Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berpikir. Hal ini pernah diutarakan oleh seniman handal, Auguste Rodin lewat karya pahatan yang menjelaskan hakikat manusia yang sesungguhnya, patung seorang manusia yang sedang berpikir. Proses berpikir manusia inilah yang memunculkan berbagai ilmu pengetahuan. Dengan dobrakandobrakan pemikiran dan ide manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang didasari dengan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diperlukan metode ilmiah yang langkah dan kegiatannya didasarkan pada prinsip-prinsip keilmuan. Sarana ilmiah berperan sebagai alat bantu yang mengorganisasikan metode ilmiah menjadi sebuah pengetahuan yang lebih sempurna. Tentu saja berpikir berdasarkan keilmuan amat sangat berbeda dengan proses berpikir pada umumnya. Disnilah para filsafat menuangkan segala bentuk pemikirannya dengan menggunakan metode dan kegiatan yang bersifat ilmiah. Kegiatan dan metode yang tidak didasarkan pada pemikiranpemikiran khayal namun logis dan empiris. Semua dibuktikan secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Filsuf-filsuf mendalami apa yang mereka kembangkan dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang didalamnya juag dibutuhkan sarana untuk membantu lancarnya kegiatan ilmaih tersebut. Maka disinilah peran sarana ilmiah amat sangat berarti. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya (Salam: 2000). Selain itu, Salam (2000:24) menambahkan bahwa sarana ilmiah merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu atau sarana ilmiah mempunyai fungsi fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh. Sarana ilmiah diperlukan untuk membantu kegiatan berpikir ilmiah. Tanpa sarana berpikir ilmiah maka kegiatan berpikir ilmiah tidak akan berjalan dengan baik. Dan pada hakikatnya sarana berpikir ilmiah terdiri dari empat bagian, yaitu bahasa, matematika, statistik dan logika. Berikut merupakan penjelasan dari sarana berpikir ilmiah. a. Bahasa Ernst Cassier menyebut manusia sebagai Animal symbolicum, mahluk yang mempergunakan symbol, yang secara generic mempunyai cakupan yang lebih luas dari pada Homo sapiens yakni mahluk yang berpikir sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia mempergunakan symbol. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan. Tanpa bahasa simpul Aldous Huxley manusia tak berbeda dengan anjing atau monyet. Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa, tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Dengan demikian tanpa bahasa maka kita tak dapat mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dimana obyek- obyek yang factual ditransformasikan menjadi symbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Adanya symbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut. Demikian juga bahasa memberikan kemampuan untuk berpikir secara teratur dan sistematis. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, persaan dan sikap. Pertama-tama bahasa dapat dicirakan sebagai serangkaian bunyi. Kedua bahsa merupakan lambing dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Manusia mengumpulkan lambing-lambang ini dan menyusun apa yang kita kenal sebagai pembendaharaan kata-kata. Pembendaharaan ini merupakan akumulasi dari pengalaman dan pemikiran manusia. Dengan bahsa kita dapat mendeskripsikan sikap dan perasaan kita. Menurut Sigmund Freud, kebudayaan membentuk manusia dengan menekan dorongan-dorongan alami mereka, mensublimasikannya menjadi suatu yang berbudaya yang kemudian merupakan dasar bagi pembentukan budaya. Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan obyektif yakni trebebas dari unsur-unsur emotif. Berbahasa yang jelas artinya ialah bahwa makna yang terkandung dalam kata-kata yang dipergunakan adiungkapkan secara tersurat (eksplisit) untuk mencegah pemberian makna yang lain. Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang mengemukankan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pemikiran dalam mendapatkan pengetahuan tersebut. Adapun kekurangan bahasa, bahasa bersifat multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif dan simbolik. Kedua terletak pada arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa. Bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang sama. Ketiga bahasa sering bersifat berputar-putar (sirkular) dalam mempergunakan kata- kata terutama dalam memberikan definisi. Ahli filsafat Henri Bergson (1859- 1941) membedakan antara pengetahuan yang bersifat absolut yang didapat tanpa melalui bahasa dan pengetahuan yang bersifat relative yang didapat tanpa melalui bahasa dan bahasa. b. Matematika Matematika adalah bahasa yang mengembangkan serangkaian makna dar pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambing-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. 1) Sifat Kuantitatif dari Matematika Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numeric yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan control dari ilmu. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari kualitatif ke kuantitatif. 