Anda di halaman 1dari 40

PUTUSAN

Nomor. 199/PDT/2016/PT.BDG.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


PENGADILAN TINGGI BANDUNG yang memeriksa dan mengadili
perkara-perkara perdata dalam Peradilan Tingkat Banding, telah menjatuhkan
Putusan sebagai berikut, dalam perkara antara :

1. NANI NASRUDIN dan ROBBY GUNAEDI, Pasangan Suami dan Istri, yang
beralamat di KP. Arjasari Rt. 004 Rw. 012 Desa Arjasari Kecamatan Arjasari
Kabupaten Bandung, selanjutnya disebut PEMBANDING I semula
PENGGUGAT I;
2. HARUN ZAENUDIN, yang beralamat di KP. Arjasari Rt. 008 Rw. 002 Desa
Arjasari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung, yang selanjutnya disebut
PEMBANDING II semula PENGGUGAT II;
Dalam hal ini Pembanding I dan Pembanding II semula Penggugat I dan
Penggugat II diwakili oleh Kuasanya MASITOH, S.H.M.H. dan HAMIDAH,
SH. Advokat & Konsultan Hukum beralamat di PUSAT BANTUAN HUKUM
BANDUNG, beralamat di Jalan A.H. Nasution No. 34/64 Kota Bandung.
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 17 November 2015,
Selanjutnya disebut PARA PEMBANDING semula PARA PENGGUGAT;

MELAWAN

PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk. dalam hal ini memberikan kuasa
kepada RUBBY EXTRADA YUDHA, SH, IKHSAN SETIADI, SH dan TITO
WIDYARTO, SH. Advocates & Legal Consultants dari Kantor Hukum M 7 R
Advocates & Legal Consultant beralamat di Graha Beunteur Kav. 6, Jalan
Beunteur No. 1 Buah Batu Bandung, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tertanggal 12 Februari 2016, selanjutnya disebut TERBANDING
semulaTERGUGAT

Pengadilan Tinggi tersebut .

Telah membaca berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan


dengan perkara ini ;

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Membaca dan memperhatikan bahwa Penggugat dengan surat


gugatannya tertanggal 20 Mei 2015 telah mengemukakan hal hal sebagai berikut :

Halaman.1 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


1. Bahwa, antara PENGGUGAT I selaku DEBITUR dengan TERGUGAT selaku
KREDITUR telah terjalin hubungan keperdataan dalam hal Pinjaman Kredit,
dengan plafond Rp. 335.000.000,- (tiga ratus tiga puluh lima juta rupiah),
dengan angsuran pokok dan bunga sebesar Rp. 9.938.339,56,- (Sembilan juta
Sembilan ratus tiga puluh delapan ribu tiga ratus tiga puluh Sembilan koma
lima puluh enam rupiah) /bulannya selama 60 bulan serta dilekatkan jaminan
berupa Tanah dan bangunan dengan Sertifikat No. 689 yang terletak di Dari
Banjaran ke Rancakole Arjasari Jawa Barat Kabupaten Bandung, dengan luas
tanah 242 M2 dan luas bangunan 213 M2 No. Gambar Situasi 00040 surat
Ukur tahun 2011 atas nama Robby Gunaedi;

2. Bahwa, objek yang dijaminkan oleh PENGGUGAT I, telah lama ditempati oleh
PENGGUGAT II;

3. Bahwa, PENGGUGAT I telah menerima fasilitas kredit a quo serta


PENGGUGAT I dengan dibantu PENGGUGAT II telah melakukan
pembayaran-pembayaran kepada TERGUGAT yang sampai saat ini
menurut penghitungan PENGGUGAT I sebesar Rp. 173.200.000- (seratus
tujuh puluh tiga juta dua ratus ribu rupiah), atas hal tersebut telah nyata bahwa
perjanjian Pinjaman Kredit telah dilaksanakan oleh para pihak dengan
dilandasi itikad baik, selaku demikian patutlah secara hukum oleh hakim
yang memeriksa perkara a quo dinyatakan sah dan memiliki kekuatan
hukum;

4. Bahwa, setelah dihitung dari jumlah yang telah dibayarkan oleh PENGGUGAT
I kepada TERGUGAT, maka menurut hutang PENGGUGAT I kepada
TERGUGAT yang pantas/wajar dibayarkan yakni hanya sisa sebesar Rp.
161.800.000,- (seratus enam puluh satu juta delapan ratus rupiah);

5. Bahwa angsuran yang besarnya Rp. 9.938.339,56,- (Sembilan juta Sembilan


ratus tiga puluh delapan ribu tiga ratus tiga puluh Sembilan koma lima puluh
enam rupiah) /bulannya terlalu berat untuk PENGGUGAT I bayar sehingga
PENGGUGAT I memohon kepada TERGUGAT untuk dapat membayar
angsuran sesuai dengan kesanggupan Pembantah yaitu sebesar Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap bulannya;

6. Bahwa, penghitungan dan penetapan sisa hutang PENGGUGAT I oleh


TERGUGAT telah dilakukan melalui cara-cara yang menurut PENGGUGAT I
tidak benar, penuh dengan siasat ataupun rekayasa, serta melanggar asas
kepatutan dan keadilan, hal mana PENGGUGAT yang mengalami

Halaman.2 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


kemerosotan kondisi finansial maupun kesehatan masih dibebankan oleh
TERGUGAT dengan bunga yang tinggi, serta biaya-biaya lainnya yang tidak
dimengerti oleh PENGGUGAT I;

7. Bahwa, terhadap jaminan yang diberikan PENGGUGAT I kepada TERGUGAT


dijamin dengan harga taksiran NJOP sebesar Rp. 400.000.000,- (empat ratus
juta rupiah), sementara hutang PENGGUGAT I kepada TERGUGAT baik
pokok maupun bunga hanya sisa sebesar Rp. 161.800.000,- (seratus
enam puluh satu juta delapan ratus rupiah), masih jauh dari jaminan yang
diberikan oleh PENGGUGAT I, namun senyatanya TERGUGAT terus
berupaya untuk melakukan penjualan atas obyek jaminan tesebut dengan
pelelangan yang beresiko obyek tersebut akan dihargai rendah, tentu hal ini
melanggar asas KEPATUTAN dan KEADILAN;

8. Bahwa, berdasarkan posita-posita tersebut diatas, telah diterangkan adanya


JUMLAH HUTANG TIDAK PASTI, hal mana menurut PENGGUGAT sisa
seluruh hutangnya adalah Rp. 161.800.000,- (seratus enam puluh satu juta
delapan ratus rupiah), mengacu pada Surat Mahkamah Agung tanggal 8
Januari 2010 No. 02/WK.MA.Y/I/2010 point b yang menyatakan ...tetapi
apabila obyek yang akan dieksekusi bukan merupakan hak tanggungan,
maka untuk melakukan eksekusi tersebut haruslah dilakukan dengan
melalui gugatan biasa (Stbl. 1938-523), BEGITU PULA APABILA GROSE
AKTA PENGAKUAN HUTANG YANG JUMLAH HUTANGNYA TIDAK
PASTI, maka in casu PENGGUGAT yang melakukan pengikatan kredit
dengan TERGUGAT tidak pernah ADA KEJELASAN PASTI mengenai berapa
sebenarnya SISA HUTANG/kewajiban PENGGUGAT yang harus dibayarkan
kepada pihak kreditur/TERGUGAT, selaku demikian TERGUGAT yang
mengajukan lelang eksekusi TIDAKLAH dapat dilaksanakan mengingat
TERGUGAT seharusnya mengajukan upaya hukum melalui GUGATAN
BIASA karena senyatanya TIDAK ADA KEPASTIAN MENGENAI JUMLAH
HUTANGNYA, mohon kepada Majelis hakim pemeriksa menyatakan
menetapkan sisa hutang PENGGUGAT kepada TERGUGAT adalah
sebesar Rp. 161.800.000,- (seratus enam puluh satu juta delapan ratus
rupiah);

9. Bahwa, atas perbuatan-perbuatan TERGUGAT yang terus menerus berupaya


menjual lelang obyek jaminan a quo, hal mana PENGGUGAT I dan
PENGGUGAT II sangat bergantung pada obyek jaminan tersebut sebagai

Halaman.3 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


tempat usaha dan pencarian nafkahnya, jika tidak benar-benar cermat
dipertimbangkan secara seksama, dapat menimbulkan kerugian bagi
PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II di kemudian hari, dan karena sifatnya
sangat urgen maka PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II memohon kepada
Majelis Hakim pemeriksa memberikan putusan provisi yakni:

- Melarang pihak TERGUGAT ataupun pihak-pihak lainnya yang


mendapat kuasa atasnya dalam hal melakukan pengalihan hak, jual-
beli/lelang, hibah dan atau dalam bentuk lain terhadap obyek
jaminan atas Tanah dan bangunan dengan Sertifikat No. 689 yang
terletak di Dari Banjaran ke Rancakole Arjasari Jawa Barat
Kabupaten Bandung, dengan luas tanah 242 M2 dan luas bangunan
213 M2 No. Gambar Situasi 00040 surat Ukur tahun 2011 atas nama
Robby Gunaedi, Sampai dengan adanya putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap dalam perkara a quo serta meletakan sita
jaminan/ sita persamaan atas obyek jaminan a quo.
- Menyatakan Menunda Pelaksanaan Eksekusi terhadap sebidang
tanah dan bangunan dengan obyek jaminan atas sebidang Tanah
dan bangunan dengan Sertifikat No. 689 yang terletak di Dari
Banjaran ke Rancakole Arjasari Jawa Barat Kabupaten Bandung,
dengan luas tanah 242 M2 dan luas bangunan 213 M2 No. Gambar
Situasi 00040 surat Ukur tahun 2011 atas nama Robby Gunaedi,
Sampai dengan adanya putusan yang telah berkekuatan hukum tetap
dalam perkara a quo serta meletakan sita jaminan/ sita persamaan
atas obyek jaminan a quo.

10. Bahwa, PENGGUGAT I telah berusaha untuk meminta keringanan


pembayaran dan memohonkan penjadwalan ulang hutang dan penetapan sisa
hutang PENGGUGAT I namun TERGUGAT yang tidak mengindahkan
permohonan penjadwalan ulang hutang tersebut, malahan TERGUGAT terus
menerus berupa untuk menjual lelang obyek jaminan tanpa persetujuan dari
PENGGUGAT I yang mana objek aquo tersebut saat ini ditempati oleh
PENGGUGAT II, hal mana senyatanya PENGGUGAT I selalu menunjukkan
itikad baiknya untuk membayar hutang-hutangnya serta disisi lain adanya
selisih mengenai jumlah hutang yang harus dibayar, adalah bertentangan
dengan asas kepatutan dan keadilan, selaku demikian mohon kepada Hakim
pemeriksa menyatakan TERGUGAT yang mana telah sengaja menutup-

Halaman.4 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


nutupi sisa angsuran dengan adanya selisih jumlah hutang
PENGGUGAT I telah melakukan perbuatan melawan hukum;

11. Bahwa, atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT,
PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II merasa dirugikan baik material berupa
biaya yang telah dikeluarkan PENGGUGAT dalam memperjuangkan hak-
haknya sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah), dan kerugian
immaterial berupa kesalahan penghitungan yang dilakukan oleh TERGUGAT
serta penekanan pshikis atas upaya lelang eksekusi yang dilakukan
TERGUGAT yang sulit diukur namun dalam perkara a quo mohon
dipersamakan dengan uang sejumlah Rp. 250.000.000,-(dua ratus lima puluh
juta rupiah), selaku demikian mohon kepada hakim pemeriksa menghukum
TERGUGAT membayar ganti rugi tersebut secara tunai dan seketika
kepada PENGGUGAT I ;

12. Bahwa, atas dasar itikad baik PENGGUGAT I tentu haruslah ada kepastian
hukum, Keadilan dan Kemanfaatan hukum karenanya dalam kesempatan ini
PENGGUGAT memohon kepada Majelis Hakim pemeriksa dengan
BERLANDASKAN ASAS KEPATUTAN dan KEADILAN berdasarkan
KETUHANAN YANG MAHA ESA sudilah kiranya Menetapkan sisa hutang
PENGGUGAT kepada TERGUGAT sebesar Rp. 161.800.000,- (seratus
enam puluh satu juta delapan ratus rupiah), serta menghukum dan
memerintahkan TERGUGAT selaku KREDITUR untuk menjadwalkan sisa
hutang PENGGUGAT baik pokok dan bunganya tersebut dengan cara
diangsur perbulannya Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan
lunas dibayar sejumlah hutangnya tersebut, dalam hal petitum
penjadwalan hutang atas dasar asas kepatutan dan keadilan tersebut
mohon bandingkan :

a. Pertimbangan dan amar putusan dalam perkara gugatan antara IRWAN


KAHFI, S.E.dkk.(DEBITUR), VS. PT. BANK BUMIPUTERA INDONESIA,
Tbk cq. PT. BANK BUMIPUTERA INDONESIA, Tbk Cabang Bandung
(KREDITUR) sebagaimana Putusan Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung
No. 210/Pdt/G/2008/PN.Bdg tanggal 23 Desember 2008, putusan mana
telah memiliki kekuatan hukum tetap.Dalam pertimbangan hukumnya pada
hal. 18 alinea 1 yang menyatakan: .bahwa Majelis berpendapat
bahwa SESUAI RASA KEADILAN dan KEPATUTAN gugatan
Penggugat untuk PENJADWALAN KREDIT..nya cukup beralasan dan

Halaman.5 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


dapat dikabulkan DISESUAIKAN DENGAN KEMAMPUAN
PENGGUGATDalam Amar putusannya hal 20 baris 1 s/d 4 : -
menghukum TERGUGAT untuk menjadwalkan HUTANG PENGGUGAT
sehingga cicilan perbulannya yang harus dibayar oleh PENGGUGAT
sebesar Rp. 600.000,-(enam ratus ribu rupiah)

b. Putusan Pengadilan Negeri Kelas IA Bale Bandung No.


