Kelompok 3 :
BIOLOGI 2014
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
JURUSAN BIOLOGI
2017
I. Judul praktikum :
Uji Kadar Vitamin C pada Buah Apel Malang (Malus sylvestris Mill.)
yang Tercemar dan Tidak Tercemar.
III. Tujuan :
Mengetahui perbedaan kadar vitamin C pada buah Apel Malang (Malus
sylvestris Mill.) yang tercemar dan tidak tercemar.
2
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian sekitar 1200
meter di atas permukaan laut. Tumbuhan apel dikatagorikan sebagai salah
satu anggota keluarga mawar-mawaran dan mempunyai tinggi batang
pohon dapat mencapai 7-10 meter. Daun apel sangat mirip dengan daun
tumbuhan bunga mawar. Berbentuk bulat telur dan dihiasi gerigi-gerigi
kecil pada tepiannya. Pada usia produktif, apel biasanya akan berbunga
pada sekitar bulan Juli. Buah apel yang berukuran macam-macam tersebut
sebenarnya merupakan bunga yang membesar atau mengembang sehingga
menjadi buah yang padat dan berisi (Tjitrosoepomo, 1985).
Serat dalam buah apel dapat membantu menjaga kesehatan sistem
pencernaan, menghindarkan dari serangan diare/ konstipasi. Serat ini juga
berguna untuk mengurangi lemak dan kolesterol tubuh, sehingga baik
dijadikan menu dalam program diet anda. Mengkonsumsi buah apel
dengan cara di gigit dan dikunyah dapat meningkatkan produksi air liur
dalam mulut. Hal ini dapat menurunkan tingkat bakteri dalam mulut,serta
dapat melindugi gigi dari kropos serta penyakit gusi. Kandungan anti
oksidan dalam buah apel dapat meningkatkan kekebalan tubuh dari radikal
bebas negatif. Melindungi mata dari penyakit katarak. Menurunkan resiko
terserang Alzheimer pada otak. Kulit apel bermanfaat untuk menghambat
tumbuhnya sel-sel kanker pada payudara, lever, serta usus besar
(Tjitrosoepomo, 1985).
Dalam buah apel, terkandung banyak vitamin seperti vitamin A,
B1, B2, B3, B5, B6, dan vitamin C. Terdapat pula sejumlah mineral
seperti potassium, magnesium, kalsium, zat besi, zinc. unsur lainnya
seperti fitokimian, tanin, serat, baron, asam tartar terdapat juga dalam
buah apel. Dengan adanya vitamin, mineral serta unsur-unsur lainnya
dalam buah apel, menjadikannya tergolong sebagai tanaman obat, dan
dapat memberikan sejumlah manfaat untuk kesehatan (Winarno, 2004 ).
Vitamin merupakan molekul polar yang larut dalam air, maupun
molekul nonpolar yang larut dalam pelarut lemak. Kebanyakan vitamin
yang larut dalam air bertindak sebagi batu bangunan oleh koenzim, contoh
3
asam askorbat (vitamin C) sebagai gizi diperlukan bagi hewan menyusui
tingkat tinggi dan normal. Vitamin C adalah vital dalam pembentukan dari
kolagen protein struktural (Thenawijaya, 1982).
Vitamin dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama disebut
prakoenzim (procoenzyme), dan bersifat larut dalam air, tidak disimpan
oleh tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine. Yang termasuk
golongan ini adalah tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam
kolat, biotin, asam pantotenat, vitamin B12 (disebut golongan vitamin B)
dan vitamin C. Golongan kedua yang larut dalam lemak disebutnya
alosterin, dan dapat disimpan dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalu
banyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh, dan memberikan gejala
penyakit tertentu (hipervitaminosis), yang juga membahayakan.
Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit difisiensi, tetapi
biasanya gejala penyakit akan hilang kembali apabila kecukupan vitamin
tersebut sudah terpenuhi (Poedjiadi, 1994).
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat
bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain
vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam
pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat) . Walau memiliki
peranan yang sangat penting, tubuh hanya memproduksi vitamin D dan K
dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Sumber berbagai vitamin ini
dapat berasal dari makanan, seperti buah-buahan, sayuran, dan suplemen
makanan (Sudarmaji, dkk, 1989).
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut
dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan
C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut
dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam
jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan
dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa
jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh,
4
sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di
dalam tubuh (Sudarmaji, dkk, 1989).
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin
larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya
akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan
dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran
darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan,
vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urine (Sudarmaji, dkk,
1989).
Vitamin C adalah salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh
manusia. Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi tubuh.
Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi
molekul-molekul yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin C juga
mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia seperti dalam
sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolism
kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan
neurotransmitter norepinefrin. (Arifin, dkk., 2007).
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178
dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik
cair 190 192oC. Bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam aseton atau
alcohol yang mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut
dalam chloroform, ether, dan benzene. Dengan logam membentuk garam.
Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C
mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim
askorbat aksidase, sinar, dan temperature yang tinggi (Sudarmadji, 1989).
