Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat-
Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
ASSET.Sebuah makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi
Makalah ini kami maksudkan agar dapat memberikan gambaran tentang teori
akuntansi khususnya tentang ASSET yang sesuai dengan PSAK ( Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan ) dan aplikasinya. Selain itu untuk dapat memahami
bagaimana sebenarnya akuntansi itu dipandang.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
baik dari segi isi maupun segi penulisan.Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari segenap pembaca, demi kelancaran
makalah berikutnya. Kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 38
DAFTAR PUSTAKA 39
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti diperoleh
atau dikuasasi/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi
atau kejadian masa lalu.)
3
that are recognized and measured in conformity with generally accepted
accounting principles.
Definisi FASB dan AASB cukup luas dibanding definisi lain karena aset
disifati sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan sebagai
sumber ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi
bentuk atau jenis sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset.
Definisi tersebut tidak membedakan antara aset real (real assets) dan aset
finansial (financial assets) dan antara sumber ekonomik (resources) dan
nonsumber ekonomik (nonresources). APB No. 4 mendefinisi sumber
ekonomik sebagai berikut :
4
APB menggolongkan bentuk atau jenis aset selain yang disebut di atas
sebagai nonsumber ekonomik meskipun tetap masuk dalam pengertian aset.
Nonsumber ekonomik meliputi beban atau pengurang pendapatan tangguhan
(deferred charges) seperti : goodwill, rugi selisih kurs, kos organisasi, dan
beberapa pos yang timbul akibat penyesuaian (sering disebut pos-pos
transitoris).
Definisi FASB dan AASB lebih luas dibanding definisi lain dalam hal
entitas yang dicakupi. Dengan menyatakan a particular entity dan reporting
entity bukannya enterprise sebagai pengendali aset, FASB dan AASB tidak
membatasi pengertian aset hanya berlaku untuk organisasi bisnis tetapi juga
untuk organisasi bisnis tetapi juga untuk organisasi nonbisnis. Kata enterprise
yang digunakan oleh IASC dan APB memberi kesan bahwa aset didefinisi
dalam konteks organisasi bisnis.
5
sedangkan kriteria (b) dan (c) lebih memuat aspek pengakuan daripada
semantik.
a. Manfaat Ekonomik
Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena apa
yang dapat tia beli atau karena daya tukarnya. Dengan kata lain, potensi
jasa kas dapat ditukarkan dengan potensi jasa apapun yang diperlukan
kesatuan usaha untuk melaksanakan kegiatan ekonomiknya. Kemampuan
ini disebut dengan daya beli atas sumber ekonomik (command over
resources). Daya beli uang menjadi pengukur manfaat ekonomik masa
datang.
(a) Apakah suatu pos yang dikuasai oleh suatu kesatuan usaha pada
mulanya mengandung manfaat ekonomik masa datang.
(b) Apakah semua atau sebagian manfaat ekonomik tersebut masih tetap
ada pada saat penilaian.
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus
dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Pemilikian
(ownership) mempunyai makna yuridis atau legal. Artinya, untuk memiliki
suatu objek diperlukan proses yang disebut transfer hak milik (transfer of
6
title). Bila pemilikan menjadi kriteria aset, akan banyak pos yang tidak
masuk sebagai aset sehingga tidak dapat dilaporkan dalam neraca. Dengan
kata lain, pemilikan sebagai kriteria akan menyebabkan banyak pos
dilaporkan diluar neraca.
7
pengakuan lain juga harus dipenuhi. Pertumbuhan alamiah dapat dikatakan
sebagai suatu kejadian (event) masa lalu yang menimbulkan manfaat
ekonomik sehingga akresi memenuhi definisi aset.
d. Karakteristik Pendukung
Melibatkan Kos
Pemrolehan aset pada umumnya melibatkan kos (pengluaran
sumber ekonomik misalnya kas) sebagai penghargaan sepakatan. Bila
kos terjadi karena pemrolehan suatu objek terjadi akibat pertukaran
atau pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai aset.
