita menarik kesimpulan yang
mersifat umum dari contoh dengan tingkat peluang dan kekeliruanya.
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses
pengetahuan secara ilmiah.
Manusia memiliki kemampuan untuk menyampaikan, mengembangkan dan
menemukan serta mengolah ilmu pengetahuan melalui suatu proses rumit yang
dinamakan berpikir. Berpikir untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentunya
berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir yang didasari prinsipprinsip keilmuan
adalah proses berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan
empiris. Logis berarti masuk akal, dan empiris berarti dibahas secara mendalam
berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan (Hillway: 1956). Dalam
proses berpikir ilmiah dibutuhkan alat bantu atau sarana agar kegiatan ilmiah
dapat berjalan dengan baik. Pada dasarnya sarana berpikir ilmiah terdirr dari
empat hal yaitu bahasa, matematika, statistic dan logika. Bahasa sebagai alat
komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa
merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain. Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah mengacu
pada fungsi matematika sebagai bahasa dan sarana berpikir deduktif. Sedangkan
statistika mengacu pada sarana berpikir induktif. Dan aspek terakhir yaitu logika,
merupakan sarana berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Uraikan Secara Jelas Tentang Kaitan Antara Filsafat Ilmu Dengan
Penelitian
Metodologi penelitian adalah seperangkat penegetahuan tentang langkah-langkag
sistematis dan logis tentang pencarian data, pengolahan data, analisa data,
pengambilan kesimpulan dan cara pemecahan. Didalam menjalankan fungsinya
metodologi menggunakan cara dan di buktikan kebenarannya adalah metode
ilmiah. Menurut JUjun S. Suria Sumantri: Jadi metodologi ilmiah merupakan
pengkajian dari pelaturan-pelaturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metode
in secara filsafati termasuk dalam apa yang di namakan epistemologi.
Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapat
pengetahuan, apakah sumber-sumber pengetahuan? apakah hakekat, jangkauan
dan ruang lingkup pengetahuan? apakah manusia di mungkinkan untuk mendapat
pengetahuan? sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk di tangkap
manusia.
Dari sini dapat kita ketahui bahwa metode ilmiah merupakan bagian dari
metodologi ilmiah, bahwa filsafat Ilmu dan metodologi penelitian mempunyai
kedudukan yang sama dalam cabang filsafat yaitu masuk dalam golongan
epistemologi.
Menurut Amsal Bahtiar tujuan filsafat Ilmu adalah:
1) Mendalami unsur-unsur pokok Ilmu, sehingga secara menyeluruh kita
dapat memahami sumber hakekat dan tujuan Ilmu
2) Memahami sejarah pertumbuhan , perkembangan dan kemajuan Ilmu di
berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses Ilmu
kontemporer secara histories.
Metodologi bisa juga diartikan Ilmu yang membahas konsep berbagai metode, apa
kelebihan dan kekurangan dari suatu, kemudian bagaimana seseorang memilih
suatu metode. Sedangkan penelitian bertujuan menghimpun data yang akurat yang
kemudian diproses sehingga menemukan kebenaran atau teori atau Ilmu dan
mungkin pula mengembangkan kebenaran terdahulu atau menguji kebenaran
tersebut.
Jadi metode ilmiah untuk memperoleh Ilmu pengetahuan yang benar di perlukan
cara-cara yang benar pula. Menurut para pakar , mencari kebenaran, cara-cara
memperoleh kebenaran ilmiah diebut metode ilmiah, yang terdiri mencari
masalah, menentukan hipotesis, menghimpun data, menguji hipotesis, prinsip ini
berlaku untuk untuk semua sains oprasionalisasi, metode ilmiah itu dilakukan
bidang studi metodologi penelitian. dari sini tampak dengan jelas hubugan antara
filsafat Ilmu dengan metodologi penelitian.
Berikut merupakan hubungan filsafat ilmu dengan penelitian (Lihat Tabel 1).

Tabel 1 Filsafat Ilmu dan penelitian


Ontologi Epistemologi Aksiologi

1) Membahas apa yang 1) Membahas secara 1) Membahas tentang


ingin diketahui mendalam segenap manfaat yang di
2) Suatu pengkajian
proses yang terlibat peroleh manusia dari
mengenai teori
dalam usaha untuk pengetahuan yang
tentang ada
memperoleh didapatkanya
3) Objek yang di telaah
2) Analisa tentang
pengetahuan
Ilmu adalah sesuatu
2) Ilmu pengetahuan penerapan hasil-hasil
yang berberada
diperoleh melalui temuan Ilmu
dalam jangkauan
proses metode pengetahuan
pengalaman manusia 3) Hakekat keilmuan
yang mencakup ditentukan oleh cara
seluruh aspek berfikir yang
kehidupan yang di uji dilakukan dengan
indra manusia yang sifat terbuka dan
berorientasi empiris menjunjung tinggi
4) Kuantitatif dan
kebenaran diatas
kualitatif
segala-galanya
4) Metode ilmiah,
logico hypotico
verivicative dan
deducto hypotetici
verivicative

Anda mungkin juga menyukai