Kehilangan vitamin C sering terjadi dalam pengolahan,
pengeringan dan cahaya. Vitamin C penting dalam pembuatan sel-sel intra
seluler,kolagen. Vitamin ini tersebar keseluruh tubuh dalam jaringan ikat,
rangka, matriks,dll. Vitamin C berperan penting dalam/hidroksilasi prolin
dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksi lisin.Vitamin C berperan
penting dalam menghambat reaksi-reaksi oksidasi dalam tubuh yang
5
berlebihan dengan bertidak sebagai inkubator. Tampaknya vitamin C
merupakan vitamin vitamin yang esensial untuk memelihara fungsi
normal semua unit sel termasuk struktur-struktur subsel sepertiribosom
dan mitokondria (Poedjiadi, 1994).
Kebutuhan vitamin C bagi setiap orang berbeda-beda tergantung
pada kebiasaan hidup masing-masing. Faktor yang berpengaruh biasanya
adalah merokok, minum kopi, konsumsi obat tertentu, anti biotik
tetraksilin, anti atritis, obat tidur, kontrasepsi oral. Kebiasaan merokok
menghilangkan 25 % vitamin C dalam darah, selain nikotin vitamin
dipengaruhi oleh kavein
Penentuan vitamin C dapat dilakukan dengan titrasi iodimetri. Hal
ini berdasarkan sifat bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan iodin.
Indikator yang digunakan yaitu amilum. Akhir titrasi ditandai dengan
terjadinya warna biru dari iod-amilum. Perhitungan kadar vitamin C
dengan standarisasi larutan iodin yaitu tiap 1 mL 0,01 N iodin ekivalen
dengan 0,88 mg asam askorbat. Cara lain dalam penentuan vitamin C
adalah dengan 2,6 D (2,6 Dikloro fenol indofenol). Asam askorbat dapat
direduksi 2,6 D dalam suasana netral atau basa akan berwarna merah
muda. Apabila 2,6 D direduksi oleh asam askorbat maka menjadi tak
berwarna , dan bila semua asam askorbat telah mereduksi 2,6 D, maka
kelebihan 2,6 D sedikit saja akan terlihat dengan terjadinya pewarnaan
(Lehninger, 1982).
Kadar dari vitamin C dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
keadaan buah yang semakin layu/kusut maka kadar vitamin C yang
terkandung dalam buah akan berkurang, semakin lama waktu
pengekstraksian maka kadar vitamin C akan berkurang, semakin lama
masa penyimpanan dan semakin tinggi suhu maka kadar vitamin C juga
akan berkurang. (Handayani, dkk 2009). Kandungan vitamin C tesebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal dan faktor eksternal.
Kondisi lingkungan yang banyak tercemar polusi baik polusi udara, air,
maupun tanah yang ditimbulkan dari transportasi, limbah industri dan
6
limbah rumah tangga maka kadar vitamin C pada buah akan berkurang.
(Helmiyesi, dkk 2008).
Pencemaran menghasilkan dampak yang buruk bagi kesehatan
masyarakat apabila mengkonsumsi buah yang tercemar. Misalnya saja
pencemaran udara yang berupa logam berat seperti timbal (Pb) yang
terdapat didalam asap-asap kendaraan bermotor. Di lingkungan yang kadar
logam beratnya tinggi, kontaminasi dalam makanan dan air dapat
menyebabkan keracunan yang berakibat buruk bagi kesehatan manusia.
(Ganiswarna, 1995).
V. Metode :
A. Jenis Penelitian
Merupakan penelitian eksperimental dikarenakan memerlukan
variabel-variabel dalam melaksanakan penelitian diantaranya variabel
manipulasi, variabel kontrol dan variabel respon.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di gedung C2 laboratorium taksonomi
jurusan Biologi FMIPA UNESA pada hari rabu tanggal 8 maret 2017.
C. Variabel
1 Variabel manipulasi : Jenis buah tercemar dan tidak tercemar,
2 Variabel kontrol : Jumlah tetes iodium,
3 Variabel respon : Perebahan warna larutan.
D. Alat dan Bahan
1 Alat: 2 Bahan
a Tabunga reaksi 2 buah a 12 tetes iodium
b Beaker glass 1 buah b 25 ml akuades
c Pengaduk 1 buah 1
d Pipet 3 buah c 2 tablet vitamin C
E. Prosedur Kerja
1 Dicampurkan 20 tetes iodium dengan akuades 5 ml (untuk 2
tabung).
7
1
2 Dihaluskan tablet vitamin C lalu 2 bagiannya dan dimasukkan
haluskan dan
- Teteskan vitamin C
pada larutan iodium
hingga bening
Kontrol
b. Larutan kontrol (Iodium + Vitamin C) dengan sari buah tercemar
dan tidak tercemar.
8
tercemar, baru dilihat perubahan warnanya. Semakin kuning warna larutan
Iodium, maka semakin rendah kadar vitamin C pada buah apel tersebut
(Tabel 1.).