Akan tetapi, tiadanya kos tidak membatalkan suatu objek sebagai aset.
Jadi, meskipun suatu kesatuan usaha umumnya mengeluarkan atau
mengorbankan sumber ekonomik (menjadi kos), kos yang terjadi
tersebut tidak dengan sendirinya membentuk aset. Esensi aset lebih
terletak pada manfaat ekonomik masa datang daripada terjadinya kos.
Walaupun demikian, terjadinya kos merupakan hal penting untuk
mengaplikasi definisi kos karena dua hal yaitu : (1) sebagai bukti
pemrolehan suatu aset dan (2) sebagai pengukur atribut aset yang
cukup objektif.
Berwujud
Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, tia
memang lebih kuat untuk disebut sebagai aset. Akan tetapi,
keterwujudan bukan kriteria untuk mendefinisi aset.
8
Most mengajukan tiga tes (kriteria) untuk memasukkan suatu pos ke
dalam aset tak berwujud yaitu :
(1) Apakah pos tersebut diperoleh dari suatu transaksi dengan pihak
independen? Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penilaian lebih
atas aset tak berwujud.
(2) Dapatkah manfaat ekonomik masa datang diharapkan
diidentifikasi? Dapat diidentifikasi artinya dapat dikaitkan dengan
kemampuan perusahaan mendatangkan laba di masa datang. Hal
ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa objek tak berwujud
memenuhi kriteria utama aset.
(3) Dapatkah kos pos tersebut dipisahkan dengan kos aset lain yang
diperoleh? Misalnya suatu kesatuan usaha membeli sebuah mesin
yang secara khusus dirancang oleh perusahaan lain melalui riset
dan pengembangan.
Tertukarkan
Untuk memenuhi syarat sebagai aset, suatu sumber ekonomik
harus dapat ditukarkan dengan sumber ekonomik lainnya. Syarat ini
diajukan dengan alasan bahwa manfaat ekonomik akan menjadi cukup
pasti dan terukur kalau suatu sumber ekonomik mempunyai daya atau
nilai tukar.
Terpisahkan
Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran. Untuk dapat
ditukarkan suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan
sumber ekonomik lain atau berdiri sendiri. Syarat ini diajukan oleh
Chambers dengan alasan bahwa posisi keuangan harus ditentukan
dengan pengukuran nilai berbagai aset dan kewajiban secara
individual. Kalau syarat ini dimasukkan sebagai kriteria aset, goodwill
tidak akan memenuhi syarat untuk disebut dan diakui sebagai aset.
Berkekuatan Hukum
Penguasaan atau hak atas aset tidak harus didukung secara
yuridis formal. Klaim seperti piutang usaha tidak harus didukung oleh
dokumen yang mempunyai daya paksa secara hukum untuk memenuhi
definisi aset. Meskipun demikian, hak paksa yang melekat pada hak-
hak hukum bukan merupakan syarat mutlak untuk mengakui adanya
9
aset kalau suatu entitas dapat memperoleh dan menguasai manfaat
dengan cara lain.
2.2 Pengukuran
10
seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pembebanan kependapatan
(charging to revenues)
11
sama-sama berkehendak (arms length barganing). Dalam arti luas kos
mempunyai makna sebagai agregat harga (price agregat) dalam perolehan
suatu asset.
12
Kondisi (a) menghindari adanya transaksi sepihak. Transaksi-
transaksi seperti merger, likuidasi, dan akuisisi internal sering dilakukan
secara sepihak atas kehendak pihak yang lebih berkuasa. Demikian juga,.
Gaji staf yang ditentukan oleh perusahaan yang dikuasai dan dimiliki oleh
staf itu sendiri mungkin tidak mencerminkan harga pasar yang berlaku
untuk jasa tenaga kerja.
c. Pengukuran Kos
13
kos yang harus dicatat pertama-kali sebagai pengukur suatu asset pada saat
pemerolehan ditentukan oleh dua hal yaitu: (1) batas kegiatan yang disebut
pemerolehan dan (2) jenis penghargaan.
