Ugou Ouvou Ouv I
Ugou Ouvou Ouv I
Nomor. 199/PDT/2016/PT.BDG.
1. NANI NASRUDIN dan ROBBY GUNAEDI, Pasangan Suami dan Istri, yang
beralamat di KP. Arjasari Rt. 004 Rw. 012 Desa Arjasari Kecamatan Arjasari
Kabupaten Bandung, selanjutnya disebut PEMBANDING I semula
PENGGUGAT I;
2. HARUN ZAENUDIN, yang beralamat di KP. Arjasari Rt. 008 Rw. 002 Desa
Arjasari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung, yang selanjutnya disebut
PEMBANDING II semula PENGGUGAT II;
Dalam hal ini Pembanding I dan Pembanding II semula Penggugat I dan
Penggugat II diwakili oleh Kuasanya MASITOH, S.H.M.H. dan HAMIDAH,
SH. Advokat & Konsultan Hukum beralamat di PUSAT BANTUAN HUKUM
BANDUNG, beralamat di Jalan A.H. Nasution No. 34/64 Kota Bandung.
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 17 November 2015,
Selanjutnya disebut PARA PEMBANDING semula PARA PENGGUGAT;
MELAWAN
PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk. dalam hal ini memberikan kuasa
kepada RUBBY EXTRADA YUDHA, SH, IKHSAN SETIADI, SH dan TITO
WIDYARTO, SH. Advocates & Legal Consultants dari Kantor Hukum M 7 R
Advocates & Legal Consultant beralamat di Graha Beunteur Kav. 6, Jalan
Beunteur No. 1 Buah Batu Bandung, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tertanggal 12 Februari 2016, selanjutnya disebut TERBANDING
semulaTERGUGAT
2. Bahwa, objek yang dijaminkan oleh PENGGUGAT I, telah lama ditempati oleh
PENGGUGAT II;
4. Bahwa, setelah dihitung dari jumlah yang telah dibayarkan oleh PENGGUGAT
I kepada TERGUGAT, maka menurut hutang PENGGUGAT I kepada
TERGUGAT yang pantas/wajar dibayarkan yakni hanya sisa sebesar Rp.
161.800.000,- (seratus enam puluh satu juta delapan ratus rupiah);
11. Bahwa, atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT,
PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II merasa dirugikan baik material berupa
biaya yang telah dikeluarkan PENGGUGAT dalam memperjuangkan hak-
haknya sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah), dan kerugian
immaterial berupa kesalahan penghitungan yang dilakukan oleh TERGUGAT
serta penekanan pshikis atas upaya lelang eksekusi yang dilakukan
TERGUGAT yang sulit diukur namun dalam perkara a quo mohon
dipersamakan dengan uang sejumlah Rp. 250.000.000,-(dua ratus lima puluh
juta rupiah), selaku demikian mohon kepada hakim pemeriksa menghukum
TERGUGAT membayar ganti rugi tersebut secara tunai dan seketika
kepada PENGGUGAT I ;
12. Bahwa, atas dasar itikad baik PENGGUGAT I tentu haruslah ada kepastian
hukum, Keadilan dan Kemanfaatan hukum karenanya dalam kesempatan ini
PENGGUGAT memohon kepada Majelis Hakim pemeriksa dengan
BERLANDASKAN ASAS KEPATUTAN dan KEADILAN berdasarkan
KETUHANAN YANG MAHA ESA sudilah kiranya Menetapkan sisa hutang
PENGGUGAT kepada TERGUGAT sebesar Rp. 161.800.000,- (seratus
enam puluh satu juta delapan ratus rupiah), serta menghukum dan
memerintahkan TERGUGAT selaku KREDITUR untuk menjadwalkan sisa
hutang PENGGUGAT baik pokok dan bunganya tersebut dengan cara
diangsur perbulannya Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan
lunas dibayar sejumlah hutangnya tersebut, dalam hal petitum
penjadwalan hutang atas dasar asas kepatutan dan keadilan tersebut
mohon bandingkan :
12 Bahwa, agar dapat terlaksananya asas peradilan yang cepat, sederhana dan
biaya murah, serta dapat terhindarnya kerugian yang dapat muncul
dikemudian hari dirasakan oleh PENGGUGAT, maka mohon kepada hakim
pemeriksa menyatakan terhadap putusan a quo dapat dilaksanakan
terlebih dahulu meski TERGUGAT mengajukan upaya hukum (banding,
verset, kasasi);
13 Bahwa, gugatan yang diajukan telah beralasan hukum untuk diterima dan
dikabulkan seluruhnya, tentunya PIHAK TERGUGAT patutlah DIPANGGIL DI
MUKA PERSIDANGAN serta dihukum untuk membayar seluruh biaya
perkara;
DALAM PROVISI
- Melarang pihak TERGUGAT ataupun pihak-pihak lainnya yang
mendapat kuasa atasnya dalam hal melakukan pengalihan hak, jual-
beli/lelang, hibah dan atau dalam bentuk lain terhadap obyek jaminan
atas Tanah dan bangunan dengan Sertifikat No. 689 yang terletak di
SUBSIDAIR
Jika Majelis Hakim memiliki pertimbangan lain, mohon Putusan yang seadil-
adilnya, Ex Aquo Et Bono.