Tabel 1. Hasil pengamatan perbedaan kadar vitamin C pada buah apel
(Malus domestica) yang tidak tercemar dan buah apel (Malus
domestica) yang tercemar
Warna Larutan Iodium
Bahan Yang Jumlah
Sebelum
Diuji Sesudah Ditetesi Tetesan
Ditetesi
Tablet Vitamin
Kuning + + + Bening 5
C
Buah apel yang
Bening Kuning + 5
tidak tercemar
Buah apel yang
Bening Kuning + + 5
tercemar
Keterangan:
Kuning + = Agak kuning
Kuning ++ = Kuning
Kuning +++ = Sangat Kuning
9
Perubahan warna juga terjadi pada larutan Iodium yang ditetesi dengan
filtrat buah apel yang tercemar, yaitu dari warna bening menjadi warna
kuning + + (kuning). Perubahan warna ini menunjukkan bahwa kadar
vitamin C pada buah apel yang tidak tercemar dan buah yang tercemar
berbeda.
VIII. Pembahasan :
Asam askorbat (Vitamin C) adalah suatu heksosa dan
diklarifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan
monosakarida. Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif. Peranan utama
vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen interseluler. Kolagen
merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang rawan,
kulit bagian dalam tulang, dentin dan vasculair endothelium. (Almatsier,
2001).
Vitamin C diperlukan oleh tubuh sebagai pengaturan proses
fisiologis tubuh. Beberapa fungsi vitamin C yang sangat penting adalah
sintesis kolagen, biosintesis karnitin, metabolism histamine, sintesis
neurotransmitter, dan fungsi imun serta meningkatkan kemampuan
absorbsi zat besi nonheme dan meningkatkan imunitas. ( Levine dkk,
1995)
Buah apel merupakan salah satu buah yang disukai oleh hampir
penduduk Indonesia. Dalam buah apel memiliki kandungan gizi yang
sangat banyak. Kandungan vitamin c dalam 100 gr buah apel yaitu 5 mg.
Buah apel pada kulitnya memiliki lubang udara yang disebut lentisel.
Lewat lentisel tersebut proses respirasi berlangsung, oksigen dan senyawa
yang ada di udara ikut terbawa masuk dalam buah apel lewat proses
respirasi tersebut. (Bambang, 1996)
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui terdapat beberapa
perbedaan kadar vitamin C pada buah apel yang tercemar dan tidak
tercemar. Kadar vitamin C pada buah apel yang tidak tercemar lebih tinggi
10
dibandingkan kadar vitamin C pada buah apel yang tercemar. Hal ini
karena buah memiliki sifat kimiawi yang berbeda-beda. Salah satunya
yaitu perbedaan kandungan nilai gizi seperti vitamin C. Kandungan
vitamin C tesebut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal
dan faktor eksternal. Kondisi lingkungan yang banyak tercemar polusi
baik polusi udara, air, maupun tanah yang ditimbulkan dari transportasi,
limbah industri dan limbah rumah tangga maka kadar vitamin C pada buah
akan berkurang. (Helmiyesi, dkk 2008)
Kadar dari vitamin C dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
keadaan buah yang semakin layu/kusut maka kadar vitamin C yang
terkandung dalam buah akan berkurang, semakin lama waktu
pengekstraksian maka kadar vitamin C akan berkurang, semakin lama
masa penyimpanan dan semakin tinggi suhu maka kadar vitamin C juga
akan berkurang. (Handayani, dkk 2009).
Pencemaran menghasilkan dampak yang buruk bagi kesehatan
masyarakat apabila mengkonsumsi buah yang tercemar. Misalnya saja
pencemaran udara yang berupa logam berat seperti timbal (Pb) yang
terdapat didalam asap-asap kendaraan bermotor. Di lingkungan yang kadar
logam beratnya tinggi, kontaminasi dalam makanan dan air dapat
menyebabkan keracunan yang berakibat buruk bagi kesehatan manusia.
(Ganiswarna, 1995).
IX. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa kadar vitamin C pada buah apel yang tercemar dan
tidak tercemar berbeda. Kadar vitamin C pada buah apel yang tidak
tercemar lebih tinggi dibandingkan dengan kadar vitamin C pada buah
apel yang tercemar.
X. Daftar pustaka :
11
Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Arifin, Helmi, Vivi Delvita, dan Almahdy A., 2007, Pengaruh Pemberian
Vitamin C terhadap Fetus pada Mencit Diabetes, Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1.
Bambang, S. 1996. Budidaya Apel. Yogyakarta. Kasinius.
Ganiswarna, S., 1995. Farmakologi dan Terapi , edisi IV, 271-288 dan
800-810, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta
Handayani, L. dan Prayitno. 2009. Kajian Pengaruh Lama Waktu
Pemaparan Terhadap Kandungan Pb Pada Buah Apel Yang Dijual
Ditepi Jalan Colombo. Sigma 12 (1) : 55-70.
Helmiyesi, Rini Budi Hastuti, and Erma Prihastanti. 2008. Pengaruh
Lama Penyimpanan terhadap Kadar Gula dan Vitamin C pada
Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa). Jurnal Buletin
Anatomi dan Fisiologi, vol XVI, No.2.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
12
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
XI. Lampiran
13
Perbandingan warna
pada larutan yang
Larutan iodine dan ditetesi ekstrak apel
aquades tercemar dan tidak
tercemar
14