1. Batas Kegiatan
2. Jenis Penghargaan
14
diperoleh seandainya sumber ekonomik tersebut dijual dulu secara
tunai kepada umum. Jumlah rupiah melekat ini disebut jumlah setara
tunai (money or cash equivalent) atau kos tunai terkandung atau
implicit (implied cash cost) dari penghargaan yang diserahkan oleh
pemeroleh asset.
15
2. Pertukaran taksejenis, dengan pembayaran tombok : asset yang
diterima dicatat sebesar nilai wajar/pasar asset yang diserahkan
ditambah tombok atau nilai wajar asset yang diterima, dalam hal
ini nilai pasar asset yang diserahkan menunjukan kas yang akan
diterima seandainya asset tersebut dijual. Untung atau rugi yang
timbul diakui pada saat pertukaran.
16
untuk tiap saham tidak dapat merepresentasi kos yang sebenarnya (true
value) pada saat transaksi. Pengukur yang tepat untuk menentukan kos
dalam situasi semacam itu adalah rupiah uang tunai yang akan diterima
oleh perusahaan seandainya perusahaan menerbitkan saham-saham
yang digunakan untuk penghargaan diatas. Dalam beberapa hal, jumlah
setara tunai saham dapat dicari dengan membandingkan harga tunai
jenis saham yang sama untuk memperoleh dana tunai (kas) yang
diterbitkan kira-kira bersamaan dengan penyerahan saham untuk
memperoleh aset bersangkutan.
Hadiah atau Hiba. Masalah khusus timbul bilamana barang atau jasa
yang jelas-jelas mempunyai manfaat ekonomik yang besar diperoleh
perusahaan tanpa kos yang berarti atau dengan kos yang tidak
sebanding dengan nilai ekonomik barang yang diperoleh. Gedung dan
tanahnya yang diperoleh perusahaan melalui sumbangan atau hibah
adalah contoh pemerolehan aset tanpa kos. Oleh karena itu pengakuan
kos yang wajar diperlukan untuk menentukan secara tepat kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba yang biasanya ditunjukkan oleh
tingkat kembalian investasi.
17
pekerjaan eksplorasi dengan kos nominal (cukup rendah dibandingkan
dengan hasilnya). Demikian juga suatu peralatan atau teknik
pemrosesan yang mempunyai harga pasar yang cukup tinggi mungkin
dikembangkan dan didaftarkan hak patennya tanpa suatu pengeluaran
yang sebanding dengan nilai pasar temuan tersebut. Dalam kondisi yang
khusus seperti ini, diperlukanlah suatu pengukur kos baru atas dasar
jumlah tunai implisit. Jumlah ini adalah jumlah rupiah uang tunai (kas)
yang pasti diperlukan untuk memperoleh sumber alam atau teknik
pemrosesan tersebut seandainya keduanya sudah dalam keadaan siap
pakai atau dalam status siap dipasarkan.
Kos Dalam Pembelian Kredit. Dengan sistem kredit, nilai waktu uang
menjadi faktor yang sangat penting dalam mengukur kos yang
sebenarnya (true cost). kos yang sebenarnya dalam transaksi kredit
bukanlah berapa nilai kontrak yang harus dilunasi dalam beberapa kali
angsuran tetapi berapa kos yang sebenarnya pada transaksi. Dalam
transaksi kontrak pembelian dengan harga kontrak tertentu, harga
kontrak yang disepakati mungkin melebihi harga pembelian tunai. Pada
umumnya, perusahaan tidak berusaha untuk menentukan harga tunai
efektif baik dengan cara menanyakan langsung ke toko penjual barang
ataupun dengan cara mendiskun nilai kontrak dengan tarip bunga yang
berlaku. Kalau ini terjadi maka akibatnya dalah bahwa kos tercatat
terlalu tinggi. Walaupun demikian, kalau jangka waktu kontrak pendek
maka jumlah kelebihan kos adalah kecil dan tidak cukup berarti
sehingga nilai kontrak dapat dianggap sebagai jumlah rupiah tunai
sebagai dasar untuk mencatat kos.