DALAM EKSEPSI
2.5. Bahwa selain hal tersebut diatas berdasarkan Petitum Gugatan Para
Penggugat angka 3 dan angka 4 yang pada pokoknya meminta
menetapkan sisa hutang sebesar Rp. 161.800.000 dan cicilan
sebesar Rp. 1.000.000 adalah sangat bertentangan dan tidak jelas
dengan Petitum Gugatan Para Penggugat angka 2 yang meminta
perjanjian pinjaman kredit beserta segala turunannya sah dan
memiliki kekuatan hukum
Bahwa oleh karena hal-hal yang telah dijelaskan oleh TERGUGAT di atas,
maka Gugatan PARA PENGGUGAT TIDAK DIDASARKAN PADA ALAS HAK
YANG PENUH ATAU CUKUP PERSONA STANDI NON JUDICIO, sehingga
PATUT dan ADIL apabila Majelis Hakim Terhormat yang memeriksa dan
mengadili perkara a quo untuk menyatakan Gugatan PARA PENGGUGAT
tersebut Tidak Dapat Diterima (Niet Ontvankelijke verklaard)
e. Bahwa Selain Itu Telah Dibuat Juga Akta Pemberian Hak Tanggungan
No. 341/2013tanggal 8 Mei 2013 yang dibuat oleh MAUDY LUNEL
PONGTULURAN ,S.H., Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di
Kabupaten Bandung {APHT No. 341 Tahun 2013 };
5. Bahwa oleh karena Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun 2013 Jo. Perjanjian
Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit No. 001 Tahun 2014 tersebut sebagai
PERJANJIAN POKOK adalah merupakan PERJANJIAN yang SAH dan
BERHARGA menurut HUKUM, maka SELURUH dan SEGALA PERBUATAN
HUKUM dan HUBUNGAN HUKUM yang BERSUMBER dan BERASAL
(Perjanjian IKUTAN ; assesoir) dari Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun 2013
maupun perubahannya yaitu Perjanjian Perbuahan Terhadap Perjanjian Kredit
No. 001 Tahun 2014 tersebut adalah SAH dan MENGIKAT serta BERHARGA
secara HUKUM, oleh karenanya MENGIKAT bagaikan UNDANG-UNDANG
bagi PENGGUGAT I dan TERGUGAT. (vide Pasal 1320 Jo Pasal 1338 KUH
Perdata).
6. Bahwa satu dan lain hal, bahwa Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun 2013
Jo. Perjanjian Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit No. 001 Tahun 2014,
APHT No. 341 Tahun 2013 serta SHT No. 7049/2013 tersebut seluruhnya
adalah AKTA OTENTIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1868 KUH
Perdata Jis. UU Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas Tanah
9. Bahwa dalam Pasal 1 angka 2 Perjanjian Kredit No. 0000041 Tahun 2013 Jo.
Perjanjian Perubahan terhadap Perjanjian Kredit No. 001/2014 tersebut
dinyatakan sebagai berikut:
2. Ketentuan mengenai Fasilitas Kredit tersebut di atas diatur lebih lanjut
dalam Pasal 1 Syarat Ketentuan Umum Pemberian Fasilitas Kredit.