148/PDT/G/2010/PN.BB tanggal 21 Maret 2011 antara H. UJANG
SETIAWAN (DEBITUR) VS RUYANTO /CV. ANUGERAH JAYA
LAMA(KREDITUR), putusan mana telah memiliki kekuatan hukum tetap
Pertimbangan hukumnya pada hal 21 : dengan memperhatikan asas
keadilan dan kepatutan, maka cukup beralasan untuk menentukan
mengenai sistem pembayaran hutang PENGGUGAT kepada
TERGUGAT sebagai berikut : bahwa hutang PENGGUGAT sebesar
Rp.1.494.035.000,-(satu milyar empat ratus sembilan puluh juta tiga
puluh lima ribu rupiah) wajib dibayarkan kepada TERGUGAT dengan
sistem diangsur atau dicicil dengan jumlah yang harus dibayar pada
tiap bulannya sebesar Rp. 40.000.000,-(empat puluh juta rupiah)
sampai dengan seluruh hutang PENGGUGAT sebagaimana diatas
dibayar lunas. Amar putusannya hal 22 : Mengabulkan gugatan
PENGGUGAT ...;- Menyatakan bahwa jumlah hutang PENGGUGAT
kepada TERGUGAT adalah sejumlah Rp.1.494.035.000,-(satu milyar
empat ratus sembilan puluh juta tiga puluh lima ribu rupiah);-Menghukum
PENGGUGAT untuk membayar jumlah hutang tersebut diatas dengan
sistem diangsur atau dicicil dengan cara dibayar pada setiap bulannya
sebesar Rp. 40.000.000,-(empat puluh juta rupiah) sampai dengan dibayar
lunas seluruh hutang PENGGUGAT tersebut diatas;-Menghukum
TERGUGAT untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini sebesar
Rp. 566.000,-(lima ratus enam puluh enam ribu rupiah)...

c. Putusan Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung No. 351/PDT.G/2012/


PN.BDG tanggal 09 April 2013 dalam perkara gugatan antara pihak
PENGGUGAT HERRY SUHERMAN (debitur) VS pihak TERGUGAT PT.
BANK PERKREDITAN RAKYAT MANGUN PUNDIYASA (KREDITUR),
pertimbangan hukumnya halaman 55 menyatakan : ...Bahwa Majelis
Hakim memandang patut dan adil untuk dikabulkan petitum
PENGGUGAT mengenai penjadwalan ulang pembayaran hutang

Halaman.6 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


PENGGUGAT kepada TERGUGAT dan dengan memperhatikan azas
keadilan dan kepatutan.., kemudian amar putusannya pada halaman 56,
pokoknya sebagai berikut: Mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk
sebagian; Menyatakan bahwa PENGGUGAT sampai saat ini telah
membayar hutangnya kepada TERGUGAT sebesar Rp. 47.295.000,-
(empat puluh tujuh juta dua ratus sembilan puluh lima ribu rupiah);
Menetapkan sisa hutang PENGGUGAT kepada TERGUGAT Rp.
61.005.000,- (enam puluh satu juta lima ribu rupiah); Menghukum dan
memerintahkan TERGUGAT untuk menjadwalkan hutang
PENGGUGAT dengan cara diangsur perbulannya Rp. 1.000.000,- (satu
juta rupiah) sampai dengan lunasnya dibayar sejumlah hutangnya
tersebut yakni Rp. 61.005.000,- (enam puluh satu juta lima ribu
rupiah,...

12 Bahwa, agar dapat terlaksananya asas peradilan yang cepat, sederhana dan
biaya murah, serta dapat terhindarnya kerugian yang dapat muncul
dikemudian hari dirasakan oleh PENGGUGAT, maka mohon kepada hakim
pemeriksa menyatakan terhadap putusan a quo dapat dilaksanakan
terlebih dahulu meski TERGUGAT mengajukan upaya hukum (banding,
verset, kasasi);

13 Bahwa, gugatan yang diajukan telah beralasan hukum untuk diterima dan
dikabulkan seluruhnya, tentunya PIHAK TERGUGAT patutlah DIPANGGIL DI
MUKA PERSIDANGAN serta dihukum untuk membayar seluruh biaya
perkara;

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dengan mengingat ketentuan HIR,


peraturan perundan-undangan terkait yang berlaku di Negara Kesatuan
Republik Indonesia, serta ASAS KEADILAN dan KEPATUTAN dengan
berdasarkan KETUHANAN YANG MAHA ESA, maka PENGGUGAT selaku
subyek hukum, PENCARI KEADILAN mohon kiranya Ketua/Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Bale Bandung yang memeriksa dan mengadili memberi
putusan sebagai berikut :

DALAM PROVISI
- Melarang pihak TERGUGAT ataupun pihak-pihak lainnya yang
mendapat kuasa atasnya dalam hal melakukan pengalihan hak, jual-
beli/lelang, hibah dan atau dalam bentuk lain terhadap obyek jaminan
atas Tanah dan bangunan dengan Sertifikat No. 689 yang terletak di

Halaman.7 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


Dari Banjaran ke Rancakole Arjasari Jawa Barat Kabupaten Bandung,
dengan luas tanah 242 M2 dan luas bangunan 213 M2 No. Gambar
Situasi 00040 surat Ukur tahun 2011 atas nama Robby Gunaedi,
Sampai dengan adanya putusan yang telah berkekuatan hukum tetap
dalam perkara a quo serta meletakan sita jaminan/ sita persamaan
atas obyek jaminan a quo.

- Menyatakan Menunda Pelaksanaan Eksekusi terhadap sebidang tanah


dan bangunan dengan obyek jaminan atas sebidang Tanah dan
bangunan dengan Sertifikat No. 689 yang terletak di Dari Banjaran ke
Rancakole Arjasari Jawa Barat Kabupaten Bandung, dengan luas
tanah 242 M2 dan luas bangunan 213 M2 No. Gambar Situasi 00040
surat Ukur tahun 2011 atas nama Robby Gunaedi, Sampai dengan
adanya putusan yang telah berkekuatan hukum tetap dalam perkara a
quo serta meletakan sita jaminan/ sita persamaan atas obyek jaminan
a quo.

DALAM POKOK PERKARA


PRIMAIR
1. Mengabulkan gugatan PARA PENGGUGAT untuk seluruhnya;
2. Menyatakan perjanjian Pinjaman Kredit beserta segala turunannya sah dan
memiliki kekuatan hukum;
3. Menetapkan sisa hutang PENGGUGAT kepada TERGUGAT sisa Rp.
161.800.000,- (seratus enam puluh satu juta delapan ratus rupiah);
4. Menghukum dan memerintahkan TERGUGAT (KREDITUR) untuk
menjadwalkan hutang PENGGUGAT tersebut dengan cara diangsur
perbulannya Rp. 1.000.000,-(satu juta rupiah), sampai dengan lunasnya
dibayar sejumlah hutangnya tersebut yakni dari sisa hutang Rp. 161.800.000,-
(seratus enam puluh satu juta delapan ratus rupiah);
5. Menyatakan TERGUGAT telah melakukan perbuatan melawan hukum;
6. Menghukum dan memerintahkan TERGUGAT untuk membayar ganti rugi
material sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dan kerugian
immaterial sebesar Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)
kepada PENGGUGAT secara tunai dan seketika;
7. Meletakkan Sita Jaminan/Sita persamaan atas obyek jaminan Tanah dan
bangunan dengan Sertifikat No. 689 yang terletak di Dari Banjaran ke
Rancakole Arjasari Jawa Barat Kabupaten Bandung, dengan luas tanah 242

Halaman.8 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


M2 dan luas bangunan 213 M2 No. Gambar Situasi 00040 surat Ukur tahun
2011 atas nama Robby Gunaedi;
8. Melarang pihak TERGUGAT ataupun pihak-pihak lainnya yang mendapat
kuasa atasnya dalam hal melakukan pengalihan hak, jual-beli/lelang, hibah
dan atau dalam bentuk lain terhadap obyek jaminan atas Tanah dan
bangunan dengan Sertifikat No. 689 yang terletak di Dari Banjaran ke
Rancakole Arjasari Jawa Barat Kabupaten Bandung, dengan luas tanah 242
M2 dan luas bangunan 213 M2 No. Gambar Situasi 00040 surat Ukur tahun
2011 atas nama Robby Gunaedi, Sampai dengan adanya putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap dalam perkara a quo serta meletakan sita jaminan/
sita persamaan atas obyek jaminan a quo.
9. Menyatakan Menunda Pelaksanaan Eksekusi terhadap sebidang Tanah dan
bangunan dengan Sertifikat No. 689 yang terletak di Dari Banjaran ke
Rancakole Arjasari Jawa Barat Kabupaten Bandung, dengan luas tanah 242
M2 dan luas bangunan 213 M2 No. Gambar Situasi 00040 surat Ukur tahun
2011 atas nama Robby Gunaedi, Sampai dengan adanya putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap dalam perkara a quo.
10. Menyatakan atas putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan terlebih
dahulu meski TERGUGAT melakukan upaya hukum lainnya (banding, verset,
kasasi);
11. Membebankan biaya perkara kepada TERGUGAT untuk seluruhnya;

SUBSIDAIR

Jika Majelis Hakim memiliki pertimbangan lain, mohon Putusan yang seadil-
adilnya, Ex Aquo Et Bono.