2) Matematika Sarana Berpikir Deduktif Berpikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didsarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Secara deduktif matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis yang tertentu. 3) Perkembangan Matematika Ditinjau dari perkembangannya ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yakni tahap sistematika, komparatif dan kuantitatif. Pada tahap sistematika maka ilmu mulai menggolong-golongkan obyek empiris ke dalam kategori-kategori tertentu. Tahap komparatif kita mulai membandingkan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain kategori yang satu dengan kategori yang lain. Tahap kuantitatif dimana kita mencari hubungan sebab akibat tidak lagi berdasarkan perbandingan melainkan berdasarkan pengukuran yang eksak dari obyek yang sedang kita selidiki. Matematika berfungsi sebagai alat berpikir. Matematika pada garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara akonsisten berdasarkan logika deduktif. Tidak semua ahli filsafat setuju dengan pernyataan bahwa matematika adalah pengetahuan yang bersifat deduktif. Immanuel khant (1724-1804) berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan sintetik a priori dimana eksistensi matematika tergantung kepada dunia pengalaman kita. Kata Wittgensteein pernyataan matematika tidaklah mengekspresikan produk pikiran (tentang objek yang faktual). Disamping sarana berpikir deduktif yang merupakan aspek estetik, matematika juga merupakan keguanaan praktis dalam kehidupan sehari- hari. Griffits dan Howson (1974) membagi sejarah perkembangan matematika menjadi empat tahap. Tahap yang pertama dimulai dengan matematika yang berkembang pada peradaban mesir kuno dan daerah sekitarnya seperti babilonia dan Mesopotamia. Matematika mendapatkan momentum baru dalam peradaban yunani yang sangat memperhatikan aspek estetik dari matematika. Peradaban yunani inilah yang meletakan dasar matematika sebagai cara berpikir rasional dengan menetapkan berbagai langkah dan berbagai defenisi tertentu. Bagi dunia keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Matematika merupakan alat yang memungkinkan ditemukanya serta dikomunikasikanya kebenaran ilmiah lewat berbagai disiplin keilmuan. 4) Beberapa aliran dalam filsifat matematika Akhir-akhir ini filsafat khan tentang matematika mendapat momentum baru dalam aliran yang disebut / intuisionis dengan komponen utamanya adalah seorang ahli matematika berkebangsaan belanda bernama Jan brouwer (1881-1966). Terdapat pula aliran ketiga yang dipelopori oleh Davidhilbert (1862-1943) dan terkenal dengan sebutan kaum formalis. 5) Matematika dan peradaban Matematika dapat dikatakan hamper sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Sekitar 3500 tahun SM bangsa mesir kuno telah memiliki angka-angka bedanya dengan abad ke 20 adalah bahwa pengetahuan tentang matematika pada tahun itu dianggap keramat. Matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal alamiah. Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia. Tanpa matematika maka pengetahuan akan berhenti pada tahap kualitatif yang tidak memungkinkan untuk meningkatkan penalaranya lebih jauh. c. Statistik Peluang yang merupakan teori dari statistika merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran yunani kuno, romawi, dan bahkan eropa pada abad pertengahan. Konsep statiskika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Abraham demoivire (1667-1754) mengembangkan teori galat atau kekeliruan. Pada tahun 1757 Thomas simpson menyimpulkan terdapat suatu distribusi yang berlanjut (continuous distribution) dari suatu variable dalam suatu frekuensi yang cukup banyak. Piere simon de lace (1749-1827) mengembangkan konsep diatas sehingga menemukan distribusi normal. Kemudian ditemukan distribusi lain yang tidak berupa kurva normal yang ditemukan Francis galton (1822-1911) dan Karl pearson (1857-1936). Karl friederch gauss (1777-1855) dia menemukan teknik kuadrat terkecil simpangan baku dan galat baku untuk rata-rata (the standar eror of de mean). Desain eksperimen dikembangkan oleh Ronald alylmer fiser (1890-1962) disamping analisis varian dan kovarian, distribusi z, distribusi t, uji signifikan dan teori tentang perkiraan (theory of estimation). 1) Statistika dan cara berpikir induktif Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenaranya. Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainya. Pengujian mengharuskan kita untuk menarik ekesimpulan yang bersifat umum dari kasus yang bersifat individual jadi dalam hal ini kita menarik kesimpulan logika induktif. Perbedaan penarikan kesimpulan deduktif dan induktif. Dalam penalaran deduktif maka kesimpulan yang ditarik adalah benar sekiranya premis- premis yang dipergunakanya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulanya adalah sah. Sedangkan dalam penalaran induktif meskipun premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulanya adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu benar. Penarikan kesimpulan secara induktif menghapkan kita sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan pada asas yang sangat sederhana yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi pula tinggkat ketelitian tingkat kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah hubungan kausalitas antara dua factor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Secara hakiki statistika mempunyai kedudukan yang sama dalam penarikan kesimpulan induktif seperti matematika dalam penarikan kesimpulan deduktif. Pendidikan statistika adalah menurut ferguson pendidikan dalam metode ilmiah. 