Pasal 8
Peristiwa Kelalaian
10.3. Bahwa merujuk pasal 1243 jo. Pasal 1763 KUHPerdata ditegaskan
bahwa:
a. Dalam ketentuan pasal 1243 KUHPerdata yang dimaksud dengan
wanprestasi/cidera janji:
-lalai memenuhi perjanjian.atau
-tidak menyerahkan atau membayar dalam jangka waktu yang
ditentukan,atau
-tidak berbuat sesuai yang diperjanjiakn dalam tenggang waktu yang
ditentukan
13. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 5 karena TERGUGAT telah memberikan kesempatan dan keringanan
kepada TERGUGAT I dengan MENGABULKAN PERMOHONAN
KERINGANAN PEMBAYARANNYA, dan pada tanggal 2 Juni 2014
TERGUGAT telah memberikan keringanan pembayaran melalui Perjanjian
Perubahan Terhadap Perjanjian Kredit Nomor: 001/Add-PK Res/DP200/
2226/0614, guna Restrukturisasi hutang PENGGUGAT I kepada TERGUGAT
dengan keringanan Kewajiban Pembayaran yang harus dibayarkan
PENGGUGAT I kepada TERGUGAT setiap bulannya sebesar Rp.
7.180.739,97,- (tujuh juta seratus delapan puluh ribu tujuh ratus tiga puluh
sembilan sembilan puluh tujuh) dengan jangka waktu 6 Tahun dimulai pada
tanggal 2 Juni 2014 sampai dengan 2 Juni 2020, dengan pembayaran yang
jatuh tempo tanggal 2 setiap bulannya, akan tetapi TERGUGAT I KEMBALI
TIDAK MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA;
14. Selain itu pada saat mediasi di Pengadilan dilakukan TERGUGAT dengan
15. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 6 gugatannya karena dalil argumentasi PARA PENGGUGAT angka 6
merupakan dalil yang mengada-ada dan harus dibuktikan kebenarannya
oleh PARA PENGGUGAT. PARA PENGGUGAT tidak menguraikan pasal
berapa dari ketentuan dalam perjanjian kredit yang telah dilanggar oleh
TERGUGAT sehingga TERGUGAT dikatakan telah melakukan perhitungan
dan penetapan sisa hutang PENGGUGAT I dengan cara-cara yang tidak
benar, penuh dengan siasat maupun rekayasa, serta melanggar asas
kepatutan dan keadilan. Sesuai ketentuan Pasal 163 HIR PARA
PENGGUGAT harus dapat membuktikan dalil argumentasinya tersebut
menurut hukum;
16. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 7 gugatannya, perlu TERGUGAT jelaskan kembali perhitungan-
perhitungan hutang PENGGUGAT I kepada TERGUGAT merupakan dalil
argumentasi sepihak yang tidak berdasar dan mengaburkan fakta hukum
yang ada, selain itu sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 6 UU
Nomor 4 Tahun 1996 disebutkan Apabila Debitor CIDERA JANJI,
PEMEGANG Hak Tanggungan pertama mempunyai HAK untuk MENJUAL
OBYEK Hak Tanggungan atas KEKUASAAN SENDIRI melalui
PELELANGAN UMUM.
17. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 8 gugatannya, bahwa penentuan jumlah kewajiban sebesar
Rp.161.800.000,- (seratus enam puluh satu juta rupiah) merupakan
perhitungan sepihak PARA PENGGUGAT sendiri, yang merupakan
perhitungan tanpa dasar. Padahal dalam perjanjian-perjanjian kredit (berikut
dengan Syarat dan ketentuannya, serta jadwal angsuran) dan perubahan
perjanjian kredit, yang disepakati dan ditandatangani sendiri oleh
PENGGUGAT I dengan TERGUGAT telah diatur dengan jelas dan pasti
mengenai perhitungan besarnya jumlah Pinjaman dan jumlah angsuran yang
harus dibayar PENGGUGAT I setiap bulannya kepada TERGUGAT. Bahwa
PENGGUGAT I yang dengan sekehendak pribadi dan sepihak menetapkan
sendiri jumlah kewajibannya kepada TERGUGAT jelas menunjukkan itikad
19. Bahwa sebagaimana sudah TERGUGAT jelaskan diatas SHT No. 7049/2013
sebagai dasar pemberian Hak Tanggungan untuk kepentingan Tergugat
adalah berkepala/berirah-irah "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa". Bahwa Sertipikat Hak Tanggungan yang berkepala/berirah-irah
"Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" mempunyai
kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap (vide Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3)
UUHT). Selanjutnya berdasarkan Penjelasan Umum Angka 9 dan Penjelasan
Pasal 14 ayat (3) UUHT, bahwa Sertifikat Hak Tanggungan berlaku dan
berfungsi sebagai pengganti grosse acte hypotheek atau grosse akta
pengakuan hutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 HIR atau
Pasal 258 Rbg. Bahwa dengan berdasar pada Sertipikat Hak Tanggungan
tersebut, pihak perbankan tidak memerlukan lagi grosse akta pengakuan
hutang sebagai dasar pelaksanaan eksekusi bila debitur cidera janji, tetapi
cukup dengan menggunakan Sertifikat Hak Tanggungan yang memiliki
kekuatan eksekutorial untuk mengeksekusi Hak Tanggungan.