Menimbang, bahwa atas gugatan tersebut, Tergugat telah mengajukan


eksepsi dan jawabannya secara tertulis tertanggal 3 September 2015 yang isinya
sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI

1. Bahwa TERGUGAT MENOLAK dengan keras dan tegas seluruh dalil-dalil


PARA PENGGUGAT dalam Surat Gugatannya tertanggal 20 Mei 2015
tersebut, terkecuali terhadap hal-hal yang dengan tegas diakui dan
dinyatakan benar oleh TERGUGAT;

Halaman.9 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


2. GUGATAN PARA PENGGUGAT TIDAK JELAS DAN/ATAU KABUR
(OBSCUUR LIBEL) KARENA PETITUM BERTENTANGAN DENGAN
POSITA GUGATAN

2.1. Bahwa didalam Posita Gugatan Pengugat angka 6 disebutkan pada


pokoknya ...perhitungan dan penetapan sisa hutang serta bunga
tinggi dan biaya lainnya menurut Penggugat adalah tidak benar...;

2.2. Bahwa sebaliknya didalam Petitum Penggugat angka 2 disebutkan


pada pokoknya ...menyatakan perjanjian pinjaman kredit beserta
segala turunannya sah dan memiliki kekuatan hukum...;

2.3. Bahwa dasar Tergugat menentukan sisa hutang Penggugat I tentunya


berdasarkan perjanjian kredit antara Penggugat dan Tergugat yang
telah disepakati dan ditandatangani dengan sempurna, yang mana di
dalam perjanjian kredit tersebut disebutkan diantaranya: jumlah
pinjaman, bunga, jangka waktu, angsuran, denda, dan biaya-biaya
lainnya, dengan demikian dalil PARA PENGGUGAT pada posita
angka 6 sangat bertentangan serta tidak sesuai dengan petitum
PARA PENGGUGAT angka 2;

2.4. Bahwa berdasarkan beberapa yurisprudensi menyatakan sebagai


berikut:
- Putusan MARI No. 67 k/Sip/1975, tgl. 13 Mei 1975, Petitum tidak
sesuai dengan posita, maka permohonan kasasi dapat diterima dan
putusan Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri dibatalkan.
- Putusan MA-RI N0. 1075.K/Sip/1980 : Pengadilan Tinggi tidak
salah menerapkan Hukum, karena petitum bertentangan dengan
posita gugatan, gugatan tidak dapat diterima

2.5. Bahwa selain hal tersebut diatas berdasarkan Petitum Gugatan Para
Penggugat angka 3 dan angka 4 yang pada pokoknya meminta
menetapkan sisa hutang sebesar Rp. 161.800.000 dan cicilan
sebesar Rp. 1.000.000 adalah sangat bertentangan dan tidak jelas
dengan Petitum Gugatan Para Penggugat angka 2 yang meminta
perjanjian pinjaman kredit beserta segala turunannya sah dan
memiliki kekuatan hukum

Halaman.10 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


2.6. Bahwa berdasarkan Putusan MA-RI No. 582.K/Sip/1973, tanggal 18
Desember 1975 : Karena petitum gugatan adalah tidak jelas, gugatan
harus dinyatakan tidak dapat diterima
2.7. Bahwa dikarenakan Gugatan Para Penggugat Tidak Jelas dan/atau
kabur karena Petitum bertententangan dengan posita maka gugatan
tersebut harus dinyatakan ditolak dan dikesampingkan atau setidak-
tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima

3. GUGATAN PARA PENGGUGAT TIDAK JELAS DAN/ATAU KABUR


(OBSCUUR LIBE L) KARENA YANG MENDASARI GUGATAN PARA
PENGGUGAT BERMULA DARI PERBUATAN WANPRESTASI
PENGGUGAT I

3.1. Bahwa PARA PENGGUGAT mendalilkan dalam gugatannya,


TERGUGAT telah melakukan perbuatan melawan hukum, akan tetapi
berdasar fakta hukum sebenarnya yang mendasari gugatan PARA
PENGGUGAT bermula dari perbuatan wanprestasi PENGGUGAT I
yang tidak melaksanakan kewajibannya dalam perjanjian kredit
dengan TERGUGAT.

3.2. Bahwa dikarenakan hal yang mendasari gugatan adalah bermula


mengenai suatu perjanjian yaitu perjanjian kredit antara PENGGUGAT
I dan TERGUGAT, dan PENGGUGAT I telah Wanprestasi dengan
demikian gugatan PARA PENGGUGAT tidak jelas/kabur, sehingga
gugatan tersebut harus dinyatakan ditolak dan dikesampingkan atau
setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

4. GUGATAN PARA PENGGUGAT TIDAK JELAS DAN/ATAU KABUR


(OBSCUUR LIBEL) KARENA TIDAK JELAS DASAR HUKUMNYA SERTA
APAKAH GUGATAN WANPRESTASI ATAU GUGATAN PERBUATAN
MELAWAN HUKUM

4.1. Bahwa PARA PENGGUGAT dalam gugatannya tidak secara jelas


memformulasikan perbuatan melawan hukum apa?, bagaimana?, dan
apa dasar hukumnya? yang telah dilakukan oleh Tergugat. Quod non,
dalam hal Tergugat dikatakan telah melakukan Perbuatan Melawan
H u k u m , petitum gugatan PARA PENGGUGAT juga tidak didukung
oleh posita gugatan yang jelas. Di samping itu, yang menjadi dasar
dari gugatan PARA PENGGUGAT apakah gugatan Perbuatan

Halaman.11 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


Melawan Hukum ataukah gugatan Wanprestasi.
4.2. Bahwa apabila diteliti lebih mendalam, permasalahan hukum
terperkara yang menjadi dasar gugatan PARA PENGGUGAT
adalah berawal/didasarkan pada adanya hubungan hukum
bertimbal balik antara PENGGUGAT I dengan TERGUGAT,
sebagaimana yang diakui PARA PENGGUGAT, yaitu berupa
Perjanjian Kredit, dimana di satu sisi PENGGUGAT I selaku debitur
berhak untuk memperoleh fasilitas kredit, dan berkewajiban untuk
membayar angsuran cicilan atas fasilitas kredit yang diterimanya.
Di sisi lain, TERGUGAT selaku kreditur berhak atas pembayaran
angsuran/cicilan kredit dari PENGGUGAT I, dan berkewajiban untuk
memberikan fasilitas kredit kepada PENGGUGAT I.
4.3. Bahwa apabila dalam pelaksanaan perjanjian kredit antara PARA
PENGGUGAT dengan TERGUGAT - quod non, terdapat
permasalahan yang mengakibatkan menjadi tidak dapat
dilaksanakannya pemenuhan hak kewajiban dalam perjanjian,maka
seharusnya PARA PENGGUGAT mengajukan gugatan atas dasar
Wanprestasi bukan atas dasar dasar Perbuatan Melawan Hukum.
4.4. Beberapa dalil PARA PENGGUGAT dalam gugatan a quo yang
menegaskan bahwa terdapat permasalahan dalam pelaksanaan
perjanjian kredit antara PARA PENGGUGAT dan TERGUGAT yang
dapat dikategorikan dalam "cedera janji atau wanprestasi", yaitu dalil
gugatan posita angka 1, angka 3, angka 4, angka 5, angka 6, angka
7, angka 8, angka 9, petitum angka 2, petitum angka 3, dan petitum
angka 4, semakin menegaskan bahwa permasalahan yang ingin
disampaikan PARA PENGGUGAT dalam gugatan a quo adalah
Wanprestasi.
4.5. Berikut beberapa ketentuan dalam KUHPerdata dan pendapat ahli
hukum mengenai apa yang dinamakan wanprestasi dan perbuatan
melawan hukum:
4.5.1. Prof. Subekti, S H., dalam bukunya "Hukum Perjanjian",
Penerbit PT.Intermasa, halaman45, menjelaskan criteria
mengenai seseorang debitur dikategorikan melakukan
Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan), yaitu :
Tidak melakukan apa yang disanggupi akan
d ilakukannya;

Halaman.12 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak
sebagaimana dijanjikan;
Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;
Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukannya.
Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan :
"Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih".
Pasal 1238 KUHPerdata menyatakan :
"Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah
atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lali,
atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan,
bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya
waktu yang ditentukan".
4.5.2. Adapun Dr. Munir Fuady, SH., MH., LL.M., dalam bukunya
"Perbuatan Melawan Hukum" (Pendekatan Kontemporer),
Penerbit PT. Citra Aditya Bakti Bandung 2005, halaman 2,
memberikan definisi mengenai Perbuatan Melawan Hukum
yang pada intinya sebagai berikut :
Untuk istilah "perbuatan melawan hukum" ini, dalam bahasa
Belanda disebut dengan istilah "onrechmatige daad" atau
dalam bahasa Inggris disebut dengan "tort" .
Kata tort itu sendiri sebenamya hanya berarti "salah"
(wrong). Akan tetapi, khususnya dalam bidang hukum, kata
tort itu berkembang sedemikian rupa sehingga berarti
kesalahan perdata yang bukan berasal dari wanprestasi
kontrak.
Pasal 1365 KUHPerdata menegaskan :
"Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut".
Ketentuan mengenai perbuatan melawan hukum
sebagaimana didefinisikan Pasal 1365 KUHPerdata
tersebut mensyaratkan terpenuhinya 4 unsur sebagai

Halaman.13 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


berikut:
Adanya suatu perbuatan yang bertentangan dengan
hukum;
Adanya kesalahan;
Adanya kerugian;
Adanya hubungan kausal antara perbuatan dan
kerugian.
4.6. Berdasarkan uraian di atas dan dihubungkan dengan materi gugatan
PARA PENGGUGAT, nyata adanya bahwa Penggugat telah
mencampuradukan permasalahan wanprestasi dengan perbuatan
melawan hukum, padahal secara ketentuan dan prinsip hukum yang
ada antara wanprestasi dengan perbuatan melawan hukum
merupakan hal yang berbeda.
4.7. Bahwa di samping itu pula berdasarkan uraian di atas, nyata adanya
bahwa PARA PENGGUGAT telah salah merumuskan gugatannya,
PARA PENGGUGAT seharusnya mengajukan gugatan wanprestasi,
bukan perbuatan melawan hukum. Bahwa fakta terse but dipertegas
dalam posita dan petitum gugatan PARA PENGGUGAT dimana
dalam posita gugatan PARA PENGGUGAT mendasarkan pada
adanya hubungan hukum keperdataan perjanjian kredit antara
PENGGUGAT I selaku debitur dan TERGUGAT selaku kreditur, dan
dari hubungan hukum perjanjian kredit tersebut PARA PENGGUGAT
mempermasalahkan tidak dapat terlaksananya hak dan kewajiban
bertimbal balik sebagaimana mestinya di antara PENGGUGAT I dan
TERGUGAT. Demikian pula halnya dalam gugatan PARA
PENGGUGAT, di satu sisi dalam posita gugatan, PARA
PENGGUGAT mendalilkan dan mengakui adanya keterikatan dengan
TERGUGAT dalam suatu hubungan hukum perjanjian kredit, di sisi
lain PENGGUGAT mendalilkan terdapat permasalahan dalam
pelaksanaan perjanjian kredit hubungan hak dan kewajiban bertimbal
balik dengan TERGUGAT. Dalam petitum gugatan, di satu sisi
P A R A PENGGUGAT meminta pengadilan untuk menyatakan sah
dan berkekuatan hukum perjanjian kredit yang dibuat dengan
TERGUGAT, namun di sisi lain, PARA PENGGUGAT juga meminta
kepada pengadilan untuk menyatakan TERGUGAT telah melakukan
perbuatan melawan hukum.

Halaman.14 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


4.8. Bahwa demikian PARA PENGGUGAT telah salah merumuskan
materi dan dasar gugatannya yang menyebabkan gugatan PARA
PENGGUGAT menjadi rancu, kabur dan menimbulkan ambiguitas.
Selanjutnya oleh karena gugatan PARA PENGGUGAT kabur dan
tidak jelas maka terhadapnya harus dinyatakan tidak dapat diterima
(vide Yurisprudensi MARl Nomor 582K1Sip11973 tanggal 18-12-
1975).
4.9. Bahwa jelas dan terang PARA PENGGUGAT dalam perkara a quo
telah lalai untuk merumuskan fundamentum petendi atau dalil-dalinya
dengan jelas dan tegas sebagaimana ternyata dalam Pasal 8 RV.
Sehingga dengan demikian je1as sekali karena dasar gugatan PARA
PENGGUGAT yang tidak jelas atau tidak sempurna dapat berakibat
tidak diterimanya gugatan (vide Yurispridensi MARl No. 492 KlSipl1970
tertanggal 16 Desember 1970). Sehingga tepat menurut hukum
apabila gugatan PARA PENGGUGAT a quo kabur dan tidak jelas
"obscuur libel" karenanya menjadi wajar dan sepantasnya apabila
Tergugat I memohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa perkara a quo
agar gugatan PARA PENGGUGAT dinyatakan ditolak dan atau
setidak- tidaknya tidak dapat diterima (niet onvankelijke verklaard).