18
dilakukan penyesuaian untuk mengurangi jumlah yang tercatat tersebut
menjadi jumlah setara tunai.potongan yang dimanfaatkan oleh pembeli
sering dianggap sebagai laba. Hal ini tidak sejalan dengan konsep yang
mendasarinya yaitu bahwa laba tidak diperoleh melaui proses
pembelian atau pemerolehan potensi jasa. Pembelian semata-mata
merupakan langkah pertama dalam upaya (effort) untuk menghasilkan
pendapatan laba. Dalam perusahaan yang dikelola dengan baik,
melewatkan potongan merupakan suatu kesalahan yang mengakibatkan
rugi. Rugi bukan sumber ekonomik dan kerananya tidak selayaknya
kalau dicatat sebagai aset. Sebenarnya perusahaan sudah tau pasti
berapa harga yang sesungguhnya harus dibayar dalam suatu transaksi.
2.3 Penilaian
19
Makna (atribute) dapat berupa nilai, luas, berat, volume, tinggi, umur, indeks
prestasi, dan sebagainya. Di dalam akuntansi istilah pengukuran dan penilaian
sering tidak dibedakan karena adanya asumsi bahwa akuntansi menggunakan
unit moneter untuk mengukur makna ekonomik suatu objek, pos, atau elemen.
Pengukuran biasanya digunakan akuntansi untuk menunjukan proses
penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat untuk menunjuk proses penentuan
jumlah rupiah yang harus dicatat untuk objek pada saat pemerolehan. Dalam
penilaian suatu pos untuk tujuan penyajian, akuntansi dapat menggunakan
berbagai dasar penilaian (bases for valuation) bergantung pada makna yang
ingin direpresentasi melalui pos statemen keuangan. Penilaian pos aset
dimaksudkan untuk menentukan berapa jumalah rupiah yang harus dilekatkan
pada tiap pos aset dan apa dasar penilaiannya.
c. Nilai Masukan
20
Didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau
dikorbankan untuk memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk
dalam unit usaha. Kalau tujuan menyajikan makna aset ini adalah untuk
menunjukkan aliran kas yang akan keluar dari unit usaha (seandainya unit
usaha harus memperoleh objek jasa yang sama) maka nilai masukan
merupakan alternatif nilai keluaran untuk objek jasa bila memang tidak
ada pasar objek tersebut sehingga nilai keluaran tidak dapat diukur dengan
cukup pasti dan andal. Sebagai nilai alternatif nilai keluaran, nilai masukan
menunjukkan secara konservatif nilai maksimum objek jasa atau pos aset
bersangkutan.
Kos Historis
Kos standar adalah kos yang seharusnya terjadi dalam kondisi proses
produksi tertentu yang diasumsi. Walaupun kos standar lebih banyak
21
diterapkan untuk tujuan internal manajemen (untuk pengendalian), kos
standar dapat dipertimbangkan sebagai pengukur aset (khususnya
sediaan barang) untuk merefleksi kos produksi dalam kondisi
perusahaan beroperasi pada tingkat efisiensi dan kapasitas normal.
Kos asli merupakan kos suatu aset bagi perusahaan yang pertama kali
menempatkannya untuk digunakan dalam layanan publik. Kos asli
dikenal dalam konteks layanan publik khususnya bila perusahaan
membeliaset bekas dari perusahaan layanan publik lain. Walaupun
bermanfaat untuk penetapan tarif layanan publik, kos asli tidak relevan
untuk tujuan penilaian aset karena tidak merefleksi penghargaan
sepakatan.