2) Karakteristik berpikir induktif Logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik. Dasar dari teori statistika adalah teori peluang. Menurut bidang pengakajianya statistika dibedakan menjadi 2 yaitu statistika teoritis dan terapan. Statistika memberikan jalan bagaimana kita menarik kesimpulan yang mersifat umum dari contoh dengan tingkat peluang dan kekeliruanya. Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Manusia memiliki kemampuan untuk menyampaikan, mengembangkan dan menemukan serta mengolah ilmu pengetahuan melalui suatu proses rumit yang dinamakan berpikir. Berpikir untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentunya berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir yang didasari prinsipprinsip keilmuan adalah proses berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis berarti masuk akal, dan empiris berarti dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan (Hillway: 1956). Dalam proses berpikir ilmiah dibutuhkan alat bantu atau sarana agar kegiatan ilmiah dapat berjalan dengan baik. Pada dasarnya sarana berpikir ilmiah terdirr dari empat hal yaitu bahasa, matematika, statistic dan logika. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah mengacu pada fungsi matematika sebagai bahasa dan sarana berpikir deduktif. Sedangkan statistika mengacu pada sarana berpikir induktif. Dan aspek terakhir yaitu logika, merupakan sarana berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. 2. Uraikan Secara Jelas Tentang Kaitan Antara Filsafat Ilmu Dengan Penelitian Metodologi penelitian adalah seperangkat penegetahuan tentang langkah-langkag sistematis dan logis tentang pencarian data, pengolahan data, analisa data, pengambilan kesimpulan dan cara pemecahan. Didalam menjalankan fungsinya metodologi menggunakan cara dan di buktikan kebenarannya adalah metode ilmiah. Menurut JUjun S. Suria Sumantri: Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari pelaturan-pelaturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metode in secara filsafati termasuk dalam apa yang di namakan epistemologi. Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapat pengetahuan, apakah sumber-sumber pengetahuan? apakah hakekat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? apakah manusia di mungkinkan untuk mendapat pengetahuan? sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk di tangkap manusia. Dari sini dapat kita ketahui bahwa metode ilmiah merupakan bagian dari metodologi ilmiah, bahwa filsafat Ilmu dan metodologi penelitian mempunyai kedudukan yang sama dalam cabang filsafat yaitu masuk dalam golongan epistemologi. Menurut Amsal Bahtiar tujuan filsafat Ilmu adalah: 1) Mendalami unsur-unsur pokok Ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber hakekat dan tujuan Ilmu 2) Memahami sejarah pertumbuhan , perkembangan dan kemajuan Ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses Ilmu kontemporer secara histories. Metodologi bisa juga diartikan Ilmu yang membahas konsep berbagai metode, apa kelebihan dan kekurangan dari suatu, kemudian bagaimana seseorang memilih suatu metode. Sedangkan penelitian bertujuan menghimpun data yang akurat yang kemudian diproses sehingga menemukan kebenaran atau teori atau Ilmu dan mungkin pula mengembangkan kebenaran terdahulu atau menguji kebenaran tersebut. Jadi metode ilmiah untuk memperoleh Ilmu pengetahuan yang benar di perlukan cara-cara yang benar pula. Menurut para pakar , mencari kebenaran, cara-cara memperoleh kebenaran ilmiah diebut metode ilmiah, yang terdiri mencari masalah, menentukan hipotesis, menghimpun data, menguji hipotesis, prinsip ini berlaku untuk untuk semua sains oprasionalisasi, metode ilmiah itu dilakukan bidang studi metodologi penelitian. dari sini tampak dengan jelas hubugan antara filsafat Ilmu dengan metodologi penelitian. Berikut merupakan hubungan filsafat ilmu dengan penelitian (Lihat Tabel 1).
Tabel 1 Filsafat Ilmu dan penelitian
Ontologi Epistemologi Aksiologi
1) Membahas apa yang 1) Membahas secara 1) Membahas tentang
ingin diketahui mendalam segenap manfaat yang di 2) Suatu pengkajian proses yang terlibat peroleh manusia dari mengenai teori dalam usaha untuk pengetahuan yang tentang ada memperoleh didapatkanya 3) Objek yang di telaah 2) Analisa tentang pengetahuan Ilmu adalah sesuatu 2) Ilmu pengetahuan penerapan hasil-hasil yang berberada diperoleh melalui temuan Ilmu dalam jangkauan proses metode pengetahuan pengalaman manusia 3) Hakekat keilmuan yang mencakup ditentukan oleh cara seluruh aspek berfikir yang kehidupan yang di uji dilakukan dengan indra manusia yang sifat terbuka dan berorientasi empiris menjunjung tinggi 4) Kuantitatif dan kebenaran diatas kualitatif segala-galanya 4) Metode ilmiah, logico hypotico verivicative dan deducto hypotetici verivicative