5. PENGGUGAT II TIDAK MEMPUNYAI KAPASITAS DALAM MENGAJUKAN


GUGATAN (ERROR IN PERSONA)

5.1. Bahwa yang mendasari gugatan PENGGUGAT pada pokoknya


adalah Perjanjian kredit antara Penggugat I dan Tergugat
sebagaimana PERJANJIAN KREDIT No. 0000041/PK/02226/0900/
0413 tertanggal 16 April 2013 yang TELAH DILEGALISASI oleh
MAUDY LUNEL PONGTULURAN, S.H., Notaris di Kabupaten
Bandung pada tanggal 16 April 2013 sehingga pihak-pihak yang
terkait dalam permasalahan ini adalah NANI NASRUDIN sebagai
debitur dan suaminya ROBBY GUNAEDI;

5.2. Bahwa HARUN ZAENUDIN sebagai Penggugat II tidak ada hubungan


hukum dalam perjanjian kredit tersebut dan perlu dipertanyakan
mengenai hubungan antara NANI NASRUDIN dan HARUN
ZAENUDIN, apakah ada hubungan sewa menyewa, hutang piutang
atau hubungan apa?;

Halaman.15 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


5.3. Bahwa menurut M. YAHYA HARAHAP, SH, didalam bukunya yang
berjudul Hukum Acara perdata (hal 111-136) mengatakan bahwa
yang bertindak sebagai PENGGUGAT harus orang yang benar-benar
memiliki kedudukan dan kapasitas yang tepat menurut hukum, keliru
dan salah bertindak sebagai PENGGUGAT mengakibatkan gugatan
mengandung cacat formil, dan cacat formil yang timbul atas kekeliruan
atau kesalahan bertindak sebagai PENGGUGAT inilah yang dikatakan
sebagai ERROR IN PERSONA.

5.4. Bahwa dikarenakan HARUN ZAENUDIN sebagai Penggugat II tidak


mempunyai hubungan hukum dengan Tergugat dan tidak mempunyai
kapasitas untuk mengajukan Gugatan, maka Gugatan Para
Penggugat harus dinyatakan ditolak dan dikesampingkan atau
setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

6. GUGATAN PENGGUGAT KURANG PIHAK (PLURIUM LITIS


CONSORTIUM) KARENA TIDAK DITARIKNYA MAUDY LUNEL
PONGTULURAN ,S.H., NOTARIS SEBAGAI PIHAK.

6.1. Bahwa dalam bagian Petitum Angka 2 gugatan Para Penggugat,


menuntut perjanjian pinjaman kredit beserta segala turunannya
sah dan memiliki kekuatan hukum
6.2. Bahwa perjanjian kredit antara Pengugat I dan Tergugat adalah
perjanjjian kredit No. 0000041/PK/02226/0900/0413 tertanggal 16 April
2013 sebagaimana telah dirubah dengan Perjanjian Kredit Nomor :
001/Add-PK Res/DP200/2226/0614, tanggal 2 Juni 2014, yang
dilegalisasi oleh MAUDY LUNEL PONGTULURAN ,S.H., Serta Akta
Pemberian Hak Tanggungan No. 341/2013tanggal 8 Mei 2013 yang
dibuat oleh MAUDY LUNEL PONGTULURAN ,S.H.,
6.3. Bahwa oleh karena itu, MAUDY LUNEL PONGTULURAN ,S.H, selaku
Notaris yang melegalisasi perjanjjian kredit dan membuat Akta
Pemberian Hak Tanggungan, seharusnya DITARIK/DIJADIKAN
SEBAGAI PIHAK baik Tergugat atau setidak-tidaknya Turut Tergugat
dalam perkara ini.
6.4. Bahwa berdasarkan Putusan MA RI No. 663k/Sip/1971, tgl. 6
Agustus 1971 Jo. Putusan MARI No. 1038k/Sip/1972, tgl. 1 Agustus
1973, Turut Tergugat adalah seseorang yang tidak menguasai
sesuatu barang akan tetapi demi formalitas gugatan harus

Halaman.16 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


dilibatkan guna dalam petitum sebagai pihak yang tunduk dan taat
pada putusan hakim perdata.

Bahwa oleh karena hal-hal yang telah dijelaskan oleh TERGUGAT di atas,
maka Gugatan PARA PENGGUGAT TIDAK DIDASARKAN PADA ALAS HAK
YANG PENUH ATAU CUKUP PERSONA STANDI NON JUDICIO, sehingga
PATUT dan ADIL apabila Majelis Hakim Terhormat yang memeriksa dan
mengadili perkara a quo untuk menyatakan Gugatan PARA PENGGUGAT
tersebut Tidak Dapat Diterima (Niet Ontvankelijke verklaard)

DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dan tegas seluruh dalil-dalil


PARA PENGGUGAT dalam surat Gugatannya tersebut, terkecuali terhadap
hal-hal yang dengan jelas dan tegas dinyatakan serta diakui kebenarannya
oleh TERGUGAT.
2. Bahwa hal-hal yang telah dijelaskan dan dikemukakan oleh TERGUGAT pada
bagian DALAM EKSEPSI di atas, dianggap terulang dan berlaku kembali pada
bagian DALAM POKOK PERKARA di bawah ini, guna menghindari
pengulangan-pengulangan yang tidak perlu.
3. Bahwa TERGUGAT Mohon AKTA atas FAKTA Hukum, yang merupakan
PENGAKUAN PARA PENGGUGAT yang telah diakui secara sadar dalam
surat Gugatannya, oleh karenanya TELAH TERBUKTI menurut hukum atas
beberapa FAKTA HUKUM, sebagai berikut :
a. Bahwa BENAR PENGGUGAT I TELAH MENGAJUKAN PERMOHONAN
KREDIT kepada TERGUGAT;
b. Bahwa BENAR PARA PENGGUGAT telah menerima Fasilitas Kredit dari
TERGUGAT sebesar Rp. 335.000.000 (tiga ratus tiga puluh lima juta
rupiah), yakni menjelaskan dan/atau mengakui FAKTA-FAKTA sebagai
berikut :
1) Bahwa BENAR PENGGUGAT I dengan TERGUGAT TELAH
MENANDATANGANI PERJANJIAN KREDIT No. 0000041/PK/02226/
0900/0413 tertanggal 16 April 2013. (Perjanjian Kredit No. 0000041
Tahun 2013)

2) Bahwa Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun 2013 tersebut TELAH


DILEGALISASI oleh MAUDY LUNEL PONGTULURAN ,S.H., Notaris
di Kabupaten Bandung pada tanggal 16 April 2013.

Halaman.17 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


3) Bahwa bersamaan dengan penandatanganan Perjanjian Kredit No.
0000041 Tahun 2013 tersebut, PENGGUGAT I juga TELAH
MENANDATANGANI SYARAT DAN KETENTUAN UMUM
PEMBERIAN FASILITAS KREDIT pada tanggal 16 April 2013
(Syarat dan Ketentuan Umum Kredit) atas FASILITAS KREDIT
sebagaimana dinyatakan dalam Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun
2013 tersebut.
c. Bahwa BENAR atas Fasilitas Kredit yang diberikan oleh TERGUGAT
kepada PENGGUGAT I sebesar Rp. 335.000.000 (tiga ratus tiga puluh
lima juta rupiah), dengan bunga 25.5365 % pertahun, setara dengan 15,6
% flat pertahun, jangka waktu 60 (enam Puluh) bulan, angsuran Rp.
9.938.339,56/bulan dengan pembayaran setiap tanggal 16 perbulannya;

d. Bahwa BENAR atas FASILITAS KREDIT yang telah diterima oleh


PENGGUGAT I dari TERGUGAT tersebut, PENGGUGAT I TELAH
MEMBERIKAN JAMINAN berupa HAK TANGGUNGAN atas 1 (satu)
bidang TANAH dan BANGUNAN di atasnya yaitu Sertifikat Hak Milik a.n
Robby Gunaedi No.689, yang terletak di Jl. Dari Banjaran ke Rancakole
Arjasari-Arjasari, Kab. Bandung, Jawa Barat kepada TERGUGAT. (vide
angka 1 Posita Gugatan PARA PENGGUGAT I)

e. Bahwa Selain Itu Telah Dibuat Juga Akta Pemberian Hak Tanggungan
No. 341/2013tanggal 8 Mei 2013 yang dibuat oleh MAUDY LUNEL
PONGTULURAN ,S.H., Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di
Kabupaten Bandung {APHT No. 341 Tahun 2013 };

f. Bahwa Agunan Kredit Yang Telah Dibebani Hak Tanggungan Tersebut


Sebagaimana APHT No. 341 Tahun 2013 Telah Didaftarkan Di Badan
Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Sebagaimana Sertifikat Hak
Tanggungan No. 7049/2013 tertanggal 12 September 2013 (Selanjutnya
Disebut SHT No. 7049/2013) Dengan Irah-Irah (Titel Eksekutorial) Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

g. Bahwa BENAR PENGGUGAT I telah mengajukan permohonan


keringanan pembayaran kepada TERGUGAT dan pada tanggal 2 Juni
2014 telah TERGUGAT telah memberikan keringanan pembayaran
melalui Perjanjian Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit Nomor :
001/Add-PK Res/DP200/2226/0614, guna Restrukturisasi hutang
PENGGUGAT I kepada TERGUGAT dengan keringanan Kewajiban

Halaman.18 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


Pembayaran yang harus dibayarkan PENGGUGAT I kepada TERGUGAT
setiap bulannya sebesar Rp. 7.180.739,97,- (tujuh juta seratus delapan
puluh ribu tujuh ratus tiga puluh sembilan sembilan puluh tujuh) dengan
jangka waktu 6 Tahun dimulai pada tanggal 2 Juni 2014 sampai dengan 2
Juni 2020, dengan pembayaran yang jatuh tempo tanggal 2 setiap
bulannya;

4. Bahwa PERJANJIAN KREDIT No. 0000041/PK/02226/0900/0413 tertanggal 8


Mei 2013 (Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun 2013) beserta
Perubahannya sebagaimana Perjanjian Perubahan Terhadap Perjanjian
Kredit No. 001/Add-PK Res/DP200/2226/0614 tertanggal 2 Juni 2014
(Perjanjian Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit No. 001 Tahun 2014)
tersebut TELAH DITANDATANGANI dengan SEMPURNA oleh PENGGUGAT
I dengan TERGUGAT serta TELAH DILEGALISASI oleh NOTARIS selaku
Pejabat yang berwenang menurut Undang-Undang, maka Perjanjian Kredit
No. 0000041 Tahun 2013 Jo. Perjanjian Perubahan Terhadap Perjanjian
Kredit No. 001 Tahun 2014 tersebut adalah merupakan PERJANJIAN yang
SAH dan MENGIKAT serta BERHARGA secara HUKUM, oleh karenanya
MENGIKAT bagaikan UNDANG-UNDANG bagi PENGGUGAT I dan
TERGUGAT. (vide Pasal 1320 Jo Pasal 1338 KUH Perdata)

5. Bahwa oleh karena Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun 2013 Jo. Perjanjian
Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit No. 001 Tahun 2014 tersebut sebagai
PERJANJIAN POKOK adalah merupakan PERJANJIAN yang SAH dan
BERHARGA menurut HUKUM, maka SELURUH dan SEGALA PERBUATAN
HUKUM dan HUBUNGAN HUKUM yang BERSUMBER dan BERASAL
(Perjanjian IKUTAN ; assesoir) dari Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun 2013
maupun perubahannya yaitu Perjanjian Perbuahan Terhadap Perjanjian Kredit
No. 001 Tahun 2014 tersebut adalah SAH dan MENGIKAT serta BERHARGA
secara HUKUM, oleh karenanya MENGIKAT bagaikan UNDANG-UNDANG
bagi PENGGUGAT I dan TERGUGAT. (vide Pasal 1320 Jo Pasal 1338 KUH
Perdata).
6. Bahwa satu dan lain hal, bahwa Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun 2013
Jo. Perjanjian Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit No. 001 Tahun 2014,
APHT No. 341 Tahun 2013 serta SHT No. 7049/2013 tersebut seluruhnya
adalah AKTA OTENTIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1868 KUH
Perdata Jis. UU Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas Tanah

Halaman.19 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


beserta benda-benda yang berkaitan dengan Tanah (UU Hak Tanggungan)
dan UU Jabatan Notaris serta Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran Tanah, dan Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah (Peraturan Jabatan PPAT).
7. Bahwa Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun 2013, APHT No. 341 Tahun
2013 serta SHT No. 7049/2013 tersebut seluruhnya adalah AKTA OTENTIK
memiliki KONSEKUENSI HUKUM sebagai BUKTI yang SEMPURNA dan
MENGIKAT tentang segala sesuatu yang dimuat dan diterangkan di
dalamnya, sebagaimana dimaksud dan diatur dalam Pasal 165 HIR, Pasal
285 Rbg, Pasal 1870 KUH Perdata.