Kos Pengganti
Nilai penaksiran adalah nilai taksiran kos sekarang atau nilai sekarang
yang ditentukan dengan prosedur dan analisis sistematik oleh pihak
independen yang kompeten. Nilai penaksiran biasanya ditujukan untuk
aset tetap perusahaan yang berjalan terus guna menetapkan nilai buku
sekarang yaitu kos pengganti atau reproduksi sekarang dikurangi
depresiasi sampai tanggap penaksiran.
22
Nilai wajar secara umum berarti jumlah rupiah yang dapat diterima
untuk suatu objek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang
berkehendak bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan. Secara khusus,
nilai wajar dimaksudkan untuk menunjuk jumlah rupiah aset untuk
menentukan agar laba yang diperoleh merepresentasi tingkat kembalian
wajar (fair return) bagi investor.
Kos Harapan
d. Nilai Keluaran
23
tiap pos aset dapat dinilai menurut dasar yang paling sesuai dengan tujuan
pelaporan tiap pos tersebut.
24
menjual setiap jenis aset di pasar bebas dalam kondisi perusahaan
melikuidasi (menjual) asetnya secara normal. Secara teoritis, setara kas
sekarang merupakan atribut atau properitas yang relevan untuk semua
aset. Artinya, semua aset dapat menggunakan dasar penilaian ini pada
titik waktu tertentu sehingga agregasi jumlah rupiah aset menjadi
bermakna tanpa menghadapi masalah agregasi jumlah rupiah masa
lalu, sekarang, dan masa datang yang skala daya belinya berbeda.
Kelemahannya adalah tidak semua aset mempunyai pasar (untuk
barang tangan kedua) dan harga pasar kutipan sehingga hasil
pengukuran kurang terandalkan.
25
value of the firm) tidak akan sama dengan penjumlahan semua kas
masa datang diskonan tiap pos aset.
Secara teoritis, penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih
rendah mempunyai banyak kelemahan sehingga mengundang banyak
kritik. Penilaian ini dianggap lemah secara teoretis karena alasan
berikut:
26
harga, atau kemampuan mendatangkan laba maka selayaknyalah
bahwa kos juga harus diturunkan.
27
b. Current (replacement) Cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai
sekarang atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya
yang harus dikorbankan kalau aset tertentu yang sejenis diperoleh
sekarang.
c. Current Market Value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga
disajikan atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau
setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset
tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak akan
dilikuidasi).
d. Net Realizable Value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan
sediaan barang disajikan sebesar nilai terrealisasi bersih yaitu jumlah
rupiah kas atau setaranya yang akan diterima (tanpa didiskon) dari aset
tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk
mengkonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya.
e. Present (or Discounted) Value of Future Cash Flows. Piutang dan
investasi jangka panjang disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan
kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi (dengan tarif diskon
implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan
untuk mendapatkan penerimaan tersebut.
2.4 Pengakuan
Suatu jumlah rupiah atau kos diakui sebagai aset apabila jumlah
rupiah tersebut timbul akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yang
mempengaruhi aset. Dengan mengutip Sterling, Belkaoui (1993, hlm. 194-
195) menunjukkan kondisi perlu (necessary) dan kondisi cukup (sufficient)
yang merupakan penguji (test) yang cukup rinci untuk mengakui aset yaitu:
28
3. Berkaitan dengan entitas (Entity Association Test). Untuk mengakui aset,
kesatuan usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset.
4. Mengandung nilai (Non-zero Magnitude Test). Untuk mengakui aset,
suatu objek harus mempunyai manfaat yang dapat ditentukan besarnya
secara moneter.
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (Temporal Association Test). Untuk
mengakui aset, semua penguji diatas harus dipenuhi pada tanggal
pelaporan (tanggal neraca).