20. Berdasarkan uraian di atas maka kewenangan yang dimiliki oleh kreditur
bank untuk mengeksekusi jaminan adalah kewenangan yang diberikan
undang-undang, berbeda dengan permohonan eksekusi Grosse Akta
Pengakuan Hutang yang didasarkan pada ketentuan Pasal 224 HIR. Untuk
itu P A R A PENGGUGAT agar meneliti kembali APHT No. 341 Tahun 2013
yang telah ditandatanganinya selaku Pemberi Hak Tanggungan, yang dibuat
21. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 9 gugatannya karena merupakan kewenangan TERGUGAT untuk
melaksanakan eksekusi atas jaminan yang berupa Sebidang tanah berikut
bangunan dengan Sertifikat Hak Milik a.n Robby Gunaedi No.689, yang
terletak di Jl. Dari Banjaran ke Rancakole Arjasari-Arjasari, Kab. Bandung,
Jawa Barat, adalah kewenangan yang diberikan oleh undang-undang, sesuai
ketentuan Pasal 6 UUHT, menyatakan bahwa dalam hal debitur cedera
janji maka kreditur pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak
untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaannya sendiri melalui
pelelangan umum untuk mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
penjualan tersebut.
24. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 10 gugatannya karena MERUPAKAN DALIL YANG MENYESATKAN
DAN MENGABURKAN FAKTA-FAKTA YANG ADA.
26. Bahwa TERGUGAT menolak dengan keras dalil PARA PENGGUGAT pada
angka 10 gugatannya karena tidak ada kerugian yang diderita oleh PARA
PENGGUGAT dan karena itu tidak ada perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh TERGUGAT.
28. Bahwa restrukturisasi Pinjaman adalah upaya yang dilakukan bank untuk
menyesuaikan angsuran kredit dengan kemampuan bayar debitur sehingga
pembayaran menjadi lancer kembali. Restruktur disesuaikan dengan
karakteristik dan kondisi masing-masing Pinjaman dan kemampuan debitur
yang bersangkutan. Bahwa yang demikian berarti restruktur Pinjaman dapat
29. Harus ditolak dan dikesampingkan dalil dan tuntutan PARA PENGGUGAT
sebagaimana angka 11 gugatannya. Bahwa sebagaimana TERGUGAT
jelaskan diatas tidak ada perbuatan melawan hukum yang telah dilakukan
oleh TERGUGAT, dan oleh karena itu pula tidak ada kerugian yang
diderita PARA PENGGUGAT, justru dalam permasalahan hukum a quo
PARA PENGGUGAT yang telah beritikad tidak baik dan wanprestasi
terhadap perjanjian-perjanjian kredit yang telah disepakati, yang dapat
menimbulkan kerugian bagi TERGUGAT. Oleh karenanya patut dan wajar
apabila Majelis Hakim yang terhormat menolak tuntutan PARA PENGGUGAT
baik tuntutan material, terlebih lagi tuntutan immaterialnya.
31. Bahwa TERGUGAT selaku Kreditur yang beritikad baik mohon dengan
hormat kepada Majelis Hakim agar sudilah berkenan melindungi hak-hak dan
kepentingan TERGUGAT selaku lembaga perbankan, terutama karena dana
MENGADILI
Dalam Propisi
Dalam Eksepsi
14. Bahwa berhubung karena timbulnya perkara ini adalah akibat dari ulah dan
tindakan PARA PENGGUGAT serta seluruh dalil PARA PENGGUGAT TELAH
DALAM PROVISI:
Dalam Eksepsi
Dalam Provisi
Mengingat:
- Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman;
- Undang-undang Nomor 20 Tahun 1947 Tentang Peradilan Ulang di Jawa dan
Madura ;
- Peraturan-peraturan lain yang berkaitan;
M E N G A D I L I
Ttd Ttd
Ttd
PANITERA PENGGANTI
Ttd
HENDAYANI, SH