8. Bahwa merupakan suatu FAKTA HUKUM yang TIDAK TERBANTAHKAN


bahwa PENGGUGAT I TELAH LALAI dalam MEMENUHI KEWAJIBAN-nya
dalam hal PENGGUGAT I TELAH TIDAK MELAKUKAN PEMBAYARAN dan
PELUNASAN atas KETERLAMBATAN Pembayaran atas PEMBAYARAN
POKOK dan atau BUNGA ditambah DENDA KETERLAMBATAN atas
Fasilitas Kredit yang telah diberikan oleh TERGUGAT kepada PENGGUGAT I
berdasarkan Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun 2013 Jo. Perjanjian
Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit No. 001 Tahun 2014 tersebut,
meskipun telah diberitahukan dan diperingatkan oleh TERGUGAT melalui
Surat Peringatan I No. 001/SP1/DSP-BJRN/0215 tertanggal 06 Februari 2015,
Surat Peringatan II No. 002/SP2/DSP-BJRN/0315 tertanggal 04 Maret 2015
dan Surat Peringatan III No. 003/SP3/DSP-BJRN/0415 tertanggal 14 April
2015, namun tidak ada itikad baik dari PENGGUGAT I untuk menyelesaikan
kewajiban pembayarannya kepada TERGUGAT.

9. Bahwa dalam Pasal 1 angka 2 Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun 2013 Jo.
Perjanjian Perubahan terhadap Perjanjian Kredit No. 001/2014 tersebut
dinyatakan sebagai berikut:
2. Ketentuan mengenai Fasilitas Kredit tersebut di atas diatur lebih lanjut
dalam Pasal 1 Syarat Ketentuan Umum Pemberian Fasilitas Kredit.

Bahwa selanjutnya, Pasal 11 Syarat dan Ketentuan Umum Pemberian Fasilitas


Kredit (Syarat dan Ketentuan Umum Kredit) tersebut dinyatakan sebagai
berikut:
PASAL 11
KETENTUAN PENUTUP

Halaman.20 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


DEBITUR dan BANK dengan ini, SEPAKAT dan SETUJU untuk
MEMBERLAKUKAN SELURUH KETENTUAN yang diatur di dalam Syarat
dan Ketentuan Umum Pemberian Fasilitas Kredit atas Perjanjian Kredit,
karenanya ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat Perjanjian Kredit
mengikat DEBITUR kepada BANK serta merupakan satu kesatuan dan
bagian yang tidak terpisahkan dengan Perjanjian Kredit berikut segala
perubahan-perubahannya dan penambahan-penambahannya.
....... dst ....... .
Setiap Lampiran, Surat, Dokumen ataupun Addendum dari Perjanjian Kredit,
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Perjanjian kredit
dan oleh karenanya mengikat BANK dan DEBITUR.
....... dst ....... .
....... dst ....... .
Mengenai Perjanjian kredit, DEBITUR dan BANK dengan ini MELEPASKAN
ketentuan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Indonesia.
....... dst ....... .
....... dst ....... ..
10. Bahwa selanjutnya Pasal 8 angka 1 Syarat dan Ketentuan Umum Kredit
tersebut dinyatakan sebagai berikut:
10.1. Peristiwa Kelalaian :

Pasal 8

Peristiwa Kelalaian

1. BANK BERHAK TANPA SOMASI lagi MENGAKHIRI Perjanjian


Kredit dan menuntut pembayaran dengan seketika TANPA
HARUS MENUNGGU JATUH TEMPO dan sekaligus lunas dari
jumlah-jumlah yang terhutang oleh DEBITUR berdasarkan
Perjanjian kredit (berikut perubahannya), baik karena hutang pokok,
bunga, provisi dan karenanya pemberitahuan dengan surat juru sita
atau surat-surat lain yang berkekuatan serupa itu tidak diperlukan
lagi, bilamana DEBITUR: i) oleh pengadilan Negeri dinyatakan
pailit; ii) meminta penundaan-penundaan pembayaran hutang-
hutangnya (surseance van betaling); iii) meninggal dunia; iv) lalai
atau tidak memenuhi salah satu ketentuan dalam Perjanjian
Kredit; v) tidak membayar pokok dan/atau bunga pada waktu

Halaman.21 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


yang telah ditentukan atau lalai/tidak memenuhi kewajibannya
menurut Perjanjian Kredit; vi) terlibat dalam suatu perkara
Pengadilan.
2. ........ dst ......... .

10.2. Bahwa dengan demikian, berdasarkan ketentuan Pasal 8 angka 1 Jo.


Pasal 11 angka 6 Syarat dan Ketentuan Umum Kredit tersebut,
bilamana DEBITUR/PENGGUGAT I LALAI atau TERLAMBAT atau
TIDAK MELAKUKAN PEMBAYARAN POKOK dan atau BUNGA
ditambah DENDA KETERLAMBATAN atas Fasilitas Kredit
PENGGUGAT I berdasarkan Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun
2013 beserta perubahannya melalui Perjanjian Perubahan terhadap
Perjanjian Kredit No. 001/2014 tersebut, maka TERGUGAT MEMILIKI
HAK dan KEWENANGAN untuk MENGAKHIRI Perjanjian Kredit No.
0000041 Tahun 2013 maupun perubahannya yaitu Perjanjian
Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit No. 001/2014 tersebut serta
MENAGIH SELURUH PEMBAYARAN dimaksud tersebut TANPA
HARUS MENUNGGU JATUH TEMPO/tanggal BERAKHIRnya
Perjanjian Kredit.

10.3. Bahwa merujuk pasal 1243 jo. Pasal 1763 KUHPerdata ditegaskan
bahwa:
a. Dalam ketentuan pasal 1243 KUHPerdata yang dimaksud dengan
wanprestasi/cidera janji:
-lalai memenuhi perjanjian.atau
-tidak menyerahkan atau membayar dalam jangka waktu yang
ditentukan,atau
-tidak berbuat sesuai yang diperjanjiakn dalam tenggang waktu yang
ditentukan

10.4. Bahwa berdasarkan Pasal 6 UU Nomor 4 Tahun 1996 tersebut Apabila


Debitor CIDERA JANJI, PEMEGANG Hak Tanggungan pertama
mempunyai HAK untuk MENJUAL OBYEK Hak Tanggungan atas
KEKUASAAN SENDIRI melalui PELELANGAN UMUM.

10.5. Dasar Pengaturan PENJUALAN atas KEKUASAAN Kreditor SENDIRI


melalui PELELANGAN UMUM tersebut TELAH DIATUR dalam UU
Nomor 4 Tahun 1996 sebagai berikut:

Halaman.22 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


a. Angka 4 dan 9 bagian PENJELASAN UMUM UU Nomor 4 Tahun
1996, pada pokoknya dinyatakan sebagai berikut:

4. Memperhatikan ciri-ciri di atas, maka dengan Undang-undang ini


ditetapkan ketentuan-ketentuan mengenai lembaga hak jaminan
yang oleh Undang-Undang Pokok Agraria diberi nama Hak
Tanggungan. Dengan diundangkannya Undang-undang ini, .......
dst ....... .
HAK TANGGUNGAN adalah HAK JAMINAN atas TANAH untuk
PELUNASAN UTANG TERTENTU, yang memberikan
KEDUDUKAN DIUTAMAKAN kepada Kreditor Tertentu terhadap
kreditor-kreditor lain. Dalam arti, bahwa jika DEBITOR CIDERA
JANJI, KREDITOR pemegang Hak Tanggungan BERHAK
MENJUAL melalui PELELANGAN UMUM tanah yang dijadikan
jaminan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan, dengan hak mendahulu daripada kreditor-
kreditor yang lain. Kedudukan diutamakan tersebut sudah
barang tentu tidak mengurangi preferensi piutang-piutang
Negara menurut ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku
9. Salah satu CIRI Hak Tanggungan yang KUAT adalah MUDAH
dan PASTI dalam PELAKSANAAN EKSEKUSInya, jika
DEBITOR CIDERA JANJI. Walaupun secara umum ketentuan
tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang
berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara KHUSUS
ketentuan tentang EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN dalam
Undang-Undang ini, yaitu yang mengatur LEMBAGA Parate
Executie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 Reglemen
Indonesia yang Diperbarui (Het Herziene Indonesisch
Reglement) dan Pasal 258 Reglemen Acara Hukum Untuk
Daerah Luar Jawa dan Madura (Reglement tot Regeling van het
Rechtswezen in de Gewesten Buiten Java en Madura).
Sehubungan dengan itu pada SERTIPIKAT Hak Tanggungan,
yang berfungsi sebagai SURAT-TANDA-BUKTI adanya Hak
Tanggungan, dibubuhkan irah-irah dengan kata-kata "DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA",
untuk memberikan KEKUATAN EKSEKUTORIAL yang SAMA

Halaman.23 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


DENGAN PUTUSAN PENGADILAN yang sudah mempunyai
KEKUATAN HUKUM TETAP.
Selain itu SERTIPIKAT Hak Tanggungan tersebut dinyatakan
sebagai pengganti grosse acte Hypotheek, yang untuk eksekusi
Hypotheek atas tanah ditetapkan sebagai syarat dalam
melaksanakan ketentuan pasal-pasal kedua Reglemen di atas.
Agar ada kesatuan pengertian dan kepastian mengenai
penggunaan ketentuan-ketentuan tersebut, ditegaskan lebih
lanjut dalam Undang-Undang ini, bahwa selama belum ada
peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, peraturan
mengenai eksekusi Hypotheek yang diatur dalam kedua
Reglemen tersebut, berlaku terhadap eksekusi Hak
Tanggungan.

b. Pasal 6 UU Nomor 4 Tahun 1996, pada pokoknya dinyatakan


sebagai berikut:

Apabila Debitor CIDERA JANJI, PEMEGANG Hak Tanggungan


pertama mempunyai HAK untuk MENJUAL OBYEK Hak
Tanggungan atas KEKUASAAN SENDIRI melalui PELELANGAN
UMUM serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
penjualan tersebut.
c. Penjelasan Pasal 6 UU Nomor 4 Tahun 1996, pada pokoknya
dinyatakan sebagai berikut:

HAK untuk MENJUAL OBYEK Hak Tanggungan atas


KEKUASAAN SENDIRI merupakan salah satu perwujudan dari
kedudukan diutamakan yang dipunyai oleh pemegang Hak
Tanggungan atau pemegang Hak Tanggungan pertama dalam hal
terdapat lebih dari satu pemegang Hak Tanggungan. HAK
tersebut didasarkan pada JANJI yang diberikan oleh pemberi Hak
Tanggungan bahwa apabila debitor CIDERA JANJI, pemegang
Hak Tanggungan BERHAK untuk MENJUAL OBYEK Hak
Tanggungan melalui PELELANGAN UMUM TANPA
MEMERLUKAN PERSETUJUAN lagi dari Pemberi Hak
Tanggungan dan selanjutnya mengambil pelunasan piutangnya
dari hasil penjualan itu lebih dahulu daripada kreditor-kreditor

Halaman.24 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


yang lain. Sisa hasil penjualan tetap menjadi hak pemberi Hak
Tanggungan.

d. Pasal 20 ayat (1) UU Nomor 4 Tahun 1996, pada pokoknya


dinyatakan sebagai berikut:

(1) Apabila Debitor CIDERA JANJI, maka berdasarkan:


a. HAK Pemegang Hak Tanggungan pertama untuk
MENJUAL OBYEK Hak Tanggungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, atau

b. TITEL EKSEKUTORIAL yang terdapat dalam sertipikat


Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (2), obyek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan
umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang
Hak Tanggungan dengan hak mendahulu dari pada
kreditor-kreditor lainnya.

e. Penjelasan Pasal 20 ayat (1) UU Nomor 4 Tahun 1996, pada


pokoknya dinyatakan sebagai berikut:

KETENTUAN ayat ini merupakan PERWUJUDAN dari


KEMUDAHAN yang DISEDIAKAN oleh Undang-Undang ini
bagi para kreditor pemegang Hak Tanggungan dalam hal harus
dilakukan EKSEKUSI.
Pada prinsipnya setiap eksekusi harus dilaksanakan dengan
melalui pelelangan umum, karena dengan cara ini diharapkan
dapat diperoleh harga yang paling tinggi untuk obyek Hak
Tanggungan. Kreditor berhak mengambil pelunasan piutang
yang dijamin dari hasil penjualan obyek Hak Tanggungan.
Dalam hal hasil penjualan itu lebih besar daripada piutang
tersebut yang setinggi-tingginya sebesar nilai tanggungan,
sisanya menjadi hak pemberi Hak Tanggungan.
10.6. Petunjuk Pelaksanaan Pasal 6 UU Nomor 4 Tahun 1996 tersebut
TELAH DIATUR dalam Surat Edaran Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara (BUPLN) No. SE-21/PN/1998 jo. SE-23/PN/2000
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pasal 6 Undang-Undang Hak
Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996.