6. Verifikasi (Verification Test). Untuk mengakui aset, harus ada bukti
pendukung untuk meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.
a. Beban Tangguhan
b. Sewaguna
29
Oleh karena itu, dengan konsep dasar substansi diatas bentuk
(Substance Over Form), FASB mewajibkan untuk mengakui dan
melaporkan kewajiban yang timbul dari sewaguna dan mengakui
(mengkapitalisasi) fasilitas yang disewaguna sebagai aset perusahaan
kalau secara substantif perjanjian sewaguna tersebut sebenarnya
merupakan pembelian angsuran. Yang menjadi masalah adalah apa
kriteria yang harus dipenuhi agar suatu sewaguna dapat dinyatakan
sebagai pembelian angsuran. FASB mengajukan empat kriteria berikut
ini (SFAS No. 13, prgf. 7):
c. Kos bunga
30
Aset Memenuhi Syarat
31
a. Aset yang sudah digunakan atau yang sudah siap digunakan
sesuai dengan tujuan penggunaan dalam operasi menghasilkan
pendapatan.
b. Aset yang belum digunakan dalam kegiatan menghasilkan
pendapatan perusahaan dan juga tidak mengalami
penyelesaian/perbaikan atau kegiatan lain yang diperlukan
untuk menjadikan aset tersebut siap digunakan dalam operasi.
Jadi, kalau kegiatan konstruksi berhenti, bunga selama
berhentinya kegiatan tidak dapat dikapitalisasi.
c. Aset yang tidak dimasukkan dalam neraca konsolidasian
perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya.
d. Investasi yang diperlukan dengan metoda ekuitas setelah
kegiatan operasi utama yang direncanakan oleh terinvestasi
dimulai.
e. Investasi dalam perusahaan regulasian (regulated investees)
yang mengkapitalisasi baik kos utang maupun ekuitas (cost of
debt and equity capital).
f. Aset yang diperoleh dengan dana hadiah atau hibah yang
dibatasi penggunaanya oleh penghadiah atau penghibah
semata-mata untuk pemerolehan aset tersebut.
Besarnya Kapitalisasi Bunga
Perioda Kapitalisasi
32
Kapitalisasi kos bunga diperhitungkan untuk perioda
pemerolehan (acquisition period) sehingga perioda tersebut menjadi
perioda kapitalisasi. Perioda kapitalisasi dimulai ketiaka tiga kondisi
berikut dipenuhiPerioda kapitalisasi dimulai ketiaka tiga kondisi
berikut dipenuhi:
Pengungkapan
a. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang
terjadi selama perioda dan dibebankan sebagai biaya perioda
tersebut.
b. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi
dan bagian yang dikapitalisasi.
2.5 Penyajian
33
kesatuan usaha dan yang benar-benar timbul dari transaksi yang sah, tiap pos
aset didefinisi lebih lanjut atau spesifik sesuai dengan sifat pos tersebut.
Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang
mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi
pedoman penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:
a. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau
dibagian atas dalam neraca berformat laporan.
b. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan tetap.
c. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang
paling lancar dicantumkan pada urutan pertama.
d. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus
diungkapkan (misalnya metoda depresiasi aset dan dasar penilaian sediaan
barang).
Kalau suatu kontrak sewaguna memuat pasal pasal atau ketentuan
ketentuan yang memenuhi salah satu atau lebih kriteria diatas maka sewaguna
tersebut harus diperlakukan sebagai kontrak pembelian angsuran dan
properitas yang terlibat harus dikapitalisasi.
a. Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aset yang
disewagunausahakan pada akhir masa masa sewa guna usaha dengan harga
yang disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha.
b. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha
ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan
barang modal yang disewagunakan serta bunganya,sebagai keuntungan
perusahaan sewa guna usaha
c. Masa sewa guna usaha minimum 2 tahun.
34
kalau suatu sewa memenuhi ketiga kriteria kapitalisasi tersebut akan
bersifat arbirer.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manfaat ekonomik asset ditunjukan oleh potensi jasa atau utilitas yang
melekat padanya yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat
dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendatangkan
pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan
pertukaran.
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono.2014.Teori Akuntansi Perekayasaan Laporan Keuangan, Ed
3.Bpfe.Yogyakarta
37