Halaman.25 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


10.7. Pendapat Para AHLI HUKUM terhadap ketentuan Pasal 6 UU Nomor 4
Tahun 1996 tersebut, antara lain sebagai berikut:

a. Menurut J. SATRIO,S.H., Pensiunan Notaris dan PPAT serta


Pensiunan Dosen di FH Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto, menyatakan pada pokoknya sebagai berikut:
Di dalam DOKTRIN, KEWENANGAN MENJUAL atas
KEKUASAAN SENDIRI atau PARATE EKSEKUSI, diberikan ARTI
bahwa kalau Debitur WANPRESTASI Kreditur bisa
MELAKSANAKAN EKSEKUSI OBJEK JAMINAN, TANPA HARUS
MINTA FIAT dari Ketua Pengadilan, TANPA HARUS MENGIKUTI
ATURAN MAIN dalam HUKUM ACARA untuk itu ada aturan
mainnya sendiri TIDAK PERLU ADA SITA LEBIH DAHULU,
TIDAK PERLU MELIBATKAN JURUSITA dan karenanya
PRSOEDURnya LEBIH MUDAH dan BIAYAnya LEBIH MURAH.
Adalah JANGGAL SEKALI, kalau ada yang MENGKAITKAN Parate
Eksekusi dengan Pasal 224 HIR, sebab yang diatur dalam Pasal
224 HIR adalah EKSEKUSI berdasarkan GROSSE AKTE. Karena
GROSSE AKTE yang disebutkan dalam pasal tersebut dinyatakan
MEMPUNYAI KEKUATAN EKSEKUTORIAL atau mempunyai
KEKUATAN sebagai suatu KEPUTUSAN yang telah MEMPUNYAI
KEKUATAN yang TETAP, maka PELAKSANAANnya, seperti juga
PELAKSANAAN suatu KEPUTUSAN PENGADILAN, selalu
HARUS dengan PERSETUJUAN Ketua Pengadilan.
Kalau melaksanakan PARATE EKSEKUSI DISAMAKAN dengan
MELAKSANAKAN EKSEKUSI berdasarkan GROSSE, maka APA
GUNANnya orang MEMPERJANJIKAN PARATE EKSEKUSI,
BUKANKAH ia sudah mempunyai GROSSE SERTIPIKAT Hak
Tanggungan.
{ J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak
Tanggungan Buku 2, Cet.1, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,
1998, hlm. 5152.}
b. Menurut Dr HEROWATI POESOKO,S.H.,M.H. Staf Pengajar di FH
Universitas Jember, menyatakan pada pokoknya sebagai berikut:

Dengan demikian TUJUAN PEMBERIAN Parate Executie oleh


Undang-Undang (ex lege), dengan maksud untuk MEMPERKUAT

Halaman.26 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


POSISI dari KREDITOR PEMEGANG Hak Tanggungan dan pihak-
pihak yang mendapatkan Hak daripadanya.
HAK MENJUAL atas KEKUASAAN SENDIRI yang diberikan oleh
Undang-Undang (secara ex lege) dimaksudkan untuk
MENEROBOS FORMALITAS HUKUM ACARA. Hal tersebut dapat
diketahui karena PELAKSANAAN parate executie itu
DILAKSANAKAN oleh Kreditor Pertama PEMEGANG Hak
Tanggungan MELALUI PELELANGAN UMUM, serta MENGAMBIL
PELUNASAN PIUTANGnya dari HASIL PENJUALAN tersebut.
KEBERADAAN PEMEGANG Hak Tanggungan pertama
mempunyai HAK untuk MENJUAL OBYEK Hak Tanggungan atas
KEKUASAAN SENDIRI (parate executie), ternyata TIDAK ADA
SEORANG SARJANA Indonesia yang MENGINGKARInya, ...... .
PROSEDUR EKSEKUSI sebagaimana yang dimaksudkan dalam
Pasal 6 UU HT, KREDITOR Pertama PEMEGANG Hak
Tanggungan CUKUP MENGAJUKAN PERMOHONAN untuk
PELAKSANAAN PELELANGAN kepada Kantor Lelang Negara.
HAK Kreditor untuk MENJUAL OBYEK Hak Tanggungan ayas
KEKUASAAN SENDIRI di DEPAN UMUM, sudah diberikan oleh
Undang-Undang sendiri kepada Kreditor Pemegang Hak
Tanggungan Pertama. KEWENANGAN itu TIDAK DIPEROLEH dari
dari PEMBERI Hak Tanggungan tapi sudah dengan sendirinya ada
padanya atas dasar Undang-undang SENDIRI MEMBERIKAN
kepadanya. SETIAP PERMINTAAN PENJUALAN LELANG yang
melalui PERANTARAAN Kantor Lelang Negara: TIDAK BOLEH
DITOLAK Juru/pejabat Lelang, sepanjang permintaan masih
meliputi kawasan daerah hukum Kantor Lelang yang bersangkutan.
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 UU HT telah ada
PERATURAN PELAKSANAAN sebagaimana diatur dalam Surat
Edaran Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara No, SE-
21/PN/1998 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pasal 6 UU HT dan
Surat Edaran Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara No, SE-
23/PN/2000.
{Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan
(Inkonsistensi, Konflik Norma dan Kesesatan Penalaran dalam

Halaman.27 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


UU HT), Cet.1, Yogyakarta, Laksbang Pressindo, 2007, hlm.
295, 297, 299.}
c. Menurut Prof Dr ST REMY SJAHDEINI,S.H., Guru Besar di FH
Universitas Airlangga, Surabaya dan beberapa FH lainnya,
Pensiunan Direktur Hukum PT Bank BNI (Perseroa),Tbk,
menyatakan pada pokoknya sebagai berikut:

Pasal 6 UU HT itu memberikan HAK bagi PEMEGANG Hak


Tanggungan untuk MELAKUKAN PARATE EKSEKUSI. Artinya
PEMEGANG Hak Tanggungan TIDAK PERLU BUKAN SAJA
MEMPEROLEH PERSETUJUAN dari PEMBERI Hak Tanggungan,
tetapi juga TIDAK PELU MEMINTA PENETAPAN dari
PENGADILAN SETEMPAT apabila akan MELAKUKAN EKSEKUSI
atas Hak Tanggungan yang menjadi JAMINAN UTANG Debitor
dalam hal Debitor CIDERA JANJI. PEMEGANG Hak Tanggungan
dapat LANGSUNG DATANG dan MEMINTA kepada Kepala Kantor
Lelang untuk MELAKUKAN PELELANGAN atas OBJEK Hak
Tanggungan yang bersangkutan.
{ST Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan: Asas-asas, Ketentuan-
ketentuan Pokok Dan Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan
(Suatu Kajian Mengenai Undang-Undang Hak Tanggungan),
Edisi 2, Cet.1, Bandung, ALUMNI, 1999, hlm. 46.}
10.8. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 UU Nomor 4 Tahun 1996 Tentang
Hak Tanggungan dihubungkan dengan Surat Edaran Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) No. SE-21/PN/1998 Jo. SE-
23/PN/2000 serta dikaitkan pula dengan Pendapat/doktrin Para AHLI
HUKUM tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa eksekusi obyek Hak
Tanggungan berdasarkan Pasal 6 UU Nomor 4 Tahun 1996 ditinjau
dari sifat hukumnya merupakan peraturan yang bersifat hukum materiil
yang didalamnya terkandung sifat hukum formil atau kalau istilah yang
diberikan Sudikno Mertokusumo adalah hukum materiil yang
didalamnya terkandung hukum formil. Berlakunya HAK kreditor
pemegang Hak Tanggungan pertama untuk MENJUAL OBYEK Hak
Tanggungan atas KEKUASAAN SENDIRI melalui PELELANGAN
UMUM, TANPA HARUS MINTA FIAT dari / kepada Ketua Pengadilan
Negeri sebagaimana dimaksud Pasal 224 H.I.R. pada eksekusi pada
UMUMnya, syaratnya jika debitor CIDERA JANJI.

Halaman.28 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


11. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 2 karena TERGUGAT hanya mempunyai hubungan hukum dengan
PENGGUGAT I yaitu perjanjian kredit sedangkan TERGUGAT tidak
mempunyai hubungan hukum dengan PENGGUGAT II;

12. Harus ditolak dan dikesampingkan dalil argumentasi PARA PENGGUGAT


sebagaimana tersebut da1am angka 3, dan angka 4 gugatannya. Bahwa
perhitungan-perhitungan jumlah pembayaran angsuran Pinjaman yang
didalilkan PARA PENGGUGAT merupakan dalil argumentasi sepihak yang
tidak berdasar dan mengaburkan fakta hukum yang ada. Sangat ironis
dimana di satu sisi PARA PENGGUGAT mengakui keabsahan perjanjian
kredit yang telah ditandatangani dengan TERGUGAT, namun di sisi lain
PARA PENGGUGAT justru mengingkarinya sendiri. Bahwa perhitungan-
perhitungan sebagaimana dalil argumentasi angka 3, dan 4 gugatan PARA
PENGGUGAT mengacu pada perjanjian kredit yang mana, fasilitas Pinjaman
yang mana, pembayaran pada jadwal angsuran yang mana, bulan ke berapa,
untuk itu mohon PARA PENGGUGAT untuk meneliti kembali perjanjian
kredit dan jadwal angsuran yang ada. Bahwa dalil dan argumentasi PARA
PENGGUGAT yang demikian jelas menunjukkan itikad buruk PARA
PENGGUGAT yang berupaya untuk mengingkari kewajibannya kepada
TERGUGAT;

13. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 5 karena TERGUGAT telah memberikan kesempatan dan keringanan
kepada TERGUGAT I dengan MENGABULKAN PERMOHONAN
KERINGANAN PEMBAYARANNYA, dan pada tanggal 2 Juni 2014
TERGUGAT telah memberikan keringanan pembayaran melalui Perjanjian
Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit Nomor: 001/Add-PK Res/DP200/
2226/0614, guna Restrukturisasi hutang PENGGUGAT I kepada TERGUGAT
dengan keringanan Kewajiban Pembayaran yang harus dibayarkan
PENGGUGAT I kepada TERGUGAT setiap bulannya sebesar Rp.
7.180.739,97,- (tujuh juta seratus delapan puluh ribu tujuh ratus tiga puluh
sembilan sembilan puluh tujuh) dengan jangka waktu 6 Tahun dimulai pada
tanggal 2 Juni 2014 sampai dengan 2 Juni 2020, dengan pembayaran yang
jatuh tempo tanggal 2 setiap bulannya, akan tetapi TERGUGAT I KEMBALI
TIDAK MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA;

14. Selain itu pada saat mediasi di Pengadilan dilakukan TERGUGAT dengan

Halaman.29 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


itikad baik menawarkan pelunasan kepada PARA PENGGUGAT dengan
menghapuskan tunggakan bunga dan tunggakan dendanya, akan tetapi
PARA PENGGUGAT tidak menunjukan itikad baiknya;

15. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 6 gugatannya karena dalil argumentasi PARA PENGGUGAT angka 6
merupakan dalil yang mengada-ada dan harus dibuktikan kebenarannya
oleh PARA PENGGUGAT. PARA PENGGUGAT tidak menguraikan pasal
berapa dari ketentuan dalam perjanjian kredit yang telah dilanggar oleh
TERGUGAT sehingga TERGUGAT dikatakan telah melakukan perhitungan
dan penetapan sisa hutang PENGGUGAT I dengan cara-cara yang tidak
benar, penuh dengan siasat maupun rekayasa, serta melanggar asas
kepatutan dan keadilan. Sesuai ketentuan Pasal 163 HIR PARA
PENGGUGAT harus dapat membuktikan dalil argumentasinya tersebut
menurut hukum;

16. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 7 gugatannya, perlu TERGUGAT jelaskan kembali perhitungan-
perhitungan hutang PENGGUGAT I kepada TERGUGAT merupakan dalil
argumentasi sepihak yang tidak berdasar dan mengaburkan fakta hukum
yang ada, selain itu sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 6 UU
Nomor 4 Tahun 1996 disebutkan Apabila Debitor CIDERA JANJI,
PEMEGANG Hak Tanggungan pertama mempunyai HAK untuk MENJUAL
OBYEK Hak Tanggungan atas KEKUASAAN SENDIRI melalui
PELELANGAN UMUM.

17. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 8 gugatannya, bahwa penentuan jumlah kewajiban sebesar
Rp.161.800.000,- (seratus enam puluh satu juta rupiah) merupakan
perhitungan sepihak PARA PENGGUGAT sendiri, yang merupakan
perhitungan tanpa dasar. Padahal dalam perjanjian-perjanjian kredit (berikut
dengan Syarat dan ketentuannya, serta jadwal angsuran) dan perubahan
perjanjian kredit, yang disepakati dan ditandatangani sendiri oleh
PENGGUGAT I dengan TERGUGAT telah diatur dengan jelas dan pasti
mengenai perhitungan besarnya jumlah Pinjaman dan jumlah angsuran yang
harus dibayar PENGGUGAT I setiap bulannya kepada TERGUGAT. Bahwa
PENGGUGAT I yang dengan sekehendak pribadi dan sepihak menetapkan
sendiri jumlah kewajibannya kepada TERGUGAT jelas menunjukkan itikad

Halaman.30 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


buruknya sebagai debitur, yang dengan demikian pula PENGGUGAT I telah
wanprestasi atas perjanjian-perjanjian kredit yang telah disepakatinya.

18. Sebagaimana telah TERGUGAT uraikan diatas bahwa jaminan yang


diberikan PENGGUGAT I atas Pinjaman yang diterimanya telah
dipertanggungkan dalam Hak Tanggungan, sebagaimana ternyata dalam
APHT No. 341 Tahun 2013 juncto SHT No. 7049/2013. Pasal 6 Undang-
Undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta
Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah (UUHT) menyatakan bahwa
dalam hal debitur cedera janji maka kreditur pemegang Hak Tanggungan
pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan in casu
Tanah dan Bangunan dengan Sertipikat Hak Milik No. 1383, atas
kekuasaannya sendiri melalui pelelangan umum untuk mengambil pelunasan
piutangnya dari hasil penjualan tersebut.

19. Bahwa sebagaimana sudah TERGUGAT jelaskan diatas SHT No. 7049/2013
sebagai dasar pemberian Hak Tanggungan untuk kepentingan Tergugat
adalah berkepala/berirah-irah "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa". Bahwa Sertipikat Hak Tanggungan yang berkepala/berirah-irah
"Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" mempunyai
kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap (vide Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3)
UUHT). Selanjutnya berdasarkan Penjelasan Umum Angka 9 dan Penjelasan
Pasal 14 ayat (3) UUHT, bahwa Sertifikat Hak Tanggungan berlaku dan
berfungsi sebagai pengganti grosse acte hypotheek atau grosse akta
pengakuan hutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 HIR atau
Pasal 258 Rbg. Bahwa dengan berdasar pada Sertipikat Hak Tanggungan
tersebut, pihak perbankan tidak memerlukan lagi grosse akta pengakuan
hutang sebagai dasar pelaksanaan eksekusi bila debitur cidera janji, tetapi
cukup dengan menggunakan Sertifikat Hak Tanggungan yang memiliki
kekuatan eksekutorial untuk mengeksekusi Hak Tanggungan.

20. Berdasarkan uraian di atas maka kewenangan yang dimiliki oleh kreditur
bank untuk mengeksekusi jaminan adalah kewenangan yang diberikan
undang-undang, berbeda dengan permohonan eksekusi Grosse Akta
Pengakuan Hutang yang didasarkan pada ketentuan Pasal 224 HIR. Untuk
itu P A R A PENGGUGAT agar meneliti kembali APHT No. 341 Tahun 2013
yang telah ditandatanganinya selaku Pemberi Hak Tanggungan, yang dibuat

Halaman.31 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


dihadapan MAUDY LUNEL PONGTULURAN ,S.H., Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT) di Kabupaten Bandung.

21. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 9 gugatannya karena merupakan kewenangan TERGUGAT untuk
melaksanakan eksekusi atas jaminan yang berupa Sebidang tanah berikut
bangunan dengan Sertifikat Hak Milik a.n Robby Gunaedi No.689, yang
terletak di Jl. Dari Banjaran ke Rancakole Arjasari-Arjasari, Kab. Bandung,
Jawa Barat, adalah kewenangan yang diberikan oleh undang-undang, sesuai
ketentuan Pasal 6 UUHT, menyatakan bahwa dalam hal debitur cedera
janji maka kreditur pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak
untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaannya sendiri melalui
pelelangan umum untuk mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
penjualan tersebut.

22. Bahwa jaminan yang diberikan PENGGUGAT I atas Pinjaman yang


diterimanya dari TERGUGAT telah dipertanggungkan dalam Akta Pemberian
Hak Tanggungan, yang kemudian diterbitkan Sertipikat Hak Tanggungan
untuk kepentingan Tergugat, yang berkepala (irah-irah) "Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa", yang mempunyai kekuatan
eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (vide Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3) UUHT).
Karenanya tuntutan PENGGUGAT sebagaimana posita angka 8 gugatannya,
merupakan dalil tuntutan yang tidak berdasar, karenanya patut dan wajar
untuk ditolak dan dikesampingkan.

23. Bahwa selain itu permohonan PROVISI PARA PENGGUGAT mengenai


penundaan melaksanakan eksekusi bukanlah kewenangan Majelis Hakim
melainkan kewenangan dari Ketua Pengadilan Negeri, hal ini sebagaimana
pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam perkara No. 10/Pdt/G/2015/PN.Blb
yaitu menimbang, bahwa untuk menunda eksekusi atau melaksanakan
eksekusi bukanlah kewenangan Majelis Hakim melainkan kewenangan dari
Ketua Pengadilan Negeri, oleh karena itu tuntutan provisi ini tidak dapat
dikabulkan dan harus ditolak. Dengan demikian sangat wajar dan patut
tuntutan PROVISI PARA PENGGUGAT DITOLAK.

24. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 10 gugatannya karena MERUPAKAN DALIL YANG MENYESATKAN
DAN MENGABURKAN FAKTA-FAKTA YANG ADA.

Halaman.32 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


25. Bahwa PENGGUGAT I pernah mengajukan penjadwalan ulang atas
hutangnya dan pada tanggal 2 Juni 2014 TERGUGAT telah memberikan
keringanan pembayaran melalui Perjanjian Perubahan Terhadap Perjanjian
Kredit Nomor: 001/Add-PK Res/DP200/2226/0614, guna Restrukturisasi
hutang PENGGUGAT I kepada TERGUGAT dengan keringanan Kewajiban
Pembayaran yang harus dibayarkan PENGGUGAT I kepada TERGUGAT
setiap bulannya sebesar Rp. 7.180.739,97,- (tujuh juta seratus delapan puluh
ribu tujuh ratus tiga puluh sembilan sembilan puluh tujuh) dengan jangka
waktu 6 Tahun dimulai pada tanggal 2 Juni 2014 sampai dengan 2 Juni 2020,
dengan pembayaran yang jatuh tempo tanggal 2 setiap bulannya, akan tetapi
TERGUGAT I KEMBALI TIDAK MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA, bahkan
pada saat Mediasi di di Pengadilan TERGUGAT dengan itikad baiknya
mengusulkan dan memberi kebijakan untuk melunasi hutangnya dengan
menghilangkan tunggakan Bunga, tunggakan denda, bunga berjalan, dan
penalty, akan tetapi dengan itikad buruk PARA TERGUGAT MENOLAKNYA.

26. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 10 gugatannya karena tidak ada kerugian yang diderita oleh PARA
PENGGUGAT dan karena itu tidak ada perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh TERGUGAT.

27. Bahwa perjanjian-perjanjian kredit beserta perubahannya yang


ditandatangani oleh dan antara PENGGUGAT I dan TERGUGAT sebagai
dasar pemberian Pinjaman kepada PENGGUGAT I, baik PERJANJIAN
KREDIT No. 0000041/PK/02226/0900/0413 tertanggal 8 Mei 2013 (Perjanjian
Kredit No. 0000041Tahun 2013) maupun Perubahannya sebagaimana
Perjanjian Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit No. 001/Add-PKRes/
DP200/2226/0614 tertanggal 2 Juni 2014 (Perjanjian Perubahan Terhadap
Perjanjian Kredit No. 001 Tahun 2014) telah sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku. Oleh karenanya perjanjian-perjanjian kredit tersebut adalah
sah dan memiliki kekuatan berlaku menurut hukum sesuai ketentuan Pasal
1320 jo. Pasal 1338 KUHPerdata.

28. Bahwa restrukturisasi Pinjaman adalah upaya yang dilakukan bank untuk
menyesuaikan angsuran kredit dengan kemampuan bayar debitur sehingga
pembayaran menjadi lancer kembali. Restruktur disesuaikan dengan
karakteristik dan kondisi masing-masing Pinjaman dan kemampuan debitur
yang bersangkutan. Bahwa yang demikian berarti restruktur Pinjaman dapat

Halaman.33 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


terIaksana, salah satunya adalah apabila kemampuan dan kemauan debitur
dapat diharapkan, sedangkan PENGGUGAT I dalam angka 6 posita
gugatannya telah mengakui sendiri bahwa PENGGUGAT tengah mengalami
kemerosotan kondisi finansial. Oleh karena itu dapat TERGUGAT sampaikan
bahwa restruktur bukanlah sebagai suatu yang serat merta harus
dilaksanakan oleh bank in casu TERGUGAT untuk penyelesaian
permasalahan tunggakan kewajiban hutang debitur in casu PENGUGAT I.

29. Harus ditolak dan dikesampingkan dalil dan tuntutan PARA PENGGUGAT
sebagaimana angka 11 gugatannya. Bahwa sebagaimana TERGUGAT
jelaskan diatas tidak ada perbuatan melawan hukum yang telah dilakukan
oleh TERGUGAT, dan oleh karena itu pula tidak ada kerugian yang
diderita PARA PENGGUGAT, justru dalam permasalahan hukum a quo
PARA PENGGUGAT yang telah beritikad tidak baik dan wanprestasi
terhadap perjanjian-perjanjian kredit yang telah disepakati, yang dapat
menimbulkan kerugian bagi TERGUGAT. Oleh karenanya patut dan wajar
apabila Majelis Hakim yang terhormat menolak tuntutan PARA PENGGUGAT
baik tuntutan material, terlebih lagi tuntutan immaterialnya.

30. Harus ditolak dan dikesampingkan dalil argumentasi angka 12 gugatan


PARA PENGGUGAT , karena PARA PENGGUGAT telah beritikad tidak baik
dengan tidak menepati dan melaksanakan kewajibannya kepada TERGUGAT
atas Pinjaman yang telah dinikmatinya. Bahwa demikian pula permohonan
penetapan kewajiban PENGGUGAT sebagaimana dalil angka 10 gugatannya
merupakan dalil yang tidak berdasar. Penetapan perhitungan besaran jumlah
kewajiban PENGGUGAT I oleh TERGUGAT adalah didasarkan pada
perjanjian-perjanjian kredit yang telah disepakati bersama antara
PENGGUGAT dengan TERGUGAT, yang menjadi dasar pemberian
Pinjaman. Perjanjian-perjanjian kredit tersebut adalah berlaku sah dan
memiliki kekuatan hukum untuk berlaku. Bahwa TERGUGAT menolak
putusan-putusan pengadilan yang dijadikan rujukan PARA PENGGUGAT
dalam posita angka 10 gugatannya. Oleh karena putusan-putusan pengadilan
tersebut selain tidak relevan, putusan-putusan pengadilan tersebut juga tidak
berlaku mengikat bagi TERGUGAT.

31. Bahwa TERGUGAT selaku Kreditur yang beritikad baik mohon dengan
hormat kepada Majelis Hakim agar sudilah berkenan melindungi hak-hak dan
kepentingan TERGUGAT selaku lembaga perbankan, terutama karena dana

Halaman.34 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


yang diberikan kepada PENGGUGAT I sebagai Pinjaman, merupakan dana
masyarakat yang dipercayakan untuk dikelola oleh TERGUGAT, oleh
karenanya apabila tindakan PENGGUGAT I yang tidak bersedia
melaksanakan kewajiban membayar hutangnya kepada Tergugat jelas dan
nyata telah merugikan masyarakat dan TERGUGAT.
32. Harus ditolak dan dikesampingkan dalil dan permohonan PARA
PENGGUGAT sebagaimana dalil angka 12 dan 13 gugatannya, oleh karena
selain tidak ada kerugian yang diderita PARA PENGGUGAT, juga
PENGGUGAT tidak dapat menunjukan dan tidak dapat memberikan alasan-
alasan hukum serta bukti-bukti hukum yang cukup yang dapat mendukung
dalil gugatannya, sehingga permohonan pelaksanaan putusan serta merta
yang dimohonkan Penggugat sangat tidak berdasar dan karenanya patut
untuk ditolak.
12. Bahwa selain itu beradasarkan surat edaran mahkamah agung (SEMA) No. 3
Tahun 2000 angka 7 mengenai syarat putusan serta merta berbunyi: Adanya
pemberian jaminan yang nilainya sama dengan nilai barang/objek eksekusi,
sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak lain, apabila ternyata di
kemudian hari dijatuhkan putusan yang membatalkan putusan Pengadilan
Tingkat Pertama.
13. Bahwa Gugatan PARA PENGGUGAT ini secara substansi SAMA dengan
gugatan perkara Nomor 10/Pdt/G/2015/PN.Blb yang telah diputus pada
tanggal 23 Juli 2015 dengan amar putusan:

MENGADILI

Dalam Propisi

- Menolak propisi dari Penggugat

Dalam Eksepsi

- Menolak Eksepsi Penggugat untuk seluruhnya

Dalam Pokok Perkara

- Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima

- Menghukum Penggugat membayar biaya Rp. 726.000,- (tujuh ratus dua


puluh enam ribu rupiah)

14. Bahwa berhubung karena timbulnya perkara ini adalah akibat dari ulah dan
tindakan PARA PENGGUGAT serta seluruh dalil PARA PENGGUGAT TELAH

Halaman.35 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


DAPAT DIBANTAH dan DISANGKAL oleh TERGUGAT, maka sudah
sewajarnya apabila PARA PENGGUGAT dihukum untuk membayar seluruh
biaya yang timbul dalam perkara ini untuk semua tingkat peradilan.

Berdasarkan seluruh uraian-uraian yang telah TERGUGAT jelaskan di atas,


TERGUGAT mohon kepada Majelis Hakim Terhormat yang memeriksa dan
memutus serta mengadili perkara ini untuk berkenan memberikan putusan
sebagai berikut :

DALAM PROVISI:

- Menolak seluruh tuntutan Provisi PARA PENGGUGAT.


DALAM EKSEPSI:
- Mengabulkan Eksepsi TERGUGAT untuk seluruhnya.
- Menyatakan Gugatan PARA PENGGUGAT Tidak Dapat Diterima (Niet
Ontvankelijke Verklaard).

DALAM POKOK PERKARA:

- Menolak Gugatan PARA PENGGUGAT untuk seluruhnya atau setidak-


tidaknya menyatakan Gugatan PARA PENGGUGAT tidak dapat diterima.
(Niet Ontvankelijke Verklaard)

- Menghukum PARA PENGGUGAT untuk membayar biaya perkara.

Memperhatikan uraian tentang duduk perkara sebagaimana termuat dalam


salinan resmi Putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung tanggal 16 November
2015 Nomor . 82/Pdt.G/2015/PN.Blb.-, yang amar selengkapnya berbunyi sebagai
berikut :

Dalam Eksepsi

Mengabulkan Eksepsi dari Tergugat ;

Dalam Provisi

Menyatakan provisi dari Penggugat tidak dapat diterima

Dalam Pokok Perkara

1. Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima


2. Menghukum Penggugat membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara
ini yang hingga sekarang ditaksir sebesar Rp.586.000,- (lima ratus delapan
puluh enam ribu rupiah) ;

Halaman.36 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


Membaca Risalah Pernyataan Permohonan Banding Nomor. 53/Pdt.BD/
2015/PN.Blb, yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Bale Bandung pada
tanggal 27 November 2015 yang menyatakan bahwa Para Pembanding semula
Para Penggugat melalui Kuasa Hukumnya telah mengajukan permohonan
banding terhadap Putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung tanggal 16
November 2015 Nomor . 82/Pdt.G/2015/PN.Blb, agar perkara tersebut diperiksa
kembali dan diputus dalam Peradilan Tingkat Banding ;

Menimbang, bahwa relas pemberitahuan pernyataan banding yang dibuat


oleh Juru Sita Pengganti pada Pengadilan Negeri Bale Bandung yang
menerangkan bahwa permohonan banding dari Kuasa Hukum Para Pembanding
semula Para Penggugat tersebut telah diberitahukan secara seksama dan patut
kepada Terbanding semula Tergugat pada tanggal 30 November 2015 melalui
Kuasa Hukumnya ;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini Kuasa Hukum Para Pembanding


semula Para Penggugat telah mengajukan memori banding tertanggal 22 Januari
2016 yang diserahkan dan diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bale
Bandung pada tanggal 25 Januari 2016, memori banding tersebut telah
diberitahukan secara seksama dan patut kepada Terbanding semula Tergugat
melalui Kuasa Hukumnya pada tanggal 29 Januari 2016 ;

Menimbang, bahwa Kuasa Hukum Terbanding semula Tergugat telah


mengajukan kontra memori banding tertanggal 24 Februari 2016 yang diserahkan
dan di terima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bale Bandung pada tanggal 24
Februari 2016, kontra memori banding tersebut telah dimohonkan untuk
diberitahukan dan diserahkan kepada Kuasa Hukum Para Pembanding semula
Para Penggugat melalui Pengadilan Negeri Bandung pada tanggal 01 Maret 2016;

Menimbang, bahwa relas pemberitahuan memeriksa berkas perkara


(inzage) Nomor. 53/Pdt.BD/2015/PN.Blb Jo Nomor. 82/Pdt.G/2015/PN.Blb yang
dibuat oleh Juru Sita Pengadilan Negeri Bale Bandung, yang menerangkan bahwa
para pihak masing-masing kepada, Terbanding semula Tergugat melalui Kuasa
Hukumnya pada tanggal 30 November 2015 dan kepada Para Pembanding
semula Para Penggugat melalui Kuasa Hukumnya pada tanggal 13 Januari 2016,
telah diberi kesempatan untuk memeriksa dan mempelajari berkas perkara yang
dimintakan banding di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bale Bandung dalam
tenggang waktu selama 14 (empat belas) hari terhitung sejak hari berikutnya dari

Halaman.37 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


pemberitahuan ini dengan cara seksama sebelum berkas perkara tersebut dikirim
ke Pengadilan Tinggi Bandung ;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA ;

Menimbang, bahwa Permohonan Banding dari Kuasa Hukum Para


Pembanding semula Para Penggugat diajukan dalam tenggang waktu dan cara-
cara sebagaimana ditentukan oleh Undang-Undang, sehingga permohonan
banding tersebut secara formal dapat diterima ;

Menimbang, bahwa Kuasa Hukum Para Pembanding semula Para


Penggugat telah mengajukan memori banding pada tanggal 25 Januari 2016,
yang dalam memori bandingnya menyatakan pada pokoknya bahwa Para
Pembanding semula Para Penggugat merasa keberatan terhadap pertimbangan
hukum Majelis Hakim tingkat pertama tidak cukup dan salah menerapkan hukum
acara perdata hal mana Para Penggugat dalam gugatannya telah membuktikan
dalam pembuktiannya telah memenuhi kewajibannya dengan membayar
prestasinya sehingga Tergugat I tidak melakukan wanprestasi;

Menimbang, bahwa Kuasa Hukum Terbanding semula Tergugat dalam


kontra memori bandingnya menyatakan bahwa pertimbangan Majelis Hakim
tingkat pertama sudah tepat dan benar dan seluruhnya sudah dibuktikan dalam
persidangan a quo;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi membaca


dan mempelajari dengan seksama berkas perkara termasuk didalamnya berita
acara sidang, salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung tanggal 16
November 2015 Nomor . 82/Pdt.G/2015/PN.Blb, dan memori banding dari Kuasa
Hukum Para Pembanding semula Para Penggugat, kontra memori banding dari
Kuasa Hukum Terbanding semula Tergugat, maka Pengadilan Tinggi berpendapat
bahwa Pertimbangan Hukum Peradilan Tingkat Pertama dalam putusannya telah
tepat dan benar, dikarenakan telah mempertimbangkan semua keadaan serta
fakta-fakta hukum yang diperoleh dipersidangan serta bukti-bukti yang menjadi
alasan-alasan yang menjadi dasar putusannya dan telah sesuai dengan
ketentuan-ketentuanhukum yang berlaku, sehingga pertimbangan Majelis Hakim
Peradilan Tingkat Pertama tersebut diambil alih dan dijadikan pertimbangan
sendiri oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara ini di tingkat
banding ;

Halaman.38 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


Menimbang, bahwa mengenai memori banding dari Kuasa Hukum Para
Permbanding semula Para Penggugat maupun kontra memori banding dari
Terbanding semula Tergugat, menurut Majelis Hakim Pengadilan Tinggi tidak
terdapat hal-hal yang baru yang perlu dipertimbangkan karena memori banding
tersebut telah ikut di pertimbangkan oleh Majelis Hakim Peradilan Tingkat
Pertama dalam putusannya, dan oleh karenanya harus dikesampingkan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas maka


putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung tanggal 16 November 2015 Nomor .
82/Pdt.G/2015/PN.Blb,yang dimohonkan banding tersebut dapat dikuatkan;

Menimbang, bahwa oleh karena Para Pembanding semula Para


Penggugat berada dipihak yang kalah, maka haruslah dihukum untuk membayar
biaya perkara dalam kedua tingkat Peradilan ;

Mengingat:
- Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman;
- Undang-undang Nomor 20 Tahun 1947 Tentang Peradilan Ulang di Jawa dan
Madura ;
- Peraturan-peraturan lain yang berkaitan;

M E N G A D I L I

Menerima permohonan banding dari Kuasa Hukum Para Pembanding semula


Para Penggugat; ----------------------------------------------------------------------------------
Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung tanggal 16 November
2015 Nomor . 82/Pdt.G/2015/PN.Blb, yang dimohonkan banding tersebut; ------
Menghukum Para Pembanding semula Para Penggugat untuk membayar
biaya perkara yang timbul pada kedua tingkat Peradilan, dan untuk tingkat
banding sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah); ------------------

Demikianlah, diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim


Pengadilan Tinggi Bandung pada hari ini Kamis tanggal 02 Juni 2016, oleh kami:
Hi. A. SANWARI H.A. S.H M.H Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi selaku
Hakim Ketua Majelis dengan SIR JOHAN, S.H M.H dan FIRZAL ARZY, S.H
M.H, masing-masing sebagai Hakim Anggota, berdasarkan Surat Penetapan
Ketua Pengadilan Tinggi Bandung, Tanggal 27 April 2016, Nomor. 199/PEN/
PDT/2016/PT.BDG., ditunjuk untuk memeriksa dan mengadili perkara ini ditingkat
Banding dan putusan tersebut pada hari Selasa tanggal 07 Juni 2016 diucapkan
dalam sidang yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelis dengan

Halaman.39 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg


didampingi oleh Hakim-Hakim Anggota serta dibantu oleh HENDAYANI, S.H.
Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi tersebut, akan tetapi tidak dihadiri
oleh pihak-pihak yang berperkara.

HAKIM ANGOTA, HAKIM KETUA

Ttd Ttd

SIR JOHAN, S.H M.H Hi. A. SANWARI. H.A, S.H M.H

Ttd

FIRZAL ARZI, S.H M.H

PANITERA PENGGANTI

Ttd

HENDAYANI, SH

Perincian biaya perkara :


- Redaksi putusan .. Rp. 5.000,-
- Materai. Rp. 6.000,-
- Pemberkasan.... Rp. 139.000,-
Penggandaan Rp. -
- Pengiriman ... Rp. - +

J u m l a h.. Rp. 150.000,-

Halaman.40 dari 40 halaman put. No. 199/Pdt/2016/PT.Bdg

Anda mungkin juga menyukai